Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

SISTEM MANAJEMEN MUTU

PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI

DISUSUN OLEH :

1. Destiawati syafitri P3.73.34.2.22.106


2. Dian Indarwati P3.73.34.2.22.107
3. Dwi Cahya Ningsih P3.73.34.2.22.108
4. Eben Jenrisden Munthe P3.73.34.2.22.109
5. Edo Tiong Viano P3.73.34.2.22.110

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke


hadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Sistem Manajemen Mutu Pemeriksaan Imunoserologi
ini tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam penulis haturkan kepada
junjungan kita nabi Muhammad SAW yang senantiasa menuntun seluruh umat
manusia ke jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Makalah Sistem Manajemen Mutu Pemeriksaan Imunoserologi ini dibuat
berdasarkan hasil telusur kelompok 2 di RS. Mitra Keluarga Depok, RS Primaya
Cikini, RS Eka Hospital kebon jeruk, Puskemas Depok utara, RS.AU Dr.
Esnawan Antariksa sesuai dengan pengetahuan kami dan kutipan dari berbagai
sumber untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh nilai mata kuliah Sistem
Manjemen Mutu Bidang Serologi.
Makalah Sistem Manajemen Mutu Pemeriksaan Imunoserologi ini berisi
tentang beberapa metode pemeriksaan imunoserologi disertai contohnya dari
proses pra analitik, analitik dan pasca analitik serta diskusi tentang hasil
pemeriksaan tersebut
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
pembuatan Makalah Sistem Manajemen Mutu Pemeriksaan Imunoserologi ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan
makalah ini. Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam proses penyusunan Makalah Sistem
Manajemen Mutu Pemeriksaan Imunoserologi ini. kami berharap semoga
makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para rekan-
rekan ATLM pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Jakarta, September 2022

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................ 5

BAB II PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI ( PRA ANALILTIK, ANALITIK,


PASCA ANALITIK )
A. Pemeriksaan RPR ( Rapid Plasma Reagin) ..................................... 6
B. Pemeriksaan Dengue NS1 Antigen ............................................... 11
C. Pemeriksaan Interferon Gamma Release Assay (IGRA)................ 14

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 22


LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................... 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemeriksaan imunoserologis merupakan pengujian untuk mendeteksi antigen


atau antibodi spesifik pada serum spesimen. Pentingnya pemeriksaan ini adalah
untuk mengetahui adanya antibodi atau antigen spesifik dalam satu spesimen yang
dapat mengindikasikan adanya infeksi atau penyakit dan peningkatan titer antibodi
menunjukkan adanya infeksi progresif. Selain itu pemeriksaan ini penting dilakukan
dalam studi epidemiologi untuk memastikan respon penduduk terhadap vaksinasi.

Reaksi serologis dapat mendeteksi antigen spesifik dari mikroorganisme atau


respon imun spesifik tubuh manusia terhadap infeksi mikroorganisme. Pemeriksaan
imunoserologis dapat mendeteksi antigen saja, antibodi saja atau antigen dan antibodi
secara bersamaan.

Berbagai metode imunoserologi telah dikembangkan, sehingga antibodi yang


telah diketahui identitasnya dapat digunakan untuk mendeteksi keberdaan antigen.
Begitu pula, antigen yang telah diketahui identitasnya dapat digunakan untuk
mendeteksi titer antibodi di dalam serum.

Pemantapan mutu bidang imunoserologi digunakan untuk meningkatkan


kualitas hasil pada pemeriksaan laboratorium bidang imunoserologi, sehingga dapat
dibuat interpretasi klinik yang sesuai berdasarkan hasil laboratorium tersebut.
Pemantapan mutu dalam bidang imunserologi memilki tantangan karena kompleksitas
dari setiap metode imunoserologi. Variabilitas ini ditimbulkan dari berbagai tahapan,
termasuk sumber antigen, antibodi yang dideteksi, sistem deteksi antibodi, konjugasi
dan variasi metodologi. Akurasi dan presisi sangat penting, akurasi berarti bahwa
suatu pemeriksaan memberikan hasil yang benar, menggambarkan konsentrasi analit

4
yang sesungguhnya. Sedangkan presisi berarti bahwa kombinasi dari reagen, alat
dan factor-faktor lain yang berpengaruh bisa memberikan hasil yang reproducible.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dijadikan rumusan masalah


tentang pemantapan mutu bidang imunoserologi yang mencakup proses pra analitik,
analitik dan pasca analitik serta beberapa metode pemeriksaan imunoserologi
lengkap dengan contohnya, di antaranya adalah pemeriksaan imunoserologi metode
aglutinasi, imunokromatografi (ICT) dan Enzyme Linked Immunosorbent Assay
(ELISA).

C. TUJUAN

1. Mengetahui dan memahami serta dapat menerapkan pemantapan mutu


bidang imunoserologi pada proses pra analitik, analitik dan pasca analitik.
2. Mengetahui dan memahami jenis pemeriksaan imunoserologi metode
aglutinasi, imunokromatografi (ICT) dan Enzyme Linked Immunosorbent
Assay (ELISA).
3. Memiliki kemampuan dalam menginterpretasi dan melaporkan hasil
pemeriksaan imunoserologi secara tepat dan akurat.

5
BAB II

PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI

( PRA ANALITIK, ANALITIK, PASCA ANALITIK, DISKUSI )

A. PEMERIKSAAN RAPID PLASMA REAGIN ( RPR )

Tujuan
Penetapan secara kualitatif atau semi kuantitatif dalam mendeteksi adanya
regain, yaitu salah satu jenis antibody yang terdapat dalam serum atau plasma
penderita syphilis.

Metode
Aglutinasi

Prinsip Kerja
Antigen yang digunakan adalah modifikasi dari antigen VDRL yang
mengandung mikro-partikel karbon untuk memperjelas pengamatan. Reagen
yang terdapat dalam spesimen penderita syphilis menyebabkan terjadinya
flokulasi dari partikel karbon dalam suspensi RPR reagin. Terjadinya agluinasi
ini bisa terlihat oleh mata telanjang sebagai gumpalan-gumpalan berwana
hitam yang mengambang ke permukaan cairan. Spesimen yang tidak
mengandung regain akan menghasilkan cairan berwarna abu-abu muda pada
reaksi ini.

Reagen
1. Suspensi RPR Carbon Antigen : suspensi kardiopilin yang
mengandung mikro-partikel karbon.
2. RPR Positif kontrol serum
3. RPR Negatif control serum

6
Prosedur
Pra analitik
1. Reagen dan kontrol harus disimpan pada suhu 2-8ºC, ketika akan
dipakai dibiarkan mencapai suhu ruang terlebih dulu.
2. Reagen belum kadarluarsa.
3. Spesimen yang digunakan adalah serum dan plasma EDTA.
4. Seluruh alat-alat yang digunakan dalam keadaan bersih dan bebas
residu seperti detergen dan lemak.

Analitik
Uji Kualitatif
1. Teteskan 1 tetes spesimen yang akan diuji pada lingkaran di kartu
reaksi yang tersedia. Gunakan pipet yang berbeda untuk meneteskan
specimen yang berbeda.
2. Teteskan juga masing – masing 1 tetes serum positif kontrol dan serum
negatif kontrol pada lingkaran lain di kartu reaksi yang akan
dipergunakan.
3. Sebarkan spesimen memenuhi masing – masing lingkaran dengan
menggunakan sisi datar dari pipet pengaduk yang disediakan.
Gunakan pengaduk yang berbeda untuk setiap spesimen untuk
menghindari terjadinya kontaminasi.
4. Kocok cairan suspensi antigen RPR sebelum digunakan. Pasang
jarum yang tersedia pada botol penetes suspensi antigen. Kemudian
pindahkan cairan suspensi antigen dari botolnya ke dalam botol
penetes dengan cara menyedot ciran itu melalui jarum yang terpasang
pada botol penetes (  16 µL ).
5. Teteskan 1 tetes suspensi antigen dari botol penetes itu ke masing –
masing lingkaran yang berisi spesimen.
6. Letakkan kartu reaksi pada rotator atau shaker pada kecepatan 100
rpm selama 8 menit.
7. Baca hasil tes segera dibawah cahaya terang.

7
Uji Semi Kuantitatif
1. Untuk setiap spesimen yang akan dites, teteskan 0,05 mL larutan salin
0,9% ke dalam lingkaran 2 – 5 pada kartu reaksi. JANGAN
MENYEBARKAN LARUTAN SALIN DALAM LINGKARAN TES.
2. Teteskan 0,05 mL spesimen yang akan diuji pada lingkaran 1 di kartu
reaksi.
3. Teteskan juga 0,05 mL spesimen pada lingkaran 2 yang sudah ada
0,05 mL larutan salin. Kemudian lakukan seri pengenceran sampai
lingkaran 5, caranya dengan mencampur rata larutan salin dan
specimen pada lingkaran 2 dengan pipet, kemudian pindahkan 0,05 mL
cairan ke dalam lingkaran 3, campur rata lagi, dan pindahkan 0,05 mL
ke dalam lingkaran 4, dan seterusnya sampai lingkaran 5. Buang 0,05
mL cairan dari lingkaran 5 setelah pengenceran berakhir. Hindari
terjadinya gelembung – gelembung udara pada saat pengenceran
berlangsung.
4. Sebarkan cairan dalam masing – masing lingkaran itu dengan
menggunakan ujung pipet pengaduk yang datar, mulailah dengan
pengenceran terbesar (lingkaran 5) ke pengenceran terkecil (lingkaran
1).
5. Kocok cairan dalam botol penetes yang sudah diisi suspensi antigen
RPR kemudian teteskan 1 tetes suspensi antigen (  16 µL ) ke dalam
masing – masing lingkaran yang berisi spesimen itu.
6. Letakkan kartu reaksi pada rotator atau shaker selama 8 menit pada
kecepatan 100 rpm. Baca hasil tes ini secara makroskopik di bawah
cahaya terang.

8
Pasca Analitik
Uji Kualitatif
Intepretasi hasil uji

1. Hasil negatif ( non-reaktif ) ditunjukkan dengan tidak terjadinya flokulasi


partikel – partikel karbon dalam suspensi antigen. Cairan dalam
lingkaran tes terlihat berwarna abu – abu muda.
2. Hasil positif ( reaktif ) ditunjukkan dengan terjadinya flokulasi partikel-
partikel karbon dalam suspensi antigen itu, yang terlihat sebagai
gumpalan – gumpalan berwarna hitam besar maupun kecil pada
bagian tengah atau tepi pada lingkaran tes. Hasil reaksi (positif) harus
dikonfirmasikan dengan menguji kembali specimen secara
kuantitatif.ujiserologi lainnya untuk informasi, seperti uji TPHA, TP
ataupun FTA-ABS juga dianjurkan untuk dilakukan. Diagnose klinis
definitif tidak boleh hanya didasarkan pada satu pengujian ini saja,

9
tetapi harus diterapkan oleh dokter setelah seluruh hasil klinis dan
laboris dalam jangka waktu tertentu dievaluasi.

Uji Semi Kuantitatif


Intepretasi hasil uji
Pengenceran terakhir yang masih menunjukkan adanya flokulasi
menunjukkan titer dari spesimen yang diuji.
Contoh :
Lingkaran 1 2 3 4 5
1:1 1:2 1:3 1:4 1:5
Reaktif 1:2 R R N N N
Reaktif 1: 8 R R R R N
Reaktif 1:16 R R R R R

Jika pengenceran terakhir (lingkaran 5) masih reaktif, seri pengenceran


harus diperpanjang sebagai berikut :
Catatan : tidak boleh menggunakan plasma pada pengenceran ini.
1. Siapkan pengenceran 1:16 pada serum yang akan diuji dengan
mencampur rata 0,1 mL serum yang akan diuji dengan 1 mL
larutan salin 0,9%.
2. Pindahkan 0,05 mL serum yang sudah diencerkan dengan 1:16 itu
ke lingkaran 1 pada kartu tes uji.
3. Lanjutkan seri pengenceran lingkaran 2 sesuai prosedur yang
sudah dijelaskakn diatas ( langkah 3 sampai 6).

10
Diskusi

1. Penyakit akibat infeksi Treponemal non-venereal, misalnya frambusia yang


disebabkan T.pertenue dan patek yang disebabkan T.carateins secara
serologi tidak dapat dibedakan dari shypilis dengan menggunakan uji ini.
2. Hasil negtif palsu mungkin terjadi pada 20% -30% penderita shypilis laten.
Hal ini disebabkan karena pada penderita shypilis laten,titer antibodi non
treponemal seringkali rendah. Jadi jik secara klinis ada dugaan kuat
shypilis, hendaknya dilakukan uji treponemal seperti TPHA, TPU, ataupun
FTA-ABS.
3. Hasil reaktif palsu dapat dijumpai pada beberapa penyakit akut atau kronik,
misalnya lepra lepromatosa, malaria, mononukleosus infeksiosa dam lupus
eritromasus sistemik (SLE). Pada kasus – kasus yang meragukan,
sebaiknya diagnosis definitive didasarjan atas uji berulang kali.
4. Hasil positif semu dapat juga terjadi pada orang hamil, pada penyakit –
penyakit autoimmune, para pemakai ….. dan para pemakai obat-obatan
hipertensi.
5. Uji serologic pada syphilis cpngenital sering sulit…. Antibodi Ig G yang
terdapat dalam darah ibu hamil penderita syphilis, baik non-treponemal
maupun treponemal, dapat menembus plasenta, sehingga uji serologic
pada neonates dapat berhasil reaktif. Pada umumnya antibodi yang berasal
dari ibu dapat menghilang dalam waktu 6 sampai 12 bulan.

B. PEMERIKSAAN DENGUE NS1 Antigen Test

Tujuan
Mendeteksi adanya antigen NS1 Dengue dalam darah dan plasma atau
serum.
Metode
Immunoassay Chromatographic

11
Prinsip
Humasis Dengue NS1 antigen Test merupakan pengukuran
immunochromatography. Humasis Dengue NS1 Antigen Test menggunakan
antibody monoclonal spesifik terhadap antigen NS1 virus Dengue untuk
menentukan infeksi virus Dengue secara akurat. Antigen Dengue dalam
sample serum atau plasma atau darah bereaksi dengan konjugat emas yang
telah diikat dengan antibodi monoclonal NS1 anti-dengue, diikuti oleh reaksi
dengan antibodi monoclonal NS1 anti dengue pada area pengujian (garis T).
jika spesimen sampel terinfeksi virus Dengue, sebuah garis akan muncul area
garis T. jika spesimen sample tidak terinfeksi virus Dengue, tidak ada garis
yang muncul di area pengujian (garis T)

Reagen
HUMANIS DENGUE NS1 Antigen Test setiap stripnya mengandung :
Dengue NS1 Monoclonal Antibody 1
Dengue NS1 Monoclonal Antubody 2
Goat anti-mouse immunoglobulin G
Isi kemasan :
1. 25 tes Dengue NS1 Antigen test
2. 25 pipet penetes

Prosedur
Pra analitik
1. Reagen disimpan pada suhu 1-30ºC, atau suhu ruang
2. Reagen belum kadarluarsa.
3. Spesimen yang digunakan adalah serum, plasma EDTA dan whole
blood
- Serum : gunakan tabung tanpa koagulan, pisahkan serum dengan
centrifugasi

12
- Plasma : gunakan tabung dengan antikoagulan EDTA atau heparin,
pisahkan plasma dengan centrifugasi
- Whole blood : gunakan tabung dengan antikoagulan EDTA atau
heparin
4. Spesimen (whole blood,plasma dan serum) dapat disimpan pada
suhu 2-8 ºC hingga 48jam sebelum pengujian.
5. Untuk penyimpanan jangka panjang, sample dapat dibekukan dan
disimpan dibawah -20 ºC. a

Analitik
1. Siapkan alat dan sample, biarkan pada suhu kamar selama 15 menit
sebelum pengujian, jika reagen di simpan pada suhu kulkas.
2. Buka pembungkus dan keluarkan alat.
3. Ambil 100µl (3 tetes) whole blood atau serum / plasma menggunakan pipet
atau alat penetes
4. Teteskan spesimen pada lubang uji tes.
5. Tunggu hingga 15-20 menit, kemudian baca hasil
6. Jangan menginterpretasikan hasil pengujian setelah 20 menit.

Pasca analitik
Intepretasi hasil uji
POSITIF : Akan timbul 2 garis berwarna merah muda pada kontrol (C) dan
tes (T).
Catatan : Perbedaan intensitas warna antara garis tes (T) dan
garis kontrol (C) tergantung konsentrasi Rotavirus yang tersedia
dalam sampel specimen.
NEGATIF : Hanya timbul 1 garis yaitu garis control (C) dan tidak timbul pada
garis tes (T).
INVALID : Garis kontrol (C) tidak timbul. Hal ini disebabkan karena
kerusakan pada alat atau prosedur pengujian yang tidak sesuai.
Lakukan pengujian ulang dengan strip baru.

13
Diskusi
1. Pengujian ini hanya digunakan untuk diagnostic in vitro.
2. Pengujian ini mendeteksi antigen NS1 Dengue dalam serum, plasma dan
whole blood.
3. Hasil pengujian harus diintepretasikan dengan informasi klinis lain yang
tersedia untuk dokter.
4. Jika hasil tes negative dan gejala klinis muncul terus menerus, disarankan
untuk melakukan pengujian tambahan.
5. Akurasi 98,6% ( telah dibandingkan dengan kultur virus/RT ). Sensitifitas
relative > 97,9% dan spesifitas relative 99%.

C. PEMERIKSAAN INTERFERON-GAMMA RELEASE ASSAY ( IGRA )

Tujuan
Mendeteksi sel T efektor yang merespons stimulasi oleh antigen
Mycobacterium tuberculosis dan dimaksudkan untuk digunakan sebagai
bantuan dalam diagnosis infeksi tuberculosis ( TB ).

14
Metode
ELISPOT ( Pengembangan metode ELISA)

Prinsip
PBMC diinkubasi dengan antigen untuk memungkinkan stimulasi sel T yang
tersensitisasi. Sitokin yang disekresikan ditangkap oleh antibodi spesifik
pada membrane yang membentuk dasar membrane baik dan se – sel serta
bahan yang tidak diinginkan lainnya dihilangkan dengan mencuci. Antibodi
kedua, terkonjugasi menjadi alkali fosfatase dan diarahkan ke epitope yang
berbeda pada molekul sitokin ditambahkan dan mengikat sitokin yang
ditangkap pada Permukaan membran. Setiap konjugasi tidak terikat adalah
dihapus dengan mencuci. Substrat yang dapat larut ditambahkan ke setiap
sumur; ini dibelah oleh enzim yang terikat membentuk tempat endapan yang
tidak larut di tempat reaksi. Setiap tempat mewakii jejak sebuah file sel T yang
mensekresi sitokin individu dan mengevaluasi jumlah bintik yang diperoleh
memberikan pengukuran kelimpahan sel T efektor sensitive M. Tubercolosis
dalam darah tepi.

Reagen
1. 1 microtitre plat : 96 wells dilapisi antibodi monoklonal tikus cytokine
interferon gamma(IFN-)
2. 2 vials (0,8 mL) Panel A : berisi ESAT-6 antigen, bovine serum albumin
dan anti mikroba
3. 2 vial (0,8 mL) Panel B :berisi antigen CFP10, bovine serum albumin
dan anti mikroba
4. 2 vial (0,8 m L) control positif : berisi Phytohaeaggutinini (PHA) bovine
serum albu m in dan anti mikroba
5. 1 vial (50 uL) 200X konsetrat reagen conjugated : antibodi m monoclonal
tikus untuk mengkonjugasi cytokine IFN- menjadi alkaline phosphatase
6. 1 botol (25 mL) larutan substrat : larutan BCIP/NBTPlus siap pakai.

15
7. Leukosep
8. RPMI
9. AIM-V
10. DPBS

Simpan semua reagen pada suhu 2-8 °C

Prosedur
Pra analitik
1. Dewasa dan anak-anak > 10 tahun 6 ml darah dengan antikoagulan
heparin.
2. Anak-anak 2-9 tahun 4 ml darah dengan antikoagulan heparin.
3. Anak-anak < 2 tahun 2 ml darah dengan antikoagulan heparin.
4. Sampel darah harus disimpan pada suhu kamar dan diuji dalam 8 jam
setelah pengambilan darah, atau dalam waktu 32 jam dengan
penyimpanan pada 10-25 ºC.jika sampel diolah dengan alat
pemindahan granulosit, seperti penggunaan reagen T-cell Xtend.

Analitik
1. Tuang sampel darah pada tabung sentrifus plastik bertutup ulir
sebanyak 4 ml, tambahkan RPMI sebanyak 4 ml, homogenkan.
2. Tuang dalam leukosep, putar dengan kecepatan 2500 RPM selama 10
menit.
3. Buang supernatan, tambahkan RPMI sampai dengan tanda 10 ml,
putar dengan kecepatan 2000 RPM selama 7 menit.
4. Buang supernatant, tambahkan RPMI sampai dengan tanda 10 ml,
putar dengan kecepatan 1500 RPM selama 7 menit.
5. Buang supernatan, beri 750 ml AIM-V, homogenkan.
6. Ambil 150 ul, baca jumlah lekosit dengan alat hematologi.
7. Buat pengenceran sel (lihat slide rule).
8. Masukkan ke dalam lubang, masing-masing :
• Kontrol Nihil : 50 ul AIM-V

16
• Panel A : 50 ul
• Panel B : 50 ul
• Kontrol positive : 50 ul
9. Tambahkan 100 ul pengenceran sel pada masing-masing lubang.
10. Inkubasi pada incubator CO2 5 % selama 16 – 20 jam.
11. Keluarkan plate dari inkubator, buang cairan dalam plate, cuci plate
dengan larutan DPBS 3 x 200 ul.
12. Tambahkan 50 ul larutan konjugat (pengenceran 200X), inkubasi
selama 1 jam pada suhu 2-8 ºC.
13. Keluarkan plate, buang cairan dalam plate, cuci plate dengan larutan
DPBS 3 x 200 ul.
14. Tambahkan 50 ul larutan substrat, diamkan selama 7 menit pada suhu
ruang.
15. Buang cairan pada plate, bilas dengan aquadest 3 x 200 ul.
16. Keringkan plate pada suhu 37 ºC.
17. Hitung spot menggunakan usb mikroskop.

Post analitik
Hasil uji I-SPOT.TB diinterpretasikan dengan mengurangkan jumlah titik pada
sumur Kontrol Nihil dari jumlah tempat di masing-masing panel.
• Hasil pengujian adalah Positif jika (Panel A dikurangi Kontrol Nihil) dan /
atau (Panel B dikurangi Kontrol Nihil)  6 tempat.
• Hasil pengujian adalah Negatif jika (Panel A dikurangi Kontrol Nihil) dan /
atau (Panel B dikurangi Kontrol Nihil) ≤ 5 tempat.
• Hasil invalid adalah jika pada Kontrol Nihil  10 tempat, atau pada Kontrol
Positif ≤ 20 tempat.

17
18
Negative Control (NC) Positive Control (PC)

Hasil Negative Hasil Positive

19
Diskusi
1. Hasil Positif menunjukkan bahwa sampel mengandung sel T efektor
yang reaktif M.tuberculosis.
2. Hasil Negatif menunjukkan bahwa sampel mungkin tidak mengandung
sel T.efektor reaktif terhadap M.tuberculosis.
3. Jumlah titik Kontrol Nihil yang melebihi 10 titik harus dianggap sebagai
indeterminate.
4. Jika titik Kontrol Positif < 20 titik harus dianggap sebagai indeterminate,
kecuali Panel A dan Panel B positif dapat dilaporkan sebagai hasil
positif.
5. Untuk hasil indeterminate sebaiknya dialkukan pemeriksaan ulang
dengan sampel baru atau dilakukan tes diagnostic lainnya dan / atau
informasi epidemiologi harus digunakan untuk membantu menentukan
status infeksi TB pasien.

20
PENUTUP

Mutu pelayanan di laboratorium berkaitan dengan data hasil uji analisa


laboratorium. Laboratorium dikatakan bermutu tinggi apabila data hasil uji
laboratorium tersebut dapat memuaskan pelanggan dengan memperhatikan aspek-
aspek teknis seperti precision and accuracy atau ketepatan dan ketelitian yang tinggi
dapat dicapai dan data tersebut harus terdokumentasi dengan baik sehingga dapat
dipertahankan secara ilmiah.
Untuk mencapai mutu hasil laboratorium yang memiliki ketepatan dan
ketelitian tinggi maka seluruh metode dan prosedur operasional laboratorium harus
terpadu mulai dari perencanaan, pengambilan contoh uji, penanganan, pengujian
sampai pemberian laporan hasil uji laboratorium ke pelanggan. Mutu suatu produk
atau jasa bukan hanya penting bagi pemakai namun juga bagi pemasok. Pada
pelayanan jasa laboratorium kesehatan rendahnya mutu hasil pemeriksaan pada
akhirnya akan menimbulkan penambahan biaya untuk kegiatan pengerjaan ulang dan
klaim dari jasa pelanggan. Untuk menanggulangi biaya kompensasi yang berasal dari
rendahnya mutu hasil pemeriksaan laboratorium tersebut diperlukan suatu usaha
peningkatan mutu.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. https://patologiklinik.com/2019/02/10/download-kendali-mutu-bahan-
ajar-tlm/
2. http://yuniartamala24.mahasiswa.unimus.ac.id/2017/07/26/pemantapan-
mutu-laboratorium-kesehatan/
3. https://stoptb.weebly.com/t-spottb.html
4. Petunjuk pemakaian AIM RPR Test
5. Petunjuk penggunaan Humanis Dengue NS1 Antigen Test
6. Petunjuk penggunaan I-SPOT.TB

22
Lampiran 1

23
24
Lampiran 2

25
26
Lampiran 3

Alat-alat dan prosedur pemeriksaan IGRA

USB Mikroskop

Mikroplate

Kiri : Leukosep
Kanan : Tabung sentrifus

27
28
29

Anda mungkin juga menyukai