Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

NAMA MATA KULIAH : KESEHATAN REPRODUKSI

KODE MATA KULIAH : Bd (302)

BOBOT MATA KULIAH : 2 SKS

PENEMPATAN : SEMESTER II

DOSEN : - Rina Julianti, S. ST

- Ressy Oktafia Sarianti, S. SiT

- Anne Rufaridah, S.SiT. M. Biomed

A. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti mata kuliah mahasiswa mampu memahami dan menjelas kan konsep

gender dalam kesehatan reproduksi

B. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Menjelaskan pengertian gender dalam kesehatan reproduksi, mengidentifikasi ciri gender,

mengiventarisasi perbedaan gender dan sex.

C. POKOK BAHASAN

- Konsep gender dalam kesehatan reproduksi

D. SUB POKOK BAHASAN

- Menjelaskan pengertian gender dalam kesehatan reproduksi

- Mengidentifikasi ciri gender


- Mengiventarisasi perbedaan gender dan sex

E. MATERI (TERLAMPIR ) : -

F. KEGIATAN PEMBELAJARAN

N Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa

o
1. Pembukaan (10 menit )

 Mengontrol kesiapan kelas  Menjawab

 Mengucapkan salam salam

 Memperkenalkan diri  Mendengarkan

 Mengabsen mahasiswa  Menjawab

 Mengadakan apersepsi absensi

 Menyampaikan indicator yang akan dibahas  Memperhatikan

 Menyimak
2 Kegiatan pembelajaran (90 menit )

 Menggali pengetahuan mahasiswa tentang konsep  Menjawab

gender dalam kesehatan reproduksi pertanyaan

 Memberikan pujian dan mengklarifikasi jawaban  Mendengar dan

mahasiswa mencatat

 Menjelaskan tentang strategi pembelajaran inkuiri

- Menjelaskan pengertian gender

dalam kesehatan reproduksi  Mendengar dan

- Mengidentifikasi ciri gender mencatat

- Mengiventarisasi perbedaan

gender dan sex

 Mempersiapkan mahasiswa untuk menanyakan hal –  Mengajukan

hal yang tidak mengerti pertanyaan


 Menjawab pertanyaan mahasiswa sejelas mungkin  Mendengarkan

dan mencatat

3 Penutup ( 20 menit )

 Bersama mahasiswa menarik kesimpulan tentang  Menyimpulkan

materi yang sudah diberikan pembelajaran

 Mengevaluasi mahasiswa dengan memberikan

pertanyaan dalam bentuk lisan  Mendengarkan

 Mengucapkan salam dan menjawab

pertanyaan

 Menjawab

salam

G. MEDIA

1. LCD- laptop atau OHP- transparan

2. White board dan spidol

H. EVALUASI

Instrument evaluasi yang digunakan untuk mencapai sasaran pembelajaran pada mata kuliah

kesehatan reproduksi adalah :

Ujian Tengah Semester : 30 %

Ujian Akhir Semester : 30 %

Tugas : 20 %

Kehadiran : 10 %

Etika : 10 %
Petunjuk perkuliahan:

1. Izin hanya diperbolehkan jika melalui dosen piket dan coordinator akademik

2. Selama perkuliahan mahasiswa harus mematuhui segala peraturan dan tata tertib serta

mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan

3. Mahasiswa dapat mengikuti ujian semester jika :

a. Telah menyelesaikan administrasi akademik

b. Kehadiran perkuliahan minimal 90 %

c. Kehadiran < 90 % dan > 75 % akan di kenakan sanksi akademik yang ditetapkan

d. Kehadiran, 75 % tidak dapat mengikuti ujian semester

I. REFERENSI

Kusmiran, Eni, “ Kesehatan Reproduksi”. Salemba Medika, Jakarta : 2012

BAHAN AJAR
KONSEP GENDER DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

1. Menjelaskan pengertian gender dalam kesehatan rweproduksi

- Gender pada awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab JINSIYYUN yang kemudian

di adopsi dalam bahasa perancis dan inggris menjadi Gender

- Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak,

tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai social, budaya dan adat istiadat

(Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)

- Gender adalah pera dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara

social. Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan

sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan karena perbedaan biologis

(WHO, 1998).

2. Ciri-ciri gender

a. . Sebagian besar masyarakat banyak dianut kepercayaan yang salah tentang apa arti

menjadi seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi kesehatan wanita.

b. . Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir, berperasaan dan

bertindak dengan pola-pola tertentu dengan alas an hanya karena mereka dilahirkan

sebagai wanita/pria. Contohnya wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan, membawa

air dan kayu bakar, merawat anak-anak dan suami. Sedangkan pria bertugas memberikan

kesejahteraan bagi keluarga di masa tua serta melindungi keluarga dari ancaman.

c. Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin tersebut, semuanya adalah

hasil rekayasa masyarakat. Beberapa kegiatan seperti menyiapkan makanan dan merawat

anak adalah dianggap sebagai “kegiatan wanita”.

d. . Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain diseluruh dunia, tergantung

pada kebiasaan, hukum dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut.
e. Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu masyarakat, tergantung pada

tingkat pendidikan, suku dan umurnya, contohnya : di dalam suatu masyarakat, wanita dari

suku tertentu biasanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga, sedang wanita lain

mempunyai pilihan yang lebih luas tentang pekerjaan yang bisa mereka pegang.

f. Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anaknya. Sejak anak

berusia muda, orang tua telah memberlakukan anak perempuan dan laki-laki berbeda,

meskipun kadang tanpa mereka sadari.

3.Mengiventarisasi perbedaan gender dan sex

- Seksualitas/jenis kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis (khususnya

system reproduksi dan hormonal) diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh

yang menentukan seseorang adalah laki-laki atau perempuan (Depkes RI,

2002:2)

- Seksualitas/Jenis Kelamin (seks) adalah perbedaan fisik biologis yang mudah

dilihat melalui cirri fisik primer dan secara sekunder yang ada pada kaum laki-

laki dan perempuan(Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)

- Seksualitas/Jenis Kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan

secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu 9handayani, 2002 :4

Istilah “seks” secara etimologis, berasal dari bahasa Latin “sexus” kemudian

diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”. Istilah ini merupakan teks bahasa Inggris

pertengahan yang bisa dilacak pada periode 1150-1500 M. “Seks” secara leksikal bisa

berkedudukan sebagai kata benda (noun), kata sifat (adjective), maupun kata kerja transitif

(verb of transitive):

Secara terminologis seks adalah nafsu syahwat, yaitu suatu kekuatan pendorong hidup

yang biasanya disebut dengan insting/ naluri yang dimiliki oleh setiap manusia, baik dimiliki
laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan kelanjutan

keturunan manusia.

Menurut Ali Akbar, bahwa nafsu syahwat ini telah ada sejak manusia lahir dan dia

mulai menghayati sewaktu dia menemukan kedua bibirnya dengan puting buah dada ibunya,

untuk menyusui karena lapar. Ia menikmati rasa senang yang bukan rasa kenyang. Dan inilah

rasa seks pertama yang dialami manusia.

Seksualitas merupakan suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan

seks. Dalam pengertian ini, ada 2 aspek (segi) dari seksualitas, yaitu seks dalam arti sempit

dan seks dalam arti luas. Seks dalam arti yang sempit berarti kelamin, yang mana dalam

pengertian kelamin ini, antara lain:

1. Alat kelamin itu sendiri

2. Anggota tubuh dan ciri badaniyah lainnya yang membedakan antara laki-laki dan

perempuan

3. Kelenjar-kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya

lat-alat kelamin

4. Hubungan kelamin (sengggama, percumbuan).

Segi lain dari seksualitas adalah seks dalam arti yang luas, yaitu segala hal yang

terjadi sebagai akibat (konsekwensi) dari adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain:

1. Pembedaan tingkah laku; kasar, genit, lembut dan lain-lain.

2. Perbedaan atribut; pakaian, nama.

3. Perbedaan peran dan pekerjaan.

Hubungan antara pria dan wanita; tata krama pergaulan, percintaan, pacaran,

perkawinan dan lain-lain.


Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak,

tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai social, budaya dan adat istiadat

(Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)

Gender adalah pera dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan

secara social. Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang

diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan karena

perbedaan biologis (WHO, 1998).

Anda mungkin juga menyukai