DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5 :
1. Findy buaya 19330103061
2. Grasella A Uboro 19330103071
3. Maria Meisi Soriton 19330103057
4. Alfionita D Ponamon 19330103070
5. Elena S Loway 19330103059
6. Nansy maweikere 19330103048
7. Sabrianto Uli 19330103046
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II ISI
2.1 Penggunaan Obat Rasional (POR)
2.2 Pedoman Obat Rasional
2.3 Prinsip-prinsip POR
2.4 Penggunaan Obat Tak Rasional
2.5 Rancangan dan Pedoman Uji Stabilitas
2.6 Jenis dan Teknik Uji Stabilitas
2.7 Spesifikasi dan Penafsiran Data Hasil Uji
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan obat yang rasional adalah pemilihan dan penggunaan obat yang efektifitasnya
terjamin serta aman, dengan mempertimbangkan masalah harga, yaitu dengan harga yang
paling menguntungkan dan sedapat mungkin terjangkau. Untuk menjamin efektifitas dan
keamanan, pemberian obat harus di lakukan secara rasional, yang berarti perlu dilakukan
diagnosis yang akurat, memilih obat yang tepat, serta meresepkan obat tersebut dengan dosis,
cara, interval serta lama pemberian yang tepat.
Penggunaan obat rasional juga berarti menggunakan obat berdasarkan indikasi yang
manfaatnya jelas terlihat dapat diramalkan (evidence based therapy). Manfaat tersebut dinilai
dengan menimbang semua bukti tertulis hasil uji klinik untuk dimuat dalam kepustakaan
yang dilakukan melalui evaluasi yang sangat bijaksana.
1.2 Tujuan
Untuk memahami tentang cara pemberian obat yang tepat sesuai dengan obat dan rute
pemberian yang benar.
BAB II
ISI
2.1 Penggunaan Obat Rasional (POR)
Penggunaan obat secara rasional di masyarakat merupakan salah satu hal penting untuk
membangun pelayanan kesehatan. Pelaksanaan pengobatan yang tidak rasional selama ini
telah memberikan dampak negatif berupa pemborosan dana, efek samping dari penggunaan
obat yang kurang tepat akan menyebabkan terjadinya resistensi, interaksi obat yang
berbahaya, dapat menurunkan mutu pengobatan dan mutu pelayanan kesehatan. Untuk
meningkatkan kerasionalan obat pada masyarakat hingga mutu pelayanan kesehatan yang
optimal maka perlu dilakukan pengelolaan obat secara rasional dan sistematis (Yuliastuti
dkk., 2013).
Penggunaan obat yang rasional adalah pemilihan dan penggunaan obat yang efektifitasnya
terjamin serta aman, dengan mempertimbangkan masalah harga, yaitu dengan harga yang
paling menguntungkan dan sedapat mungkin terjangkau. Untuk menjamin efektifitas dan
keamanan, pemberian obat harus dilakukan secara rasional, yang berarti perlu dilakukan
diagnosis yang akurat,memilih obat yang tepat, serta meresepkan obat tersebut dengan dosis,
cara, interval serta lama pemberian yang tepat.
Penggunaan obat rasional juga berarti menggunakan obat berdasarkan indikasi yang
manfaatnya jelas terlihat dapat diramalkan (evidence based therapy) . Manfaat tersebut dinilai
dengan menimbang semua bukti tertulis hasil uji klinik yang dimuat dalam kepustakaan yang
dilakukan melalui evaluasi yang sangat bijaksana. Menimbang manfaat dan resiko tidak
selalu mudah dilakukan, hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menentukannya yaitu derajat
keparahan penyakit yang akan diobati, efektivitas obat yang akan digunakan, keparahan dan
frekuensi efek samping yang mungkin timbul, serta efektivitas dan keamanan obat lain yang
bisa dipakai sebagai pengganti. Semakin parah suatu penyakit, semakin berani mengambil
resiko efek samping, namun bila efek samping mengganggu dan relatif lebih berat dari
penyakitnya sendiri mungkin pengobatan tersebut perlu diurungkan. Semakin remeh suatu
penyakit, semakin perlu bersikap tidak menerima efek samping.
Kemampuan untuk melakukan telaah terhadap berbagai hasil uji klinik yang disajikan
menjadi amat penting dalam masalah ini. Biasanya dalam pedoman pengobatan, pilihan obat
yang ada telah melalui proses tersebut, dan dicantumkan sebagai obat pilihan utama (drug of
choice), pilihan kedua, dan seterusnya.
2.2 Pedoman Obat Rasional
Menurut WHO 1987 pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan
waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau.
Secara Umum Pengobatan Rasional Pengobatan rasional merupakan suatu proses yang
kompleks dan dinamis, dimana terkait beberapa komponen, mulai dari diagnosis, pemilihan
dan penentuan dosis obat, penyediaan dan pelayanan obat, petunjuk pemakaian obat, bentuk
sediaan yang tepat, cara pengemasan, pemberian label dan kepatuhan penggunaan obat oleh
penderita. Penggunaan obat di sarana pelayanan kesehatan umumnya belum rasional.
Penggunaan obat yang tidak tepat ini dapat berupa penggunaan berlebihan, penggunaan yang
kurang dari seharusnya, kesalahan dalam penggunaan resep atau tanpa resep, polifarmasi, dan
swamedikasi yang tidak tepat (WHO, 2010). Secara praktis, menurut Kementrian RI, (2011)
penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria :
1) . Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan dengan diagnosis yang tepat. Jika diagnosis
tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa mengacu pada diagnosis
yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi
yang seharusnya.
2) Tepat Indikasi Penyakit
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya di indikasikan
untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya di anjurkan untuk pasien
yang member gejala adanya infeksi bakteri.
3) Tepat Pemilihan Obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi di ambil setelah diagnosis ditegakkan dengan
benar.Dengan demikian obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan
spektrum penyakit.
4) Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangan berpengaruh terhadap efek terapi obat.
Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang
sempitakan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak
akan menjamin tercapinya kadar terapi yang di harapkan.
a. Tepat Cara Pemberian
Obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh
dicapur dengan susu, karena akan membentuk ikatan, sehingga menjadi tidak dapat
diabsorpsi dan menurunkan efektivitasnya.
b. Tepat Waktu Interval Pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis, agar mudah di
taati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari),
semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus
diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam.
c. Tepat Lama Pemberian
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing –masing . Untuk tuberkolosis
dan kusta, lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol
pada demam tifoid adalah 10-14 hari. Pemberian obat yang terlalu singkat atau terlalu lama
dari yang seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan.
5) Waspada Terhadap Efek Samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek. tidak diinginkan yang
timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu muka merah setelah pemberian
atropine bukan alergi, tetapiefek samping sehubugan vasodilatasi pembuluh darah di wajah.
Pemberian tetrasiklin tidak boleh dilakukan pada anak kurang dari 12 tahun, karena
menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang yang sedang tumbuh.
6) Tepat Penilaian Kondisi Pasien
Respon individu terhadap efek obat sangat beragam.Hal ini lebih jelas terlihat pada
beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida.
7) Tepat Informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam menunjang
keberhasilan terapi.
8) Tepat Tindak Lanjut (Follow-up)
Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan upaya tindak lanjut
yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau mengalami efek samping.
9) Tepat Penyerahan Obat (Dispensing)
Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat dan pasien
sendiri sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di
Puskesmas, apoteker/asisten apoteker menyiapkan obat yang dituliskan peresep pada lembar
resep untuk kemudian diberikan kepada pasien. Proses penyiapan dan penyerahan harus
dilakukan secara tepat, agar pasien mendapatkan obat sebagaimana harusnya. Dalam
menyerahkan obat juga petugas juga harus memberikan informasi yang tepat kepada pasien.
10) Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan,
ketidaktaatan minum obat umumnya terjadi pada keadaan beikut :
a. Jenis dan/atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak
b. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
c. Jenis sediaan obat terlalu beragam
d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
e. Pasien tidak mendapatkan informasi/penjelasan yang cukup mengenai cara
minum/menggunakan obat.
f. Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri lambung), atau efek ikatan
(urin menjadi merah karena minum rifamfisin) tanpa diberikan penjelasan terlebih
dahulu.
Analisa (gross) organoleptik; yaitu melakukan pemeriksaan fisik secara umum; atau
Kriteria ilmiah lain yang valid.
Produk yang mengandung kombinasi beberapa komponen bahan aktif, meskipun
tidak perlu dilakukan pengujian terhadap semua bahan tersebut, harus dilakukan
pengujian terhadap salah satu bahan aktif. Pada beberapa kasus, pengujian dapat
dilakukan pada lebih dari satu bahan aktif atau marker pengganti, yang diketahui
rentan/peka terhadap perubahan selama penyimpanan, dan memiliki potensi
mempengaruhi kualitas produk kombinasi serta harus diberikan justifikasi yang valid.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu terapi obat terpenting terhadap
pasien. Obat merupakan alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati pasien
yang memiliki masalah kesehatan. Walaupun obat menguntungkan pasien dalam banyak hal,
beberapa obat yang menimbulkan efek yang berbahaya akibat efek samping yang
ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon dan membantu pasien
menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan akan dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
https://kupdf.net/download/pedoman-pengobatan-rasional-di-
puskesmas_58cac974dc0d608146339027_pdf
https://dokumen.tips/download/link/makalah-penggunaan-obat-rasional-fix
http://repository.wima.ac.id/12715/2/BAB%201.pdf
http://farmalkes.kemkes.go.id/?
wpdmact=process&did=MTcwLmhvdGxpbms=
http://repository.ump.ac.id/5275/3/PEGY%20BAB%20II.pdf
https://slideplayer.info/slide/3071196/
https://dokumen.tips/download/link/kelompok-6-kelas-a-uji-stabilitas-
produk-farmasi
https://docplayer.info/72954719-Metode-pengujian-stabilitas-stabilitas-
didefinisikan-sebagai-kemampuan-zat-obat-atau-produk-obat-untuk-
tetap-di-dalam-spesifikasi-yang-dibentuk-untuk.html
https://www.academia.edu/15750369/laporan_stabilitas_obat