Anda di halaman 1dari 3

PENGKAJIAN RESEP DAN PENYERAHAN OBAT

NO. :
SOP
DOKUMEN
NO. REVISI : 00
S
TANGGAL : 1 Juli 2022
O
TERBIT NO. DOKUMEN
P
HALAMAN : NO. REVISI
1/3

TANGGAL TERBIT
HALAMAN

UPTD Bernadus Jemahu


PUSKESMAS NIP:19840914 200904 1
RANGGU 006
1. Pengertian Konseling obat merupakan salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap muka
atau wawancara dengan pasien dan/atau keluarganya
2. Tujuan Sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien yang
membuat terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Ranggu Nomor: Tentang Pelayanan
Farmasi Klinik
4. Referensi A. Permenkes No. 26 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
B. Kemenkes RI Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
5. Prosedur A. Persiapan
a. Alat :
- Polpen
- Laptop
b. Bahan :
- Lembar Konseling
- Refrensi Kefarmasian
B. Langkah – Langkah
1. Apoteker melakukan seleksi pasien berdasarkan prioritas/kriteria yang sudah
ditetapkan.
2. Apoteker menyiapkan obat yang akan dijelaskan kepada pasien/keluarga
pasien
3. Apoteker menyiapkan informasi lengkap dari referensi kefarmasian seperti
handbook, e-book atau internet
4. Apoteker membuka komunikasi dengan pasien.
5. Apoteker menulis identitas pasien (nama, jenis kelamin, tanggal lahir), nama
dokter, nama obat yang diberikan, jumlah obat, aturan pakai, waktu minum
obat (pagi, siang, sore, malam). Jika ada informasi tambahan lain dituliskan
pada keterangan.
6. Apoteker memastikan identitas pasien dengan cara menanyakan dengan
pertanyaan terbuka minimal dua identitas: nama lengkap dan tanggal lahir.
7. Apoteker menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three
Prime Questions, yaitu: (a) Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
(b) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat anda? (c)
Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah anda
menerima terapi obat tersebut?
8. Apoteker menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan
kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.
9. Apoteker memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan
masalah penggunaan obat.
10. Apoteker memberikan informasi dan edukasi obat kepada pasien/ keluarga,
terutama untuk obat yang akan digunakan secara mandiri oleh pasien
mengenai: indikasi, dosis, waktu dan cara minum/ menggunakan obat, hasil
terapi yang diharapkan, cara penyimpanan obat, efek samping obat jika
diperlukan, dan hal-hal lain yang harus diperhatikan selama penggunaan
obat.
11. Apoteker meminta pasien/keluarga pasien untuk mengulangi penjelasan
terkait penggunaan obat yang telah disampaikan.
12. Apoteker melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien
dan mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan pasien
sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam
konseling dengan menggunakan formulir Konseling
13. Apoteker membuat laporan kegiatan konseling obat dan mengirimkannya
bersama laporan bulanan puskesmas.
6. Hal – hal yang Kriteria pasien/ keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
perlu 1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal,
diperhatikan ibu hamil dan menyusui)
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
AIDS, epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi (pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari
satu obat untuk jenis penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu
jenis obat.

2 of 2
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah
7. Unit Terkait a. Poli umum
8. Dokumen
Terkait
9. Rekam historis Isi
No Yang Diubah Tanggal Mulai Diberlakukan
perubahan Perubahan

3 of 2

Anda mungkin juga menyukai