a. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika diagnosis
tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa mengacu pada
diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai
dengan indikasi yang seharusnya.
d. Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat.
Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang
sempit akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil
tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan.
j. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta tersedia setiap
saat dengan harga yang terjangkau Untuk efektif dan aman serta terjangkau, digunakan
obat-obat dalam daftar obat esensial. Pemilihan obat dalam daftar obat esensial
didahulukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan dan harganya oleh para
pakar di bidang pengobatan dan klinis. Untuk jaminan mutu, obat perlu diproduksi oleh
produsen yang menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan dibeli melalui
jalur resmi. Semua produsen obat di Indonesia harus dan telah menerapkan CPOB.
k. Tepat informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam menunjang
keberhasilan terapi.
n. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan, ketidaktaatan minum obat
umumnya terjadi pada keadaan berikut:
Dalam kenyataannya masih banyak lagi praktek penggunaan obat yang tidak rasional yang terjadi
dalam praktek sehari-hari dan umumnya tidak disadari oleh para klinisi. Hal ini mengingat bahwa hampir
setiap klinisi selalu mengatakan bahwa pengobatan adalah seni, oleh sebab itu setiap dokter berhak
menentukan jenis obat yang paling sesuai untuk pasiennya. Hal ini bukannya keliru, tetapi jika tidak
dilandasi dengan alasan ilmiah yang dapat diterima akan menjurus ke pemakaian obat yang tidak
rasional.
Dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional sangat beragam dan bervariasi
tergantung dari jenis ketidakrasionalan penggunaannya. Dampak negatif ini dapat saja hanya
dialami oleh pasien yaitu berupa efek samping, dan biaya yang mahal, maupun oleh populasi
yang lebih luas berupa resistensi kuman terhadap antibiotik tertentu dan mutu pelayanan
pengobatan secara umum.
a. Skrining Resep
Setelah menerima resep, dilakukan skrining dengan tahapan sebagai berikut :
- Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu nama dokter, nomor surat, izin praktek
(SIP), paraf / tandatangan dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah obat, aturan
pakai, nama, umur, berat badan, jenis kelamin, dan alamat atau nomor telepon pasien.
- Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, inkompatibilitas,
cara dan lama penggunaan obat.
- Pertimbangan klinik seperti kesesuaian indikasi, alergi, efek samping, interaksi obat, dan
kesesuaian dosis.
- Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya tidak
tersedia.
b. Penyiapan obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep :
- Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep
- Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama,
tanggal kadaluarsa dan keadaan fi sik obat.
- Melakukan peracikan obat bila diperlukan
- Memberi etiket
• Warna putih untuk obat dalam / oral
• Warna biru untuk obat luar dan suntik
• Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi
• Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah
c. Penyerahan Obat
Setelah penyiapan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
- Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali mengenai
penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan, jenis dan jumlah obat di sesuaikan
antara penulisan etiket dengan resep.
- Memanggil nama atau nomot tunggu pasien
- Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
- Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
- Memberikan informasi berupa cara penggunaan obat dan hal-hal lain terkait dengan obat
itu sendiri berupa manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lainnya.
- Penyerahan obat kepada pasien hendaknya di lakukan dengan baik mengingat pasien
dalam kondisi tidak sehat .
- Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
- Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan di paraf oleh apoteker ( apabila di
perlukan)
- Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikan yang memudahkan untuk
pelaporan.
7. Konseling Obat
Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien
yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan kesempatan kepada pasien/ keluarga
pasien mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
dan kesadaran sehingga pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi.
IV. Upaya dan Intervensi untuk Mengatasi Masalah Penggunaan Obat Tidak
Rasional
Penggunaan obat dikatakan tidak rasional jika tidak tepat secara medik. Artinya, tidak sesuai
dengan indikasi, diberikan dalam dosis yang tidak tepat, cara dan lama pemberian yang keliru
hingga kurang tepatnya pemberian informasi sehubungan dengan pengobatan yang diberikan.
Secara garis besar upaya perbaikan dan intervensi ini dapat dikelompokkan dalam beberapa
hal:
Strategi regulasi dilakukan dalam bentuk kewajiban registrasi obat bagi obat jadi yang
beredar, peraturan keharusan peresepan generik, pelabelan generik, dan lain-lain.
2. Formularium Obat
Formularium Obat adalah buku yang memuat daftar obat terpilih yang paling
dibutuhkan dan harus tersedia di RS dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya