2022
IMUNOSEROLOGI 2
OLEH
Dewi Sartika.L.R, S.Tr.Kes
Matakuliah : Imunoserologi 2
Kode Matakuliah/SKS :
NIP/ NIDN :
Menyetujui,
Pimpinan Institusi
1
TIM PENYUSUN MODUL
Penulis:
Alamat :
2
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Modul Praktikum Imunoserologi 2 Program Studi D III Analis
Kesehatan, Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu.
Tim Penyusun mengucapkan banyak terimaksih tas bantuan semua pihak yang
berkontribusi dengan memberi masukan-masukan, sumbangan pemikiran serta referensi
yang dapat kami gunakan dalam penyusunan Modul Praktikum ini. Dan kami berharap
kiranya modul penuntun ini dapat bermanfaat dalam memperlancar pelaksanaan
pembelajaran Praktikum Imunoserologi 2.
Kami juga menyadari bahwa Modul Praktikum ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan saran, masukan atau sumbangan
pemikiran yang kedepannya dapat kami pergunakan untuk merevisi serta
menyempurnakan Modul Praktikum ini.
Demikian modul ini disusun, semoga dapat memberi maanfaat bagi seluruh peserta
didik.
3
Daftar Isi
4
Hari/Tgl/Bln/Thn : ............................................................................................
5
Antigen akan berikatan kembali dengan antibodi sesuai jenis sandwich ELISA yang
digunakan. Sandwich ELISA dibagi menjadi dua jenis yaitu sandwich direct ELISA dan
sandwich indirect ELISA
Sandwich direct ELISA menggunakan dua antibodi yaitu antibodi penangkap dan
antibodi yang dilabeli enzim. Antigen yang telah berikatan dengan antobodi penangkap
akan berikatan kembali dengan antibodi yang dilabeli enzim. Sandwich indirect ELISA
menggunakan tiga antibodi yaitu antibodi penangkap, antibodi detektor, dan anti-
antibodi yang dilabeli enzim. Antigen yang telah berikatan dengan antibodi penangkap
akan berikatan dengan antibodi detektor dan anti-antibodi yang dilabeli enzim
(Crowther 1995: 39). Antigen dalam sandwich ELISA tidak perlu dimurnikan sebelum
digunakan. Sandwich ELISA sangat spesifik sehingga tidak semua antibodi dapat
digunakan.
Contoh aplikasi terapan menggunakan teknik ELISA adalah mendeteksi dan
menghitung jumlah antibodi virus HIV. Antigen (virus HIV) akan ditangkap oleh
antibodi reseptor di dalam tubuh. Selanjutnya antigen akan berikatan dengan anti-
antibodi di dalam tubuh yang terdapat enzim dan akan memberikan sinyal kepada
tubuh.
Alat yang digunakan dalam prktikum ELISA antara lain adalah ELISA reader,
ELISA washer, well plate, dan mikropipet beserta tips. Bahan yang digunakan antara
lain blocking buffer, washing buffer, antigen, antibodi monoklonal, dan suatu substrat.
6
Hari/Tgl/Bln/Thn : ............................................................................................
darah pasien.
1. Timer
2. Rapid Malaria
3. Reagen Buffer
4. Pipet Tetes
5. Serum/Sampel
Prosedur Kerja :
7
Interprestasi Hasil :
Negatif : Jika hanya muncul strip merah pada control (C)
Positif : Muncul 2 strip merah pada stik Control (C) dan Test (T)
Invalid : Muncul garis merah pada Test (T), dan tidak terbentuk garis
merah pada control (T)
8
Laporan Praktikum
9
Hari/Tgl/Bln/Thn : ............................................................................................
10
Cara Kerja :
Interpretasi Hasil :
11
Laporan Praktikum
12
Hari/Tgl/Bln/Thn : .............................................................................................
Dasar Teori :
2. Bakteri lain selain dari family Treponema tidak dapat memberikan hasil positif
2. Serum atau plasma harus bebas dari sel darah dan kontaminasi mikrobiologi
3. Jika terdapat penundaan pemeriksaan, serum disimpan pada suhu 2-8 ᵒC dimana
dapat bertahan selama 7 hari dan bila disimpan pada suhu -20 ᵒC, serum dapat
bertahan lebih lama.
4. Serum atau plasma yang beku sebelum dilakukan pemeriksaan harus dicairkan
dan dihomogenkan dengan baik sebelum pemeriksaan.
5. Reagen harus disimpan pada suhu 2-8 ᵒC jika tidak digunakan dan jangan
disimpan di freezer.
6. Uji TPHA menunjukkan hasil reaktif setelah 1-4 minggu setelah terbentuknya
chancre.
14
Timer Blue Tip
Yellow Tip Almunium Foil
Cara kerja :
a) Prosedur Kualitatif
1. Disiapkan sumur 1, 2, dan 3
2. Masukkan 190 ul larutan diluent ke sumur 1, kemudian tambahkan 10 ul
sampel. Homogenkan dengan menggunakan tip yang sama.
3. Dari sumur 1 pindahkan sebanyak 25 ul larutan ke sumur 2 dan 3
4. Pada sumur 2 tambahkan reagen test sebanyak 75 ul
5. Pada sumur 3 tambahkan reagen kontrol 3 sebanyak 75 ul
6. Dicampur, dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu runag selama 45-60 menit
7. Amati terbentuknya cincin pada sumur 2, sampel yang menunjukan hasil
positif dilanjutkan ke uji semi kuantitatif
Interpretasi Hasil :
Hasil Uji Kualitatif
Hemaglutinasi positif ditandai dengan adanya bulatan berwarna merah dipermukaan
sumur (cincin), hasil negatif terlihat seperti titik berwarna merah di tengah dasar sumur.
Tingkatan aglutinasi :
+4 : bulatan merah merata pada seluruh permukaan sumur
+3 : bulatan merah terdapat di sebagian besar permukaan sumur
15
+2 : bulatan merah yang terbentuk tidak besar dan tampak seperti cincin
+1 : bulatan merah kecil dan tampak cincin terang
+/- : tampak cincin dengan warna bulatan merah yang samar
– : Tampak titik berwarna merah didasar sumur
Laporan Praktikum
16
Hari / Tanggl :
……………………………………………………………….
Tujuan :
17
Metode : Demo Vidio
Dasar Teori :
Uji kulit merupakan cara in vivo utama dalam mengenali IgE atau antibodi
reagenik. Reaksi ini terjadi beberapa menit setelah masuknya alergen. Alergen
berinteraksi dengan antibodi reagenik yang melekat pada sel pelepas zat mediator.
Akibatnya terjadi suatu peradangan atau pembengkakan segera, demikian pula suatu
reaksi fase lambat. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jarum atau
garukan dan injeksi intradermal.
Tes ini diperuntukkan untuk penyakit alergi seperti mata gatal dan merah, pilek,
batuk berulang, asma, kulit gatal, dan eksim.
18
Tes ini dapat dilakukan minimal pada usia 3 tahun. Syarat pemeriksaan antara lain
dua hari sebelum tes dilakukan tidak boleh minum obat yang mengandung
kortikosteroid (anti radang), dan daerah punggung harus bebas dari obat oles, krim
atau salep
19
Hari/Tgl/Bln/Thn :
......................................................................................................
Metode : Kualitatif
waktu 2 menit.
1. Slide 6. Serum
2. Klinipet 7. Reagen latex
3. Tips 8. Control positf
4. Sentrifuge 9. Control negatif
5. Batang pengaduk
20
Cara Kerja :
Interpretasi Hasil :
21
Laporan Praktikum
22
Hari/Tgl/Bln/Thn :
.....................................................................................................
Dasar Teori :
23
Yang diukur pada pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) ini adalah protein dan sel
kanker yang berjalan, dan ikut beredar dalam sirkulasi darah. Tumor dari sebuah
kanker sering memproduksi satu jenis protein yang spesifik yang memberikan penanda
adanya kanker jenis tertentu. Sel tumor/kanker adalah sel yang ‘lepas’ dari kanker dan
masuk ke dalam sirkulasi darah. Adanya protein penanda tumor dan sel tumor yang
beredar dalam sirkulasi darah bisa diukur dengan pemeriksaan darah yang dilakukan
secara sederhana.
Tes penanda tumor (blood marker tests) bisa diminta dilakukan pada saat :
Tes berikut ini adalah tes penanda tumor yang sering dilakukan:
CA 15.3: dipakai untuk membantu menentukan apakah ada kanker payudara dan
kanker indung telur (ovarian cancer) di dalam badan. Kadar normal biasanya
kurang dari 25 U/mL
Prostate-Spesific Antigen ( PSA ) : untuk skrining kanker prostat dan kadar
normal kurang dari 4 ng/mL
ALPHA – FETOPROTEIN ( AFP ) : Sangat berguna untuk mengertahui
responds terapi pada kanker hati ( Karsinoma Hepatoseluler ). Kada normal AFP
biasanya kurang dari 20 ng/mL.
Ca 19-9 : Walaupun pada awalnya dikembangkan untuk deteksi kanker
colorectal, tapi ternyata lebih sensitif terhadap kanker pankreas. Kadar normal
kurang dari 37 U/mL.
24
CA 125 : menunjukkan adanya kanker indung telur (ovarian cancer),
kekambuhan pada kanker indung telur, dan kekambuhan pada kanker payudara.
Kadar normal biasanya kurang dari 30 – 35 U/mL
CEA (carcinoembryonic antigen): penanda kemungkinan adanya kanker pada
usus besar, kanker pada paru-paru dan kanker pada hati. CEA bisa digunakan
untuk membantu menentukan apakah kanker payudara seseorang menyebar ke
bagian lain dari tubuh. Kadar normal biasanya kurang dari 5 ng/mL.
25