Anda di halaman 1dari 19

Penggunaan Obat

Rasional
KELOMPOK 1

WINARSIH B1A119140
SAPRIYANI BEISILA B1A119141
LINDA B1A119142
RIRIN DWIYANTI JUSMAN B1A119143
MEGA SURYA TARENTE B1A119144
ANDI NUR AZIZAH ULUL ILMY 173145201126
SRI RAHMADHANI 173145201135
MARISA A.RAHMAN 183145201075
NANDA MARWATI 183145201083
Penggunaan Obat Rasional

Penggunaan obat rasional adalah penggunaan obat yang disesuaikan


dengan kebutuhan klinis pasien, baik dalam jumlah maupun waktu yang
memadai, disertai dengan biaya paling rendah.1,2 Penggunaan obat harus
sesuai dengan penyakit, oleh karena itu diagnosis yang ditegakkan harus
tepat, patofisiologi penyakit, keterkaitan farmakologi obat dengan
patofisiologi penyakit dan dosis yang diberikan dan waktu pemberian yang
tepat, serta evaluasi dan efektivitas dan toksisitas obat tersebut, ada tidaknya
kontraindikasi serta biaya yang harus dikeluarkan harus sesuai dengan
kemampuan pasien tersebut.
WHO menyatakan bahwa penggunaan obat yang rasional adalah
pasien memperoleh pengobatan yang tepat sesuai indikasi klinisnya dengan
dosis dan jangka waktu yang memenuhi syarat serta harga terjangkau.
Dengan kata lain unsur-unsur penggunaan obat rasional adalah tepat pasien,
tepat indikasi, tepat obat, tepatinformasi, dan tepat monitoring.
pemakaian obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria

1. Sesuai dengan indikasi penyakit 


2. Tersedia setiap saat dengan harga terjangkau 
3. Diberikan dengan dosis yang tepat 
4. Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat 
5. Lama pemberian yang tepat 
6. Obat yang diberikan harus efektif, dengan mutu terjamin dan aman.
Pengertian rasional

1. Sesuai dengan keperluan klinik


2. Dosis sesuai dengan kebutuhan pasien
3. Diberikan dalam jangka yang sesuai
4. Dengan biaya termurah bagi pasien dan komunitasnya
Beberapa Pertimbangan Dalam Pemilihan Obat

1. Manfaat (efecacy)
2. Kemanfaatan dan keamanan obat sudah terbukti (safety)
3. Resiko pengobatan yang paling kecil dan seimbang
dengan manfaat dan keamanan yang sama dan
terjangkau oleh pasien (affordable)
4. Kesesuaian/suittability (cost)
penggunaan obat yang tidak rasional dapat memberi dampak:

Penggunaan obat yang tidak rasional dapat menyebabkan kesalahan dalam pengobatan
atau timbulnya efek samping yang tidak diinginkan.
1. Terjadinya pemborosan biaya dan anggaran masyarakat,
2. Resiko efek samping dan resistensi,
3. Ketersediaan obat kurang terjamin,
4. Mutu pengobatan dan pelayanan kesehatan buruk,
5. Memberikan persepsi yang keliru tentang pengobatan pada masyarakat.
Langkah-Langkah Menerapkan Penggunaan Obat Secara Rasional

1. Menentukan masalah pasien atau melakukan diagnosis.


2. Menetapkan tujuan pengobatan
3. Memeriksa kerasionalan penggunaan obat yang dipilih
4. Membuat resep 
5. Memberi informasi, instruksi dan hal-hal yang perlu diwaspadai
6. Melakukan monitoring
  Upaya Implementasi Pengobatan Rasional

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kerasionalan


penggunaan obat yaitu:
Upaya regulasi
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan berperan dalam pengaturan
yang dapat mendukung penggunaan obat yang rasional
Upaya pendidikan
Pengajaran penggunaan obat rasional dalam kurikulum Fakultas Kedokteran.
Bagi para dokter dapat diberikan post service training melalui berbagai program
pelatihan dan penyegaran mengenai penggunaan obat rasional. Pendidikan dan
pelatihan juga diberikan bagi petugas pelayanan kesehatan lain serta masyarakat.
Upaya manajerial
Dalam upaya ini termasuk pembentukan Komisi farmasi dan Terapi (KFT) di RS,
Penetapan daftar Obat Essensial, penyusunan pedoman pengobatan.
Penggunaan Obat Yang Tidak Rasional

Peresepan berlebih (over prescribing), yaitu memberikan obat yang


sebenarnya tidak diperlukan untuk penyakit yang bersangkutan.
Pemberian obat dengan dosis lebih banyak dari yang dianjurkan, obat yang
diberikan lebih dari yang diperlukan untuk pengobatan penyakit tersebut.
Peresepan kurang (under prescribing), yaitu jika pemberian obat kurang dari
yang seharusnyadiperlukan, baik dosis, jumlah maupun lama pemberian.
Peresepan majemuk (multiple prescribing), yaitu jika memberikan beberapa
obat untuk suatu indikasipenyakit yang sama, pemberian lebih dari satu obat
untuk penyakityang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.
Peresepan salah (incorrect prescribing), yaitu Pemberian obat untuk indikasi
yang keliru dengan resiko efek samping
Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan
contoh :
 Penyakit diare akut non spesifik umumnya mendapat antibiotik dan obat injeksi
sementara, pemberian oralit (yang lebih dianjurkan) kurang banyak dilakukan
akibatnya risiko dehidrasi pada anak menjadi lebih tinggi sehingga dapat
membahayakan keselamatan.
ISPA non pneumonia pada anak umumnya mendapat antibiotik yang sebenarnya
tidak perlu. Tidak mengherankan angka kematian bayi dan balita akibat ISPA dan
diare masih cukup tinggi di Indonesia
• Dampak terhadap biaya pengobatan

1. Pemakaian obat tanpa indikasi yang jelas


2. Pemakaian obat pada pasien yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat,
merupakan pemborosan dan membebani pasien.
3. Peresepan obat mahal, meskipun terdapat obat yang lebih murah
Contoh: ISPA non pneumonia → antibiotik.
Upaya Mengatasi Masalah Penggunaan Obat
Yang Tidak Rasional

1. Upaya pendidikan (educational strategies)


2. Pendidikan selama masa kuliah (pre-service)
3. Sesudah menjalankan prkatek kepropesian (past-service)
4. Pendidikan past-service antara lain:
- Pendidikan berkelanjutan (contining-medical education)
- Informasi pengobatan (academic based detailing)
- Seminar-seminar, buletin dan lain-lain
-Sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk intervensi
5. Informasi / sumber-sumber informasi

a. Upaya informasi
Intervensi informasi bagi dokter.
Informasi ilmiah untuk menunjang praktek keprofesian
agar bebas dari pengaruh promosi industry farmasi.
Intervensi apoteker untuk mengenai obat
Intervensi informasi bagi pasien / masyarakat untuk
mentaati upaya pengobatan
b. Informasi yang disampaikan ke pasien antara lain:
 Penyakit yang diderita
 Jenis dan peran obat yang diberikan dalam proses penyembuhan.
 Informasi mengenai cara, frekuensi, lama pemberian obat.
 Kemungkinan resiko efek samping.
 Cara penanggulangan efek samping.
 Apa yang harus dilakukan, jika dalam periode tertentu belum memberikan
c. Jangan memberikan injeksi bila:
 Tanpa indikasi yang jelas
 Tidak dapat menyediakan satu jarum untuk satu pasien
  Tidak dapat menyediakan adrenalin dan cartison di samping obatsuntik yang ada.
 Tidak mengetahui cara penangaaanan syok anafilaksis.
Pedoman Pengobatan

Dengan menggunakan pedoman pengobatan maka:


1. Pasien hanya akan menerima pilihan obat yang baik (palingbermanfaat,
aman, ekonomik dan rasional serta tersedia setiapsaat diperlukan).
2. Pelaksanaan pengobatan mencerminkan standard keprofesianyang tinggi.
3. Kesediaan setiap obat lebih terjamin.
4. Pelaksanaan program pengobatan lebih efisien.
5. Secara formal memberi pengamanan hukum bagi dokter.
Empat parameter utama yang akan dinilai dalam monitoring dan evaluasi penggunaan obat
yang rasional adalah:
• Penggunaan standar pengobatan
• Proses pengobatan (Penerapan SOP)
• Ketepatan diasnostik
• Ketepatan pemilihan intervensi pengobatan
 
Keempat parameter tersebut dijabarkan dalam indikator penggunaan obat:
• Rata-rata jenis obat per kasus
• Presentase penggunaan obat antibiotik 
• Presentase penggunaan injeksi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai