1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kemudahan, kelancaran, dan berkat karunia-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami
tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih kepada :
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 6
2.2 Metode........................................................................................ 6
Diseases........................................................................... 10
2.5.4 Diagnosa........................................................................... 12
2.6.1 Alat................................................................................... 19
2.6.2 Bahan................................................................................ 20
2.7.1 Sampel.............................................................................. 20
ii
2.7.2 Preparasi sampel............................................................... 20
2.8.2 HI-Test............................................................................. 22
3.1. Kesimpulan............................................................................... 29
3.2. Saran.......................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 31
LAMPIRAN.................................................................................................... 32
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Protein H merupakan protein yang melekat dan mengikat pada
reseptor pada bagian luar membran sel inang, termasuk sel darah
merah. Perlekatan virus ke sel darah merah adalah sifat penting yang
digunakan di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan virus dan
untuk mendeteksi antibodi terhadap virus. Bagian N (neuraminidase)
merupakan enzim aktif yang membantu dalam pelepasan virus dari
membran sel inang. Aktivitas enzim ini mempengaruhi waktu yang
dibutuhkan bagi virus untuk mengelusi dari sel darah merah.
[Anonim].Newcastle Disease (ND)
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah nama pemeriksaan untuk memeriksa penyakit
Newcastle Desease?
Newcastle Desease?
HI?
HA dan HI?
HI?
HA dan HI?
4
3. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari pemeriksaan
menggunakan metode HA dan HI.
4. Mahasiswa dapat menhetahui prinsip kerja dari pemeriksaan
menggunakan metode HA dan HI.
5. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan
Newcastle Desease.
6. Mahasiswa dapat mengetahui sampel yang digunakan dan
bagaimana preparasi sampel untuk pemeriksaan Newcastle
Desease metode HA dan HI.
7. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimanakah cara kerja
pemeriksan Newcastle Desease metode HA dan HI.
8. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimanakah hasil pemeriksaan
Newcastle Desease metode HA dan HI.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Metode
Adapun metode yang digunakan adalah :
a. Pengujian HA mikroteknik (mikrotier)
b. Pengujian HI mikroteknik (mikrotiter)
6
menganglutinasi RBC (syukron et al., 2013) seperti Newcastle
Disease,Avian Influenza dan Egg Drop Syndrom.
7
2.5.1 Epidemiologi
1. Sifat Alami Gen
2. Sifat Penyakit
Berdasarkan virulensinya, yakni kemampuan
menimbulkan kematian 0-100% pada hospes, virus ND
dibedakan menjadi 3 strain, yakni velogenik,
mesogenik, dan lentogenik. Strain velogenik adalah
strain virulen, penyebab kematian; strain mesogenik
kurang virulen (kerugian terutama berupa penurunan
produksi telur dan penghambat pertumbuhan), dan strain
lentogenik avirulen (Dyah Ayu Hewajuli Dan N.L.P.I.
Dharmayanti: Patogenitas Virus Newcastle Disease Pada Ayam)
Ketiga strain dapat dibedakan dengan menghitung
Mean Death Time (MDT), Intracerebral Pathogenicity
Index (ICPI) dan Intravenous Pathogenecity Index
(IVPI). (Dyah Ayu Hewajuli Dan N.L.P.I. Dharmayanti:
Patogenitas Virus Newcastle Disease Pada Ayam)
a) Mean Death Time (MDT)
8
Perhitungan MDT dilakukan pada TAB umur 10
hari dengan cara menginokulasikan virus ND dosis
lethal minimum pada cairan alantois. Rata-rata
kematian seluruh embrio ayam kemudian dihitung
berdasarkan waktu (jam). Strain velogenik akan
membunuh embrio ayam dalam waktu 40-60 jam,
strain mesogenik dalam waktu 60-9- jam dan strain
lentogenik membunuh dalam 90 jam.
b) Intracerebral Pathogenicity Index (ICPI)
Perhitungan ICPI dilakukan pada anak ayam umur
sehari dengan cara menginokulasikan virus ND
dengan dosis lethal miinimum secara intraserebral.
Gejala klinis atau kematian anak ayam kemudian
dihitung berdasarkan waktu dan data dinyatakan
dalam indeks. ICPI untuk strain velogenik antara
1,5-2; strain mesogenik 0,5-1,5 dan strain
lentogenik kurang dari 0,5.
c) Intravenous Pathogenecity Index (IVPI)
Perhitungan IVPI dilakukan pada ayam umur 6
minggu dengan cara mengginokulasikan virus ND
dengan dosis lethal minimum virus ND secara
intravena. Strain veloogenik akan membunuh ayam-
ayam yang telah disuntik virus ND, tetapi strain
lentogenik dan mesogeniik tidak akan membunuh
ayam-ayam tersebut.
Kepekaan sel terhadap virus ND yang tidak virulen
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sel tersebut harus mempunyai
reseptor yang cocok sehingga virus dapat melakukan
penempelan dan masuk ke dalam sel. Disamping itu, sel tersebut
juga harus memiliki tripsin yang menyerupai protease dimana
enzim ini berperan dalam pemecahan protein F0 menjadi F1 dan
F2. Penyebaran reseptor sel pada ayam yang peka terhadap virus
9
ND bentuk tidak virulen bersifat terbatas dan hanya ditemukan
pada saluran pencernaan dan saluran pernafasan bagian atas
(Alexander, 1991). Sedangkan virus bentuk virulen tidak selalu
memerlukan enzim protease dan replikasi virus biasanya terjadi
di sebagian besar jaringan induk semang. Replikasi virus yang
terjadi di limfosit menghasilkan suatu respon imun dan produksi
antigen virus yang cukup dibutuhkan untuk meningkatkan
efektivitas sistem imun. Di dalam saluran pencernaan terdapat
faktor-faktor nonspesifik yang mempengaruhi replikasi virus
ND. Enzim protease dan pH yang bervariasi mempunyai
pengaruh dalam proses penempelan virus pada reseptor sel.
Dimana keberadaan tripsin pada beberapa bagian saluran
pencernaan dapat mengaktifkan virus ND bentuk tidak virulen
setelah virus tersebut dilepaskan dari sel yang kekurangan enzim
protease. (Dyah Ayu Hewajuli Dan N.L.P.I. Dharmayanti:
Patogenitas Virus Newcastle Disease Pada Ayam)
10
mengindikasikan bahwa penetrasi virus ND pada sel inang melalui
reseptor endositosis juga dipengaruhi oleh kondisi pH. (Dyah Ayu
Hewajuli Dan N.L.P.I. Dharmayanti: Patogenitas Virus Newcastle
Disease Pada Ayam)
11
Gambar 3. Beberapa gejala klinis pada ayam. a) Tortikolis, b)
Pembengkakan dan hemoragi pada daerah mata, c)
pembengkakan pada kelopak mata.
(Sumber:http:/,www.fao.org/docrep/003/t0
756e/T0756E08.htm,http://farmingpak.blogspot.com/20
1/03/rani-khait-new-castle- disease-outbreak.html)
(Sumber:http://www.fao.org/docrep/003/t0756e/T075
68E08.htm,http://farmingpak.blogspot..com/201/03/ra
ni-khait-new-disease-outbreak.html)
2.5.4 Diagnosa
Diagnosa penyakit didasarkan atas epizootiologi, ttanda-tanda klinis,
kelainan patologi anatomi yang dikukuhkan dengan hasil pemeriksaan
laboratorium, sebagai berikut :
12
a) Isolasi dari swab (ulasan kapas) trachea atau kloaka atau suspensi
10% dari otak atau paru, dalam larutan NaCl fisiologis yang
mengandung antibiotik diinokulasikan pada elur ayam berembrio
(TAB) umur 9-11 hari. Pasca inkubasi, cairan allantois diperiksa
terhadap adanyaaglutinasi dengan uji haemagglutination (HA
test). Apabila uji HA positif dapat dilanjutkan dengan identifikasi
virus dengan uji hambatan hemagglutinasi (Hemagglutination
Inhibition, HI) atau uji Neutralisasi Virus (VN test) dengan serum
kebal tterhadap ND. Bila salah satu dari kedua uji tersebut positif
dapat dipastikan bahwa isolasi yang diperiksa adalah ND. (Jurnal
Kedokteran Hewan,Emilia, dkk ISSN : 1978-225X,Isolasi Dan
Karakterisasi Biologik Virus Newcastle Disease)
13
Hewan,Emilia, dkk ISSN : 1978-225X,Isolasi Dan Karakterisasi
Biologik Virus Newcastle Disease)
c) Pengujian adanya antigen dapat dilakukan pula dengan uji
Fluorecent Antibody Technique (FAT) atau dengan rapid test.
(Jurnal Kedokteran Hewan,Emilia, dkk ISSN : 1978-225X,Isolasi
Dan Karakterisasi Biologik Virus Newcastle Disease)
14
yang terdapat pada membran plasma sel darah merah
(SDM) ayam, di samping SDM unggas, juga
mengaglutinasi eritrosit marmot dan manusia. Beberapa
strain tertentu mempunyai kemampuan mengagglutinasi
SDM mamalia, yaitu sapi, kuda, domba dan babi
(Alexateteloer, 2003), tikus putih, kelinci, dan kucing (Chu,
1948). Sifat tersebut dapat digunakan sebagai penanda
strain virus tetelo meskipun tidak mempengaruhi
perbedaan dalam uji serologi. Proses hemaglutinasi terjadi
karena SDM yang dicampur dengan virus tetelo dalam
proporsi yang seimbang. Koteteloisi tersebut dapat terjadi
karena adanya kecocokan virus tetelo dengan reseptor yang
terdapat pada permukaan SDM. Beberapa faktor yang
memengaruhi uji HA tersebut, antara lain: konsentrasi
SDM berkisar 1%, pelarut mengandung elektrolit (0,85%
NaCl) dan partikel virus mencapai 105 sampai 106 per mL
suspensi (NRC, 1971). Virus tetelo yang memperlihatkan uji
HA positif dapat dihambat oleh antibodi spesifik yang
dihasilkan oleh hemaglutinin virus tetelo. Aktivitas
hambatan hemaglutinasi tersebut dapat digunakan
sebagai dasar yang memungkinkan identifikasi virus
tetelo (Alexander, 2003).
15
4) Pengujian HI dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu
virus menggunakan antigen spesifik
(Gigih Fikrillah Sya’ban, 2019)
16
hemagglutinin yang dimiliki oleh virus (Gigih Fikrillah
Sya’ban, 2019)
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini :
17
eritrosit diaglutinasikan oleh virus dan tidak membentuk
endapan, sehingga uji HI negatif (Allan,1978).
18
golongan Myxovirus. Namun, pengujian HA Tabung
juga dapat digunakan untuk mengetahui titer antigen
suatu virus (Gigih Fikrillah Sya’ban, 2019).
19
2.6.2 Bahan
a. Pereaksi
PBSˉ dan sel darah merah ayam 1%
b. Antigen
Dipakai antigen New Castel Disease yang sudah di validasi
c. Serum
Merupakan serum yang akan di uji
20
2. Potongan organ tubuh yang dikirim dalam transpor media,
dikeluarkan kemudian dicuci dengan Phosphat Buffered
Saline (PBS) paling sedikit 3 kali.
3. Organ tubuh tersebut kemudian dipotong-potong kecil, lalu
digiling atau ditumbuk dengan mortar dingin sampai halus,
kemudian disuspensikan dalam PBS (pH 7,2) yang
mengandung antibiotik sebanyak 1000 - 2000 IU penicilin
dan 1000-2000 µg streptomisin per ml atau antibiotik lain
yang setara, sehingga diperoleh konsentrasi suspensi
sebesar 20%.
4. Suspensi tersebut kemudian disentrifugasi selama 15 - 30
menit (refrigerated centrifuge) dengan kecepatan 1500 -
3000 RPM. Supernatan diambil dan digunakan sebagai
inokulum.
5. Inokolum diuji sterilitasnya dengan agar growth (media
agar penumbuh). Tetapi bila karena sesuatu hal inokulasi
belum dapat dilaksanakan, maka inokulum tersebut harus
disimpan pada 4°C untuk jangka waktu singkat (tak lebih
dari satu minggu) atau pada -70°C untuk jangka waktu
lama.
21
6) Tambahkan sel darah merah ayam 1% pada masing masing
lubang sebanyak 25µl;
7) Campurkan dengan ayakan mixer selama 10 detik;
8) Inkubasikan (eramkan) pada suhu kamar selama 40 menit.
2.8.2 HI-Test
1) Siapkan microplate tipe V;
2) Masukkan larutan PBS ¿¿ pada semua lubang;
3) Tambahkan 25µl serum yang akan diuji pada lubang pertama dari
plate, buat pengenceran kelipatan 2 dari pada serum sampai
lubang ke 11 dengan multichannel;
4) Pada lubang 12 buat kontrol serum dengan memberikan 25µl
serum yang diuji dengan memakai tip baru, campur dan diangkat;
5) Tambahkan 25µl antigen ND 4 HAU pada lubang nomor 1 pada
lubang nomor 1 sampai dengan nomor 11, sedangkan pada lubang
nomor 12 ditambahkan PBS ¿¿ sebanyak 25µl;
6) Campur dengan ayakan mixer selama 10 detik, eramkan pada
suhu kamar selama 30 menit
7) Tambahkan 25µl sel darah merah ayam 1% pada semua lubang;
8) Campurkan dengan ayakan mixer selama 10 detik;
9) Inkubasikan (eramkan) pada suhu kamar selama 40 menit;
10) Lakukan pembacaan hasil dengan melihat ada dan tidaknya titik
air mata dengan cara memiringkan microplate.
22
Interpretasi hasil :
KESIMPULAN
Skema HA-Test
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengencer 1x 2x 4x 8x 16x 32x 64x 128x 256x 512x 1024x kontrol
an 1
PBS ¿¿ - 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl
dibuang
Antigen .
ND 10x 25µl 25µl 25µl 5µl 25µl 25µl 5µl 5µl 5µl 5µl 25µl 25µl
PBS ¿¿ 25µl 25µl 5µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl
SDM 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl
ayam 1%
23
- Tentukan pengenceran yang paling tinggi yang memperlihatkan
reaksi aglutinasi optimal ( sebagai nilai 1 HAU)
- Tentukan pengenceran antigen Newcastle Desease sebesar 4 HAU
yang akan dipakai untuk HI Test
Skema HI-test
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengencer 2x 4x 8x 16x 32x 64x 128x 265x 512x 1024x 2048x kontrol
an
PBS ¿¿ - 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl
dibuang
Serum 25µl 25µl 25µl 5µl 25µl 25µl 5µl 5µl 5µl 5µl 25µl 25µl
Atg.ND 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl
4U
SDM 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul
Ayam %
24
Reference : Oie 2013, volume 1,part 2, section 2.chapter 2.3.14
Keterangan :
25
No Kode Sampel Titer HA
1 A -
2 B 210
3 C -
4 D -
5 E -
6 F -
7 G -
8 H 27
9 I 23
10 J 23
11 K 26
12 L 26
13 M -
14 N -
15 Kontrol -
Nilai (titer) virus yang tinggi menunjukkan semakin cepat dan
kuat terjadinya reaksi aglutinasi. Titer HA memperlihatkan
jumlah unit HA yang dapat mengaglutinasi eritrosit sehingga pada
mikroplat terlihat gumpalan kecil- kecil eritrosit yang tersebar dan
tidak memusat di tengah.
26
Keterangan:
Sampel nomor 45-50 terdapat hambatan hemaglutinasi dengan
titer masing-masing 26, 26, 27, 27, 25, 29.
27
Hasil Uji HI dikatakan negatif bila tidak terjadi hambatan
hemaglutinasi, reaksi tersebut disebabkan tidak adanya antibodi
pada serum ayam buras. Hasil Uji HI dikatakan positif bila terjadi
hambatan hemaglutinasi yang nampak dengan adanya
pengendapan eritrosit pada sumuran plate seperti pada kontrol
eritrosit.
BAB III
28
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sedangkan Uji HI isolat sample dianggap positif apabila titer HI dari serum
menggunakan antigen sampel + sama dengan titer HI dari serum dengan
menggunakan antigen kontrol. Sampel nomor 45-50 terdapat hambatan
hemaglutinasi dengan titer masing-masing 26, 26, 27, 27, 25, 29. Sampel
nomor 45-50 terdapat hambatan hemaglutinasi. Pada sampel nomor 45 dan 46
hambatan hemaglutinasi terjadi sampai lubang 6 (26), nomor 47 dan 48
hambatan hemaglutinasi terjadi sampai lubang 7 (27), nomor 49 hambatan
hemaglutinasi terjadi sampai lubang 5 (25), nomor 50 hambatan
hemaglutinasi terjadi sampai lubang 9 (29) dan sumuran K (kontrol eritrosit)
terlihat pengendapan eritrosit.
29
3.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
31
LAMPIRAN
32