DI SUSUN
OLEH KELOMPOK 4:
HAZRIA H. TOMAGOLA
NIRA M RAHMAN
MARSANDA B. GAILEA
PENYUSUN
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Toksikologi Klinis Metode Konvensional ................... 2
2.2 Analisis Toksikologi Klinis Metode Modern ............................. 2
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
- Untuk mengetahui cara analisis toksikologi klinis metode konvensional
- Untuk mengetahui cara analisis toksikologi klinis metode modern
BAB II
PEMBAHASAN
Metode Mecke
a) Prinsip Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang diperiksa
dengan asam selenius dalam suasana asam sulfat pekat
b) Alat : pipet tetes, pipet, vortex mixer (untuk urin), sentrifus(untuk
urin)
c) Reagen :
1) Pereaksi Mecke: 0,25 gram asam selenium larutkan dalam
25 mL asam sulfat pekat panas
2) Eter (untuk urin)
3) Natrium hidroksida (NaOH) 4 N (untuk urin)
4) Etanol 95 % (untuk urin)
d) Cara kerja
Lihat Metode Marquis
e) Pembacaan Hasil Lihat Metode Marquis
Metode Frohde
a) Prinsip Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang diperiksa
dengan asam molibdat/natrium molibdat dalam suasana asam sulfat
pekat
b) Alat : pipet tetes, pipet, vortex mixer (untuk urin), sentrifus(untuk
urin)
c) Reagen
Pereaksi Frohde : 1,0 gram asam molibdat/natrium molibdat
larutkan dalam 100 mL asam sulfat pekat panas, larutan
akhir harus tak berwarna
Eter (untuk urin)
Natrium hidroksida (NaOH) 4 N (untuk urin)
Etanol 95 % (untuk urin).
d) Cara kerja
Lihat Metode Marquis
Pembacaan Hasil Lihat Metode Marquis
2. Fase gerak
(mobile phase) Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka
tetapi sering dengan mencobacoba karena waktu yang diperlukan
hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2
pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat
mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi
secara optimal. Berikut ini beberapa petunjuk dalam memilih dan
mengoptimasi fase gerak: fase gerak harus mempunyai kemurnian
yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik sensitif; daya elusi
harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2 —
0,8; polaritas fase gerak dapat mempengaruhi kecepatan migrasi solut
dan penentuan harga Rf; untuk campuran ionik dan polar lebih baik
digunakan campuran pelarut sebagai fase geraknya dengan
perbandingan tertentu.
3. Aplikasi (Penotolan)
Obat diteteskan ke plate KLT sebagai titik atau pita dengan ukuran
minimum dengan distribusi bahan homogen di dalam zona awal.
Untuk lapisan berkinerja tinggi, dengan diameter titik awal yang
diinginkan sekitar 1,0 sampai 2,0 mm, ini sesuai dengan volume
sampel 100 sampai 200 nL jika diaplikasikan dengan dosimeter
(mikropipet). Untuk pelat KLT konvensional, volume sampel lima
sampai sepuluh kali lipat lebih besar dapat diterima. Sifat yang
diinginkan dari larutan sampel dirangkum dalam Tabel 4. Jika
pemindaian densitometri digunakan untuk deteksi, contoh aplikasi
manual dengan perangkat genggam tidak memadai. Untuk
densitometri, posisi awal setiap titik harus diketahui secara akurat,
yang dicapai dengan mudah dengan alat mekanis yang beroperasi pada
mekanisme grid yang
tepat. Sampel juga harus diterapkan pada lapisan tanpa
mengganggu permukaan, sesuatu yang hampir tidak mungkin dicapai
dengan menggunakan aplikasi manual.
Contoh perangkat aplikasi untuk TLC mencakup berbagai
kecanggihan dan otomasi. Perangkat yang paling populer untuk TLC
kuantitatif menggunakan teknik sprayon. Atomiser nitrogen
yang terkontrol menyemprotkan sampel dari semprit atau kapiler,
untuk membentuk pita homogen yang sempit pada permukaan pelat.
Pelat dipindahkan bolak-balik di bawah atomiser pada tahap translasi
untuk menerapkan pita dengan panjang antara nol (titik) dan panjang
transit maksimum kepala semprot. Band biasanya berukuran 0,5 atau
1,0 cm, dengan pita yang lebih panjang digunakan terutama untuk
pemisahan skala preparatif. Tingkat deposisi sampel juga dapat
disesuaikan untuk mengakomodasi larutan sampel dengan volatilitas
dan viskositas yang berbeda.
Keuntungan dari semprotan pada perangkat adalah volume volume
larutan standar tunggal yang berbeda dapat diterapkan untuk
keperluan kalibrasi dan metode penambahan standar kuantifikasi
dilakukan dengan mudah dengan membolak-balik sampel yang telah
diterapkan pada lapisan dengan larutan standar. Aplikator sampel
otomatis lengkap dapat diprogram untuk memilih sampel dari rak
botol dan menyimpan volume tetap sampel, pada tingkat yang
terkontrol, ke posisi yang dipilih di piring. Aplikator secara otomatis
membilas dirinya sendiri di antara aplikasi sampel dan dapat melihat
atau mengencangkan seluruh piring dengan sampel dan standar yang
berbeda tanpa intervensi operator.
Penggunaan KLT dapat berupa analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Pada analisis kualitatif, KLT dapat digunakan untuk uji
identifikasi senyawa baku. Parameter pada KLT yang digunakan untuk
identifikasi adalah nilai Rf. Dua senyawa dikatakan identik jika
mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi KLT yang
sama.
Untuk meyakinkan identifikasi dapat dilakukan dengan
menggunakan lebih dari 1 fase gerak dan jenis pereaksi semprot.
Untuk analisis kuantitatif pada KLT dapat digunakan dua cara.
Pertama, bercak pada plat KLT diukur langsung pada lempeng
dengan menggunakan ukuran luas atau dengan teknik densitometri.
Cara kedua adalah dengan mengerok bercak lalu menetapkan kadar
senyawa yang terdapat dalam bercak tersebut dengan metode analisis
yang lain, misalkan dengan metode spektrofotometri.
Teknik pengembangan (elusi) utama di TLC bersifat linier,
melingkar dan anticircular, dengan kecepatan fase gerak yang
dikendalikan oleh gaya kapiler. Analisis kuantitatif dari suatu senyawa
yang telah dipisahkan dengan KLT biasanya dilakukan dengan
densitometer langsung pada lempeng KLT (atau secara in situ).
Densitometer dapat bekerja secara serapan atau flouresensi, dimana
kebanyakan densitometer mempunyai sumber cahaya yang diarahkan
menuju monokromator (untuk memilih rentang panjang gelombang
yang cocok antara 200-800), sistem untuk memfokuskan sinar pada
lempeng, pengganda foton, dan rekorder.
Densitometer dapat bekerja secara serapan atau flouresensi.
Kebanyakan densitometer mempunyai sumber cahaya
monokromator (rentang panjang gelombang 190 s/d 800 nm) untuk
memilih panjang gelombang yang cocok, sistem untuk memfokuskan
sinar pada lempeng, pengganda foton, dan rekorder. Penggunaan
monokromator lebih menguntungkan karena memudahkan
pengubahan panjang gelombang dan menghasilkan berkas sinar
dengan sedikit panjang gelombang. Jenis sumber cahaya tergantung
pada panjang gelombang cahaya yang digunakan, yaitu: lampu
hidrogen, raksa atau, ksenon untuk pengukuran sinar UV dan lampu
wolfram untuk panjang gelombang sinar tampak. Output detektor
dikonversikan menjadi signal dan diamplifikasi. Sebagai tambahan
untuk scanning instrumen densitometer dilengkapi dengan digital
konverter, dan data akan diproses secara digitalisasi oleh komputer.
Analis dapat bekerja dengan densitometri pada jangkauan panjang
gelombang 190 s/d 800 nm. Terjadinya penyimpangan baseline yang
disebabkan oleh variasi ketebalan dan ketidakseragaman lapisan pada
densitometer sangat kecil dan level signalnya relatif tinggi.
Prinsip kerja spektrofotodensitometri berdasarkan interaksi antara
radiasi elektromagnetik dari sinar UV-Vis dengan analit yang
merupakan noda atau bercak pada plat. Radiasi elektromagnetik yang
datang pada plat diabsorpsi oleh analit, ditransmisi atau diteruskan
jika plat yang digunakan transparan. Radiasi elektromagnetik yang
diabsorpsi oleh analit atau indikator plat dapat diemisikan berupa
flouresensi dan fosforesensi. Sumber radiasi pada
spektrodensitometri ada tiga macam tergantung pada rentang panjang
gelombang dan prinsip penentuan. Lampu deuterium dipakai untuk
pengukuran pada daerah ultraviolet (190-400 nm) dan lampu tungsten
digunakan untuk. pengukuran pada daerah sinar tampak (400-800 nm)
sedangkan untuk penetuan secara fluoresensi digunakan lampu
busur merkuri bertekanan tinggi.
Untuk penentuan kadar, yang ditetapkan adalah absorpsi
maksimum kurva absorpsi. Jika absorpsi ini untuk penentuan kadar
adalah sangat rendah atau senyawa mula-mula mengabsorpsi di bawah
220 nm, maka seringkali senyawa diubah dulu menjadi suatu zat warna
melalui reaksi kimia, dan absorpsi ditentukan dalam daerah sinar
tampak (kolorimetri). Walaupun pada semua penentuan kadar
absorpsi yang diukur, penyelesaian percobaannnya sangat berbeda.
Berikut ini adalah contoh penyelesaiannya :
a) Menggunakan Hukum Lambert Beer
A=εcd
A adalah daya serap, ε adalah daya serap molar (dalam mole
cm- 1 ), c adalah kadar (dalam mole liter-1 ) dan d adalah
panjang jalur (dalam cm). Persamaan di atas berlaku
menyeluruh sebagai dasar pokok analisis kuantitatif pada
spektroskopi serapan. Suatu cara sederhana untuk
mengkuantitasi suatu bahan penyerap ialah dengan mengukur
daya serapnya pada panjang gelombang tertentu dan
menyub. Menggunakan Kurva Kalibrasi bstitusikan A, ε dan d ke
persamaan di atas untuk mendapatkan c
b) Kurva Kalibrasi
Bila ε tidak diketahui dan terokan murni analit tersedia, kurva
kalibrasi dapat dibuat (daya serap terhadap kadar). Lereng
kurva tersebut adalah cd dan bila d diketahui maka c dapat
dihitung. Terokan tunggal yang diketahui kadarnya dapat
digunakan untuk menentukan c, tetapi hal ini kurang handal
daripada penggunaan kurva kalibrasi. Selain itu kadar terokan
yang tak diketahui dapat dibaca langsung dari kurva kalibrasi
dengan mencari daya serap yang tak diketahui pada kurva dan
menarik garis tegak lurus ke bawah pada sumbu kadar (sumbu
x). Metode ini sangat bermanfaat terutama jika nyata terlihat
adanya penyimpangan terhadap hukum Beer (non linear).
Pembacaan hasiI 1) Card Test a) HasiI - (negatif) biIa tampak 2 garis pada
huruf C dan T b) HasiI + (positif) biIa tampak 1 garis pada huruf C
Strip Test
a) HasiI - (negatif) biIa tampak 2 garis pada huruf C dan T
b) HasiI + (positif) biIa tampak 1 garis pada huruf C
c) Atau sesuai petunjuk manuaInya
B. SPEKTROFOTOMETRI
C. KROMATOGRAFI GAS
3.1 KesimpuIan
Ford, M.D., DeIaney, K.A., Ling, L.J., Erickson, T., (2007). CIinicaI ToxicoIogy, 2007
EIsevier Inc.