Oleh kelompok 3:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan judul “Metode Uji Toksisitas”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas matakuliah toksikologi. Selain itu, kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang apa itu
toksikologi serta hal-hal terkait.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu yang sudah
membimbing. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang kami ditekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................................................... ii
BAB I...................................................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................................................... 1
BAB II.................................................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN....................................................................................................................................................................2
2.1 Dasar Pengujian..........................................................................................................................................................2
2.2 Penggolongan Uji Toksisitas.......................................................................................................................................2
1. Uji toksisitas akut........................................................................................................................................................2
2. Uji Toksisitas Sub Akut..............................................................................................................................................5
3. Uji Toksisitas Kronis...................................................................................................................................................5
4. Uji Potensiasi.............................................................................................................................................................6
5. Uji Teratologi.............................................................................................................................................................6
6. Uji Mutagenesis.........................................................................................................................................................6
7. Uji Karsinogenesis.....................................................................................................................................................7
8. Uji Toksisitas terhadap Kulit dan Mata..................................................................................................................7
9. Uji Perilaku................................................................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Uji toksisitas adalah uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi, dan
untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh dapat
digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi
pemaparan pada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan
manusia. Bahaya akibat pemaparan suatu zat pada manusia dapat diketahui dengan
mempelajari efek kumulatif, dosis yang dapat menimbulkan efek toksik pada manusia, efek
karsinogenik, teratogenik, dan mutagenik. Pada umumnya informasi tersebut dapat diperoleh
dari percobaan menggunakan hewan uji sebagai model yang dirancang pada serangkaian uji
toksisitas nonklinik secara in vivo meliputi uji toksisitas akut oral, toksisitas subkronis oral,
toksisitas kronis oral, teratogenisitas, sensitisasi kulit, iritasi mata, iritasi akut dermal, iritasi
mukosa vagina, toksisitas akut dermal, dan toksisitas subkronis dermal. Pemilihan uji
tersebut tergantung dari tujuan penggunaan zat tersebut. Apabila penggunaannya ditujukan
untuk pemakaian secara topikal/dermal, dilakukan uji toksisitas dermal untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya risiko akibat pemaparan pada manusia. Uji toksisitas dermal
berdasarkan waktu jenisnya bervariasi yaitu uji toksisitas akut dermal, uji toksisitas
subkronik dermal,uji toksisitas kronik dermal, dan uji iritasi. Uji toksisitas akut dermal
merupakan pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat (24
jam selama 14 hari) setelah pemaparan suatu sediaan uji dalam sekali pemberian melalui rute
dermal (BPOM, 2014). Pengujian ini perlu dilakukan untuk bahan / sediaan yang digunakan
untuk pemakaian topikal pada kulit, baik yang berupa obat sintesis maupun dengan
Bahan baku herbal dan penelitian menggunakan hewan uji dengan jenis kelamin betina
karena kulit betina lebih sensitif dibandingkan jantan (BPOM, 2014). Herbal yang
digunakan untuk terapi apabila mau dikembangkan menjadi obat fitofarmaka harus melewati
uji prekilinik untuk mengetahui keamanan melalui uji toksisitas. Apabila tidak toksik dan
tidak menimbulkan efek samping dilanjutkan uji farmakodinamik untuk mengetahui khasiat
obat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu uji toksisitas?
2. Apa saja jenis-jenis uji toksisitas?
3. Bagaimana dasar pengujian uji toksisitas
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu uji toksisitas
2. Mengetahui apa saja jenis-jenis uji toksisitas
1
3. Mengetahui bagaimana dasar pengujiannya
BAB II
PEMBAHASAN
2
Uji toksisitas akut diramcang untuk menentukan atau menunjukan secara kasar MEDIAN
LETHAL DOSE (LD50) dari toksikan. LD50 ditetapkan sebagai tanda statik pada
pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal yang dapat menyebabkan kematian 50% hewan
uji ( Frank, 1996). Pada khasus tertentu pengamatan bisa selama 7-14 hari. Hal ini dilakukan
untuk melihat kemungkinan efek toksik yang tertunda (reversibilitas). Tujuan dari uji
toksisitas aku adalah untuk mendeteksi adanyatindakan toksisitas suatu zat, menentukan
organ sasaran dan kepekaannya, memeperoleh data bahayanya suatu senyawasetelah
pemberian dan untuk memperioleh informasi awal yang dapat digunakan untuk menetapkan
tingkat dosis yang diperlukan untuk uji toksisitas selanjutnya (Anonim, 2005).
Penentuan LD50 merupakan awal untuk mengetahui keamanan bahan yang digunakan
manusia dengan menentukan besarnya dosis yang menyebabkan kematian 50%pada hewan
uji setelah pemberian dosis tunggal. Nilai LD50 bahan obat mutlak harus ditentukan karena
nilai ini digunakan dalam penilaian rasio manfaat (khasiat) dan daya racun yang dinyatakan
sebagai indeks terapi obat (LD50). Makin besar indeks terapi, makin aman obat obat tersebut
jika digunakan. Pada metode konversional, penenuan nilai toksisitas akut untuk obat, obat
tradisional, bahan lain menggunakan klasifikasi dalam bentuk ( luar biasa toksik, sangat
toksik, cukup toksik, sedikit toksik, praktis tokisik dan relatif kurang berbahaya).
Pengamatan dilakukan selama 24 jam pertama dengan intensif, selanjutnya jika tidak
terjadi kematian dilanjutkan dengan pengamatan 48 jam dan diteruskan sekurang-kurannya
14 hari dengan pengamatan berkala terhadap sistem pernafasan, pencernaan kardiovaskular,
somatomotor, kulit dan bulu, serta diare, letargi, lemar, tidur dan koma. Pengamatan diamati
saat muncul dan hilangnya gejala toksik, hewan uji ditimbang sedikitnya 1-2 kali 1 minggu.
Metode OECD (Organization for Economic Coorporation and Development) 425 adalah
metode terbaru dan telah digunakan oleh BPOM dalam pengujian ketoksikan akut. Metode
ini merupakan salah satu pedoman uji toksisitas terhadap bahan kimia dengan menggunakan
prosedur naik-turun (UDP) untuk memperkirakan nilai LD50. Pedoman ini bermanfaat dalam
meminimalkan penggunaan jumlah hewan uji dengan estimasi nilai LD50 dan interval
kepercayaan, serta memungkinkan pengamatan tanda ketoksikan. Pada metode OECD 425,
terdapat 2 tes yang perlu dilakukan dalam uji ketoksikan akut yaitu limit test dan main test.
Limit test adalah tes berurutan yang menggunakan maksimal 5 hewan dengan dosis uji 2000
mg/kgBB atau maksimal 5000 mg/kgBB. Sedangkan main test adalah pengujian lanjutan jika
hewan uji mengalami kematian pada limit test, dosis tunggal dinaikkan atau diturunkan lalu
pemberian pada hewan uji diurutkan untuk diberikan dosis satu per satu pada interval
minimum 48 jam (OECD, 2008). Pengujian akan berhenti jika salah satu kriteria terpenuhi,
yaitu: (a) 3 hewan uji berturut-turut hidup pada batas atas (5000 mg/kgBB); (b) sejumlah 5
pengulangan terjadi pada pengujian 6 hewan uji. Dimulai dari dosis terendah saat ditemukan
hewan uji yang hidup lalu dilakukan pengujian pada konsentrasi diatas dosis terendah,
dengan pengujian sebanyak 2x pada 2 pengujian tersebut; (c) penghentian dilakukan ketika
terdapat 3 hewan uji mengalami kematian pada 4 konsentrasi yang sama (OECD, 2008).
Organ Ginjal
Ginjal merupakan organ untuk reaksi ekskresi dan menjadi sasaran utama efek toksik
dikarenakan seluruh senyawa yang masuk ke dalam tubuh sebagian besar diekskresi melalui
4
ginjal (Burcham, 2014). Proses ekskresi ginjal meliputi filtrasi glumerula, sekresi aktif
tubular, dan resorpsi pasif tubular. Pada filtrasi glumerula memerlukan ukuran dan berat
lebih kecil. Pada resorpsi pasif tubular ditentukan oleh gradien konsentrasi xenobiotika
antara urin dan plasma di dalam pembuluh tubuli. Sedangkan pada sekresi aktif tubular
melibatkan proses transpor aktif. Pada pemeriksaan histologi, toksisitas dapat ditandai
dengan terjadinya degenerasi sel secara bersama-sama dengan pembentukkan vakuola besar,
penimbunan lemak, dan nekrosis (Wirasuta and Niruri, 2006).
Seluruh proses metabolisme di dalam tubuh akan berakhir pada proses ekskresi di
ginjal, zat-zat hasil metabolisme akan mengalami filtrasi di glomerulus dan reabsorpsi di
tubulus proksimal, ansa henle dan tubulus distal yang kemudian berlanjut ke tubulus
collectivus untuk dikeluarkan sebagai urin. Tubulus proksimal merupakan bagian dari ginjal
yang paling banyak dan paling mudah mengalami kerusakan pada kasus nefrotoksis (Suhita
et al., 2013).
Berbagai Metode Penentuan Nilai LD50 pada Uji Toksisitas Akut
- Metode Trevan
- Metode Perhitungan Grafik Miller dan Tainte
- Metode Aritmatik Reed dan Muench
- Metode Karber
- Metode Perhitungan Grafik Litchfield dan Wilcoxon
- Metode Thomson dan Weil.
5
amonia, kreatinin, garam anorganik, dan juga senyawa obat-obatan yang tidak diperlukan
oleh tubuh (cheville 2006).
2. Uji Teratologi
Teratologi merupakan cabang dari ilmu embriologi yang khuus mempelajari mengenai
akibat, mekanisme, dan manifestasi embrionik yang cacat (abnormal). Cacat embrio
ditentukan oleh jenis senyawa, dosis dan waktu penggunaannya selama kehamilan. Selain
senyawa kimia, faktor lain yang menimbulkan tratogen adalah kekurangan gizi, radiasi
kimia, infeksi virus, hiper vitamin dan keturunan (Harbinson, 2001).
Prinsip uji teratologi adalah pemberian senyawa uji pada hewan percobaan pada masa
kehamilan dan melihat pengaruhnya terhadap perkembangan fetus sehingga diketahui
kemampuan atau potensi toksisitas senyawa terhadap sel janin yang sedang berkembang (Lu,
1995 : Harbinson, 2001).
6
3. Uji Mutagenesis
Uji mutagenesis/mutagenik merupakan uji skrining primer yang dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya senyawa yang bersifat mutagen (dapat menyebabkan
mutasi). Metode yang digunakan untuk mendeteksi efek mutagenik adalah metode Ames,
berdadsarkan sistem mutasi balik. Dari beberapa penelitian, zat yang bersifat mutagenik
kemungkinan dapat bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan pertumbuhan sel kanker).
Uji mutagenesis dilakukan dengan sistem mutasi balik menggunakan lima galur bakteri
uji yang telah dimutasikan berdasarkan pergeseran kerangka prubahan pasangan basa DNA,
untuk mendeteksi kemungkinan adanya efek mutagenik.
4. Uji Karsinogenesis
Karsinogenesis adalah suatu proses yang memberikan hasil suatu transformasi sel normal
menjadi sel neoplastik yang disebabkan oleh perubahan genetik yang menetap (mutasi).
Secara singkat, karsinogenesis dapat diartikan sebagai proses terjadinya kanker. Untuk
mengamati terjadinya karsinogenesis akibat dari satu senyawa atau obat, maka dilakukan uji
karsinogenesis.
Uji karsinogenisitas dilakukan dengan metode New born Mice. Metode ini memberikan
harapan yang besar untuk terjadinya kanker pada hewan percobaan. Metode ini dipilih karena
memiliki sensitivitas yang tinggi, dimana hewan uji yang digunakan adalah anak mencit
yang baru lahir. Pada periode 4 bulan post induksi, yaitu ketika mencit berumur 5 bulan,
mencit betina dikorbankan dengan cara dislokasi leher. Mencit yang sudah mati dilakukan
pembedahan kemudian diamati organ parunuya untuk melihat adanya nodul tumor secara
makroskopis. Pengamatan juga dilakukan pada organ lain seperti lambung, hati, limpa, ginjal
dan usus. Pengamatan secara makroskopis akan lebih jelas jika dilakukan selama 24 jam
setelah organ diawetkan dalam larutan formalin 10%.
6. Uji Perilaku
Merupakan uji toksisitas untuk menentukan efek suatu zat atas berbagai macam pola
tingkah laku hewan