Anda di halaman 1dari 20

“PEMERIKSAAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS MENGGUNAKAN

RAPID DIAGNOSTIC TEST ”

oleh :
Arfa’at Nur Wahid (PO714203201006)

Dosen Pengampuh :
Yaumil Fachni Tandjungbulu, S.ST., M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI SARJANA TERAPAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala (SWT) atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum individu yang berjudul
“Pemeriksaan Human Immunodeficiency Virus (HIV) menggunakan Rapid Diagnostic Test
(RDT)”. Salawat dan salam selalu kita curahkan kepada baginda Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wasallam (SAW), yang telah diutus ke permukaan bumi ini untuk menuntun manusia
dari lembah kebiadaban menuju ke puncak peradaban. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Imunoserologi II.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Allah SWT,
2. Dosen mata kuliah praktikum Imunoserologi II Ibu Yaumil Fachni Tandjungbulu, S.ST.,
M.Kes,
3. Kedua orang tua saya dan
4. Diri saya sendiri yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan laporan
praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun begitu diharapkan oleh penyusun demi
kesempurnaan dalam penulisan laporan berikutnya.
Akhir kata, penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 18 Maret 2022

(Arfa’at Nur Wahid)

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………....
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Manfaat Praktikum .............................................................................................................2
BAB II : TINJAUAN PRAKTIKUM...................................................................................3
A. Hari/Tanggal Praktikum......................................................................................................3
B. Tujuan Praktikum................................................................................................................3
C. Prinsip Pemeriksaan.............................................................................................................3
D. Dasar Teori..........................................................................................................................4
E. Alat dan Bahan.....................................................................................................................8
F. Prosedur Kerja......................................................................................................................8
G. Interpretasi Hasil.................................................................................................................8
H. Kelebihan dan Kekurangan Metode....................................................................................9
BAB III : KETERBATASAN PRAKTIKUM.....................................................................10
A. Ruangan...............................................................................................................................10
B. Alat dan Bahan....................................................................................................................10
C. Alat Pelindung Diri..............................................................................................................10
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
LAMPIRAN............................................................................................................................14

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Virus HIV ......................................................................................5


Gambar 2.2 Bagian-Bagian Strip ......................................................................................7
Gambar 2.3 Interpretasi Hasil Pemeriksaan HIV..............................................................8
Gambar 2.4 Dokumentasi Hasil Pemeriksaan ..................................................................9

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunokromatografi atau yang dikenal dengan sebutan uji strip pertama kali
dikembangkan pada akhir tahun 1960-an terutama untuk mendeteksi protein serum.
Dalam dekade terakhir imunokromatografi banyak digunakan untuk diagnosis berbagai
penyakit menular. Sekarang ini imunokromatografi yang menggunakan prinsip sistem
aliran lateral cukup populer karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan
immunoassay yang lain. Imunokromatografi membutuhkan waktu analisis yang lebih
singkat dibandingkan dengan Enzym Linked Immunoassay (ELISA), dapat dilakukan
dengan mudah, dan dapat menganalisis analit tunggal baik di laboratorium klinik
maupun di rumah. Selain itu, imunokromatografi menyediakan cara interpretasi hasil dan
kontrol kualitas yang mudah. Imunokromatografi ada yang berbentuk kaset atau strip.
Imunokromatografi dapat menghasilkan produk akhir berwarna yang diinterpretasikan
sebagai hasil positif atau negatif.[1]
Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang leukosit di dalam
tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. [2] HIV
menyerang sel T-helper atau disebut juga Cluster Differentiation 4 (CD-4) sehingga
dapat menyebabkan berkurangnya kadar CD-4 di dalam tubuh. Diagnosa infeksi HIV
dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan RDT atau biasa disebut metode
imunokromatografi. Imunokromatografi itu sendiri merupakan teknik untuk memisahkan
dan mengidentifikasi antigen atau antibodi yang terlarut dalam sampel. [1] Pada
pemeriksaan HIV, strip uji mendeteksi antibodi terhadap HIV yang terdapat pada
sampel. Adapun sampel yang dapat digunakan pada pemeriksaan ini adalah darah utuh
(whole blood), serum, atau plasma sesuai dengan alat tes yang digunakan.[3]
Pemeriksaan sampel dilakukan dengan menggunakan strip uji dengan nama produk
Advanced Quality Rapid Anti-HIV (1&2) Test Strip (Whole Blood/Serum/Plasma).
Merek strip uji ini adalah InTec Products, Inc yang diproduksi di China. Dalam 1 paket
pembelian alat ini sudah terdapat strip uji, dropper (pipet tetes) dan diluen/sample
diluent (pengencer sampel). Diluen berfungsi untuk mencuci protein atau antibodi lain
yang tidak berikatan dengan antigen pada kaset atau strip. [4] Alat tes ini dapat disimpan
pada suhu 2ºC-30ºC dan dapat digunakan selama 8 minggu setelah dibuka. Strip uji atau
imunokromatografi ini menggunakan prinsip lateral flow, yaitu prinsip sistem lateral

1
yang mengalirkan sampel menuju ke daerah penyerap pada strip. Imunokromatografi
hanya membutuhkan waktu analisis yang singkat daripada tes lainnya, yaitu 15-20 menit.
Hasil tidak boleh dibaca setelah 20 menit. Karena antigen yang terkonjugasi dengan
koloid emas dapat mengendap pada daerah uji sehingga endapan tersebut membentuk
garis warna yang dapat terinterpretasi sebagai hasil positif (positif palsu).[3]
Cara untuk menginterpretasikan hasil pemeriksaan dengan metode
imunokromatografi mudah, ketika strip uji telah membentuk garis warna pada daerah uji
maka dapat dikeluarkan apakah hasilnya positif atau negatif. Hasil positif apabila
terbentuk garis warna pada daerah tes dan kontrol. Sedangkan hasil negatif apabila hanya
terbentuk garis warna pada daerah kontrol saja. Adapun jika tidak terbentuk garis warna
pada daerah kontrol, maka hasil diinterpretasikan invalid sehingga pemeriksaan harus
diulang kembali.[3]
B. Manfaat Praktikum
1. Mengetahui gambaran umum mengenai HIV.
2. Mengetahui cara pemeriksaan HIV menggunakan metode imunokromatografi.
3. Mengetahui cara menginterpretasikan hasil pemeriksaan HIV dengan menggunakan
strip.

2
BAB II
TINJAUAN PRAKTIKUM

A. Hari/Tanggal Praktikum
Praktikum dilakukan pada Rabu, 2 Februari 2022.
B. Tujuan Praktikum
Untuk mendeteksi secara kualitatif antibodi terhadapt HIV yang terdapat pada
sampel yang diperiksa.
C. Prinsip Pemeriksaan
1. Hasil Positif
Antigen HIV terkonjugasi dengan koloid emas kemudian berikatan dengan
antibodi terhadap HIV yang terdapat pada sampel sehingga membentuk kompleks
antibodi HIV (ikatan antibodi-antigen). Kompleks tersebut akan bermigrasi/mengalir
sesuai dengan prinsip alat tes tersebut yaitu lateral flow (sampel yang diteteskan akan
mengalir sepanjang strip hingga mencapai daerah penyerap). Ketika aliran sampel
melewati daerah tes, maka antigen HIV yang direkatkan pada daerah tersebut akan
mengikat kompleks antibodi HIV (ikatan antibodi-antigen) dan membentuk ikatan
antigen-antibodi-antigen yang biasa disebut dengan ikatan sandwich. Sehingga
terbentuklah garis warna pada daerah tes.
2. Hasil Negatif
Antigen HIV terkonjugasi dengan koloid emas, namun tidak membentuk
kompleks antibodi HIV (ikatan antibodi-antigen) karena tidak terdapat antibodi
terhadap HIV pada sampel yang diteteskan pada strip. Konjugat tersebut akan
bermigrasi/mengalir sesuai dengan prinsip alat tes tersebut yaitu lateral flow (sampel
yang diteteskan akan mengalir sepanjang strip hingga mencapai daerah penyerap).
Namun, aliran konjugat tersebut hanya melewati daerah tes pada strip karena antigen
pada konjugat tidak dapat berikatan dengan antigen yang ditanam pada daerah tes
tersebut. Sehingga tidak terbentuk garis warna.
3. Hasil Invalid
Hasil pemeriksaan dinyatakan invalid apabila tidak terbentuk garis warna pada
daerah kontrol. Visualisasi yang ditunjukkan pada kontrol menegaskan volume
sampel yang cukup, membran penyerap (wick) yang memadai, bagusnya kualitas
koloid emas dan teknik prosedur yang benar. Volume sampel yang digunakan
memengaruhi hasil pemeriksaan, apakah volume sampel cukup atau tidak (biasanya

3
sampel digunakan ± 1 tetes atau 40-50 µl). Kemudian membran penyerap yang
memadai juga sangat penting karena alat imunokromatografi memiliki prinsip lateral
flow. Jadi, apabila membran penyerap tidak memadai maka sampel tidak diserap
dengan baik sehingga tidak melewati daerah tes dan kontrol. Selain itu, hasil invalid
(tidak terbentuk garis warna pada kontrol) juga dapat dijadikan acuan apakah koloid
emas masih bekerja dengan baik atau tidak sehingga kita dapat mengantisipasi
terjadinya negatif palsu pada strip uji tersebut. [1, 5]
D. Dasar Teori
Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang leukosit di dalam
tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. [1] HIV
menyerang sel T-helper atau disebut juga CD-4 sehingga dapat menyebabkan
berkurangnya kadar CD-4 di dalam tubuh. Kadar normal CD-4 di dalam tubuh yaitu 410-
1.590 sel/ml darah.[6] HIV dan virus-virus sejenis umumnya ditularkan melalui kontak
langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, cairan tubuh
yang mengandung HIV seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal dan air
susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vagina, anal ataupun oral),
transfusi darah dan jarum suntik yang terkontaminasi. Hubungan seksual adalah faktor
penyebab penularan HIV yang dapat menyebabkan Acquired Immunedeviciency
Syndrome (AIDS) tertinggi.[7]
Struktur HIV terdiri dari selubung luar atau envelope yang terdiri atas glikoprotein
gp120 yang melekat pada glikoprotein gp41. Kemudian terdapat lapisan kedua terdiri
dari protein p17. Ditengahnya terdapat inti virus yang dibentuk oleh protein p24. Di
dalam inti terdapat 2 buah rantai RNA dan enzim reverse transcriptase. Dikenal dua tipe
HIV sebagai penyebab AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Keduanya merupakan virus yang
berbeda namun sama-sama tergolong retrovirus dari famili lentivirus. Bila orang
menyebutkan HIV, umumnya yang dimaksud adalah HIV-1. HIV-1 bertanggung jawab
terhadap mayoritas infeksi HIV di seluruh dunia dan gejalanya lebih berat. HIV-2 lebih
sulit ditularkan (less transmissible), lebih lambat progresifitas penyakitnya dan sangat
jarang ditemukan (hanya di Afrika Barat dan daerah terbatas lainnya). HIV memiliki 3
gen utama, yaitu envelope gene berupa gp120 dan gp41, polymerase gene (pol gene)
yang membentuk enzim reverse transcriptase (RTase) dan core gene (gag gene) yaitu
protein p7, p9, p17 dan p24.[8]

4
Gambar 2.1 Struktur virus HIV
(Sumber : Mas Yog, 2016)
Acquired Immune Deficiency Syndrome yaitu timbulnya gejala dan infeksi yang
biasa disebut dengan sindrom yang diakibatkan oleh rusaknya sistem imun manusia. [9]
AIDS merupakan dampak yang disebabkan oleh HIV di dalam tubuh manusia. Ketika
jumlah CD-4 di dalam tubuh manusia berada di bawah 350 sel/ml darah, maka keadaan
tersebut dianggap sebagai AIDS.[4] Selain itu, karena HIV menyerang sel leukosit
sehingga sistem kekebalan tubuh akan berkurang yang dapat menyebabkan terjadinya
infeksi oportunistik. Infeksi ini merupakan infeksi oleh patogen yang biasanya tidak
bersifat invasif namun dapat menyerang tubuh saat kekebalan tubuh menurun, seperti
pada orang yang terinfeksi HIV/AIDS.[10] Keadaan ini biasanya terjadi apabila HIV
menyerang CD-4 sehingga jumlahnya kurang dari 200 sel/ml darah.[4]
Untuk saat ini belum ditemukan obat atau vaksin yang dapat membunuh HIV, jadi
penderita HIV/AIDS hanya dapat menggunakan obat antiretroviral (ARV) yang hanya
dapat menghambat waktu pertumbuhan HIV di dalam tubuh. Penggunaan obat ARV
kombinasi pada tahun 1996 mendorong revolusi dalam pengobatan Orang dengan HIV
dan AIDS (ODHA) di seluruh dunia. Meskipun belum mampu menyembuhkan HIV
secara menyeluruh dan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi
kronis terhadap obat, namun secara dramatis terapi ARV menurunkan angka kematian

5
dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan
masyarakat, sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang
dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan.[11]
Lamanya ODHA terdeteksi HIV/AIDS mulai dari tiga bulan sampai dengan lima
tahun dan lamanya sakit sangat bervariasi tergantung dari faktor resiko tertularnya
penyakit HIV/AIDS.[12] Oleh karena itu, apabila seseorang yang terinfeksi HIV kurang
dari 3 bulan maka hasil pemeriksaannya negatif (negatif palsu) karena belum terbentuk
antibodi terhadap HIV di tubuhnya. Masa kurang dari 3 bulan ini sering disebut dengan
window period. Untuk pemeriksaan HIV dapat menggunakan metode
imunokromatografi, yaitu teknik untuk memisahkan dan mengidentifikasi antigen atau
antibodi yang terlarut dalam sampel.[2] Selain metode imunokromatografi, HIV juga
dapat diidentifikasi dengan menggunakan metode ELISA dan metode Western blot.[13]
Namun, metode imunokromatografi memiliki beberapa keuntungan dibanding dengan
metode immunoassay yang lain, seperti prosedur kerja yang lebih cepat, hasil cepat,
biaya lebih murah, tidak membutuhkan kemampuan khusus dan tidak membutuhkan
peralatan mahal. Imunokromatografi juga biasa disebut RDT yang dapat berupa strip uji.
Diagnosa HIV dilakukan dengan mendeteksi antibodi terhadap HIV yang terdapat pada
sampel darah, serum atau plasma. [2]
Adapun bagian-bagian dari strip uji, sebagai berikut :
a. Sample drop section (bantalan sampel), yaitu sebagai tempat meneteskan sampel dan
pengencer sampel yang biasanya tersusun dari membran fiber glass sehingga sampel
mudah menyerap dan mengalir.
b. Conjugate pad (bantalan konjugat), yaitu tempat diendapkannya antigen HIV yang
terkonjugasi dengan koloid emas sebagai mikropartikel berwarna dan biasanya
daerah ini tersusun dari membran nitroselulosa.
c. Detection line (garis tes/garis deteksi), yaitu tempat ditanamnya antigen HIV yang
akan menangkap konjugat (kompleks antibodi-antigen). Antigen HIV di garis tes ini
tidak dapat mengalir menuju daerah penyerap karena telah dieratkan, sehingga ketika
menangkap kompleks antibodi-antigen akan membentuk ikatan sandwich antigen-
antibodi-antigen yang menetap dan membentuk garis warna di daerah tes.
d. Control line (garis kontrol), yaitu tempat ditanamnya antibodi poliklonal yang dapat
menangkap atau berikatan dengan protein. Apakah protein yang terdapat pada
sampel ataupun epitop pada antigen. Ikatan yang terbentuk tidak akan mengalir

6
menuju bantalan penyerap karena antibodi poliklonal pada daerah ini telah
direkatkan. Sehingga pada daerah kontrol akan selalu terbentuk garis warna.
e. Absorber/wick, yaitu bagian strip yang letaknya di bagian ujung dan berfungsi untuk
menyerap sampel yang mengalir pada strip uji. [2]

Gambar 2.2 Bagian-bagian Strip


(Sumber : K. M. Koczula, A. Gallotta, 2016)
Pada bagian bantalan konjugat, ditanam antigen rekombinan HIV-1 (gp-120, gp-41
dan gp-24) dan HIV-2 (gp-36). Strip imunokromatografi sangat cocok digunakan untuk
mendeteksi target berupa makromolekul seperti protein dan memiliki beberapa epitope.
[14]
Sehingga strip ini mudah menangkap antibodi terhadap HIV yang terdapat pada
sampel, karena antibodi merupakan salah satu protein. Pada pemeriksaan HIV digunakan
imunokromatografi non-kompetitif, yang berarti akan terjadi reaksi atau ikatan antara
antibodi yang ada pada sampel dengan antigen yang ditanam pade strip uji. Reaksi
antigen dengan antibodi merupakan reaksi yang tidak kasat mata, oleh karena itu sangat
penting dilakukan pelabelan menggunakan senyawa pada reaksi tersebut. Senyawa label
merupakan senyawa yang dikonjugasikan pada antigen/antibodi yang berupa enzim,
senyawa berfluoresensi, senyawa luminescence, partikel, radioaktif dan sebagainya.
Konjugasi antara senyawa label dengan antigen/antibodi akan memberikan visualisasi
terjadinya reaksi antigen dengan antibodi. Salah satu yang umum digunakan sebagai
label pada strip imunokromatografi adalah koloid emas.[15]
Pada strip uji HIV, koloid emas dikonjugasikan pada antigen yang ditanam pada
strip uji. Antibodi terikat kuat pada permukaan partikel koloid emas karena adanya gaya
elektrostatik, koloid emas bermuatan negatif sedangkan antibodi bermuatan positif.
Sehingga ketika terdapat antibodi terhadap HIV pada sampel, antibodi tersebut akan
berikatan kuat dengan antigen yang telah dilapisi koloid emas.[16]
Pengembangan teknik pemeriksaan dalam bidang imunoserologi adalah
imunokromatografi, yang berasal dari kata “imunologi” dan “kromatografi”. Imunologi

7
adalah cabang ilmu kesehatan yang mencakup studi tentang semua aspek dari sistem
kekebalan tubuh terutama dalam pemeriksan adalah mengidentifikasi antigen atau
antibodi. Sedangkan kromatografi adalah teknik dalam memisahkan molekul berdasarkan
perbedaan berat pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase
gerak, akan melewati membran nitroselulosa/kolom sebagai fase diam. Sehingga
imunokromatografi adalah teknik untuk memisahkan dan mengidentifikasi antigen atau
antibodi yang terlarut dalam sampel.[17]
Metode ini biasanya dipakai untuk mengukur susbtrat yang besar dan memiliki lebih
dari satu epitop. Bila sampel ditambahkan pada bantalan sampel, maka sampel tersebut
secara cepat akan membasahi dan melewati bantalan konjugat serta melarutkan konjugat.
Pada saat tersebut terjadi reaksi antara antigen dengan antibodi konjugat. Selanjutnya
kompleks antigen-antibodi tersebut akan bergerak mengikuti aliran dari sampel sepanjang
strip membran, sampai mencapai daerah tes. Kompleks antigen-antibodi yang berlebih
dan tidak terikat pada daerah tes akan terus bergerak sampai mencapai daerah kontrol.
Pada daerah ini kompleks antigen-antibodi atau antibodi konjugat akan terikat dengan
antibodi poliklonal dan membentuk garis berwarna.[1]

Gambar 2.3 Interpretasi Hasil Pemeriksaan HIV


(Sumber : Oncoprobe, 2005)
Hasil dinyatakan positif jika terbentuk dua atau tigas garis berwarna, satu pada
daerah T1 atau T2 (atau 1 dan 2) dan satu pada daerah kontrol. Hasil dinyatakan negatif
jika terbentuk satu garis pda daerah kontrol saja. Ini berarti serum, plasma, dan darah
tidak mengandung antibodi HIV. Hasil dinyatakan invalid apabila tidak timbul garis
berwarna pada zona kontrol.[18]
False negatif dapat diperoleh dalam beberapa keadaan sebagai berikut :

8
 Tingkat antibodi dibawah batas minimum deteksi. Contohnya sampel yang terkumpul
pada masa awal serokonversi dimana pada window periode ini pasien hanya dapat
membentuk antibodi spesifik HIV-1/2 dalam jumlah sedikit.
 Infeksi oleh virus tertentu yang kurang dapat dideteksi oleh kit.
 Antibodi HIV yang diproduksi tubuh pasien tidak beraksi spesifik dengan antigen
yang digunakan kit.
 Kondisi penanganan sampel yang menyebabkan hilangnya aktivitas antibodi HIV.[18]
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Pengatur waktu (timer)
b. Pipet tetes (dropper), telah tersedia bersama strip uji.
2. Bahan
a. Strip uji
b. Lanset
c. Alkohol swab (kapas alkohol)
d. Pengencer sampel/diluen (diluent)
e. Sampel berupa darah kapiler (whole blood).
F. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan semua alat dan bahan
2. Mendesinfeksi jari manis pasien menggunakan alkohol swab dan membiarkannya
mengering
3. Menusuk jari manis yang telah didesinfeksi menggunakan lanset
4. Menghapus darah yang pertama keluar, kemudian memipet darah selanjutnya dengan
menggunakan pipet tetes/dropper
5. Meneteskan darah pada strip uji sebanyak 1 tetes (pada daerah bantalan uji/sample
drop section)
6. Setelah itu, meneteskan diluen sebanyak 1 tetes pada bantalan uji di strip tersebut
7. Mendiamkan strip uji selama 15-20 menit. Kemudian hasil dapat diinterpretasikan.
Catatan :
Jangan baca hasil setelah lebih dari 20 menit karena dapat memberikan hasil palsu.
Hal itu dikarenakan koloid emas yang dapat mengendap pada daerah uji di strip. Ketika
koloid emas mengendap, maka dapat terbentuk sebagai garis warna sehingga
memberikan hasil palsu. Sampel yang seharusnya menunjukkan hasil negatif, tetapi

9
karena hasil dibaca lebih 20 menit sehingga tampak garis warna dari endapan koloid
emas.
G. Interpretasi Hasil Praktikum
Keterangan : negatif (tidak terbentuk garis warna pada daerah tes dan hanya
terbentuk garis warna pada daerah kontrol, yang menandakan bahwa tidak terdapat
antibodi terhadap HIV pada sampel yang diuji).

Gambar 2.3 Dokumentasi Hasil Pemeriksaan


(Sumber : Data Primer, 2022)
H. Kelebihan dan Kekurangan Metode
1. Kelebihan Metode
a. Pemeriksaan cepat (hanya berkisar 15-20 menit).
b. Mudah dilakukan.
c. Hasil mudah diinterpretasikan.
d. Tidak menggunakan alat khusus dan cukup sensitif.
2. Kekurangan Metode
a. Hanya digunakan sebagai tes skrining.
b. Informasi dari interpretasi hasil kurang spesifik. Misalnya hasil positif, tidak
diketahui apakah sampel yang diuji positif terhadap antigen HIV 1 atau antigen
HIV 2.
c. Strip uji tidak dapat memberikan hasil positif pada pasien yang baru terinfeksi <3
bulan karena antibodi terhadap HIV belum terbentuk.[16, 19]

10
BAB III
KETERBATASAN PRAKTIKUM

A. Ruangan
Pada saat melakukan praktikum, ruangan yang digunakan kurang besar/luas. Sehingga
menyebabkan beberapa kelompok ada yang berkerumun (tidak berjarak).
B. Alat dan Bahan
Dari segi alat bahan, sudah lumayan memadai. Hanya saja, alat dan bahan yang
digunakan pada saat praktikum yaitu strip tes dan reagen diluen sudah melewati tanggal
kedaluwarsa/expired.
C. Alat Pelindung Diri
Karena keterbatasan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) dari kampus, beberapa
APD disediakan oleh mahasiswa itu sendiri. Seperti penutup kepala/head cap, pelindung
wajah/face shield, sarung tangan medis/handscoon dan sandal laboratorium. Dikarenakan
sandal laboratorium yang tidak tersedia, sehingga mahasiswa menggantinya dengan
sepatu yang digunakan ke kampus sehari-hari.

11
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Human Immunodeviciency Virus merupakan virus yang menyerang sel T-helper atau
CD-4 yang dapat menyebabkan AIDS dan perkembangan virusnya hanya dapat ditekan
menggunakan obat ARV. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, strip uji yang
digunakan hanya menunjukkan satu garis warna pada daerah kontrol saja. Hal ini
menandakan bahwa tidak terdapat antibodi terhadap HIV pada sampel yang diuji.
B. Saran
Pada pembelajaran praktikum, mungkin ada baiknya jika kita bisa menggunakan alat
dan reagen yang masih baik (belum kadaluwarsa).

12
DAFTAR PUSTAKA

[1] Naully, P G, Khairinisa, G. Panduan Analisis Laboratorium Imunoserologi untuk D3


Teknologi Laboratorium Medis [internet].Cimahi : Stikes Jenderal Achmad Yani;
2018 [5 Februari 2022]. 12. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Panduan-Analisis-
Laboratorium-Imunoserologi-untuk-D3-Teknologi-Laboratorium-Medis.pdf
[2] Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Jember. Mengenal & Menanggulangi HIV &
AIDS Infeksi Menular Seksual dan Narkoba. Jember: Komisi Penanggulangan AIDS
Kabupaten Jember; 2015.
[3] WHO PQ Public Report. 2019.WHO Prequalificaton of In Vitro Diagnostics PUBLIC
REPORT.[online]. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/RTD%20HIV%20Advanced
%20Quality.pdf
Diakses pada 5 Februari 2022.
[4] Suarsana A, Subawa A. N & Sari L. C. The Description of HIV Antibody Examination on
Taxi Drivers in Kelurahan Kuta Kabupaten Badung. Bali Medika Jurnal; 2017. 4(1),
16-22.
[5] Gunarti, G., Jiwintarum, Y., Dramawan, A., & Dewi, L. B. K. GOLD
IMMUNOCHROMATOGRAPHIC ASSAY (GICA) SEBAGAI IMUNOSENSOR
MENDETEKSI ANTIBODI Bacillus Anthracis PENYEBAB PENYAKIT
ZOONOSIS. Jurnal Kesehatan Prima; 2018. 9(1), 1419-1435.
[6] Ladyani, F., & Kiristianingsih, A. Hubungan antara jumlah CD4 pada pasien yang
terinfeksi HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik di Rumah Sakit Umum Abdul
Moeloek Bandar Lampung tahun 2016. J Kedokt Unila; 2019. 3(1), 34-41.
[7] Nursalam, K & Ninuk, D. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
Jakarta : Salemba Medika; 2017.
[8] Veronica. Infeksi Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune Deficiency
Syndrome [internet]. [5 Februari 2022]. Hal 3-4.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/d5ff4e390bc5e7c52fb3d2168
9f6f9e5.pdf
[9] Darti, N. A., & Imelda, F. Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui
Peningkatan Pengetahuan Dan Screening HIV/AIDS Pada Kelompok Wanita
Beresiko Di Belawan Sumatera Utara. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB
Medan; 2019. 4(1), 14.

13
[10] Agarwal, S.G., Powar, R.M., Tankhiwale, S., Rukadikar, A. Study of opportunistic
infections in HIV-AIDS patients and their co-relation with CD4+ cell count. Int J
Curr Microbiol App Sci; 2015. 4(6): 848-61.
[11] Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87
Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral. 2015.
[12] Kambu, Y., Waluyo, A. and Kuntarti, K. Umur Orang dengan HIV AIDS (ODHA)
Berhubungan dengan Tindakan Pencegahan Penularan HIV.Jurnal Keperawatan
Indonesia; 2016. 19(3): 200-207.
[13] Erawati, E. PREVALENSI KEJADIAN INFEKSI HIV PADA KOMUNITAS
HOMOSEKSUAL DAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN METODE
IMUNOKROMATOGRAFI (RAPID TEST) DI WILAYAH KOTA KEDIRI. Jurnal
Sintesis: Penelitian Sains, Terapan dan Analisisnya; 2020. 1(1), 9-15.
[14] Wang C, Peng J, Liu DF, Xing KY, Zhang GG, Huang Z, Cheng S, Zhu FF, Duan ML,
Zhang KY, Yuan MF, Lai WH. Lateral flow immunoassay integrated with
competitive and sandwich models for the detection of aflatoxin M1 and Escherichia
coli O157:H7 in milk. Journal of Dairy Science; 2018. 101: 8767–8777.
[15] Damayanti, R., & Indrawati, A. Preparasi Strip Imunokromatografi Koloid Emas untuk
Deteksi Cepat Aeromonas hydrophila. Acta VETERINARIA Indonesiana; 2020. 8(3),
31-39.
[16] Taghipour YD, Kharrazi S, Amini SM. Antibody conjugated gold nanoparticles for
detection of small amounts of antigen based on surface plasmon resonance (SPR)
spectra. Nanomed Res J; 2018. 3: 102–108.
[17] Wang C, Peng J, Liu DF, Xing KY, Zhang GG, Huang Z, Cheng S, Zhu FF, Duan ML,
Zhang KY, Yuan MF, Lai WH. Lateral flow immunoassay integrated with
competitive and sandwich models for the detection of aflatoxin M1 and Escherichia
coli O157:H7 in milk. Journal of Dairy Science; 2018. 101: 8767–8777.
[18] Oncoprobe. HIV 1&2 Antibody Rapid Test 4th Generation kit. 2005.
[19] Saputra RO, Niswah F. Upaya Komisi Penanggulangan AIDS dalam Menanggulangi
HIV dan AIDS di Kota Surabaya. J Ilmu Administrasi Negara; 2018. 6(1):1-8.

14
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Biodata Diri

BIODATA DIRI

Nama Lengkap : Arfa’at Nur Wahid


Nama Pangggilan : Fa’at
Tempat, Tanggal Lahir : Baraka, 9 Mei 2002
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Pramuka, Kel. Baraka, Kec.
Baraka, Kab. Enrekang, Sulawesi
Selatan
Golongan Darah : AB
Status : Mahasiswa
Nama Instansi : Poltekkes Kemenkes Makassar
Prodi/Jurusan : Sarjana Terapan/Teknologi Laboratorium Medis
Hobi : Jalan-jalan
Alamat E-mail : arfaatnurwahid@gmail.com

+62 813 5491 8625

@arfaat_nurwahid

Media Sosial :

15
16

Anda mungkin juga menyukai