Anda di halaman 1dari 14

BAB III

METODE PELAKSANAAN PRAKTEK

3.1 Metode Pemeriksaan Kasus

A. Kimia Klinik

Metode : Metode pemeriksaan yang digunakan metode endpoint

enzimatik.

Prinsip : Pengukuran dilakukan berdasarkan titik akhir reaksi.

- Pemeriksaan glukosa

Glukosa dalam spesimen akan dioksidasi dan dihidrolisis dengan bantuan

enzim glukosa oksidase menghasilkan glukonat dan hidrogen peroksida.

Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 4-aminoantipyrin dan

phenol dengan bantuan enzim peroksidase menghasilkan senyawa

Quinoneimine (merah).

- Pemeriksaan Ureum

Urea dalam sampel dengan bantuan enzim urease akan menghasilkan

ammonia dan karbondioksia. Setelah dicampur dengan pereaksi I dan II akan

terjadi reaksi yang menghasilkan suatu kompleks yang absorbansinya dapat

diukur dengan Spektrofotometer.

- Pemeriksaan Kreatinin

Dalam suasana alkalis, kreatinin bila ditambah asam pikrat akan

membentuk suatu warna yang kompleks yang berwarna kuning orange.

Intensitas warna dibandingkan dengan konsentrasi dan diukur secara

fotometer.

21
22

B. Hematologi (Darah Rutin)

Metode : Impedance

Prinsip : Sel disuspensikan ke dalam cairan pengencer/ diluent isotonic

dilewatkan celah dengan elektroda dikedua sisinya terjadi perubahan Tahanan

listrik sehingga timbul pulsa-pulsa elektrik yang menggambarkan

volume/ukuran/jumlah sel.

C. Urinalisis

Prinsip : LED memancarkan cahaya dari panjang gelombang yang

diarahkan oleh light guide ke permukaan test pad dengan sudut yang optimal.

Cahaya LED yang mengenai pad atau ‘test zone’ (zona uji) terpantul secara

proporsional dengan warna yang dihasilkan pada test pad dan ditangkap oleh

detektor. Kemudian panjang gelombang yang diterima detektor dikuatkan

(amplification) dan difilter. Kemudian masin-masing cahaya reflectance yang

sudah dikuatkan tersebut dikelompokan berdasarkan parameter dan dirubah

menjadi sinyal analog menggunakan IC ADC (Analog Digital to Converter).

3.2 Manajemen Laboratorium

3.2.1 Pra Analitik

Verifikasi data pasien pada blanko dengan sampel. Catat pemeriksaan

dibuku: kode angka dan huruf dicatat baik pada rawat inap maupun rawat jalan.
23

Sentrifugekan sampel,melihat kelayakan sampel (volume, serum tidak lisis, tidak

lipemik dan ikterik).

3.2.2 Analitik

a. Pemeriksaan spesimen

b. Pemeliharaan dan kalibrasi alat

c. Uji kualitas reagen

d. Uji ketelitian

e. Uji ketepatan

 Pengambilan Darah Vena :

1) Membersihkan tempat yang akan diambil darahnya dengan kapas

alkohol 70 %, dibiarkan kering.

2) Memasang ikatan pembendung pada tangan atas, pasien diminta

mengepal dan membuka tangan yang diambil darahnya agar vena

terlihat jelas.

3) Meregangkan kulit di atas vena dengan jari - jari supaya vena tidak

bergerak.

4) Menusuk kulit dengan jarus dan semprit dalam tangan kanan sampai

ujung jarum masuk ke dalam lumen vena.

5) Meregangkan pembendungan perlahan - lahan, menarik penghisap

semprit sampai didapat jumlah darah yang diinginkan, 2,5 ml.

Kemudian melepaskan pembendungan.

6) Meletakkan kapas di atas, jarum dan semprit dicabut.

7) Meminta pasien menekan kapas pada tusukan beberapa menit.


24

8) Melepaskan jarum dari semprit, lalu mengalirkan darah ke dalamtabung

melalui dinding tabung (tidak disemprotkan).

9) Membuang jarum pada tempat pembuangan.

 Pembuatan serum :

Tabung serologi yang berisi darah dibiarkan membeku terlebih dahulu

pada suhu kamar hingga 20-30 menit kemudian disentrifuge 3000 rpm

selama 5-15 menit.

 Pemeriksaan Hematologi (Darah Rutin)

a. Alat :

1. Sysmex XN-800i

2. Komputer

3. Print Out

b. Bahan :

1. Darah pasien

2. Tabung EDTA

c. Reagen :

1. Cell Pack

2. Stromatolyser 4 dl

3. Stromatolyser 4 ds

4. Sulfoliser sls

d. Cara Kerja :
25

1. Hidupkan alat

2. Menu Xs akan muncul otomatis, ketik lab pada kolom user name, tanpa

password

3. Tekan tombol on/of

4. Alat akan melakukan starup dan check back ground

5. Pastikan nilai background sesuai dengan referensi yang ada

6. Lakukan quality control terlebih dahulu (pastikan nilai QC dalam

target)

7. Lakukan analisa sampel\

8. Klik manual F2

9. Ketik no sampel

10. Pilih menu dan Masukan ID sampel

11. Masukan sampel yang telah homogeny ke dalam sampel probe

12. Tekan start, hasil dapat di lihat pada menu explorer dan keluar pada

printer alat

13. Bila pemeriksaan telah selesai di bilas dengan cell clean

14. Matikan alat, klik F4, klik shut down, klik execut, tunggu 2 menit.

 Pemeriksaan Kimia Klinik

Alat : Easyra

Cara Kerja :

1. Hidupkan alat easyra dengan menekan tombol on/off di bagian

belakang alat.

2. Tunggu alat melakukan proses start up.

3. Alat siap di gunakan.


26

4. Jalankan QC semua parameter. Jika ada QC yang tidak masuk range

control, ulangi lagi QC.

5. Bila QC tidak masuk lagi, lakukan kalibrasi. Kemudian QC lagi untuk

running sampel.

6. Reagen yang digunakan medica.

7. Sediakan serum pasien yang di periksa.

8. Masukkan serum tersebut pada rak sampel alat easyra.

9. Ketik ID pasien, klik pemeriksaan yang dibutuhkan.

10. Ketik Identitas pasien.

11. Start dan alat akan bekerja secara otomatis sampai hasil keluar pada

printer alat.

12. Pencatatan pada buku arsip laboratorium klinik.

 Pemeriksaan Urinalisa (Urine Rutin)

Alat : Combstik R-300.

Cara Kerja :

1. Hidupkan alat dengan menekan tombol on/off di bagian belakang alat.

2. Kalibrasi harus di lakukan sebelum alat akan digunakan pertama kali

dan selanjutnya di rekomendasikan untuk di lakukan setiap 4 Minggu

sekali dengan menggunakan strip kalibrasi yang diberikan bersama alat.

3. Running sampel, celupkan semua bagian parameter strip combostik ke

dalam sampel urine selama 2-3 detik, tiriskan sisa urine berlebih yang

menempel pada strip.


27

4. Letakkan strip combostik yang telah di celupkan pada alat, tekan enter,

tunggu hasil keluar secara kurang lebih 1 menit secara otomatis dalam

bentuk print out.

5. Alat secara otomatis melakukan sistem check in plate akan bergerak

menuju ke bagian tengah alat.

3.2.3 Pasca Analitik

Hasil di print out. diberikan ke dokter penanggung jawab untuk diekspertise.

Kemudian hasil juga dicatat pada buku pelaporan hasil.

3.3 Quality Control

Quality control (QC) adalah komponen dari program quality assurance dan

merupakan bentuk prosedur kontrol. Quality control adalah prosedur manajerial

untuk menyesuaikan  tahapan-tahapan dari proses pemerikaaan laboratorium

(analitik) untuk memenuhi standar/spesifikasi tertentu yaitu akurasi dan presisi.

Data hasil pemeriksaan bahan kontrol dianalisis secara statistik dan dipantau

untuk menilai keandalan pemeriksaan. Setiap test yg dikerjakan di laboratorium

harus melakukan pengerjaan bahan kontrol sehingga akurasi dan presisi setiap test

dapat dipantau dan dijamin validasinya. 

Proses quality control :

1. QC harian : QC Internal
|
 Sampel pasien.  --  Analisis.    --   Hasil pasien
                                         |                         |
                             QC Eksternal.    Diagnosa

2. QC periodik : 3 bulan, 6bulan, dan seterusnya.

Jenis QC di laboratorium :
28

1. Control limit : digunakan untuk menilai suatu prosedur pemeriksaan in

control atau out control. Batasan kontrol dihitung dari nilai rata-rata dan

standar deviasi dari hasil pengukuran kontrol. Perhatikan data sebelumnya

untuk mengetahui akurasi.

2. Control chart : metode grafik untuk menampilkan hasl kontrol dan

mengevaluasi apakah suatu prosedur pemeriksaan in control atau out

control

3. Control rule : suatu ukuran/standar untuk memberikan keputusan

terhadap perjalanan suatu pemeriksaan apakah in control atau out control.

Westgard Rules adalah aturan dasar untuk mengevaluasi kontrol kualitas

laboratorium kesehatan. Terdapat 6 aturan dasar yang bisa digunakan secara

terpisah atau kombinasi untuk mengevaluasi kualitas analitik suatu pemeriksaan.

Aturan “Westgard Multirule System” meliputi 12S, 13S, 22S, R4S, 41S, dan 10x,

dengan ketentuan sebagai berikut :

1. 12S : Ketentuan peringatan, dimana terdapat 1 kontrol berada lebih dari

± 2SD (masih terdapat di daerah ± 3SD), dikategorikan sebagi warning

(tidak untuk menolak suatu proses pemeriksaan, perlu analisis lebih

seksama).

2. 13S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari control

(out of control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati

batas x ± 3SD. Merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan

adanya kesalahan acak.

3. 22S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol,

apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang


29

sama yaitu x +2SD atau x –2SD. Merupakan “ketentuan penolakan” yang

mencerminkan adanya kesalahan sistematik.

4. R4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol,

apabila perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 SD

(satu kontrol diatas +2SD, lainnya dibawah -2SD). Merupakan “ketentuan

penolakan” yang mencerminkan kesalahan acak.

5. 41S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol,

apabila 4 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x +SD

maupun x –SD. Merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan

kesalahan acak dan sistematik.

6. 10x : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol,

apabila 10 kontrol berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai

tengah. Merupakan “ketentuan penolakan” yang mencerminkan kesalahan

sistematik.

 Pengendalian kualitas yang dilakukan di laboratorium RSU Mayjen H.A

Thalib Kerinci menggunakan 1 level bahan kontrol yaitu EasyQC Level

B_18276.

 QC Results Detail RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci parameter Albumin.

Mean (Rata-rata) : 4.1 gr/dL

Standar Deviasi (SD) : 0.24

Koefisien Variasi : 5.8%


30

4.76 QC ALBUMIN
4.53

4.29

4.06

3.82

3.59

3.35
9 9 9 9 9 9 9 9 9
2 01 2 01 2 01 2 01 2 01 2 01 2 01 2 01 2 01
1/ 5/ 3/ 5/ 9/ 7/ 8/ 9/ 1/
3/ 3/ 3/
2
3/
2 4/ 5/ 5/ 5/ 5/
1

3.4 Evaluasi Pemantapan Mutu Laboratorium

Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua kegiatan

yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan

laboratorium.

 Pemantapan mutu internal (PMI)

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang

dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak

terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil

pemeriksaan yang tepat. Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi

aktivitas tahap pra-analitik, tahap analitik dan tahap pasca-analitik. PMI

dilaksanakan setiap hari di laboratorium dengan menggunakan bahan kontrol yang

sama dan mempunyai nilai rentang. Apabila pada pemeriksaan menggunakan

bahan kontrol ini memberikan hasil diluar rentang maka laboratorium wajib

mencari penyebabnya dan alat tidak boleh dijalankan untuk pemeriksaan hingga

hasil kontrol masuk kembali ke dalam rentang yang telah disesuaikan.


31

 Pemantapan mutu eksternal (PME)

Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara

periodik oleh pihak lain diluar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau

dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.

Penyelenggaraan kegiatan pemantapan mutu eksternal dilaksanakan oleh

pemerintah, swasta atau internasional.

3.5 Manajemen K3

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan

Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang dapat

mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia beracun,

dansebagian bersifat radioaktif. Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius

dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk

kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik.

Untuk mengoptimalkan upaya penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari

pencemaran limbah yang dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai

fasilitas pengelolaan limbah sendiri yang ditetapkan KeMenkes RI

No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit yaitu:

1. Fasilitas pengelolaan limbah padat yaitu setiap Rumah sakit harus

melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber dan harus mengelola dan

mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya, beracun dan setiap

peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari

pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari

pihak yang berwenang.


32

2. Fasilitas pengolahan limbah cair yaitu limbah cair harus dikumpulkan

dalam container yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi,

3. Volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya. Rumah sakit

harus memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sendiri.

3.5.1 Jenis-jenis Limbah Rumah Sakit

 Limbah Padat

Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk

padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non

medis (Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004), yaitu :

1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di

luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang

dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi. Penyimpanannya pada

tempat sampah berplastik hitam.

2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari :

a. Limbah infeksius dan limbah patologi penyimpanannya di tempat sampah

plastik berwarna kuning.

b. Limbah farmasi (obat kadaluarsa) penyimpanannya di tempat sampah

plastik berwarna coklat.

c. Limbah sitotoksis adalah limbah berasal dari sisa obat pelayanan

kemoterapi. Penyimpanannya di tempat sampah plastik berwarna ungu.

d. Limbah medis padat tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan

alat medis lainnya. Penyimpanannya pada safety box / container.


33

e. Limbah radioaktif adalah limbah berasal dari penggunaan medis atau pun

riset dilaboratorium yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif.

Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik merah.

 Limbah Cair

Limbah cair Rumah Sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang

berasal dari kegiatan RS, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan

beracun, dan radio aktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI,

2006). Penanganannya melalui IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil

proses seluruh kegiatan rumah sakit, yang meliputi : limbah cair domestik, yakni

buangan kamar dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung

mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif.

3.5.2 Penanganan, Penyimpanan dan Pengangkutan Limbah Medis

Cara terbaik untuk mengurangi risiko terjadinya penularan adalah dengan

menjaga agar sampah medis tersebut tetap tertutup dengan rapat. Ada beberapa

prinsip dasar dan prosedur yang dapat membantu pencapaian tujuan pengurangan

dari.pemakaian. Prinsip-prinsip dan prosedur tersebut adalah :

1. Sampah dikemas dengan baik.

2. Menjaga agar sampah tetap dalam kemasan dan tertutup rapat serta

menghindarkan hal-hal yang dapat merobek atau memecahkan kontainer

limbah.

3. Menghindari kontak fisik dengan limbah.

4. Menggunakan alat pelindung perorangan (sarung tangan, masker, dsb).

5. Usahakan agar sedikit mungkin memegang limbah.


34

6. Membatasi jumlah orang yang berpotensi untuk tercemar.

3.5.3 Pengolahan Limbah Medis

Pemusnahan limbah medis haruslah dengan menggunakan cara pembakaran,

perlu dijaga keutuhan kemasannya pada waktu sampah tersebut ditangani. Banyak

sistem pembakaran atau insenerasi yang menggunakan peralatan mekanik.

Namun, usahakan untuk melakukan pengolahan limbah medis yang sesuai dengan

peraturan berlaku dan pengolahan ramah lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai