FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
ADHAN PIDDINI
I1A0010065
Kelompok
TES PROVOKASI HIPERVENTILASI
BAB I
Identitas Probandus
Nama
Umur
Berat badan
Tinggi badan
Jenis kelamin
Suku bangsa
: Jannatu Rahmah
: 17 tahun
:
:
: Perempuan
: Kelimantan / Indonesia
BAB II
Tinjauan Pustaka
Secara garis besar saluran pernafasan dibagi menjadi dua zona. Zona
konduksi yang dimulai dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
segmentalis dan berakhir pada bronkiolus terminalis. Sedangkan zona respiratoris
dimulai dari bronkiolus respiratoris, duktus alveoli dan berakhir pada sakus
alveolus terminalis (1).
Sistem pernafasan terdiri atas organ pertukaran gas dan suatu pompa
ventilasi paru. Pompa vebtilasi ini terdiri dari atas dinding dada, otot pernapasan
yang memperbesar dan memperkecil ukuran rongga dada, pusat pernafasan di
otak yang mengendalikan otot pernafasan (2).
BAB III
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
Dari praktikum Tes Provokasi Hiperventilasi
Soal
Frekuensi nafas
normal probandus
Frekuensi nafas
Kelompok
IX
X
XI
XII
VII
VIII
19
26
14
17
13
20
22
33
28
30
23
30
probandus setelah
menahan inspirasi
selama 20 detik
Frekuensi nafas
probandus setelah
inspirasi dan
18
25
18
28
19
21
frekuensi
pernafasan
normal
seorang
probandus
dengan
dari saraf sensoris pernapasan yang terdapat pada nervus vagus dan nervus
glosofaringeus. Pada akhirnya kedua nervus ini akan berhubungan dengan
kelompok pernapasan bagian dorsal. Melalui ini, mekanisme penghantaran
informasi dari paru ke pusat respirasi bagian dorsal bisa berlangsung (3).
Pernapasan Normal
Pada pernapasan biasa, pusat saraf dorsal akan melepaskan sinyal inspirasi
ritimis (yang teratur). Pelepasan sinyal2 inspirasi ritmis ini belum diketahui
penyebabnya. Sinyal inspirasi yang dilepaskannya ini berupa sinyal yang landai
(ramp signal), gunanya supaya inspirasi terjadi secara perlahan dan dapat
meningkatkan volume paru dengan mantap, sehingga kita tidak bernapas
terengah-engah. Perlu diingat lagi bahwa sinyal-sinyal ini akan dihantarkan ke
paru dan otot2 diafragma melalui saraf2 motorik pernapasan (3).
Setelah pusat dorsal melepaskan sinyal inspirasi yang landai tersebut, pusat
pneumotaksik akan mentransmisikan sinyal ke area inspirasi. Efek utama di sini
adalah mengatur titik penghentian inspirasi landai, dengan demikian mengatur
lamanya proses inspirasi. Kalau sinyal pneumotaksik ini kuat, inspirasi dapat
berlangsung hanya dalam 0,5 detik, akibatnya volume inspirasi juga sedikit; kalau
sinyal pneumotaksik ini lemah, inspirasi dapat berlangsung terus selama 5 detik
bahkan bisa lebih, akibatnya volume inspirasi menjadi banyak sekali (3).
Kalau sinyal inspirasi landai itu telah berhenti, maka paru secara otomatis
akan mengalami fase ekspirasi. Paru-paru kita mempunyai suatu sifat istimewa
yakni elastis dan punya daya lenting. Jadi ekspirasi ini terjadi sebagai imbas dari
inspirasi, dimana disini udara yang keluar tentunya telah bertukar dengan CO2.
Tegasnya, ekspirasi tenang yang normal, murni disebabkan akibat sifat elastis
daya lenting paru dan rangka toraks (3).
Pernapasan yg Lebih Dalam
Kalau kita bernapas lebih dalam, disini baru terjadi peranan dari kelompok
saraf pernapasan bagian ventral. Sedangkan pada pernapasan tenang yang normal,
kelompok saraf ventral ini inaktif. Bila rangsangan pernapasan guna
meningkatkan ventilasi paru menjadi lebih besar dari normal, sinyal respirasi yang
berasal dari mekanisme getaran dasar di area pernapasan dorsal akan tercurah ke
neuron pernapasan ventral (3).
Akibatnya, area pernapasan ventral turut membantu merangsang pernapasan
ekstra. Rangsangan area ventral ini berupa rangsangan listrik yang menyebabkan
inspirasi dan juga ekspirasi. Tetapi yang paling penting disini adalah sinyal untuk
ekspirasi, karena sinyal2 ini langsung dihantarkan dengan kuat ke otot-otot
abdomen selama ekspirasi yang sangat sulit. Intinya, pernapasan ventral ini
gunanya sebagai pendorong bila dibutuhkan ventilasi paru yang lebih besar,
khususnya selama latihan fisik berat (3).
BAB V
Kesimpulan
Pada praktikum Tes Provokasi Hiperventilasi yang telah dilakukan dapat
ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Frekuensi napas normal pada seluruh probandus beragam, semua lebih tinggi
daripada patokan frekuensi napas normal yaitu 12 kali per menit.
2. Pada percobaan kedua, frekuensi napas seluruh probandus mengalami
peningkatan daripada frekuensi napas normalnya, dimaksudkan untuk
mengembalikan kadar CO2 ke tingkat normal.
3. Pada percobaan ketiga, frekuensi napas seluruh probandus mengalami
penurunan daripada frekuensi napas di percobaan kedua. Percobaan ini terjadi
peristiwa hiperventilasi, menimbulkan perubahan PCO2, pH, dan PO2 yang
serius dalam darah probandus.
4. Dari seluruh percobaan dapat dibuktikan bahwa perubahan karbon dioksida
darah akan sangat berpengaruh meningkatkan aktivitas pusat pernapasan.
5. Pengaturan pernapasan untuk periode yang singkat dapat diatur secara
volunter (sadar), dan seseorang dapat melakukan hiperventilasi atau
hipoventilasi sedemikian besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Unlam, 2010
2. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, 1998.
3. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, 1998.
http://dokumen.tips/documents/provokasi-hiperventilasi.html
di akses pada tanggal 20 september 2015
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL PRAKTIKUM
Banjarbaru, 15 September 2010
Assisten
Praktikan
Maisarah Azzahra
Adhan Piddini
I1A007008
I1A010065