FARMAKOTERAPI – I
Semester VI – 2020/2021
DESKRIPSI
Pengobatan sendiri sering dilakukan oleh masyarakat. Dalam
pengobatan sendiri sebaiknya mengikuti persyaratan penggunaan
obat rasional. Materi ini akan membahas pengertian dan batasan
pengobatan rasional. Penggunaan obat dikatakan rasional bila
(WHO 1985) bila pasien menerima obat yang sesuai dengan
kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dan dengan
harga yang paling murah untuk pasien dan masyarakat.
PENGGUNAAN OBAT YANG 6
RASIONAL
Secara praktis, penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria:
a. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat.
Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan
terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang
diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya.
8
i. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin,
serta tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau
Untuk efektif dan aman serta terjangkau, digunakan obat-obat dalam
daftar obat esensial. Pemilihan obat dalam daftar obat esensial
didahulukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan
harganya oleh para pakar di bidang pengobatan dan klinis. Untuk
jaminan mutu, obat perlu diproduksi oleh produsen yang menerapkan
CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan dibeli melalui jalur resmi.
Semua produsen obat di Indonesia harus dan telah menerapkan
CPOB.
j. Tepat informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat
penting dalam menunjang keberhasilan terapi
15
A. DESKRIPSI
Penggunaan obat yang tidak rasional sering dijumpai dalam
praktek sehari-hari. Peresepan obat tanpa indikasi yang jelas;
penentuan dosis, cara, dan lama pemberian yang keliru, serta
peresepan obat yang mahal merupakan sebagian contoh dari
ketidakrasionalan peresepan.
Penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional jika kemungkinan
dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih besar dibanding
manfaatnya. Dampak negatif disini dapat berupa:
a. Dampak klinik (misalnya terjadinya efek samping dan resistensi
kuman),
b. Dampak ekonomi (biaya tidak terjangkau)
20
B. TUJUAN IDENTIFIKASI MASALAH PENGGUNAAN OBAT YANG TIDAK RASIONAL
Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi dan penyebabnya dalam
penggunaan obat yang tidak rasional
ikan
21
Kasus 2
Seorang pasien dewasa datang ke Puskesmas A dengan keluhan
berak encer sebanyak 3 kali, tanpa lendir dan darah, dan badan
terasa pegal-pegal. Setelah diperiksa, pasien mendapat obat-obat
berikut:
- injeksi vitamin B12
- metronidazol 3x1 selama 3 hari
- metampiron 3x1 selama 3 hari
- ekstrak beladon 3x1 selama 3 hari
EVIDENCE-BASED MEDICINE
36
c. Patient values.
Setiap pasien, dari manapun berasal, dari suku atau agama
apapun, tentu mempunyai nilai-nil. Hal ini harus dipahami benar
oleh seorang klinisi atau praktisi medik, agar setiap upaya
pelayanan kesehatan yang dilakukan, selain dapat diterima dan
didasarkan pada bukti-bukti ilmiah, juga mempertimbangkan nilai-
nilai subyektif yang dimiliki oleh pasien. ai yang unik tentang status
kesehatan dan penyakitnya
LANGKAH LANGKAH EVIDENCE 43
BASED MEDICINE
A. DESKRIPSI
Evidence based medicine dapat dipraktekkan pada berbagai situasi,
khususnya jika timbul keraguan dalam hal diagnosis, terapi, dan
penatalaksanaan pasien. Adapun langkah-langkah dalam EBM
adalah:
1. Memformulasikan pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan
masalah penyakit yang diderita oleh pasien.
2. Penelusuran informasi ilmiah (evidence) yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi.
3. Penelaahan terhadap bukti-bukti ilmiah yang ada.
4. Menerapkan hasil penelaahan bukti-bukti ilmiah ke dalam praktek
pengambilan keputusan.
5. Melakukan evaluasi terhadap efi kasi dan efektivitas intervensi.
Langkah i: 44
Memformulasikan pertanyaan ilmiah
Setiap saat seorang dokter menghadapi pasien tentu akan muncul
pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang menyangkut beberapa hal,
seperti diagnosis penyakit, jenis terapi yang paling tepat,
faktorfaktor resiko, prognosis, hingga upaya apa yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah yang dijumpai pada pasien.
Dalam situasi tersebut diperlukan kemampuan untuk mensintesis
dan menelaah beberapa permasalahan yang ada. Sebagai
contoh, dalam skenario 1 disajikan suatu kasus dan bentuk
kajiannya. Pertanyaan-pertanyaan yang mengawali EBM selain
dapat berkaitan dengan diagnosis, prognosis, terapi, dapat juga
berkaitan dengan resiko efek iatrogenik, kualitas pelayanan (quality
of care), hingga ke ekonomi kesehatan (health economics).
Idealnya setiap issue yang muncul hendaknya bersifat spesifi k,
berkaitan dengan kondisi pasien
45
46