Anda di halaman 1dari 18

Peran Dokter dalam Pengobatan

Dokter bertanggung jawab terhadap diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis
resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun apoteker, penulis
resep itu harus dihubungi untuk penjelasan.

Peran Apoteker dalam Pengobatan

Apoteker secara resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat.selain itu apoteker
bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan
lain-lain.

Peran penting lainnya adalah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai
konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasehat kepada staf
keperawatan dan profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi
konsultasi kepada pasien tentang obatnya bila diminta.

Peran Perawat

Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah
satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses
pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan
memastikan bahwa obat itu benar diminum.

Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana
keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap
pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu
(dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang
mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.

Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil
pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program
dokter.

Prinsip Enam Benar

1.Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang
identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup
berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika
pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari
cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu
diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2.Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing
(baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label
pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat
dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta,
ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi.

Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat
harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

3.Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik
ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya
ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4
mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus
tetap hati-hati dan teliti !

4.Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian
rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat
kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral,
sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

1. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
2. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti
usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui
vena (perset / perinfus).
3. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,
losion, krim, spray, tetes mata.
4. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang
(stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan
pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam
bentuk supositoria.
5. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel
untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara
lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma,
atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5.Benar Waktu

Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan,
untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

6.Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan.

Cara Penyimpanan Obat

Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :

1. Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak
atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat
yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi
tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
2. Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.
3. Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan
dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi
keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.

Kesalahan Pemberian Obat

Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang
mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi obat dua
sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah, atau memberi
obat yang benar pada rute yang salah.

Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi
dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah kesalahan itu
diketahuinya.

Pedoman KIE Perawat kepada Pasien atau Keluarga

Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya di rumah sakit
diikuti dengan benar. Jika terapi ini akan dilanjutkan setelah pasien pulang, penting agar pasien
mengerti dan dapat meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan. Ini terutama penting
untuk penyakit-penyakit menahun, seperti asma, artritis rematoid, hipertensi, TB, diabetes
melitus, dan lain-lain.
Mengapa Pasien Tidak Patuh dalam Meminum Obatnya ?

1. Kurang pahamnya pasien terhadap tujuan pengobatan itu.


2. Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang
ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya.
3. Sukarnya memperoleh obat tersebut di luar rumah sakit.
4. Mahalnya harga obat.
5. Kurangnya kepedulian dan perhatian keluarga yang mungkin bertanggungjawab atas
pemberian obat itu kepada pasien.

Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai bila pasien mengetahui seluk beluk
pengobatan serta kegunaanya. Untuk itu sebelum pasien pulang ke rumah, perawat perlu
memberikan KIE kepada pasien maupun keluarga tentang :

1. Nama obatnya.
2. Kegunaan obat itu.
3. Jumlah obat untuk dosis tunggal.
4. Jumlah total kali minum obat.
5. Waktu obat itu harus diminum (sebelum atau sesudah makan, antibiotik tidak diminum
bersama susu)
6. Untuk berapa hari obat itu harus diminum.
7. Apakah harus sampai habis atau berhenti setelah keluhan menghilang.
8. Rute pemberian obat.
9. Kenali jika ada efek samping atau alergi obat dan cara mengatasinya
10. Jangan mengoperasikan mesin yang rumit atau mengendarai kendaraan bermotor pada
terapi obat tertentu misalnya sedatif, antihistamin.
11. Cara penyimpanan obat, perlu lemari es atau tidak
12. Setelah obat habis apakah perlu kontrol ulang atau tidak
PEMBERIAN OBAT SECARA TOPIKAL

PEMBERIAN OBAT SECARA TOPIKAL


By. Eny Retna Ambarwati

1. Definisi
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau pada
membrane pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum.
2. Tujuan
Tujuan dari pemberian obat topikal secara umum adalah untuk memperoleh reaksi lokal dari obat
tersebut.
3. Macam – macam pemberian obat topikal
a. Pemberian obat topikal pada kulit
1) Pengertian
Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal pada kulit.
2) Tujuan
Tujuan dari pemberian obat secara topical pada kulit adalah untuk memperoleh reaksi lokal dari
obat tersebut
3) Persiapan alat
a) Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol, bubuk, spray)
b) Buku obat
c) Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
d) Sarung tangan
e) Lidi kapas atau tongue spatel
f) Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
g) Kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan)
4) Prosedur kerja
a) Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b) Cuci tangan
c) Atur peralatan disamping tempat tidur klien
d) Tutup gorden atau pintu ruangan
e) Identifikasi klien secara tepat
f) Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat
g) Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
h) Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
i) Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal
j) Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
k) Oleskan agen topical :
(1) Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
(a) Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian lunakkan
dengan menggosok lembut diantara kedua tangan
(b) Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan
bulu.
(c) Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian
(2) Lotion mengandung suspensi
(a) Kocok wadah dengan kuat
(b) Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil
(c) Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
(3) Bubuk
(a) Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
(b) Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah
lengan
(c) Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
(4) Spray aerosol
(a) Kocok wadah dengan keras
(b) Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauhi area (biasanya 15-
30 cm)
(c) Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk memalingkan wajah dari
arah spray.
(d) Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit
l) Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah tidak digunakan
pada tempat yang sesuai.
m)Cuci tangan
b. Pemberian obat mata
1) Pengertian
Pemberian obat melalui mata adalah memberi obat kedalam mata berupa cairan dan salep.
2) Tujuan
a) Untuk mengobati gangguan pada mata
b) Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
c) Untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata
d) Untuk mencegah kekeringan pada mata
3) Persiapan alat
a) Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube (tergantung jenis sediaan obat)
b) Buku obat
c) Bola kapas kering steril (stuppers)
d) Bola kapas basah (normal salin) steril
e) Baskom cuci dengan air hangat
f) Penutup mata (bila perlu)
g) Sarung tangan
2) Prosedur kerja
a) Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
c) Identifikasi klien secara tepat
d) Jelaskan prosedur pengobatan dengan tepat
e) Atur klien dengan posisi terlentang atau duduk dengan hiperektensi leher
f) Pakai sarung tangan
g) Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopk mata dari dalam keluar
h) Minta klien untuk melihat ke langit - langit
i) Teteskan obat tetes mata :
(1) Dengan tangan dominan anda di dahi klien, pegang penetes mata yang terisi obat kurang
lebih 1-2 cm (0,5 – 0,75 inci) diatas sacus konjungtiva. Sementara jari tangan non dominan
menarik kelopak mata kebawah.
(2) Teteskan sejumlah obat yang diresepkan kedalam sacus konjungtiva. Sacus konjungtiva
normal menahan 1-2 tetes. Meneteskan obat tetes ke dalam sacus memberikan penyebaran obat
yang merata di seluruh mata.
(3) Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggir luar kelopak mata,
ulangi prosedur
(4) Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup mata dengan perlahan
(5) Berikan tekanan yang lembut pada duktus nasolakrimal klien selama 30-60 detik
j) Memasukkan salep mata :
(1) Pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata, pencet tube sehingga memberikan aliran
tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada konjungtiva.
(2) Minta klien untuk melihat kebawah
(1) Membuka kelopak mata atas
(2) Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva bagian dalam
(3) Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak mata secara perlahan dengan
gerakan sirkuler menggunakan bola kapas.
k) Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan usap dari bagian dalam ke
luar kantus
l) Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih diatas pada mata yang
sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberikan penekanan pada
mata.
m)Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah dipakai
n) Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian dan mata (kiri, kanan atau kedua
duanya) yang menerima obat.
c. Pemberian obat tetes telinga
1) Pengertian
Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk cair.
2) Tujuan
a) Untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organisme
penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
b) Menghilangkan nyeri
c) Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil
3) Persiapan alat
a) Botol obat dengan penetes steril
a) Buku obat
b) Cotton bud
c) Normal salin
d) Sarung tangan
4) Prosedur kerja
a) Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat harus
diberikan.
b) Siapkan klien
(1) Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2) Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
(3) Atur posisi klien miring kesamping (side lying) dengan telinga yang akan diobati pada bagian
atas.
c) Bersihkan daun telinga dan lubang telinga
(1) Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
(2) Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi cairan, bersihkan daun telinga dan meatus
auditory
d) Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat ke dalam air hangat dalam waktu yang
singkat
e) Tarik daun telinga keatas dan kebelakang (untuk dewasa dan anak-anak diatas 3 tahun), tarik
daun telinga kebawah dan kebelakang (bayi)
f) Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal telinga
g) Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga
h) Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit.
i) Kaji respon klien
Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya.
Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
j) Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
k) Dokumentasikan semua tindakan
d. Pemberian obat tetes hidung
1) Pengertian
Memberikan obat tetes melalui hidung
2) Tujuan
a) Untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung
b) Mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus
3) Persiapan alat
a) Botol obat dengan penetes steril
b) Buku obat
c) Sarung tangan
4) Prosedur kerja
a) Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat harus
diberikan.
b) Siapkan klien
(1) Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2) Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
(3) Atur posisi klien berbaring supinasi dengankepala hiperekstensi diatas bantal (untuk
pengobatan sinus ethmoid dan sphenoid) atau posisi supinasi dengan kepala hiperektensi dan
miring kesamping (untuk pengobatan sinus maksilaris dan frontal)
c) Bersihkan lubang telinga
d) Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
e) Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagian tengah konka superior tulang etmoidalis
f) Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit
g) Kaji respon klien
Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya.
Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
h) Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
i) Dokumentasikan semua tindakan
e. Pemberian obat melalui vagina
1) Pengertian
Memberikan sejumlah obat ke dalam vagina
2) Tujuan
a) Untuk mengobati infeksi pada vagina
b) Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
c) Untuk mengurangi peradangan
3) Persiapan alat
a) Obat sesuai yang diperlukan (cream, jelly, foam, atau suppositoria
b) Aplikator untuk krim vagina
c) Pelumas untuk suppositoria
d) Sarung tangan
e) Pembalut
f) Handuk bersih
g) Korden/pembatas/sketsel
4) Prosedur kerja
a) Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
b) Siapkan klien
(1) Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2) Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
(3) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
(4) Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
c) Pakai sarung tangan
d) Inspeksi orifisium vagina, catat adanya pengeluaran, bau atau rasa yang tidak nyaman
e) Lakukan tindakan perawatan perineum
f) Suppositoria
1) Buka bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan sejumlah pelumas yang larut dalam air
pada ujung supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung
tangan dari tangan dominan.
2) Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan, regangkan lipatan labia
3) Masukkan suppositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding vagina posterior.
4) Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa sekitar orifisium dan labia
5) Mintalah klien untuk tetap berada pada posisi tersebut selama 5-10 menit setelah insersi.
6) Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang sesuai
7) Cuci tangan
8) Kaji respon klien
9) Dokumentasikan seluruh tindakan
g) Kream, vagina, jelly atau foam
1) Isi aplikator, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan
2) Regangkan lipatan labia secara perlahan dengan tangan non dominan yang memakai sarung
tangan
3) Dengan tangan dominan yang telah memakai sarung tangan, masukkan aplikatot ke dalam
vagina sekitar 5 cm. Dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat hingga aplikator kosong.
4) Tarik aplikator dan letakkan diatas handuk. Bersihkan sisa kream pada labia dan orifisium
vagina.
5) Buang aplikator atau bersihkan kembali sesuai dengan petunjuk penggunaan dari pabriknya.
6) Instruksikan klien untuk tetap berada pada posisi semula selama 5-10 menit
7) Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
8) Cuci tangan
9) Kaji respon klien
10) Dokumentasikan semua tindakan

Referensi :

Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.

JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru Lahir
Jakarta. Pusdiknakes.

JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan


Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth edition,
Menlo Park, Calofornia.

Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica,
Penerbit buku kedokteran EGC.

Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC


PROSEDUR PEMBERIAN OBAT

A. PENGERTIAN OBAT

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuh.

Pada aspek obat ada beberapa istilah yang penting kita ketahui diantaranya: nama generic yang
merupakan nama pertama dari pabrik yang sudah mendapatkan lisensi, kemudian ada nama
resmi yang memiliki arti nama di bawah lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama kimiawi
merupakan nama yang berasal dari susunan zat kimianya seperti acetylsalicylic acid atau aspirin,
kemudian nama dagang ( trade mark) merupakan nama yang keluar sesuai dengan perusahaan
atau pabrik dalam menggunakan symbol seperti ecortin, bufferin, empirin, anlagesik, dan lain-
lain.

Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat diantaranya
kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obatkarena unsure keasliannya, tidak ada
pencampuran dan potensi yang baik.selain kemurnian, obat juga harus memiliki bioavailibilitas
berupa keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas

B. REAKSI OBAT

Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat akan bekerja sesuai proses
kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh yakni
suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi
pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.
Adapun faktor yang mempengaruhi reaksi obat yaitu :

1. Absorbs obat
2. Distribusi obat
3. Metabolisme obat
4. Eksresi sisa

Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping.efek terapeutik adalah obat memiliki
kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif ( berefek
untuk mengurangi gejala), kuratif ( memiliki efek pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan efek
samping adalah dampak yang tidak diharapkan, tidak bias diramal, dan bahkan kemungkinan
dapat membahayakan seperti adanya alerg, toksisitas ( keracunan), penyakit iatrogenic,
kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.

C. PERSIAPANN PEMBERIAN OBAT


Ada 6 persyaratan sebelum pemberian obat yaitu dengan prinsip 6 benar :
1. Tepat Obat
Sebelum mempersipakan obat ketempatnya bidan harus memperhatikan kebenaran obat
sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.

2. Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harusdiperhatikan dengan
menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau
sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk
diberikan kepaad pasien.

3. Tepat pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara
mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan
program pengobatan pada pasien.

4. Tepat cara pemberian obat

5. Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang dprogramkan , karena berhubungan
dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.

6. Tepat pendokumentasian

D. PERHITUNGAN DOSIS OBAT


Dosis pada Bayi dan Anak Balita
Pembagian dosis obat pada bayi dan anak balita dibedakan berdasarkan 2 standar, yaitu
berdasarkan luas permukaan tubuh dan berat badan.
1. Young
Da = n/ n +12 X Dd (mg) tidak untuk anak > 12 tahun

2. Dilling
Da = n / 20 + Dd ( mg )

3. Gaubius
Da = 1/12 + Dd ( mg ) ( untuk anak sampai umur 1 tahun )
Da = 1/8 + Dd ( mg ) ( untuk anak 1-2 tahun )
Da = 1/6 + Dd ( mg ) ( untuk anak 2-3 tahun )
Da = 1/ 4 + Dd ( mg ) ( untuk anak 3-4 tahun )
Da = 1/3 + Dd ( mg ) ( untuk anak 4 – 7 tahun )

4. Fried
Da = m/150 x Dd ( mg )
5. Sagel
Da = (13 w + 15)/100 + Dd ( mg ) ( umur 0 – 20 minggu )
Da = ( 8w + 7)/100 + Dd ( mg ) ( umur 20 – 52 minggu )
Da = ( 3w+ 12)/100 + Dd ( mg ) ( umur 1-9 minggu )
6. Clark
Da = w anak/ w dewasa x Dd

7. Berdasarkan area permukaan tubuh :


Dosis anak = area permukaan tubuh anak/ 1,7 mm2 X dosis dewasa normal

E. TEKNIK PEMBERIAN OBAT


1. Pemberian Obat per Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi
rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Alat dan bahan :
1. Daftar buku obat
2. Obat dan tempatnya
3. Air minum ditempatnya

Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Baca obat, dengna berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, tepat kerja, dan
tepat pendokumentasian.
4. Bantu untuk meminumnya:
a. Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan
jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan
sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
b. Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur
dengan minuman
c. Kaji denyut nadi dna tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan
pengkajian.
5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian obat dan evaluasi respon terhadap obat
dengan mencatat hasilpemberian obat
6. Cuci tangan

2. Pemberian Obat via Jaringan Intrakutan


Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dengan tujuan
untuk melakukan tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat
melalui jaringan intrakutan ini dilakukan dibawah dermis atau epidermis, secara umum
dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
Alat dan bahan:
1. Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit 1 cc / spuit insulin
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
7. Bengkok
8. Perlak dan alasnya
9. Jarum cadangan

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prsedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang kan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan
keataskan
4. Pasang perlak atau pengalas ibawah bagian yang akan disuntik
5. Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan / encerkan dengan aquades ( cairan pelarut)
kemudian ambil 0.5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak
instrument atau injeksi.
6. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
7. Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik
8. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat dengan
permukaan kulit.
9. Semprotkan obat hingga terjadi gelembung
10. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase
11. Catat reaksi pemberian
12. Cuci tangan dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jnis obat.

3. Pemberian Obat via Jaringan Subkutan


Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dapat dilakukan pada
daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan
daerah sekitar umbilicus ( abdomen ). Pemberian obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan
dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
Pemberian insulin terdapat 2 tipe larutan : yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih dimaksudkan
sebagai insulin tipe reaksi cepat ( insulin regular ) dan larutan yang keruh karena adanya
penambahan protein sehingga memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat.
Alat dan bahan :
1. Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit insulin
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak injeksi
7. Bengkok
8. Perlak dan alasnya

Prosedur Kerja:
Cuci tangan

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


2. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
3. Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
4. Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan setelah itu tempatka
pada bak injeksi.
5. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
6. Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan)
7. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dengan
permukaan kulit.
8. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.
9. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan
kedalam bengkok.
10. Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan
jenis obat.
11. Cuci tangan

4. Pemberian Obat Intravena Langsung


Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti / cephalika
( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena frontalis / temporalis (
kepala ), yang bertujuan agar reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
Alat dan bahan :

1. Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat


2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit 1 cc / spuit insulin
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
7. Bengkok
8. Perlak dan alasnya
9. Karet pembendung

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4. Ambil obat dalam tempatnya dengna spuit sesuai dengan dosis yang akan disuntikan.
Apabila obat berada dalam sediaan bubuk, maka larutkan dengna larutan pelarut (
aquades)
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang akan disuntik
6. Kemudian tampatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi
7. Desinfeksi dengan kapas alcohol
8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung ( tourniquet ) pada bagian atas daerah
yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan / minta bantuan atau
membendung diatas vena yang akan dilakukan penyuntikan
9. Ambil spuit yang berisi obat
10. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke
pembuluh darah
11. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung
semprotkan obat hingga habis
12. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah
penusukan dengan kapas alcohol , dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam
bengkok.
13. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
14. Cuci tangan.

5. Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung ( via Wadah )


Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam wadah
cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar
terapetik dalam darah.
Alat dan bahan :

1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran


2. Obat dalam tempatnya
3. Wadah cairan ( kantong / botol )
4. Kapas alcohol dalam tempatnya

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah
dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong / wadah cairan.
7. Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong cairan dengan
perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8. Periksa kecepatan infus.
9. Cuci tangan
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pmberian obat

6. Pemberian Obat Intravena Melalui Selang


Alat dan bahan :

1. Spuit dan jarum sesuai ukuran


2. Obat dalam tempatnya
3. Selang intravena
4. Kapas alcohol
Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan
2. Jelakan prosedur yang akan dilakukan
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian
tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
7. Setelah selesai tarik spuit.
8. Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9. Cuci tangan
10. Catat obat yang elah diberikan dan dosisnya

7. Pemberian Obat per Intramuskuler


Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat pada
daerah paha ( vastus lateralis ), ventrogluteal ( dengan posisi berbaring ), dorsogluteal ( posisi
tengkurap ), atau lengan atas ( deltoid). Tujuannya agar absorbs lebih cepat.
Alat dan bahan :

1. Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat


2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit sesuai dengan ukuran, jarum sesuai dengan ukuran : dewasa panjang 2,5-3,75 cm,
anak panjang : 1,25-2,5cm.
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak injeksi
7. Bengkok

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu letakkan
pada bak injeksi
4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan ( lihat lokasi penyuntikan ).
5. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
6. Lakukan penyuntikan:

a. Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring
terlentang dengan lutut sedikit fleksi
b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien utnuk miring, tengkurap atau
terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam
keadaan fleksi
c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di
putar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atats pinggul fleksi dan diletakkan di
depan tungkai bawah
d. Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau
berbaring mendatar lengan atas fleksi.

7. Lakukan penusukkan dengan posisi jarum tegak lurus


8. Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat
secara perlahan-lahan hingga habis
9. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan
kapas alcohol, kemudian spuit yang telah digunakan letakkan pada bengkok.
10. Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian
11. Cuci tangan

Anda mungkin juga menyukai