Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dimana
dahulu lebih berorientasi terhadap produk daripada orientasi terhadap pasien..
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan
obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan
orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan
pasien. Sehingga seorang Apoteker harus memahami dan menyadari
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengobatan (medication error) dalam
proses pelayanan. Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebenarnya
dapat dicegah. Terapi obat pada pediatric berbeda dengan terapi obat pada orang
dewasa karena perbedaan karakteristik. Perbedaan karakteristik ini akan
mempengaruhi farmakokinetika farmakodinamika obat yang pada akhirnya akan
mempengaruhi efikasi dan / atau toksisitas obat.Hal penting yang harus dilakukan
pediatric adalah dosis yang optimal, regimen dosis tidak dapat disederhanakan
hanya berdasarkan berat badan atau luas permukaan tubuh pasien pediatric yang
diperoleh dari ekstrapolasi data pasien dewasa. Bioavalabilitas, farmakokinetik,
farmakodinamik, efikasi dan informasi tentang efek samping dapat berbeda secara
bermakna antara pasien pediatric dan pasien dewasa karena adanya perbedaan
usia, fungsi organ dan status penyakit.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu melakukan skrining resep yang meliputi skrining
administratif, farmasetis dan klinis
2. Mahasiwa mampu melaksanakan pelayanan resep dengan memenuhi
kaidah good dispensing practice
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PelayananResep
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik, persyaratan klinis.
Persyaratan administrasi yaitu:
 Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
 Nama dan paraf dokter
 Tanggal resep
 Ruang dan unit asal resep.
Persyaratan farmasetik yaitu:
 Bentuk dan kekuatan sediaan
 Stabilitas
 Kompatibilitas (ketercampuran obat )
Pesyaratan klinis yaitu:
 Ketepatan indikasi dan dosis obat
 Aturan, cara, dan lama pengunaan obat
 Duplikasi dan/atau polimasfisme
 Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi,efek samping obat, manifestasi
klinis lain)
 Kontraindikasi
 Interaksi

2.2 Pediatri
Beberapa pemyakit memerlukan penanganan khusus untuk pasien pediatri.
Untuk menentukan dosis obat The British Pediatric Associatoin (BPA)
mengusulkan rentang waktu berikut yang didasarkan pada saat terjadinya
perubahan-perubahan biologis
 Neonates : awal kelahiran sampai usia 1 bulan (dengan subseksi
tersendiri untuk bayi yang lahir saat usia kurang dari 37 minggu dalam
kandungan)
 Bayi : 1 bulan sampai 2 tahun
 Anak : 2 sampai 12 tahun (dengan subseksi: anak dibawah usia 6
tahun memerlukan bentuk sediaan yang sesuai)
 Remaja : 12 sampai 18 tahun
Menurut European Medicine Evaluation Agency :
 Neonates : 0-27 hari
 Bayi : 28 hari-23 bulan
 Anak : 2-11 tahun
 Remaja : 12-16/18 tahun

3.3 Influenza
Influenza sering dikenal dengan flu adalah penyakit menular disebabkan
oleh virus RNA yaitu virus influenza A, B dan lebih jarang C. Virus ini
menyerang saluran nafas atas dan paru-paru .Keluhan atau gejala yang sering
muncul adalah demam, bersin, batuk, sakit tenggorokan, hidung meler, nyeri
sendi dan badan, sakit kepala, lemah badan. Penegakkan diagnosis influenza
memerlukan ketelitian, karena keluhannya hampir sama dengan penyakit saluran
pernafasan lainnya. Influenza dapat didiagnosis berdasarkan 4 kriteria yaitu terjadi
tiba-tiba atau akut, demam, gejala saluran pernafasan seperti batuk tidak ada
lokasi spesifik dari keluhan yang timbul, terdapat penyakit serupa dilingkungan
penderita. Ketika terdapat kasus influenza di masyarakat, semua pasien dengan
keluhan influenza didiagnosis secara klinis. Pasien di sarankan kembali untuk
tindaklanjut jika keluhan yang dialami bertambah buruk atau tidak ada perbaikan
dalam waktu 72 jam.
Penatalaksanaan :
1. Tatalaksana influenza umumnya tanpa obat (self-limited deases). Hal yang
perlu dilakukan ditingkatkan adalah daya tahan tubuh. Tindakan untuk
meringankan gejala flu adalah beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan
fisik berlebihan, meningkatkan gizi makanan dengan makanan berkalori
dan protein tinggi, serta buah-buahan yang tinggi vitamin.
2. Terapi simtomatik peroral
 Antipiretik. Pada dewasa yaitu parasetamol 3-4 x 500 mg per hari
(10-15mg/kgbb), atau ibuprofen 3-4 x 200-400 mg perhari (5-10
mg/kgbb)
 Dekongestan, seperti pseudoefedrin (60mg setiap 4-6 jam )
 Antihistamin, seperti klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 x per
hari, atau difenhidramin 25-50 mg setiap 4-6 jam, atau loratadin
atau cetirizine 10mg dosis tunggal ( pada anak loratadine 0,5
mg/kgbb dan cetirizine 0,3 mg/kgbb)
 Dapat pula diberikan antitusif atau ekpektoran bila disertai batuk.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


1. Amoksisilin, parasetamol, dan CTM
2. Buku referensi
3. Resep, kopi resep, dan etiket
4. Klip plastic obat

3.2 Prosedur Kerja


1. Konfirmasi dokter dan pasien hasil skrining resep yang belum sesuai
2. Penyiapan dan peracikan resep
3. Penyerahan obat
4. Pemberian konseling dan edukasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kasus

An. Nisa Putri Hermawan 4 tahun BB 12 kg berobat ke dokter dengan keluhan


pilek, batuk berdahak dengan sekret berwarna hijau. Gejala tersebut telah
dirasakan selama 5 hari. Pasien juga mengalami demam sejak 3 hari yang lalu.
Temperatur diketahui 40ºC. Pasien didiagnosa influenza.
Riwayat penyakit: demam sejak 3 hari yang lalu
Pemeriksaan fisik: berat badan 12 kg, suhu tubuh 40ºC

Terapi:
Amoksisilin 3xsehari 125 mg (1cth)
Parasetamol 250 mg
CTM 3 mg

4.2 Pembahasan
a) Skrining resep
Hal pertama yang dilakukan ketika mendapatkan resep adalah
melakukan skrining resep :
 Persyaratan administrasi menunjukan nama pasien tidak
lengkap, sedangkan nomor surat izin praktek dokter, paraf
dokter, tanggal ditulisnya resep, dan alamat pasien tidak ada.
Maka harus dilakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada
dokter terkait informasi data dokter dan konfirmasi pada
pasien nama dan alamat pasien.
 Persyaratan farmasetik yaitu belum ada keterangan waktu
minum obat pada semua obat sehingga tindak lanjut adalah
melihat referensi dan cek kekuatan sediaan yang ada di
pasaran.
 Pertimbangan klinis dilakukan perhitungan dosis untuk melihat
apakah dosis yang diberikan sudah sesuai, yaitu pada dosis
amoksisilin sesuai dengan dosis lazim untuk anak-anak
sedangkan dosis CTM overdose sehingga diusulkan untuk
menurunkan dosis menjadi 1 mg dengan aturan pakai 4x
sehari.
b) S-O-A-P
Subjektif:
Pilek, batuk berdahak ,sekret berwarna hijau, demam.

Objektif:
Temperature 40ºC

Assesment:
Pada kasus pasien mendapatkan terapi antibiotic amoksisilin.
Amoksisilin yang diresepkan oleh dokter dalam bentuk sediaan sirup
berjumlah 1 botol sebanyak ad 60ml dengan kekuatan sediaan
125mg/5ml. Obat diberikan 3 x sehari 125mg/5ml, pemakaian
antibiotik minimal 5-7 hari. Maka untuk terapi selama 7 hari pasien
membutuhkan 105ml, sedangkan dokter hanya meresepkan 1 botol
dry sirup amoksisilin maka diusulkan untuk dibuat sediaan pulveres,
agar waktunya lama pengobatan sesuai dan kerja obat menjadi
optimal. Diberikannya amoksisilin karena dilihat dari anamnesis
pasien mengalami pilek, batuk berdahak yang ditandai secret
berwarna hijau dan demam sejak 3 hari yang meupakan ciri dari
terjadinya infeksi pada saluran pernafasan.
Kemudian pasien mendapatkan obat racikan berupa pulveres yang
mengandung 120 mg parasetamol dan 1 mg CTM. Karena gejala yang
dialami pasien demam maka pemberian parasetamol sebagai
antipiretik sudah sesuai hanya dosis yang diberikan terlalu rendah
yaitu 100 mg sehingga dosis dinaikkan menjadi 120 mg untuk satu
kali pakai dan pemberian CTM kepada pasien anak untuk satu kali
pakai yaitu 3 mg perlu diturunkan menjadi 1 mg untuk satu kali pakai
karena dosis terlalu tinggi.

Plan:
1) Amoksisilin pulveres 250 mg/bungkus diberikan sebanyak 21
bungkus dengan aturan pakai 3x sehari 250 mg atau 3x sehari
1 bungkus sesudah makan
2) Parasetamol pulveres 120 mg/bungkus dan CTM pulveres 1
mg/bungkus diberikan sebanyak 14 bungkus dengan aturan
pakai 3x sehari 121 mg diminum sesudah makan
Pedoman terapi untuk penyakit influenza menurut panduan praktis
klinis yaitu :

 Penatalaksanaan
1. Tatalaksana influenza umumnya tanpa obat(self-limited disease). Hal
yang perlu ditingkatkan adalah daya tahan tubuh. Tindakan untuk
meringankan gejala flu adalah beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan
fisik berlebihan, meningkatkan gizi makanan dengan makanan berkalori
dan protein tinggi, serta buah-buahan yang tinggi vitamin.
2. Terapi simptomatik per oral
a. Antipiretik. Pada dewasa yaitu parasetamol 3-4 x 500 mg/hari (10-15
mg/kgBB), atau ibuprofen 3-4 x 200-400 mg/hari (5-10 mg/kgBB).
b. Dekongestan, seperti pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6 jam)
c. Antihistamin, seperti klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 kali/hari, atau
difenhidramin, 25-50 mg setiap 4-6 jam, atau loratadin atau cetirizine 10
mg dosis tunggal (pada anak loratadin 0,5 mg/kgBB dan setirizin 0,3
mg/kgBB).
d. Dapat pula diberikan antitusif atau ekspektoran bila disertai batuk.
 Konseling dan Edukasi
1. Edukasi
a. Edukasi terutama ditujukan untuk individu dan lingkungannya.
Penyebaran penyakit ini melalui udara sehingga lingkungan rumah harus
memenuhi persyaratan rumah sehat terutama ukuran jendela untuk
pencahayaan dan ventilasi serta kepadatan hunian. Untuk mencegah
penyebaran terhadap orang-orang terdekat perlu diberikan juga edukasi
untuk memutuskan mata rantai penularan seperti etika batuk dan
pemakaian masker.
b. Selain edukasi untuk individu, edukasi terhadap keluarga dan orang-
orang terdekat juga penting seperti peningkatan higiene dan sanitasi
lingkungan
 Pencegahan
a. Imunisasi influenza, terutama bagi orang-orang risiko tinggi.

b. Harus diwaspadai pasien yang baru kembali dari daerah terjangkit


epidemi influenza 346 Rujukan Bila didapatkan tanda-tanda pneumonia
(panas tidak turun 5 hari disertai batuk purulen dan sesak napas)
BAB V
KESIMPULAN

Dari kasus tersebut maka ,dapat disimpulkan bahwa terapi yang tepat
diberikan kepada pasien dengan diagnosa Influenza dan berdasarkan gejala yang
dialami pada kasus pasien an. Nisa Azahra Saleh adalah amoksisilin sebagai
(antibiotik), parasetamol (antipiretik), dan CTM (antihistamin).
LAPORAN
PRAKTIKUM FARMASI RUMAH SAKIT

Materi Satuan Acara Praktikum


(Seleksi atau Pemilihan obat)

Nama : Nadia Pebriyani


NIM : 160101030
Kelompok : Gabriel diah putri Rahayu
Silvia Lorenza
Pambers Agung

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2019

Anda mungkin juga menyukai