Anda di halaman 1dari 55

INDIKASI DAN KONTRA

INDIKASI OBAT

Ratna Fithriyah S
INDIKASI
 Indikasi adalah suatu khasiat atau kegunaan
obat tertentu
 Indikasi adalah suatu keadaan (kondisi
penyakit) dimana obat perlu digunakan,
misalnya indikasi dari obat golongan antibiotik
adalah golongan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, sementara itu keadaan infeksi yang
disebabkan oleh virus tidak memerlukan obat
antibiotik
KONTRA INDIKASI
 Kontra indikasi adalah suatu kondisi
atau faktor yang berfungsi sebagai
alasan untuk mencegah tindakan medis
tertentu karena bahaya yang akan
didapatkan pasien.
 Kontra indikasi adalah tidak boleh
diberikan pada keadaan tertentu
KONTRA INDIKASI

 Kontra indikasi adalah suatu kondisi atau


faktor yang berfungsi sebagai alasan untuk
mencegah tindakan medis tertentu karena
bahaya yang akan didapatkan pasien.
 Kontra indikasi adalah tidak boleh diberikan
pada keadaan tertentu
PRINSIP 12 BENAR PEMBERIAN
OBAT
Benar Pasien
 Mencocokkan program pengobatan pada
pasien : nama, nomor register, alamat untuk
mengidentifikasi kebenaran pasien
 Hal ini penting untukmembedakan dua nama
yang sama
 Klien berhak untuk menolak penggunaan
suatu obat dan klien berhakmengetahui
alasan penggunaan suatu obat.
Benar Obat
 Perawat harus memperhatikan kebenaran
obat sebanyak tiga kali yaitu saat
mengembalikan obat ke tempat
penyimpanan, saat obat diprogramkan dan
ketika memindahkan obat dari tempat
penyimpanan obat
 Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh
dipakai dan harus dikembalikan ke farmasi
Benar Dosis
 Penentuan dosis harus diperhatikan
dengan menggunakan alat standar
seperti alat untuk membelah tablet,
spuit atau sendok khusus, gelas ukur,
obat cair harus dilengkapi alat tetes
Beberapa hal yang harus
diperhatikan:

 Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat


tertentu.
 Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat
jumlah dosis yang akan diberikan dengan
mempertimbangkan berat badan klien (mg/BB/hari),
dosis obat yang diminta/diresepkan, dan tersedianya
obat. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali
dan diperiksa oleh perawat lain.
 Dosis yang diberikan dalam batas yang
direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
 Dosis yang diberikan kepada klien sesuai dengan
kondisi klien
Benar Cara Pemberian
 Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute
yang berbeda dan rute obat yang diberikan
diantaranya inhalasi, rektal, topikal,
parenteral, sublingual, peroral.
 Faktor yang menentukan pemberian rute
terbaik ditentukan oleh tempat kerja obat
yang diinginkan, sifat fisik dan kimiawi obat,
kecepatan respon yang diinginkan, dan
keadaan umum pasien.
Con’t………………
 Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran
pernafasan yang memiliki epitel untuk absorpsi yang
sangat luas sehingga berguna untuk pemberian obat
secara lokal pada salurannya.
 Rektal yaitu pemberian obat melalui rektum yang
berbentuk enema atau supositoria yang memiliki efek
lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam
bentuk oral. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti pasien yang tidak
sadar/kejang (stesolid supp), hemoroid (anusol),
konstipasi (dulcolax supp).
Con’t…………...
 Topikal yaitu pemberian obat melalui membran
mukosa atau kulit misalnya tetes mata, spray, krim,
losion, salep.
 Parenteral yaitu pemberian obat yang tidak melalui
saluran cerna atau diluar usus yaitu melalui vena
(perinfus/perset).
 Oral adalah rute pemberian obat yang paling banyak
dipakai karena aman, nyaman, dan ekonomis dan
obat juga dapat diabsorpsi melalui rongga mulut
seperti Tablet ISDN.
Benar Waktu
 Untuk dapat menimbulkan efek terapi
dari obat dan berhubungan dengan
kerja obat itu sendiri, maka pemberian
obat harus benar-benar sesuai dengan
waktu yang diprogramkan/jadwal
pemberian obat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sesuai dengan
prinsip benar waktu yaitu :

 Perawat bertanggung jawab untuk memeriksa


apakah klien telah dijadwalkan untuk pemeriksaan
diagnostik seperti tes darah puasa yang merupakan
kontraindikasi pemeriksaan obat.
 Memberikan obat-obat yang dapat mengiritasi
mukosa lambung seperti aspirin dan kalium
bersama-sama dengan makanan.
 Pemberian obat juga diperhatikan apakah bersama-
sama dengan makanan, sebelum makan, atau
sesudah makan.
Con’t…………………
 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat
(T ½). Obat yang memiliki waktu paruh pendek
diberikan beberapa kali sehari dengan selang waktu
tertentu, sedangkan obat yang memiliki waktu paruh
panjang diberikan sehari sekali.
 Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam
sehari untuk mempertimbangkan kadar obat dalam
plasma tubuh. Misalnya dua kali sehari, tiga kali sehari,
empat kali sehari, atau enam kali sehari.
 Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan
Benar Dokumentasi
 Pemberian obat harus sesuai dengan standar
prosedur yang berlaku di rumah sakit.
Perawat harus selalu mencatat informasi
yang sesuai mengenai obat yang telah
diberikan serta respon terhadap pengobatan
 Perawat harus mendokumentasikan kepada
siapa obat diberikan, waktunya, rute, dan
dosis setelah obat itu diberikan
Benar Evaluasi
 Setelah pemberian obat, perawat selalu
memantau atau memeriksa efek kerja
obat tersebut.
Benar Pengkajian
 Sebelum pemberian obat, perawat
harus selalu memeriksa tanda-tanda
vital (TTV).
Benar Reaksi Dengan Obat Lain

 Pada penyakit kritis, penggunaan obat


seperti omeprazol diberikan dengan
chloramphenicol.
Benar Reaksi Terhadap Makanan
 Pemberian obat harus memperhatikan waktu
yang tepat karena akan mempengaruhi
efektivitas obat tersebut. Untuk memperoleh
kadar yang diperlukan, ada obat yang harus
diminum setelah makan misalnya
Indometasin dan ada obat yang harus
diminum sebelum makan misalnya Tetrasiklin
yang harus diminum satu jam sebelum
makan.
Hak klien untuk menolak
 Perawat harus memberikan “inform
consent” dalam pemberian obat dan
klien memiliki hak untuk menolak
pemberian obat tersebut
 Inform consent dapat berupa surat
persetujuan tindakan atau penolakan
Benar Pendidikan Kesehatan Perihal
Medikasi Klien
 Perawat memiliki tanggungjawab untuk
melaksanakan pendidikan kesehatan khususnya yang
berkaitan dengan obat kepada pasien, keluarga
pasien dan masyarakat luas, diantaranya mengenai
perubahan-perubahan yang diperlukan dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit,
interaksi obat dengan obat dan obat dengan
makanan, efek samping dan reaksi yang merugikan
dari obat, hasil yang diharapkan setelah pemberian
obat, alasan terapi obat dan kesehatan yang
menyeluruh, penggunaan obat yang baik dan benar,
dan sebagainya.
EFEK SAMPING OBAT (ESO)
ESO
1. Pengertian
2. Macam-macam
3. Faktor penyebab
4. Upaya pencegahan dan penanganan
Pengertian :
 Efek Samping Obat :
Reaksi atau respon yg berbahaya/
respon yg tdk diinginkan terhadap
suatu jenis obat yg timbul pada
dosis biasa u/ tujuan profilaksis,
diagnosis a/ pengobatan penyakit
atau untuk modifikasi fungsi
fisiologi
Faktor resiko ESO
 Polifarmasi atau mengkonsumsi obat
dalam jumlah yang banyak
 Usia, misalnya lansia atau bayi
 Ras dan genetik
 Penggunaan obat yang digunakan
secara bersamaan
Mula Timbul reaksi (Onset of reaksi) :

ESO

Setelah obat dihentikan


Awal penggunaan Pd saat
Ex : MAOIs,
penggunaan obat
Antikolinesterase.
Contoh :
 Reaksi alergi akut karena penisillin
 Hipoglikemia berat krn pemberian insulin
 Osteoporosis krn pengobatan kortikosteroid
jangka lama
 Fokomelia pada anak karena ibunya
menggunakan talidomid pada masa awal
kehamilan
 Hipertensi krn penghentian pemberian klonidin
Dampak Negatif ESO
 Kegagalan pengobatan
 Timbulnya keluhan / penyakit baru
 Biaya , penyakit ,
 Efek psikologis
Pembagian ESO :
A. ESO yg dpt diperkirakan
1. Aksi farmakologik yg berlebihan
- Hipotensi pd penerima antihipertensi dosis tinggi
- Bradikardi pd penerima digoksin
- Hipoglikemia, palpitasi
2. Respon krn penghentian obat
- Pecandu narkoba
- Agitasi ekstrim, takikardi, delirium, konvulsi krn
penghentian antidepresi (barbiturat)
3. Efek samping yg bukan efek utama
- mual, muntah akibat iritasi lambung dr obt kortikosteroid,
analgetik, rifampicin
- Rasa ngantuk dr antihistamin
Lanjutan…..
B. ESO yg tdk dpt diperkirakan
1. Reaksi alergi
- demam, ruam kulit, trombositopenia, anemia
hemolitika,asma

2. Reaksi krn faktor genetik


- Pasien krn kekurangan enzim G6PD bs menyebakan
anemia hemolitika

3. Reaksi idiosinkratik
Faktor Penyebab :

1. Faktor bukan obat


a. Intrinsik dr pasien
- Umur, Jenis kelamin, Genetik, Penyakit, sikap dan
kebiasaan hidup
b. Ekstrinsik diluar pasien
- Dokter dan lingkungan
2. Faktor obat
- Intrinsik dari obat
- Pemilihan obat
- Cara penggunaan obat
- Interaksi antar obat
Upaya pencegahan
 Pengkajian
 Gunakan obat bila indikasi jelas
 Hindari pengobatan banyak jenis obt
 Perhatian khusus pd anak/bayi, lansia
dan pasien dgn pnyakit khusus
 Evaluasi pengobatan
Penanganan :
 Hentikan pengobatan
 Tergantung ESO dan kondisi pasien
ex.pada pasien TB????
No Kondisi Obat Efek yg mungkin timbul

1. Gangguan Ginjal
Gagal ginjal Aminoglikosida Ototoksisitas
Tetrasiklin Peningkatan urea darah, insufisiensi
ginjal semakin memberat .
Digoksin Keracunan digitalis
Furosemid Resiko ototoksisitas
Aspirin Meningkatkan tjdnya pendarahan pd
uremia

Sindroma nefrotik Prednisolon Meningkatkan resiko terjadi eso


Diuretik

2. Gangguan Hati
Edema & asites prekoma Diuretik Bila tdk diperhatikan dpt menyebabkan
ensefalopati
Obstruksi jaundis Antikoagulan oral Peningkatan respon
Sirosis Lidokain Toksisitas berat pd ssp

3. Gangguan Gastroduodenal
Ulkus peptikum Kortikosteroid, OAINS M’p’buruk a/ mnimbulkan gagal
Antidepresan trisiklik jantung
Gastroenteritis akut Kontrasepsi oral
Menimbulkan kehamilan
No Kondisi Obat Efek yg mungkin timbul

4. Gangguan Jantung
Gagal Jantung Adrenoseptor, OAINS, M’p”buruk & mnimbulkan gagal jantung
antidepresan trisiklik
Lidokain M’p’buruk & mnimbulkan gagal jantung

Penyakit jantung pulmoner Digoksin Keracunan digitalis

Hipertensi Kontrasepsi oral, Peningkatan tek. Darah


vasokonstriktor

Fenotiazin, nitrogliserin Penurunan tek. darah


5. Gangguan Hematologi
Gangguan pendarahan Aspirin Resiko pendarahan meningkat
Gangguan Tromboembolitik Antikoagulan oral Bny obat yg dpt memodifikasi respon
antikoagulansia oral
Anemia megaloblastik Cotrimoksazol Depresi hemapoetik

6. Gangguan Psikologis
Skizofrenia Kortikosteroid, Dpt memperberat kelemahan otot
polimiksin
Epilepsi Fenotiazin, Dpt menimbulkan kejang
antidepresan trisiklik
Ergotamin
Peny. Serebrospinal iskemik
No Kondisi Obat Efek yg mungkin timbul

7. Gangguan Reumatik
SLE Berbagai jenis obat Meningkatkan tjdnya rx obat

Hiperuresimia Tiazid Serangan Gout

8. Gangguan Pernapasan
Asma Adrenoseptor Brokospasme akut

9. Gangguan endokrin
Diabetes melitus Tiazid, furosemid, M’p’parah diabetes a/ m’p’sulit
kortikosteroid, pengontrolan diabetes.
kontrasepsi oral
Digoksin Meningkatkan respon
Hipotiriodisme
Kontrasepsi oral Meningkatkan respon

Digoksin Mnurunkan respon


Hipertiroidisme
Kontrasepsi oral Kontrasepsi oral
INTERAKSI OBAT
INTERAKSI OBAT
 Interaksi obat didefinisikan sebagai modifiksi efek suatu obat
akibat adanya obat lain yang diberikan secara terpisah atau
diberikan bersamaan, atau bila dua atau lebih obat berinteraksi
sedemikian rupa sehingga efektifitas atau toksisitas satu obat
atau lebih berubah (Fradgley,2003)
 Perubahan efek obat karena adanya obat lain, herbal, makanan,
minuman maupun senyawa kimia lain (Stockley,2008)
 Contoh : interaksi antara golongan statin vs golongan azole –
antifungal dapat mengakibatkan kerusakan otot berat; interaksi
obat antidepresan vs makanan tinggi tiramin/keju dapat
mengakibatkan krisis hipertensi
INSIDENSI
Penelitian di sebuah RS
7% pada pasien yang mendapatkan obat

40% pada pasien yang mendapatkan

obat 16-20 obat


Dilakukan penelitian hanya pada

interaksi obat (IO) yang bermakna klinis,


ditemukan kejadian IO 8,8%.
Efek jika obat berintegrasi
 Efek adaptif : dapat membawa keuntungan
atau menimbulkan efek samping jika
keduanya memiliki efek samping obat yang
sama-sama membahayakan
 Efek berkurang : gagal terapi
 Tidak berefek : tidak ada bedanya antara
diberikan dengan tidak diberikan terapi obat
Faktor resiko terjadinya interaksi obat

 Penyakit yang kompleks : tidak mampu atau kesulitan


untuk bertahan terhadap efek dari interaksi obat
 Mengkonsumsi banyak obat : semakin banyak obat yang
dikonsumsi semakin besar resiko interaksi obat
 Pernah mengalami interaksi obat : besar kemungkinan akan
mengalami kejadian interaksi obat di kemudian hari
 Berusia sangat tua atau sangat muda : organ-organ vital
belum berkembang sempurna atau telah menurun menjadi
masalah
 Kelebihan berat badan: obat-obatan yang ditimbun dalam
lemak akan semakin terakumulasi pada jaringan adipose
 Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter
Mekanisme interaksi obat
 Interaksi secara farmasetik
(inkompatibilitas)
 Interaksi secara farmakokinetik
 Interaksi secara farmakodinamik
Interaksi secara farmasetik
 Interaksi ini terjadi antara dua obat yang diberikan dalam waktu
bersamaan yang biasanya terjadi sebelum obat tersebut
dikonsumsi
 Interaksi farmasetik/inkompabilitas adalah interaksi yang terjadi
di luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang tidak
dapat dicampur (inkompatibel)
 Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi
langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya terlihat
sebagai pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain
 Perubahan ini biasanya berakibat inaktivasi obat (Sinaga,2010).
Interaksi Farmakokinetik
 Interaksi farmakokinetik adalah interaksi yang dapat
terjadi ketika obat mempengaruhi proses absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi (ADME)
daripada obat lain sehingga dampaknya dapat
meningkatkan atau mengurangi efek farmakologis
salah satu dari obat yang dikonsumsi
 Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau
penurunan efektivitas obat tersebut 9Sinaga,2010)
Interaksi Farmakokinetik :
Absorbsi
 Absorbsi adalah pemindahan obat dari lokasi pemberian menuju aliran
darah (Harvey dan Champe,2014).
 Obat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap dari saluran
cerna ke dalam sirkulasi, ada banyak kemungkinan terjadi interaksi
selama obat melewati saluran cerna (Nuryati, 2017)
 Kecepatan dan efisiensi absorbsi tergantung pada cara pemberiannya,
pada pemberian intravena, absorbs berlangsung sempurna karena
dosis total langsung obat mencapai sirkulasi sistemik, pemberian obat
rute lain hanya bisa menghasilkan absorbs parsial sehingga
menurunkan bioavailabilitas.
 Bioavailabilitas adalah fraksi obat yang diberikan dan masuk ke dalam
sirkulasi sistemik serta tidak mengalami perubahan bentuk kimiawi
(Harvey dan Champe, 2014)
Interaksi Farmakokinetik :
Distribusi
 Setelah obat diabsorbsi ke dalam sirkulasi
sistemik maka selanjutnya akan
didistribusikan ke seluruh tubuh melalui
sirkulasi darah (Sinaga, 2010).
 Distribusi obat adalah sebuah proses
perpindahan suatu obat secara reversible dari
sirkulasi darah menuju interstisium (cairan
ekstraseluler) dan atau sel-sel jaringan
Interaksi Farmakokinetik :
Metabolisme
 Sementara absorbsi dan distribusi obat masih
terjadi, obat memulai proses metabolisme
 Proses metabolisme adalah mengubah obat-
obat lipofil menjadi produk yang bersifat lebih
polar dan mudah diekskresi
 Lokasi utama metabolism obat adalah
hati/liver, tetapi obat-obat tertentu dapat
mengalami biotransformasi dalam jaringan
lain seperti ginjal dan usus.
Interaksi Farmakokinetik :
Ekskresi
 Pengeluaran obat dari tubuh melalui berbagai rute, yang
terpenting adalah melalui ginjal dalam bentuk urine
 Ginjal adalah organ terpenting dalam pengeluaran urin
 Ekskresi melalui ginjal meliputi 3 proses yaitu filtrasi glomerulus,
sekresi aktif di tubulus ginjal dan reabsorbsi pasif di sepanjang
tubulus
 Filtrasi glomerulus menghasilkan ultrafiltrat yakni plasma minus
protein, jadi semua obat bebas akan keluar dalam ultrafiltrat
sedangkan yang terikat protein tetap tinggal dalam darah
Interaksi Farmakodinamik
 Interaksi farmakodinamik merupakan
interaksi yang dapat terjadi antar obat
yang memiliki efek farmakologis,
antagonis atau efek samping yang
hampir sama
Interaksi Farmakodinamis :
Interaksi sinergis
 Interaksi sinergis terjadi apabila dua obat dengan efek
famakologis yang sama diberikan bersama-sama dapat
enyebabkan efek aditif
 Interaksi sinergis ini dapat terjadi pada pemberian beberapa
macam obat yang walaupun bekerja pada reseptor yang
berbeda, tapi memiliki efek yang sama sehingga saling
memperlambat efek satu sama lain
 Contohnya penggunaan obat bersamaan dengan efek depresi
CNS seperti antidepresan, hipnotik, antiepilepsi dan antihistamin
dapat menyebabkan mengantuk berlebihan (Nidhi, 2012)
Interksi Farmakodinamik :
Interaksi Antagonis
 Interaksi antagonis adalah obat dengan aksi
antgonis pada tipe resptor tertentu akan
berinteraksi dengan antagonis pada reseptor
(Nidhi, 2012).
 Interaksi antagonis atau berlawanan yaitu
berbeda dengan interaksi aditif, ada bebrapa
pasang obat dengan kegiatan yang
bertentangan satu sama lain ( saadah at al.,
2016)
Penatalaksanaan Interaksi Obat
 Waspada terhadap pasien yang memperoleh obat-
obatan yang mungkin dapat berinteraksi dengan obat
lain
 Perlu dinilai apakah terjadi kondisi yang bermakna
secara klinis dan ditemukan kelompok-kelompok
pasien yang beresiko mengalami interaksi obat (bila
ya, pertimbangkan langkah berikut)
 Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi
 Melakukan penyesuaian dosis
 Melakukan pemantauan pasien
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai