Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

Nama Mata Kuliah/Kode : Farmasi Klinik


SKS :2
Semester :1
Program Studi : Profesi Apoteker

Dosen Pengampu : 1. Lucia Vita Inandha Dewi, M.Sc.,Apt.


2. Arif Rahman Hakim, M.Sc.,Apt

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2019
Nama : Rizka Syafaatul Udzma
Nim : 1920374167
PERTEMUAN KE-1
Pokok Bahasan : Sejarah dan Perkembangan Farmasi Klinik
150 menit

Metode Pembelajaran : Small Group Discussion

a. Kompetensi Lulusan : Mahasiswa mampu merencanakan pelayanan farmasi


berbasis klinis, biofarmasetika dan farmakokinetika
b. Capaian Pembelajaran yang relevan dengan Kompetensi Lulusan : Mampu
Merancang dan melakukan pharmaceutical Cae Process berdasar aspek klinis,
biofarmasetika dan farmakokinetika

Sub Pokok Bahasan :

1. Review materi dan Definisi dan Perkembangan farmasi klinik


2. Kegiatan dan payung hukum pelaksanaan Farmasi Klinik di Indonesia
3. Kegiatan dan falsafah pharmaceutical care dalam Farmasi klinik

Kemampuan Akhir yang diharapkan :


1. ketepatan menjelaskan perkembangan / sejarah patient care process
2. Ketepatan menjelaskan isi Permenkes/ UU yang menjadi landasan pelaksanaan
Pharmaceutical Care process
3. Ketepatan menjelaskan jenis kegiatan dalam pharmaceutical care process

Kegiatan 1.
Review Materi
Jawablah soal-soal pre test berikut ini

1. Seorang pasien laki-laki datang ke RS untuk mendapat pemeriksaan dengan keluhan


batuk pilek, demam, pandangan mata buram, lemas dan tidak nafsu makan, hasil
pengukuran suhu badan menunjukkan suhu 39, 00 C

Kondisi diatas disebut ?


A. Hipotermi
B. Hipertermi
C. Hiperglimemia
D. Hipertensi
E. Hipotonik

2. Seorang pasien laki-laki datang ke RS untuk mendapat pemeriksaan dengan keluhan


batuk pilek, demam, pandangan mata buram, lemas dan tidak nafsu makan, hasil
pengukuran suhu badan menunjukkan suhu 39, 00 C, TD 140/90,

Data subyektif dari kasus tersebut adalah


A. Suhu badan
B. Keluhan demam
C. Suhu 39,00 C
D. Jenis kelamin
E. Tekanan darah

3. Seorang pasien laki-laki datang ke RS untuk mendapat pemeriksaan dengan keluhan


batuk pilek, demam, pandangan mata buram, lemas dan tidak nafsu makan, hasil
pengukuran suhu badan menunjukkan suhu 39, 00 C, TD 140/90,

Data obyektif dari kasus tersebut adalah :


A. Suhu dan tekanan darah
B. Batuk pilek dan demam
C. Pandangan mata buram
D. Lemas
E. Tidak nafsu makan

4. Seorang pasien anak laki-laki berusia 8 tahun, dengan BB 24 kg, datang ke RS untuk
mendapat pemeriksaan dengan keluhan batuk pilek, demam, pandangan mata buram,
lemas dan tidak nafsu makan, hasil pengukuran suhu badan menunjukkan suhu 39, 00
C
Dokter meresepkan ibuprofen 100 mg/5 ml syrup, diminum 3 x sehari, ketotifen syrup
1 mg/5 ml, 1 cth sehari sekali, diminum malam hari. Hari berikutnya ternyata hasil
pemeriksaan trombosit menunjukkan platelet count sebesar 80 mg/dL,

sebagai seorang apoteker bangsal anda akan melakukan kegiatan analisis data
yang akan disimpulkan sebagai bentuk :
A. Assessment
B. Monitoring
C. Plan
D. Rekomendasi
E. SOAP

5. Seorang pasien anak laki-laki berusia 8 tahun, dengan BB 24 kg, datang ke RS untuk
mendapat pemeriksaan dengan keluhan batuk pilek, demam, pandangan mata buram,
lemas dan tidak nafsu makan, hasil pengukuran suhu badan menunjukkan suhu 39, 00
C
Dokter meresepkan ibuprofen 100 mg/5 ml syrup, diminum 3 x sehari, ketotifen syrup
1 mg/5 ml, 1 cth sehari sekali, diminum malam hari. Hari berikutnya ternyata hasil
pemeriksaan trombosit menunjukkan platelet count sebesar 80.000 per microliter. (N
= 150.000 -450.000/mmk) platelet count turun karena perjalanan penyakit

sebagai seorang apoteker bangsal apa saran anda terkait penggunaan


ibuprofen ?
A. Diteruskan dengan monitoring
B. Dihentikan dan diganti parasetamol
C. Dihentikan dan tidak perlu diganti
D. Dilanjutkan sesuai dosis
E. Dihentikan bila suhu telah normal.

6. Seorang pasien anak laki-laki berusia 8 tahun, dengan BB 24 kg, datang ke RS untuk
mendapat pemeriksaan dengan keluhan batuk pilek, demam, pandangan mata buram,
lemas dan tidak nafsu makan, nyeri lambung, hasil pengukuran suhu badan
menunjukkan suhu 39, 00 C
Dokter meresepkan ibuprofen 100 mg/5 ml syrup, diminum 3 x sehari 1 cth, ketotifen
syrup 1 mg/5 ml, 1 cth sehari sekali, diminum malam hari, parasetamol sirup 125mg/5
ml dengan aturan minum 3x 1 cth.

DRP apakah yang anda temui dalam kasus tersebut :


A. Parasetamol bukan pilihan tepat
B. Dosis ketotifen kurang
C. Dosis parasetamol berlebih
D. Dosis parasetamol kurang
E. Dosis ibuprofen berlebih

7. Seorang pasien hepatitis yang sudah didiagnosa hepatik ensefalopati dirawat di rumah
sakit mendapat resep laktulosa 45 mg setiap jam. Setelah penggunaan 7 jam pasien
BAB terus menerus lebih dari 8 kali, kulit keriput dan turgor turun.

Parameter apa yang utama dimonitor pada penggunaan laktulosa tersebut ?


a. Suhu tubuh
b. Berat badan
c. Elektrolit
d. Leukosit
e. turgor

8. Seorang pasien hepatitis yang sudah didiagnosa hepatik ensefalopati dirawat di rumah
sakit mendapat resep laktulosa 45 mg setiap jam. Setelah penggunaan 7 jam pasien
BAB terus menerus lebih dari 8 kali, kulit keriput dan turgor turun.

Apa analisis anda terhadap kasus tersebut ?


A. Pasien mengalami komplikasi akibat hepatitis
B. Pasien mengalami hiponatremia
C. Pasien mengalami dehidrasi
D. Pasien mengalami interaksi obat
E. Pasien mengalami intoksikasi laktulosa

9. Seorang pasien hepatitis yang sudah didiagnosa hepatik ensefalopati dirawat di


rumah sakit mendapat resep laktulosa 45 mg setiap jam dan antibiotika
metronidazole. Setelah penggunaan 7 jam pasien BAB terus menerus lebih dari 8 kali,
kulit keriput dan turgor turun. ADR.a laktulosa diare

DRP apa yang terjadi pada kasus tersebut ?


A. Over dosis
B. Adverse Drug Reaction
C. Interaksi obat
D. Terapi tidak tepat
E. Untreated indication

10. Seorang pasien hepatitis yang sudah didiagnosa hepatik ensefalopati dirawat di rumah
sakit mendapat resep laktulosa 45 mg setiap jam dan antibiotika metronidazole.
Setelah penggunaan 7 jam pasien BAB terus menerus lebih dari 8 kali, kulit keriput
dan turgor turun.

Berdasar kasus tersebut, apa rencana (plan )yang anda rekomendasikan


pertama kali ?
A. Hentikan segera laktulosa
B. Lanjutkan laktulosa
C. Turunkan dosis
D. Ganti obat pencahar yang lain
E. Berikan cairan.

DEFINISI FARMASI KLINIK


Kelompok 1, 2, 3,4
Bacalah artikel berjudul : Clinical Pharmacy Practice : An Activity Based Definition for
Pharmacy Student of Developing Countries, Muhammad Amir, Archives of Pharmacy
Practice, 2012; 3(3) 193-196
Bahas dan diskusikan dalam kelompok anda :
1� Apa definisi Farmasi Klinik ?
Menurut European Society of Clinical Pharmacy (ESCP), farmasi klinik yaitu suatu
kegiatan dan layanan dari apoteker klinis untuk mengembangkan dan
mempromosikan penggunaan produk dan obat yang rasional dan tepat.
2� Apa saja aktifitas Farmasi Klinik ?
Di negara maju, apoteker melakukan berbagai kegiatan tergantung pada sumber daya
yang tersedia dan sistem kesehatan. Kegiatan ini berkisar dari tinjauan resep untuk resep
obat. Terdapat 10 aktivitas farmasi menurut Australian’s Society, diantaranya:
1. Riwayat pengobatan pasien
Pengumpulan dan pencatatan informasi tentang obat yang pernah digunakan dan
yang sekarang digunakan oleh pasien melalui wawancara dan peninjauan catatan
medis.
2. Review profil pasien
evaluasi pasien dan grafik medisnya oleh apoteker klinis. Contohnya riwayat medis
pasien (kondisi sekarang, alergi, dan obat yang digunakan sebelumnya), pengobatan
pasien, tinjauan laboratorium (ex: memantau toksisitas obat), daftar keperawatan
(untuk melihat apakah obat diberikan dengan benar ex: waktu, cara pemakaian, dosis).
3. Manajeman Reaksi obat yang merugikan
Pencegahan, detaksi, manajemen dan dokumentasi reaksi obat yang merugikan
4. Monitoring terapi obat
Penerapan farmakokinetik klinis untuk memantau khasiat obat dan toksisitas.
5. Manajeman informasi obat  PIO
penilaian, pengumpulan, pemanfaatan dan presentasi informasi terkait obat.
6. Pelaksanaan Konseling Pasien
3� Pada tahap pemeriksaan riwayat pengobatan (Medication history) tahap serta
prosedur apa yang dikerjakan ?
Pemeriksaan riwayat pengobatan (Medication history) melibatkan pengumpulan dan
pencatatan informasi mengenai obat-obatan yang sedang dan atau telah digunakan
oleh pasien melalui wawancara dan peninjauan catatan medis sebelumnya.

Prosedur
Stage Objektif Prosedur

Sebelum Membangun hubungan Langkah 1: Konfirmasikan identitas pasien.


membuat riayat Apoteker-pasien Langkah 2: Memberi salam.
pengobatan Langkah 3: Pengenalan diri
Langkah 4: Alasan kunjungan dan waktu yang
diperlukan.
Langkah 5: Mulailah mengambil riwayat
pengobatan pasien.

Selama Mengumpulkan Langkah 6: Ajukan pertanyaan sehubungan dengan


pembuatan informasi format formulir.
riwayat
pengobatan

Setelah Analisis dan Langkah 7: Nyatakan terima kasih


pengambilan dokumentasi Langkah 8: Kumpulkan dan tinjau catatan medis
riwayat sebelumnya.
pengobatan Langkah 9: Dokumentasikan data penting.

4� Pada tahap pemeriksaan profil/kondisi pasien, tahap dan prosedur apa yang
dikerjakan?
Langkah-langkah Tinjau Objektif 1 Langkah Tinjauan riwayat pasien Untuk
memeriksa riwayat medis pasien, kondisi saat ini, alergi, dan pengobatan masa lalu.
Tinjauan Medis Langkah Kedua Untuk mengevaluasi pengobatan dalam hal
kesalahan resep dan hasil klinis. Langkah 3 Tinjauan tes laboratorium Untuk
merekomendasikan tes laboratorium untuk memantau toksisitas obat. Untuk
mengkorelasikan hasil tes lab abnormal dengan obat yang diresepkan.
5� Apa yang dimaksud dengan TDM dan obat-obat apa saja yang memerlukan
TDM ?
Therapeutic Drug Monitoring (TDM) Ini melibatkan penerapan farmakokinetik klinis
untuk memantau khasiat obat dan toksisitas.
Contoh obat TDM : gentamisin, amikasin, tobramycin, vankomisin, carbamazapine,
phenotoin, valproik asam, lithium, teofilin, siklosporin, digoksin, lidocaine,
amitriptyline, nortriptyline dan imipramine.
Prosedur TDM terdiri dari enam langkah yaitu:
1. Pemesanan: Permintaan Dokter untuk konsultasi untuk layanan farmakokinetik
klinis
2. pengambilan sampel: Biological sampel diambil oleh tim
3. Analisis sampel: Analisis sampel biologis berlangsung di laboratorium
4. Masalah Hasil: Laboratorium mengeluarkan hasil tingkat konsentrasi obat dan
memberitahu jika sub-terapi untuk apoteker klinis
5. Interpretasi hasil: apoteker klinis melakukan perhitungan terhadap hasil
6. Aksi/tindakan: Sehubungan dengan perhitungan, penyesuaian dosis dilakukan.
6� Kegiatan apa saja yang dikerjakan dalam Drug Information Management
(PIO)
- pengumpulan: informasi dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Namu, tidak
semua sumber efektif, bermanfaat, dan akurat. Karena klinis apoteker harus
brhati-hati dalam memilih sumber dan meninjau secara berkala.
- Appraisal/penilaian (kritis): Informasi ini dinilai dalam hal akurasi dan penerapan.
Berbagai alat sedang dirumuskan untuk penilaian. hal yang penting untuk diingat
bahwa informasi yang diberikan dari sumber yang dapat dipercaya akan tidak
selalu menjadi akurat atau penerapan.
- Pemanfaatan: Ketika informasi yang dikumpulkan digunakan oleh apoteker klinis
disebut pemanfaatan pengetahuan. Kegiatan di mana informasi digunakan adalah
profil pasien review, multidisiplin tim, sabar konseling, dan farmasi intervensi
terapeutik.
- Presentasi: tribun presentasi untuk menyediakan informasi kepada profesional
medis lainnya di sebuah secara profesional. Platform di informasi yang disajikan
oleh apoteker klinis adalah tim multidisiplin, intervensi terapeutik, seminar dll.
7� Apa yang dimaksud dengan konseling ?
Konseling adalah aktivitas yang melibatkan pasien mengenai penggunaan obat pada
saat penyerahan seperti memberi nasihat pada pasien atau sebagai upaya membantu
pasien dalam menyelesaikan masalah
8� Apa kesimpulan saudara terhadap aktifitas dan definisi farmasi klinik (Clinical
pharmacy), Clinical pharmacist, Clinical pharmacist specialist, Advance clinical
Pharmacy practice
a. Praktek farmasi klinis
praktek farmasi khusus melibatkan penyediaan perawatan pasien melalui
riwayat pengobatan, profil pasien, manajement ADR, informasi obat, dan
output atau outcome dari konseling pasien.
b. Apoteker Klinis
komunitas apt di RS yang bertanggung jwab atas aktivitas klinis, riwayat
penggunaan obat, ulasan profil dari pasien, hasil konseling pasien, monitoring
terapi obat, manajemen ADR, manajemen informasi bersama dengan respon
kebiasaan disebut apoteker klinis
c. Apoteker Spesialis Klinis
Apt Rs atau komunitas berspesialisasi dalam menyediakan asuhan kefarmasian
melalui kegiatan klinis
d. Praktek farmasi tingkat lanjut
kegiatan farmasi klinis yng meliputi kesepakatan kolaborasi antara apt klinis
dan dokter shg memungkinkan dr dalam meresapkan obat untuk memajukan
praktek farmasi klinis

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FARMASI KLINIK DI DUNIA DAN INDONESIA


Kelompok 5 dan 6
Bacalah artikel dengan judul : Innovation in Clinical Pharmacy Practice and
Opportunities for Academic-Practice Partnership, Gubbin et al, Pharmacotherapy Pub,
2014
1. Jelaskan perkembangan praktik farmasi klinik di dunia

2. Menurut pendapat saudara apakah Indonesia sudah menerapkan farmasi klinik dengan
optimal ? mengapa ?
Praktek pelayanan farmasi klinik di Indonesia relatif baru berkembang pada
tahun 2000-an, dimulai dengan adanya beberapa sejawat farmasis yang belajar
farmasi klinik di berbagai institusi pendidikan di luar negeri. Belum sepenuhnya
penerimaan konsep farmasi klinik oleh tenaga kesehatan di RS merupakan salah satu
faktor lambatnya perkembangan pelayanan farmasi klinik di Indonesia.
Masih dianggap atau merupakan keganjilan jika apoteker yang semula
berfungsi menyiapkan obat di Instalasi Farmasi RS, kemudian ikut masuk ke bangsal
perawatan dan memantau perkembangan pengobatan pasien, apalagi jika turut
memberikan rekomendasi pengobatan, seperti yang lazim terjadi di negara maju.
Farmasis sendiri selama ini terkesan kurang menyakinkan untuk bisa memainkan
peran dalam pengobatan. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh sejarah
pendidikan farmasi yang bersifat monovalen dengan muatan sains yang masih cukup
besar (sebelum tahun 2001), sementara pendidikan ke arah klinik masih sangat
terbatas, sehingga menyebabkan farmasis merasa gamang berbicara tentang penyakit
dan pengobatan
Sebagai informasi, sejak tahun 2001, pendidikan farmasi di Indonesia,
khususnya di UGM, telah mengakomodasi ilmu-ilmu yang diperlukan dalam
pelayanan farmasi klinik, seperti patofisiologi, farmakoterapi, dll. dengan adanya
minat studi Farmasi Klinik dan Komunitas.
Bersamaan dengan itu, mulai tahun 2001, berhembus angin segar dalam
pelayanan kefarmasian di Indonesia. Saat itu terjadi restrukturisasi pada organisasi
Departemen Kesehatan di mana dibentuk Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan, dengan Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik di bawahnya,
yang mengakomodasi pekerjaan kefarmasian sebagai salah satu pelayanan kesehatan
utama, tidak sekedar sebagai penunjang. Menangkap peluang itu, Fakultas Farmasi
UGM termasuk menjadi salah satu pioner dalam pendidikan Farmasi Klinik dengan
dibukanya Program Magister Farmasi Klinik. Di sisi lain, beberapa sejawat farmasis
rumah sakit di Indonesia mulai melakukan kegiatan pelayanan farmasi klinik,
walaupun masih terbatas. Namun demikian, bukan berarti perkembangan farmasi
klinik serta merta meningkat pesat, bahkan perkembangannya masih jauh dari
harapan. Kasus Prita di sebuah RS di Tangerang yang cukup menghebohkan beberapa
saat lalu merupakan salah satu cermin bahwa pelayanan kesehatan di Indonesia masih
harus ditingkatkan, dan farmasis klinik mestinya bisa mengambil peran mencegah
kejadian serupa.  Kiranya ke depan, perlu dilakukan upaya-upaya strategis untuk
membuktikan kepada pemegang kebijakan dan masyarakat luas bahwa adanya
pelayanan farmasi langsung kepada pasien akan benar-benar meningkatkan outcome
terapi bagi pasien, seperti yang diharapkan ketika gerakan farmasi klinik ini dimulai.

KEGIATAN DAN PAYUNG HUKUM PELAYANAN FARMASI KLINIK DI INDONESIA


Kelompok 7,8,9
Bacalah :
1. Permenkes no 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
2. Permenkes no 73 tanun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek
3. Permenkes no 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit

1. Jelaskan apa saja tugas farmasi di ketiga tempat tersebut (puskesmas, apotek, RS)
a. Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker
kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan
risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien
(patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:
1) pengkajian dan pelayanan Resep;
2) penelusuran riwayat penggunaan Obat;
3) rekonsiliasi Obat;
4) Pelayanan Informasi Obat (PIO);
5) konseling;
6) visite;
7) Pemantauan Terapi Obat (PTO);
8) Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
9) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
10) dispensing sediaan steril; dan
11) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD);
b. Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1) pengkajian dan pelayanan Resep;
2) dispensing;
3) Pelayanan Informasi Obat (PIO);
4) Konseling
5) Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
6) Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
7) Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
c. Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
1) Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan
2) Kefarmasian di Puskesmas.
3) Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
4) keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
5) Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien
yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
6) Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1) Pengkajian dan pelayanan Resep
2) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
3) Konseling
4) Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
5) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
6) Pemantauan Terapi Obat (PTO)
7) Evaluasi Penggunaan Obat
2. Apa ada perbedaan tugas farmasi klinik diketiga tempat tersebut ?
Apotik :
1) Tidak ada visite
2) Tidak ada Evaluasi penggunaan obat
3) Tidak ada penelusuran riwayat penggunaan obat
4) Tidak ada pemantauan kadar obat dalam darah
5) Tidak ada dispensing sediaan steril
6) Tidak ada rekonsiliasi obat
Puskesmas :
1) Tidak ada Dispensing sediaan steril
2) Tidak ada pemantauan kadar obat dalam darah
3) Tidak ada rekonsiliasi obat
4) Tidak ada Penelusuran riwayat penggunaan obat
5) Tidak ada pelayanan kefarmasian di rumah
3. Mengapa tugas-tugas kefarmasian harus dikerjakan apoteker ?
Karena mengacu pada :
UU no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan : Apoteker masuk dalam bagian pemberi
layanan kesehatan di Republik Indonesia.
UU no. 36 tahun 2014 tentang kesehatan pasal 61 : Dalam menjalankan praktik,
Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan langsung kepada Penerima Pelayanan
Kesehatan harus melaksanakan upaya terbaik untuk kepentingan Penerima Pelayanan
Kesehatan dengan tidak menjanjikan hasil.
UU no. 36 tahun 2014 tentang kesehatan pasal 66 :
1. Setiap Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berkewajiban untuk
mematuhi Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, dan Standar Prosedur
Operasional
2. Standar Profesi dan Standar Pelayanan Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk masing-masing jenis Tenaga Kesehatan ditetapkan oleh organisasi
profesi bidang kesehatan dan disahkan oleh Menteri.
3. Standar Pelayanan Profesi yang berlaku universal ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
4. Standar Prosedur Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan Standar Profesi, Standar Pelayanan
Profesi, dan Standar Prosedur Operasional diatur dengan Peraturan Menteri.
PP No. 51 tahun 2009
1. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan
Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
2. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang
terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian
3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
5. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

PHARMACEUTICAL CARE PROCESS


Kelompok 10
Bacalah :
Artikel tentang Pharmacist Patient Care Process, Joint Comission of Pharmacy
Practitioner, 2014
1. Jelaskan apa yang dimaksud Pharmacist Patient Care Process
Pharmacist Patient Care Process adalah proses pelayanan dan manajemen
terapi obat dengan pendekatan kontemporer dan komprehensif untuk merawat yang
berpusat pada pasien dan berkolaborasi dengan tim anggota medis dalam perawatan
kesehatan pasien. Tujuan dari perawatan kesehatan yang berkualitas tinggi, hemat
biaya, dan mudah diakses dicapai oleh pasien. perawatan pasien yang berpusat pada
pasien.
Apoteker memiliki pelatihan dan keahlian dalam penggunaan obat yang tepat
dan menyediakan beragam layanan perawatan pasien dalam banyak pengaturan
praktik yang berbeda. Layanan ini mengurangi dampak buruk kejadian obat,
meningkatkan keselamatan pasien, dan mengoptimalkan penggunaan obat dan hasil
kesehatan. Apoteker berkontribusi untuk meningkatkan kesehatan pasien dengan
menyediakan layanan perawatan pasien sebagaimana diizinkan dalam ruang lingkup
mereka praktik dan difasilitasi oleh perjanjian praktik kolaboratif.
2. Apa hubungan Patient Pharmacist Care Process dengan Farmasi Klinik
Patient Pharmacist Care Process merupakan salah satu bentuk asuhan kefarmasian.
Hubungan Patient Pharmacist Care Process adalah salah satu kegiatan farmasi klinik
yang dimana berkolaborasi dengan tim medis untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien atau mengoptimalkan pengobatan pasien dan memberikan hasil terapi yang
memuaskan.
 Untuk mengurangi dampak buruk kejadian obat
 Meningkatkan keselamatan pasien
 Mengoptimalkan penggunaan obat
 Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
3. Jelaskan tahap-tahap yang dikerjakan dalam PH care process
A. Collect (Kumpulkan)
Apoteker memastikan pengumpulan informasi subyektif dan obyektif yang
diperlukan tentang pasien untuk memahami riwayat medis / pengobatan yang relevan
dan status klinis pasien. Informasi dapat dikumpulkan dan diverifikasi dari berbagai
sumber termasuk catatan pasien yang ada, pasien, dan profesional perawatan
kesehatan lainnya. Proses ini termasuk mengumpulkan:
 Daftar obat saat ini dan riwayat penggunaan obat untuk obat resep dan non
resep, produk herbal, dan suplemen makanan lainnya
 Data kesehatan yang relevan yang dapat mencakup riwayat medis, informasi
kesehatan dan kebugaran, hasil tes biometrik, dan temuan penilaian fisik
 Kebiasaan gaya hidup pasien, preferensi dan keyakinan, tujuan kesehatan dan
fungsional, dan faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi akses ke obat-
obatan dan aspek perawatan lainnya.
B. Assesment (Menilai)
Apoteker menilai informasi yang dikumpulkan dan menganalisis efek klinis
dari terapi pasien dalam konteks tujuan kesehatan keseluruhan pasien untuk
mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah dan mencapai perawatan yang
optimal. Proses ini termasuk menilai:
 Setiap obat untuk kesesuaian, efektivitas, keamanan, dan kepatuhan pasien
 Status kesehatan dan fungsional, faktor risiko, data kesehatan, faktor budaya,
melek kesehatan, dan akses ke obat-obatan atau aspek perawatan lain.
 Status imunisasi dan kebutuhan untuk perawatan pencegahan dan layanan
perawatan kesehatan lainnya, jika sesuai
C. Plan (Perancanaan)
Apoteker mengembangkan rencana perawatan yang berpusat pada pasien
secara individu, bekerja sama dengan profesional perawatan kesehatan lainnya dan
pasien atau pengasuh yang berbasis bukti dan hemat biaya. Proses ini termasuk
membuat rencana perawatan yang:
 Mengatasi masalah terkait obat dan mengoptimalkan terapi obat
 Menentukan tujuan terapi untuk mencapai hasil klinis dalam konteks
keseluruhan tujuan perawatan kesehatan pasien dan akses ke perawatan
 Melibatkan pasien melalui pendidikan, pemberdayaan, dan manajemen diri
 Mendukung kesinambungan perawatan , termasuk tindak lanjut dan transisi
perawatan yang sesuai.
D. Implementasi (Melaksanakan)
Apoteker mengimplementasikan rencana perawatan bekerja sama dengan profesional
perawatan kesehatan lainnya dan pasien atau pengasuh. Selama proses penerapan
rencana perawatan, apoteker:
 Mengatasi masalah terkait medis dan kesehatan dan terlibat dalam strategi
perawatan pencegahan, termasuk pemberian vaksin
 Memulai, memodifikasi, menghentikan, atau memberikan terapi pengobatan
sebagaimana diizinkan
 Memberikan pendidikan dan pelatihan manajemen diri kepada pasien atau
pengasuh

E. Follow Up (Tindak lanjut: Memantau dan Mengevaluasi)


Apoteker memantau dan mengevaluasi efektivitas rencana perawatan dan
memodifikasi rencana bekerja sama dengan profesional perawatan kesehatan lainnya
dan pasien atau pengasuh yang diperlukan. Proses ini mencakup pemantauan dan
evaluasi berkelanjutan untuk:
 Kesesuaian obat, efektivitas, dan keamanan dan kepatuhan pasien melalui data
kesehatan yang tersedia, hasil tes biometrik, dan umpan balik pasien
 Titik akhir klinis yang berkontribusi pada kesehatan keseluruhan pasien
 Hasil perawatan, termasuk kemajuan menuju atau pencapaian tujuan terapi
 Berkontribusi pada koordinasi perawatan, termasuk rujukan atau transisi
pasien ke profesional perawatan kesehatan lain
 Jadwalkan perawatan lanjutan sesuai kebutuhan untuk mencapai tujuan terapi

Anda mungkin juga menyukai