Anda di halaman 1dari 5

1.

Meningkatkan Komunikasi Efektif


a. Apakah terdapat kebijakan tentang keakuratan dan penerapan komunikasi
(lisan, telepon) di rumah sakit?
 Iya, menggunakan panduan dan SPO yang disediakan di rumah sakit
untuk penilaian keakuratan yang menggunakan komunikasi TBaK dan
pencatatan menggunakan SBAR
b. Apakah terdapat Pedoman/ Panduan Komunikasi Efektif yang akan dijadikan
acuan bagi seluruh unit di rumah sakit?
 Iya, menggunakan pedoman yang ada dengan memberikan perintah atau
infomasi secara jelas dan mengulangi jika kurang jelas serta mengikuti
sesuai SPO yang sudah disediankan
c. Apakah ada SPO tentang komunikasi efektif ?
 Ada, menggunakan SBAR dan Tbak
SPO SBAR
1. Prosedur komunikasi dan dokumentasi komunikasi efektif menggunakan
metode ” SBAR”:
a. Ucapkan salam sesuai waktu saat komunikasi
b. Karena komunikasi dilakukan melalui telepon, pastikan orang yang
dihubungi adalah yang benar dengan mengkonfirmasi namanya
(Apakah benar saya berbicara dengan ............?” )
2. Jelaskan SITUATION (situasi atau kondisi yang dilihat pada pasien) yang
terjadi:
a. Sebutkan identitas petugas yang berbicara : nama, ruangan, dan rumah
sakit tempat bertugas.
b. Sebutkan identitas pasien yang akan dilaporkan: Nama
(Tn/Ny/Nn/An ............) dan tanggal lahir
c. Jelaskan perubahan kondisi pasien yang diamati: berdasarkan
pengamatan petugas, keluhan subyektif pasien, atau perubahan tanda-
tanda obyektif yang ditemukan pada pasien.
3. Jelaskan BACKGROUND yang berkaitan dengan situasi tersebut,
misalnya :
a. Tanggal mulai dirawat.
b. Diagnosa awal dan diagnosa kerja saat ini.
c. Hasil pemeriksaan sebelumnya : pemeriksaan fisik, laboratoris,
radiologis, dan lain-lain.
d. Terapi (obat-obatan dan tindakan) yang diberikan sebelumnya.
e. Riwayat alergi obat (bila ada).
4. Sebutkan ASSESMENT (penilaian atas kondisi) terkait dengan situasi
tersebut :
a. Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada pasien terkait perubahan
kondisi yang ditemukan pada saat itu.
b. Tindakan-tindakan yang sudah diambil terkait kondisi saat itu.
5. Sebutkan RECOMMENDATION (rekomendasi tindak lanjut) yang
dianjurkan saat itu, misalnya:
a. Permintaan untuk melihat pasien sesegera mungkin, merujuk atau
transfer pasien, konsultasi ke dokter lain, atau menjelaskan pada pasien
atau keluarganya tentang perubahan kondisi yang terjadi.
b. Permintaan advis pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan.
c. Permintaan advis perubahan terapi atau tindakan lain yang diperlukan.
6. Setelah diberikan advis untuk melakukan tindak lanjut, lakukan prosedur
Write – Read – Repeat Back/ reconfirm terhadap advis yang
diterimsebelum ditindaklanjuti.
7. Ucapkan terima kasih dan salam penutup.

SPO TBak

Prosedur menerima informasi dengan metode Write – Read – Repeat


Back/reconfirm

1. Terima pesan secara lengkap melalui telepon dan tuliskan secara lengkap
pula (write).
2. Bacakan pesan yang ditulis secara lengkap kepada pemberi pesan (read).
3. Pemberi pesan melakukan konfirmasi kebenaran pesan, dengan membaca
kembali pesan yang disampaikan (repeat back), bila kondisi tidak
memungkinkan maka,
4. Penerima pesan melakukan konfirmasi bahwa apa yang telah dituliskan
dan dibacakan ulang adalah akurat (reconfirm)
5. Untuk pesan yang kurang jelas, lakukan pengejaan dengan International
Code Of Signal (Interco) atau International Phonetic Alphabet (IPA)
6. Untuk pesanan tentang terapi (obat) yang kurang jelas, lakukan konfirmasi
ulang dengan pengejaan sesuai International Code Of Signal (Interco) atau
International Phonetic Alphabet (IPA) dan bila perlu sebutkan nama
generiknya
7. Bila hal ini menyangkut pelayanan pasien maka, lakukan dokumentasi
sesuai ketentuan di rekam medis pada lembar Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi (CPPT).

d. Bagaimana kepatuhan perawat diruangan melakukan SPO tentang


komunikasi efektif?
Rata-rata perawat diruangan jarang melakukan pendokumentasian terkait
dengan edukasi (penkes) ke pasien dan komunikasi via telpon sudah jarang
dilakukan dengan TBak, hanya melalui chat wa. Di ruangan juga melakukan
pembatasan interaksi ke pasien yang dikarenakan adanya COVID-19.

2. Meningkatkan Keamanan Obat-Obatan yang Harus Diwaspadai


a. Apakah terdapat kebijakan rumah sakit mengembangkan kebijakan tentang
pengelolaan obat high alert?
 Memberikan daftar keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert)
yaitu:
Elektrolit pekat (Potasium Chlorida/KCL 7,46%, Natrium Chlorida/ NaCl
3%, Natrium Bikarbonat/ Meylon 8,4%, Mg SO4 40% & 20%, Calsium
Gluconas, D 40%) hanya disimpan di Depo Farmasi dan hanya diberikan
oleh perawat yang minimal bekerja 5 tahun.
 SPO Penyimpanan dan Pemberian Obat High Alert
SPO Penyimpanan
1. Simpan High Alert Medications di dalam troli atau lemari yang memiliki
kunci
2. Beri label yang jelas pada semua tempat penyimpanan dan dipisahkan
dengan obat-obatan rutin lainnya
3. Jika High Alert Medications harus disimpan di area perawatan pasien,
kuncilah tempat penyimpanan dengan diberikan label “ Peringatan :
High Alert Medications” pada pintu luar tempat penyimpanan
4. Jika menggunakan dispensing cabinet untuk menyimpan high alert
medications, berikanlah pesan pengingat di tutup kabinet agar perawat
menjadi waspada dan berhati-hati dengan high alert medications
5. Beri label pada setiap kotak/tempat yang berisi High Alert Medications
sesuai dengan ketentuan :
- Tempat penyimpanan obat-obat yang termasuk dalam elektrolit
konsentrat beri label warna orange
- Tempat penyimpanan obat-obat yang termasuk dalam nutrisi
parenteral, dekstrose konsentrat tinggi dan insulin beri label warna
kuning
- Tempat penyimpanan obat-obat yang termasuk dalam
NORUM/LASA beri label warna hijau
- Tempat penyimpanan obat-obat yang termasuk dalam agen
radiokontras, agen kemoterapi, agen sedasi (yang menimbulkan
rasa kantuk) dan heparin beri label warna merah
6. Beri label pada masing-masing item obat dengan ketentuan :
- Obat-obat yang termasuk dalam elektrolit konsentrat beri label
warna orange
- Obat-obat yang termasuk dalam nutrisi parenteral, dekstrose
konsentrat tinggi dan insulin beri label warna kuning
- Obat-obat yang termasuk dalam NORUM/LASA beri label warna
hijau
- Obat-obat yang termasuk dalam agen radiokontras, agen
kemoterapi, agen sedasi (yang menimbulkan rasa kantuk) dan
heparin beri label warna merah
SOP Pemberian
1. Lakukan pengecekan ganda (double check) terhadap semua High Alert
Medications sebelum diberikan kepada pasien
2. Identifikasi obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien oleh
perawat lainnya (sebagai orang kedua) untuk meningkatkan ketepatan
dan akurasi
3. Perawat pertama :
- Siapkan obat yang akan diberikan kepada pasien yang masih
lengkap dengan labelnya
- Siapkan peralatan untuk menunjang pemberian obat yang telah
disiapkan secara lengkap (misalnya : spuit, cairan untuk
pengenceran, infus set, syringe pump)
- Siapkan dokumen yang menunjukkan instruksi pemberian obat
tersebut (misalnya : catatan pemberian obat, resep, instruksi tertulis
saat dokter visite, instruksi via telepon/lisan yang ditulis oleh
petugas di rekam medis pasien)
4. Perawat kedua :
- Anjurkan kepada perawat pertama untuk membaca instruksi
pemberian obat tersebut
- Pastikan bahwa obat telah disiapkan dan sesuai dengan instruksi
- Perhatikan prinsip 5 (lima) benar pemberian obat
- Dokumentasikan pemberian obat tersebut dengan lengkap, tulis
nama perawat yang memberikan dan perawat yang melakukan
pengecekan di lembar rekam medis pasien

b. Bagaimana pelaksanaan 8 B (8 benar) atau menyesuaikan kebijakan RS


(ada yang menggunakan 5B-7B)?
 Kebijakan rumah sakit menggunakan pelasanaan 5B (5 benar) yaitu benar
pasien, obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian
 Identifikasi obat untuk pasien menggunakan buku obat yang berisi:
1. Nama pasien
2. Bed pasien
3. No RM
4. Frekuensi
5. Dosis
6. Rute
7. Waktu
8. Paraf perawat dan farmasi
 SOP Pemberian Obat
1. Identifikasi pasien dengan benar menggunakan prinsip 5 benar
2. Petugas farmasi menyiapkan obat yang akan diberikan ke pasien
3. Perawat memberikan pasien obat dengan mengkonfimasi identitas
pasien
4. Cek kembali kesesuaian obat yang akan diberikan ke pasien yang
sudah dilengkapi (nama obat, nama pasien, dosis obat, rute pemberian,
waktu pemberian)
5. Berikan paraf pada buku obat setelah selesai memberikan obat
6. Dokumentasikan prosedur yang sudah dilakukan
 Perawat di ruang St. Marta sudah mematuhi SPO dengan tidak
menyiapkan dan menyampurkan obat sendiri tanpa pengarahan farmasi,
karena adanya kebijakan baru dari Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai