Anda di halaman 1dari 26

MODUL PRAKTIKUM

2022
IMUNOSEROLOGI 2

OLEH
Dewi Sartika.L.R, S.Tr.Kes

Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru


Program Studi D3 Analis Kesehatan
T.A 2022 – 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Modul : Modul Praktikum Imunoserologi 2

Matakuliah : Imunoserologi 2

Kode Matakuliah/SKS :

Nama Penulis : Dewi Sartika L.R, S.Tr.Kes

NIP/ NIDN :

Program Studi : D III Analis Kesehatan

Pekanbaru, Agustus 2022

Menyetujui,

Ketua Prodi Tim Penyusun

Hartini H, M.Si Dewi S Lumban Raja, S.Tr.Kes


NIDN : NIK : 198909292016082013

Pimpinan Institusi

Anna Maria, M.Pd


NIDN :

1
TIM PENYUSUN MODUL

MODUL PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI 2

Penulis:

Dewi S Lumban Raja, S.Tr.Kes

Cover & Layout :

Dewi S Lumban Raja S.Tr.Kes

Alamat :

Jl.Emas No 23, Mutiara Permai


RT/RW :008/004, Kel/Desa : Tuah Karya
Kec. Tampan.Pekanbaru-Riau
Email : dewisartika204@gmail.com

2
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Modul Praktikum Imunoserologi 2 Program Studi D III Analis
Kesehatan, Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu.
Tim Penyusun mengucapkan banyak terimaksih tas bantuan semua pihak yang
berkontribusi dengan memberi masukan-masukan, sumbangan pemikiran serta referensi
yang dapat kami gunakan dalam penyusunan Modul Praktikum ini. Dan kami berharap
kiranya modul penuntun ini dapat bermanfaat dalam memperlancar pelaksanaan
pembelajaran Praktikum Imunoserologi 2.
Kami juga menyadari bahwa Modul Praktikum ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan saran, masukan atau sumbangan
pemikiran yang kedepannya dapat kami pergunakan untuk merevisi serta
menyempurnakan Modul Praktikum ini.
Demikian modul ini disusun, semoga dapat memberi maanfaat bagi seluruh peserta
didik.

Pekanbaru, Agustus 2022


ttd

3
Daftar Isi

4
Hari/Tgl/Bln/Thn : ............................................................................................

Judul Praktikum : ELISA

Metoda : Demonstrasi Vidio

Prinsip : Suatu teknik deteksi dengan metode serologis yang


berdasarkan atas reaksi.
Dasar Teori :

Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) merupakan suatu teknik


biokimia untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel.
Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifitas untuk antigen
tertentu. ELISA terdiri atas tiga macam yaitu Direct ELISA, Indirect ELISA, dan
Sandwich ELISA.
Direct ELISA merupakan jenis ELISA yang digunakan untuk mendeteksi dan
mengukur konsentrasi suatu antigen. Antigen yang akan dideteksi akan berikatan
langsung (direct) dengan antibodi detector (antibodi yang telah dilabeli oleh enzim
reporter). Antibodi yang digunakan pada teknik direct ELISA berjumlah satu buah.
Kelebihan dari direct ELISA yaitu Cepat dan tidak terdapat Cross Reaksi dengan
antibodi sekunder. Akan tetapi, direct ELISA memiliki kekurangan yaitu harga
pelabelan antibodi primer yang mahal, tidak ada fleksibilitas pemilihan antibodi primer,
dan sinyal amplifikasinya sedikit.
Indirect ELISA merupakan jenis ELISA yang digunakan untuk mendeteksi dan
mengukur konsentrasi antigen atau antibodi. Teknik tersebut memiliki karakteristik
yaitu antigen tidak menempel langsung pada antibodi detector (indirect). Antigen akan
berikatan dengan antibodi lain terlebih dahulu. Antibodi tersebut kemudian akan
berikatan dengan antibodi yang telah dilabeli. Kelebihan indirect ELISA yaitu memiliki
sensitivitas tinggi dan sinyal amplifikasi yang tinggi. Kekurangan indirect ELISA yaitu
membutuhkan waktu yang lama dan terjadi cross reaksi terjadi. .
Sandwich ELISA merupakan jenis ELISA yang dapat digunakan untuk
mengukur antigen maupun antibodi,. Karakteristik khas dari sandwich ELISA adalah
menggunakan antibodi penangkap atau primer antibodi. Antigen yang akan dideteksi
dan diukur konsentrasinya berikatan terlebih dahulu dengan antibodi penangkap.

5
Antigen akan berikatan kembali dengan antibodi sesuai jenis sandwich ELISA yang
digunakan. Sandwich ELISA dibagi menjadi dua jenis yaitu sandwich direct ELISA dan
sandwich indirect ELISA
Sandwich direct ELISA menggunakan dua antibodi yaitu antibodi penangkap dan
antibodi yang dilabeli enzim. Antigen yang telah berikatan dengan antobodi penangkap
akan berikatan kembali dengan antibodi yang dilabeli enzim. Sandwich indirect ELISA
menggunakan tiga antibodi yaitu antibodi penangkap, antibodi detektor, dan anti-
antibodi yang dilabeli enzim. Antigen yang telah berikatan dengan antibodi penangkap
akan berikatan dengan antibodi detektor dan anti-antibodi yang dilabeli enzim
(Crowther 1995: 39). Antigen dalam sandwich ELISA tidak perlu dimurnikan sebelum
digunakan. Sandwich ELISA sangat spesifik sehingga tidak semua antibodi dapat
digunakan.
Contoh aplikasi terapan menggunakan teknik ELISA adalah mendeteksi dan
menghitung jumlah antibodi virus HIV. Antigen (virus HIV) akan ditangkap oleh
antibodi reseptor di dalam tubuh. Selanjutnya antigen akan berikatan dengan anti-
antibodi di dalam tubuh yang terdapat enzim dan akan memberikan sinyal kepada
tubuh.
Alat yang digunakan dalam prktikum ELISA antara lain adalah ELISA reader,
ELISA washer, well plate, dan mikropipet beserta tips. Bahan yang digunakan antara
lain blocking buffer, washing buffer, antigen, antibodi monoklonal, dan suatu substrat.

Cara kerja praktikum ELISA adalah sebagai berikut :


1. Pertama, well plate dilapisi dengan antibodi penangkap.
2. Kedua, well plate dicuci dengan menggunakan washing buffer.
3. Ketiga, antigen diberikan pada well plate dan well plate kemudian dicuci
dengan menggunakan washing buffer.
4. Keempat, well plate diberi antibodi detektor dan well plate kembali dicuci
menggunakan washing buffer.
5. Kelima, anti-antibodi yang dilabeli enzim ditambahkan pada well plate dan
well plate kembali dicuci menggunakan washing buffer.
6. Keenam, substrat dimasukkan agar enzim dapat berikatan dan memberikan
sinyal terhadap keberadaan antigen

6
Hari/Tgl/Bln/Thn : ............................................................................................

Judul Praktikum : Deteksi Antigen (Pemeriksaan ICT Malaria)

Metode : Strip Test (Imunocromatografi)

Prinsip : Berdasarkan reaksi kromatografi yang menimbulkan garis

pada zona control dan test jika terdapat plasmodium


dalam sampel darah. Reaksi antigen antibody
menggunakan immunokromatografi sandwich

Tujuan : Untuk mengidentifikasi adanya antigen malaria dalam

darah pasien.

Alat Dan Bahan :

1. Timer
2. Rapid Malaria
3. Reagen Buffer
4. Pipet Tetes
5. Serum/Sampel

Prosedur Kerja :

1. Letakkan alat rapid test diagnostic pada permukaan


mendatar
2. Masukkan 5 µl sampel darah kedalam wadah sampel (S)
3. Tambahkan 3 tetes reagen buffer kedalam wadah buffer
4. Baca hasilnya setelah 20-25 menit.

7
Interprestasi Hasil :
Negatif : Jika hanya muncul strip merah pada control (C)
Positif : Muncul 2 strip merah pada stik Control (C) dan Test (T)
Invalid : Muncul garis merah pada Test (T), dan tidak terbentuk garis
merah pada control (T)

8
Laporan Praktikum

9
Hari/Tgl/Bln/Thn : ............................................................................................

Judul Praktikum : Pemeriksaan HbsAg Rapid

Metode : Rapid Test / Strip

Tujuan : Untuk mengetahui adanya virus hepatitis B dalam serum


penderita
Prinsip : HBsAg dalam sampel akan berikatan dengan anti
HBs colloidal gold konjugat membentuk komplek yang
akan bergerak melalui membran area tes yang telah
dilapisi oleh anti HBs. Kemudian terjadi reaksi
membentuk garis berwarna merah muda keunguan yang
menunjukkan hasil positif.

Alat dan Bahan :


1. Mikropipet (Pipet tetes)
2. Yellow Tip
3. Timmer
4. Serum sampel
5. Rapid Test device
6. Buffer

10
Cara Kerja :

1. Letakkan alat rapid test diagnostik pada permukaan


mendatar, dan tulislah identitas pasien pada strip tersebut
2. Pipet sampel serum sebanyak 100 µl menggunakan
mikropipet dan letakkan dalam sumuran pada alat tes (S)
3. Tunggu hasilnya selama 15 menit
4. Catat hasilnya pada blangko sampel

Interpretasi Hasil :

Negatif : Terbentuk strip merah hanya pada control (C)


Positif : Terbentuk 2 strip merah, yaitu pada control (C) dan
pada test (T)
Invalid : Terbentuk 1 strip merah pada test (T) atau tidak terbentuk
strip merah pada test (T) dan control (C)

11
Laporan Praktikum

12
Hari/Tgl/Bln/Thn : .............................................................................................

Judul Praktikum : Pemeriksaan TPHA (Treponema Pallidum


Hemaaglutinasi Assay)

Tujuan : Tes hemaglutinasi untuk menentukan ada tidaknya


Antibodi terhadap Treponema pallidum pada serum
secara kualitatif dan kuantitatif.
Metode : Hema-aglutinasi

Prinsip : Antibodi spesifik untuk T.pallidum yang ada di dalam


serum pasien akan beraglutinasi dengan awetan eritrosit
burung yang terdapat dalam reageant Plasmatec TPHA
yang telah dilapisi komponen antigenik patogen
T.pallidum (Nichol Strain) dan menunjukkan pola
aglutinasi pada sumur mikrotitrasi.

Dasar Teori :

Treponema Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) merupakan suatu


pemeriksaan serologi untuk sifilis dan kurang sensitif bila digunakan sebagai skrining
(tahap awal atau primer) sifilis. Manfaat pemeriksaan TPHA sebagai pemeriksaan
konfirmasi untuk penyakit sifilis dan mendeteksi respon serologis spesifik untuk
Treponema pallidum pada tahap lanjut atau akhir sifilis. Untuk skirining penyakit sifilis
biasanya menggunakan pemeriksaan VDRL atau RPR apabila hasil reaktif kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA sebagai konfirmasi (Vanilla, 2011).
TPHA merupakan tes yang sangat spesifik untuk melihat apakah adanya
antibodi terhadap treponema. Jika di dalam tubuh terdapat bakteri ini, maka hasil tes
positif. Tes ini akan menjadi negatif setelah 6 – 24 bulan setelah pengobatan. Bakteri-
bakteri yang lain selain keluarga treponema tidak dapat membuat hasil tes ini menjadi
positif. Pemeriksaan TPHA dilakukan berdasarkan adanya antibodi Treponema Palidum
yang akan bereaksi dengan antigen treponema yang menempel pada eritrosit sehingga
terbentuk aglutinasi dari eritrosit-eritrosit tersebut (Vanilla, 2011).
13
Keunggulan metode TPHA untuk pemeriksaan Sifilis dibandingkan metode lain :
1. Teknik dan pembacaan hasilnya mudah, cukup spesifik dan sensitive (dapat
mendeteksi titer – titer yang sangat rendah)

2. Bakteri lain selain dari family Treponema tidak dapat memberikan hasil positif

Namun, metode TPHA memiliki beberapa kekurangan, antara lain:


1. Harganya mahal

2. Pengerjaannya membutuhkan waktu inkubasi yang lama, hampir 1 jam.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan TPHA antara lain :


1. Jangan menggunakan serum yang hemolisis karena dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan.

2. Serum atau plasma harus bebas dari sel darah dan kontaminasi mikrobiologi

3. Jika terdapat penundaan pemeriksaan, serum disimpan pada suhu 2-8 ᵒC dimana
dapat bertahan selama 7 hari dan bila disimpan pada suhu -20 ᵒC, serum dapat
bertahan lebih lama.

4. Serum atau plasma yang beku sebelum dilakukan pemeriksaan harus dicairkan
dan dihomogenkan dengan baik sebelum pemeriksaan.

5. Reagen harus disimpan pada suhu 2-8 ᵒC jika tidak digunakan dan jangan
disimpan di freezer.

6. Uji TPHA menunjukkan hasil reaktif setelah 1-4 minggu setelah terbentuknya
chancre.

7. Dalam melakukan pemeriksaan harus menyertakan kontrol positif dan kontrol


negatif

Alat dan Bahan :

 Mikroplate tipe U/Well  Automatic Rotator


 Mikropipet 25 ul dan 100  Serum/sampel
ul  Reagen Kit TPHA

14
 Timer  Blue Tip
 Yellow Tip  Almunium Foil

Cara kerja :

a) Prosedur Kualitatif
1. Disiapkan sumur 1, 2, dan 3
2. Masukkan 190 ul larutan diluent ke sumur 1, kemudian tambahkan 10 ul
sampel. Homogenkan dengan menggunakan tip yang sama.
3. Dari sumur 1 pindahkan sebanyak 25 ul larutan ke sumur 2 dan 3
4. Pada sumur 2 tambahkan reagen test sebanyak 75 ul
5. Pada sumur 3 tambahkan reagen kontrol 3 sebanyak 75 ul
6. Dicampur, dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu runag selama 45-60 menit
7. Amati terbentuknya cincin pada sumur 2, sampel yang menunjukan hasil
positif dilanjutkan ke uji semi kuantitatif

b) Dengan cara Semikuantitatif :


1. Dipipet sebanyak 25 ul diluen ke dalam sumur 4 sampai sumur ke 8 yang baru.
2. Tambahkan 25 ul larutan dari sumur 1 ke sumur 4 dicampur dan homogenkan.
lalu diambil sebanyak 25 ul dari sumur 4, pindahkan ke sumur 5, kemudian
homogenkan.
3. Dengan menggunakan tip yang sama, pindahkan sebanyak 25 ul dari sumur 5
ke sumur 6, begitu seterusnya hingga ke lubang 8 dan 25 µl terakhir disisihkan.
4. Tambahkan reagen test pada sumur 4 - 8 sebanyak 75 ul
5. Dicampur, dihomogenkan lalu di inkubasi 45-60 menit.

Interpretasi Hasil :
Hasil Uji Kualitatif
Hemaglutinasi positif ditandai dengan adanya bulatan berwarna merah dipermukaan
sumur (cincin), hasil negatif terlihat seperti titik berwarna merah di tengah dasar sumur.

Tingkatan aglutinasi :
 +4 : bulatan merah merata pada seluruh permukaan sumur
 +3 : bulatan merah terdapat di sebagian besar permukaan sumur

15
 +2 : bulatan merah yang terbentuk tidak besar dan tampak seperti cincin
 +1 : bulatan merah kecil dan tampak cincin terang
 +/- : tampak cincin dengan warna bulatan merah yang samar
 – : Tampak titik berwarna merah didasar sumur

Laporan Praktikum

16
Hari / Tanggl :
……………………………………………………………….

Judul Praktikum : Pemeriksaan Uji Kulit

Tujuan :

Prinsip : Adanya reaksi wheal and flare pada kulit untuk


membuktikan

adanya IgE spesifik terhadap alergen yang diuji (reaksi


tipe I).

17
Metode : Demo Vidio

Dasar Teori :

Uji kulit merupakan cara in vivo utama dalam mengenali IgE atau antibodi
reagenik. Reaksi ini terjadi beberapa menit setelah masuknya alergen. Alergen
berinteraksi dengan antibodi reagenik yang melekat pada sel pelepas zat mediator.
Akibatnya terjadi suatu peradangan atau pembengkakan segera, demikian pula suatu
reaksi fase lambat. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jarum atau
garukan dan injeksi intradermal.

Macam – Macam Uji kulit :

1. ES TUSUK KULIT (Skin Prick Test)


Untuk memeriksa keadaan alergi terhadap alergen Skin Prick Test berguna
untuk memeiksa keadaan alergi terhadap alergan/penyebab alergi yang dihirup
(seperti: tungau debu, serpih kulit binatang dan lain-lain) dan alergen makanan
(seperti udang, telur, susu, coklat, dan lain-lain). yang jumlahnya sekitar 33 alergan.

Tes ini diperuntukkan untuk penyakit alergi seperti mata gatal dan merah, pilek,
batuk berulang, asma, kulit gatal, dan eksim.

2. TES TEMPEL (Patch Test)


Patch Test berguna untuk mengetahui alergi yang disebabkan karena kontak
terhadap bahan kimia, misalnya pada dermatitis kontak atau eksim karena sabun
atau logam.

18
Tes ini dapat dilakukan minimal pada usia 3 tahun. Syarat pemeriksaan antara lain
dua hari sebelum tes dilakukan tidak boleh minum obat yang mengandung
kortikosteroid (anti radang), dan daerah punggung harus bebas dari obat oles, krim
atau salep

3. TES KULIT INTRAKUTAN (Skin Test)


Skin Test berguna untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.
Dilakukan pada usia minimal 3 tahun. Tes dilakukan di kulit lengan bawah dengan
cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes dapat di
baca setelah 15 menit. Bila hasil positif (+), maka akan timbul bentol, merah dan
gatal.

Tugas Kelompok : Buatlah Makalah tentang pemeriksaan Alergi secara


Invivo atau

Invitro, dan laboratorium.

19
Hari/Tgl/Bln/Thn :
......................................................................................................

Judul Praktukum : Pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor)

Tujuan : Untuk mengetahui adanya RF (Rheumatoid Factor) secara

kualitatif dan semi kuantitatif pada sampel serum.

Metode : Kualitatif

Prinsip : Partikel latex yang dilapisi gamma globulin manusia yang


telah

dimurnikan, ketika suspensi latex dicamampur dengan


serum

yang kadar RF nya meningkat, aglutinasi jelas terlihat


dalam

waktu 2 menit.

Alat dan bahan :

1. Slide 6. Serum
2. Klinipet 7. Reagen latex
3. Tips 8. Control positf
4. Sentrifuge 9. Control negatif
5. Batang pengaduk

20
Cara Kerja :

 Siapkan alat dan bahan


 Dengan menggunakan klinipet pipet 50 ul dari tiap-tiap tabung
pengenceran kemudian teteskan pada slide dengan latar hitam
 Tambahkan masing-masing reagen latex sama banyak
 Pada slide yang lain buat control positif dan control negatif sebagai
pembanding dengan cara :

 Slide 1 control positif + reagen latex


 Slide 2 control negatif + reagen latex

 Campur dengan gerakan memurat beberapa detik hingga campuran


tersebut menyebar keseluruh tubuh arah lingkaran
 Putar perlahan selama 1 menit dan amati aglutinasi yang terjadi.

Interpretasi Hasil :

 Positif : Terjadi aglutinasi


 Negatif : Tidak terjadi aglutinasi

21
Laporan Praktikum

22
Hari/Tgl/Bln/Thn :
.....................................................................................................

Judul Praktikum : Pemeriksaan Tumor Marker (CEA,AFP,dll)

Tujuan : Untuk mendeteksi apakah terdapat aktifitas sel kanker di


dalam
tubuh seseorang.
Metode : Kualitatif

Dasar Teori :

Pemeriksaan penanda tumor (Tumor Marker Test) dilakukan dengan tujuan


mendeteksi apakah terdapat aktivitas sel kanker di dalam tubuh seseorang.

23
Yang diukur pada pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) ini adalah protein dan sel
kanker yang berjalan, dan ikut beredar dalam sirkulasi darah. Tumor dari sebuah
kanker sering memproduksi satu jenis protein yang spesifik yang memberikan penanda
adanya kanker jenis tertentu. Sel tumor/kanker adalah sel yang ‘lepas’ dari kanker dan
masuk ke dalam sirkulasi darah. Adanya protein penanda tumor dan sel tumor yang
beredar dalam sirkulasi darah bisa diukur dengan pemeriksaan darah yang dilakukan
secara sederhana.

Tes penanda tumor (blood marker tests) bisa diminta dilakukan pada saat :

(1) Sebelum terapi dimulai, untuk membantu menentukan diagnosa dan


menentukan apakah kanker payudara sudah menyebar ke bagian/organ lain
(selain payudara) di dalam tubuh;
(2) Selama terapi untuk mengetahui apakah ada kemajuan dari pengobatan yang
sedang dilakukan
(3) Melihat apakah kanker kembali lagi (kambuhan/relapse/recurrence).

Tes berikut ini adalah tes penanda tumor yang sering dilakukan:

 CA 15.3: dipakai untuk membantu menentukan apakah ada kanker payudara dan
kanker indung telur (ovarian cancer) di dalam badan. Kadar normal biasanya
kurang dari 25 U/mL
 Prostate-Spesific Antigen ( PSA ) : untuk skrining kanker prostat dan kadar
normal kurang dari 4 ng/mL
 ALPHA – FETOPROTEIN ( AFP ) : Sangat berguna untuk mengertahui
responds terapi pada kanker hati ( Karsinoma Hepatoseluler ). Kada normal AFP
biasanya kurang dari 20 ng/mL.
 Ca 19-9 : Walaupun pada awalnya dikembangkan untuk deteksi kanker
colorectal, tapi ternyata lebih sensitif terhadap kanker pankreas. Kadar normal
kurang dari 37 U/mL.
24
 CA 125 : menunjukkan adanya kanker indung telur (ovarian cancer),
kekambuhan pada kanker indung telur, dan kekambuhan pada kanker payudara.
Kadar normal biasanya kurang dari 30 – 35 U/mL
 CEA (carcinoembryonic antigen): penanda kemungkinan adanya kanker pada
usus besar, kanker pada paru-paru dan kanker pada hati. CEA bisa digunakan
untuk membantu menentukan apakah kanker payudara seseorang menyebar ke
bagian lain dari tubuh. Kadar normal biasanya kurang dari 5 ng/mL.

Tugas Kelompok : Buatlah Makalah tentang pemeriksaan Imunoserolgi


pertanda

tumor berdasarkan spesifikasinya.

25

Anda mungkin juga menyukai