Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH VIROLOGI

“HA dan HI Test Terhadap Newcastle Disease”

Dosen Mata Kuliah: Maria Tuntun Siregar,S.Pd.,M.Biomed

Disusun Oleh: Kelompok 10

1. Ayu Yulianti 1713353001


2. David Martua Sitinjak 1713353002
3. Lutfiah Fitriani 1713353003
4. Imas Noviana 1713353029
5. Trisa Fajar Meilinda 1713353005
6. Meilinda Ayu Safitri 1713353010
7. Tika Anggraini 1713353044
8. Nunuk Susanti 1713353015
9. Sinta Pasilina 1713353023
10. Diah Yulia Citra 1713353045
11. Andika Afri Dermawan 1613353016

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES RI TANJUMGKARANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kemudahan, kelancaran, dan berkat karunia-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami
tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Maria Tuntun S, S.Pd,M.Biomed selaku dosen mata kuliah Virologi


Analis Kesehatan.
2. Orang tua yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
3. Teman-teman dan sahabat yang telah memberi dukungan moral, serta
semangat dalam penulisan makalah ini.
4. Dan semua pihak yang telah membantu kami.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan. Untuk itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca khususnya Mahasiswa Poltekkes
Jurusan Analis Kesehatan.

Bandar Lampung, 19 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 4

1.3 Tujuan Masalah.......................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 6

2.1 Nama Pemeriksaan .................................................................... 6

2.2 Metode........................................................................................ 6

2.3 Tujuan Pemeriksaan................................................................... 6

2.4 Prinsip kerja............................................................................... 6

2.5 Dasar teori ................................................................................. 7

2.5.1 Epidemiologi ................................................................... 8

2.5.2 Siklus Hidup dan Mekanisme Infeksi Virus Newcastle

Diseases........................................................................... 10

2.5.3 Gejala klinis..................................................................... 11

2.5.4 Diagnosa........................................................................... 12

2.5.5 Pengujian virus dengan HA dan HI Test.......................... 14

2.6 Alat dan bahan............................................................................ 19

2.6.1 Alat................................................................................... 19

2.6.2 Bahan................................................................................ 20

2.7 Sampel dan Preparasi sampel..................................................... 20

2.7.1 Sampel.............................................................................. 20

ii
2.7.2 Preparasi sampel............................................................... 20

2.8 Cara kerja................................................................................... 21

2.8.1 (HA-Test) Titrasi antigen................................................. 21

2.8.2 HI-Test............................................................................. 22

2.8.3 Cara kerja menetapkan hasil............................................ 22

2.9 Hasil Pemeriksaan...................................................................... 25

2.9.1 Uji Hemaglutinasi (HA) Mikroteknik.............................. 25

2.9.2 Uji Hemaglutinasi (HI) Mikroteknik............................... 26

BAB III PENUTUP.............. ......................................................................... 29

3.1. Kesimpulan............................................................................... 29

3.2. Saran.......................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 31

LAMPIRAN.................................................................................................... 32

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Newcastle Disease (ND) adalah suatu penyakit pernafasan dan
sistemik, yang bersifat akut dan mudah menular, yang disebabkan oleh
virus dan menyerang berbagai jenis unggas, terutama ayam. Diagnosis
penyakit ND yang pada umumnya dilakukan dengan isolasi virus dan
identifikasi serologis memiliki keterbatasan, antara lain diperlukan
waktu yang lebih lama. Penelitian ini bertujuan mendeteksi virus
Newcastle Disease (NDV) pada ayam yang dicurigai dengan penyakit
ND dengan menggunakan teknik Reverse Transcriptase-Polymerase
Chain Reaction (RT-PCR). Sembilan sampel organ ayam yaitu: lien,
trakea, dan paru dikoleksi dari peternakan ayam yang didiagnosis
penyakit ND. Sampel organ tersebut diproses dan diekstraksi RNA
virus target dengan kit ekstraksi RNA. Amplifikasi genom virus
dilakukan dengan RT-PCR menggunakan primer spesifik pada target
gen F. Hasil amplifikasi menghasilkan produk amplikon sebesar 565
base pairs (bp). Sampel produk PCR kemudian divisualisasikan
menggunakan gel elektroforesis dan diamati menggunakan unified gel
documentation system. Hasil amplifikasi menunjukkan sembilan
sampel positif teramati pita DNA sesuai target fragmen gen F virus
ND. Hasil penelitian ini mengkonfirmasi bahwa metode RT-PCR
dapat digunakan untuk mendeteksi virus ND dari sampel organ ayam.
(Shanmuganathan, Lehgarubini, dkk.2017. Deteksi Virus Newcastle
Disease dari Sampel Organ Ayam dengan Reverse Transcriptase
Polymerase Chain Reaction.35(1):127)

Penyakit ND menyebabkan gangguan yang sangat berat pada


sistem pernafasan, syaraf dan pencernaan pada ayam. Berdasarkan
gejala klinis yang ditimbulkan pada ayam, ND dapat dikelompokkan
menjadi 5 patotipe yaitu viscerotropic velogenic, neurotropic
velogenic, mesogenic, lentogenic dan asymptomatic enteric.
Viscerotropic velogenic merupakan suatu bentuk ND yang sangat
patogen dimana lesi pendarahan pada sistem pencernaan sering terlihat
pada bentuk ini. Neurotropic velogenic adalah bentuk ND yang
menyebabkan mortalitas yang tinggi dan biasanya diikuti dengan
gangguan sistem respirasi dan syaraf. Newcatle disease bentuk
mesogenic menunjukkan gejala klinis gangguan sistem pernafasan
tetapi gangguan sistem syaraf tidak selalu terlihat dan mortalitas yang
rendah, sedangkan asymptomatic enteric merupakan suatu bentuk
infeksi subklinik pada sistem pencernaan. (BEARD dan HANSON,
1981).

Virus ND strain avirulent (lentogenik dan mesogenik)


digunakan sebagai vaksin hidup untuk meningkatkan pengendalian
penyakit ND pada ayam tetapi pemilihan jenis vaksin tergantung pada
kondisi penyakitnya. Vaksin inaktif juga digunakan dalam
pengendalian penyakit ND. (ALDERS dan SPRADBROW, 2001; OIE,
2008)

Penyebab ND adalah virus yang tergolong Paramyxovirus,


termasuk virus ss- RNA yang berukuran 150-250 milimikron, dengan
bentuk bervariasi tetapi umumnya berbentuk spherik. Beberapa strain
memiliki bentuk pleomorfik atau bulat panjang. Virus ND memiiki
amplop dan kapsid berbentuk heliks yang simetris. . Virus ND atau
avian paramyxovirus serotype 1 (APMV-1) termasuk genus
Avulavirus, family Paramyxoviridae, Ordo Mononegavirales. Virus
RNA dengan total panjang genom sekitar 15,2 kb menyandi 6 protein
penting, yakni nucleocapsid (N), phosphoprotein (P), matrix (M),
Fusion (F), hemagglutinin- neuramnidase (HN) dan RNA-dependent
RNA polymerase (L). Ada dua protein penting pada virus ND, yakni HN
dan F. [Anonim].Newcastle Disease (ND)

2
Protein H merupakan protein yang melekat dan mengikat pada
reseptor pada bagian luar membran sel inang, termasuk sel darah
merah. Perlekatan virus ke sel darah merah adalah sifat penting yang
digunakan di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan virus dan
untuk mendeteksi antibodi terhadap virus. Bagian N (neuraminidase)
merupakan enzim aktif yang membantu dalam pelepasan virus dari
membran sel inang. Aktivitas enzim ini mempengaruhi waktu yang
dibutuhkan bagi virus untuk mengelusi dari sel darah merah.
[Anonim].Newcastle Disease (ND)

Protein F berfungsi untuk fusi antara amplop virus dengan


membran sel inang. Hal ini memungkinkan penetrasi sel inang oleh
genom virus. Pada saat fusi terjadi, bentuk protein fusi asli harus
diubah. Perubahan ini terjadi ketika protease inang membelah atau
memotong protein virus pada tempat pembelahan spesifik. Setelah ini
terjadi, protein fusi diaktifkan dan pada saat inilah terjadinya fusi. Urutan
asam amino di sekitar tempat pembelahan akan menentukan berbagai
enzim protease yang dapat mengaktifkan pembelahan protein. Urutan
ini selanjutnya akan menentukan virulensi virus. Dasar molekuler
untuk tingkat keganasan virus didasarkan pada perbedaan urutan
substrat dari protein prekursor F0 yang digunakan untuk aktivasi enzim
proteolitik. [Anonim].Newcastle Disease (ND)

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah nama pemeriksaan untuk memeriksa penyakit

Newcastle Desease?

2. Apakah metode yang digunakan untuk pemeriksaan penyakit

Newcastle Desease?

3. Apakah tujuan dari pemeriksaan meggunakan metode HA dan

HI?

4. Apakah prinsip kerja dari pemeriksaan menggunakan metode

HA dan HI?

5. Apakah yang dimaksud dengan Newcastle Desease?

6. Apakah sampel yang digunakan dan bagaimana preparasi

sampel untuk pemeriksaan Newcastle Desease metode HA dan

HI?

7. Bagaimanakah cara kerja pemeriksan Newcastle Desease

metode HA dan HI?

8. Bagaimanakah hasil pemeriksaan Newcastle Desease metode

HA dan HI?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan suatu tujuan
masalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui nama pemeriksaan untuk
memeriksa penyakit Newcastle Desease.
2. Mahasiswa dapat mengetahui metode yang digunakan untuk
pemeriksaan penyakit Newcastle Desease.

4
3. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari pemeriksaan
menggunakan metode HA dan HI.
4. Mahasiswa dapat menhetahui prinsip kerja dari pemeriksaan
menggunakan metode HA dan HI.
5. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan
Newcastle Desease.
6. Mahasiswa dapat mengetahui sampel yang digunakan dan
bagaimana preparasi sampel untuk pemeriksaan Newcastle
Desease metode HA dan HI.
7. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimanakah cara kerja
pemeriksan Newcastle Desease metode HA dan HI.
8. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimanakah hasil pemeriksaan
Newcastle Desease metode HA dan HI.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nama Pemeriksaan


HA/HI Test terhadap New Castle Disease

2.2 Metode
Adapun metode yang digunakan adalah :
a. Pengujian HA mikroteknik (mikrotier)
b. Pengujian HI mikroteknik (mikrotiter)

2.3 Tujuan Pemeriksaan


a Pengujian HA untuk mengetahui kemampuan /nilai 1 HAU dari virus
Newcastle Disease untuk mengaglutinasikan sel darah merah ayam
secara optimal.
b Pengujian HI digunakan untuk mengukur titer antibodi atau antiserum
dari serum yang diuji agar diketahui status kekebalan tubuh setelah
dilakukan vaksinasi virus.

2.4 Prinsip Kerja


a. UJI HA (Haemaglutinasi) merupakan salah satu test uji untuk
mengetahui kemampuan /nilai 1 HAU dari virus Newcastle Disease
untuk mengaglutinasikan sel darah merah ayam secara optimal.
Prinsip uji HA adalah terjadinya ikatan antara virus/antigen dengan sel
darah merah yang ditandai dengan adanya aglutinasi (butiran seperti
pasir). Pengenceran tertinggi terjadi pada lubang akhir yang masih
memberikan aglutinasi.
b. UJI HI (Haemaglutinasi inhibisi) merupakan salah satu uji untuk
mengetahui nilai titer antibodi dari serum yang diuji. Prinsip uji HI
adalah menghambat terjadinya aglutinasi sel darah merah (RBC) oleh
virus akibat terikatnya virus tersebut dengan antibodi spesifik.oleh
karena itu uji HI hanya bisa digunakan untuk virus yang

6
menganglutinasi RBC (syukron et al., 2013) seperti Newcastle
Disease,Avian Influenza dan Egg Drop Syndrom.

2.5 Dasar Teori


Newcastle disease biasa dikenal sebagai penyakit tetelo,
merupakan penyakit unggas, khususnya ayam bersifat sangat
mudah menular, akut serta menimbulkan gejala gangguan
pencernaan, pernafasan dan syaraf. Penyakit tersebut disebabkan
oleh virus tetelo, genus Paramixovirus, keluarga Paramixo-
viridae. Virus tetelo merupakan virus RNA yang mempunyai
genom single stranded (SS) dengan polaritas negatif.
Paramixovirus berbentuk sangat pleomorfik, antara bentuk
membulat sampai filamen serta berdiameter 100 sampai 150 nµ.
Nukleokapsid bersimetri heliks dan dikelilingi oleh amplop
yang berasal dari membran permukaan sel. Pada amplop tersebut
menempel spike glikoprotein hemaglutinin (H/ HA) dan
neuraminidase (N/NA). Spike tersebut mempunyai peran dalam
hemaglutinasi eritrosit dan proses elusi, dan merupakan salah satu
sifat virus tetelo yang dapat digunakan dalam karakterisasi
biologi virus tersebut. (Alexander, 1991; Alexander, 2003; Allan
et al., 1978; Fenner et al., 1993)

Gambar 1. Virus Newcastle disease (Yan, 2008)

7
2.5.1 Epidemiologi
1. Sifat Alami Gen

Virus tetelo apabila dipanaskan pada suhu 56oC


dalam periode waktu tertentu dapat kehilangan
kemampuan untuk dapat melakukan
hemaglutinasi SDM, karena hemaglutinin rusak.
Stabilitas hemaglutinin pada pemanasan tersebut
berbeda-beda di antara strain. Strain virus tetelo
dikatakan resisten apabila hemaglutinin tidak
rusak oleh pemanasan suhu 56OC selama 30 menit,
sedangkan dikatakan sensitif jika hemaglutinin rusak
oleh pemanasan tersebut. Pemanasan 70 OC selama 30
menit dapat menghilangkan kemampuan
hemaglutinasi virus tetelo (Chu, 1948).

2. Sifat Penyakit
Berdasarkan virulensinya, yakni kemampuan
menimbulkan kematian 0-100% pada hospes, virus ND
dibedakan menjadi 3 strain, yakni velogenik,
mesogenik, dan lentogenik. Strain velogenik adalah
strain virulen, penyebab kematian; strain mesogenik
kurang virulen (kerugian terutama berupa penurunan
produksi telur dan penghambat pertumbuhan), dan strain
lentogenik avirulen (Dyah Ayu Hewajuli Dan N.L.P.I.
Dharmayanti: Patogenitas Virus Newcastle Disease Pada Ayam)
Ketiga strain dapat dibedakan dengan menghitung
Mean Death Time (MDT), Intracerebral Pathogenicity
Index (ICPI) dan Intravenous Pathogenecity Index
(IVPI). (Dyah Ayu Hewajuli Dan N.L.P.I. Dharmayanti:
Patogenitas Virus Newcastle Disease Pada Ayam)
a) Mean Death Time (MDT)

8
Perhitungan MDT dilakukan pada TAB umur 10
hari dengan cara menginokulasikan virus ND dosis
lethal minimum pada cairan alantois. Rata-rata
kematian seluruh embrio ayam kemudian dihitung
berdasarkan waktu (jam). Strain velogenik akan
membunuh embrio ayam dalam waktu 40-60 jam,
strain mesogenik dalam waktu 60-9- jam dan strain
lentogenik membunuh dalam 90 jam.
b) Intracerebral Pathogenicity Index (ICPI)
Perhitungan ICPI dilakukan pada anak ayam umur
sehari dengan cara menginokulasikan virus ND
dengan dosis lethal miinimum secara intraserebral.
Gejala klinis atau kematian anak ayam kemudian
dihitung berdasarkan waktu dan data dinyatakan
dalam indeks. ICPI untuk strain velogenik antara
1,5-2; strain mesogenik 0,5-1,5 dan strain
lentogenik kurang dari 0,5.
c) Intravenous Pathogenecity Index (IVPI)
Perhitungan IVPI dilakukan pada ayam umur 6
minggu dengan cara mengginokulasikan virus ND
dengan dosis lethal minimum virus ND secara
intravena. Strain veloogenik akan membunuh ayam-
ayam yang telah disuntik virus ND, tetapi strain
lentogenik dan mesogeniik tidak akan membunuh
ayam-ayam tersebut.
Kepekaan sel terhadap virus ND yang tidak virulen
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sel tersebut harus mempunyai
reseptor yang cocok sehingga virus dapat melakukan
penempelan dan masuk ke dalam sel. Disamping itu, sel tersebut
juga harus memiliki tripsin yang menyerupai protease dimana
enzim ini berperan dalam pemecahan protein F0 menjadi F1 dan
F2. Penyebaran reseptor sel pada ayam yang peka terhadap virus

9
ND bentuk tidak virulen bersifat terbatas dan hanya ditemukan
pada saluran pencernaan dan saluran pernafasan bagian atas
(Alexander, 1991). Sedangkan virus bentuk virulen tidak selalu
memerlukan enzim protease dan replikasi virus biasanya terjadi
di sebagian besar jaringan induk semang. Replikasi virus yang
terjadi di limfosit menghasilkan suatu respon imun dan produksi
antigen virus yang cukup dibutuhkan untuk meningkatkan
efektivitas sistem imun. Di dalam saluran pencernaan terdapat
faktor-faktor nonspesifik yang mempengaruhi replikasi virus
ND. Enzim protease dan pH yang bervariasi mempunyai
pengaruh dalam proses penempelan virus pada reseptor sel.
Dimana keberadaan tripsin pada beberapa bagian saluran
pencernaan dapat mengaktifkan virus ND bentuk tidak virulen
setelah virus tersebut dilepaskan dari sel yang kekurangan enzim
protease. (Dyah Ayu Hewajuli Dan N.L.P.I. Dharmayanti:
Patogenitas Virus Newcastle Disease Pada Ayam)

2.5.2 Siklus Hidup Dan Mekanisme Infeksi Virus Newcastle disease


Protein HN berperan dalam tahap penempelan virus ND pada
reseptor sel inang atau induk semang yang mengandung sialic acid
(NAGAY, 1993). Molekul sialic acid ini adalah glycoprotein dan
glycolipid. Penempelan virus dilakukan dengan penyatuan virus dan
membran sel yang diperantarai oleh protein F. Virus RNA kemudian
dilepaskan dalam sitoplasma dan Envelope virus masuk ke dalam sel
melalui 2 jalan utama yaitu pertama, penyatuan secara langsung antara
envelope virus dengan membran plasma dan kedua, diperantarai oleh
reseptor endositosis. Penetrasi virus melalui reseptor endositosis
tergantung pada kondisi pHnya. Pada paramyxoviruses, proses
penyatuan membran virus dengan membran plasma inang atau induk
semang tidak tergantung pH (San Roman et al., 1999). Walaupun
demikian, hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penyatuan
virus ND dengan sel mampu meningkatkan pH. Hasil tersebut

10
mengindikasikan bahwa penetrasi virus ND pada sel inang melalui
reseptor endositosis juga dipengaruhi oleh kondisi pH. (Dyah Ayu
Hewajuli Dan N.L.P.I. Dharmayanti: Patogenitas Virus Newcastle
Disease Pada Ayam)

Gambar 2. Siklus Hidup dan Mekanisme Infeksi ND (Yan, 2008).


(Sumber:https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/149236
1002-3-BAB%20II.pdf)

2.5.3 Gejala Klinis


Gejala klinis akibat infeksi virus tetelo dapat bervariasi tergantung
patotipe virus, kepekaan inang dan faktor pendukung lainnya.
Penyakit tetelo tipe Asiatik yang dikenal sebagai very virulent tetelo
dapat menyebabkan kematian tinggi mencapai 100% pada unggas
yang peka (Alexander, 2003) dan oleh sebab itu dapat menimbulkan
kerugian ekonomi yang cukup nyata di sektor usaha peternakan
unggas di Indonesia. Pada ayam kampung yang dikenal mempunyai
resistensi yang tinggi terhadap berbagai penyakit unggaspun, infeksi
virus tetelo mampu menyebakan kematian mencapai lebih 50%
populasi per tahun (Folitse et al., 1998). (Jurnal Veteriner Desember
2012, Michael Haryadi Wibowo,dkkVol. 13 No. 4: 425-433.ISSN :
1411 – 8327, Isolasi, Identifikasi, Sifat Fisik, dan Biologi Virus Tetelo
yang Diisolasi dari Kasus di Lapangan)

11
Gambar 3. Beberapa gejala klinis pada ayam. a) Tortikolis, b)
Pembengkakan dan hemoragi pada daerah mata, c)
pembengkakan pada kelopak mata.

(Sumber:http:/,www.fao.org/docrep/003/t0
756e/T0756E08.htm,http://farmingpak.blogspot.com/20
1/03/rani-khait-new-castle- disease-outbreak.html)

Gambar 4. Patologi anatomi pada ayam yang terinfeksi virus ND a)


pendarahan pada sekal tonsil, b) ptechiae pada
proventikulus, c) nekrosa pada usus

(Sumber:http://www.fao.org/docrep/003/t0756e/T075
68E08.htm,http://farmingpak.blogspot..com/201/03/ra
ni-khait-new-disease-outbreak.html)

2.5.4 Diagnosa
Diagnosa penyakit didasarkan atas epizootiologi, ttanda-tanda klinis,
kelainan patologi anatomi yang dikukuhkan dengan hasil pemeriksaan
laboratorium, sebagai berikut :

12
a) Isolasi dari swab (ulasan kapas) trachea atau kloaka atau suspensi
10% dari otak atau paru, dalam larutan NaCl fisiologis yang
mengandung antibiotik diinokulasikan pada elur ayam berembrio
(TAB) umur 9-11 hari. Pasca inkubasi, cairan allantois diperiksa
terhadap adanyaaglutinasi dengan uji haemagglutination (HA
test). Apabila uji HA positif dapat dilanjutkan dengan identifikasi
virus dengan uji hambatan hemagglutinasi (Hemagglutination
Inhibition, HI) atau uji Neutralisasi Virus (VN test) dengan serum
kebal tterhadap ND. Bila salah satu dari kedua uji tersebut positif
dapat dipastikan bahwa isolasi yang diperiksa adalah ND. (Jurnal
Kedokteran Hewan,Emilia, dkk ISSN : 1978-225X,Isolasi Dan
Karakterisasi Biologik Virus Newcastle Disease)

Gambar 5. Tempat inokulasi virus


b) Pemeriksaan Serologi
Adanya antibodi dalam tubuh diuji dengan uji HI, uji Serum
Neutralization (SN) dan Enzyme Linked Immunosorbent Assay
(ELISA). Pada uji HI, jika rata-rata titer antibodi yang terukur
lebih besar atau sama dengan 64 menunjukkan hewan kebal,
sedangkan rata-rata titer ukur kurang dari 64 perlu dilakukan
pengulangan vaksinasi. Indeks Neutralisasi lebih dari 4
menunukkan hewan kebal, sedangkan kurang dari 2 serum tidak
memberikan perlindungan. Pada ELISA hewan dinyatakan kebal
jika memiliki titer antibodi  2.290. (Jurnal Kedokteran

13
Hewan,Emilia, dkk ISSN : 1978-225X,Isolasi Dan Karakterisasi
Biologik Virus Newcastle Disease)
c) Pengujian adanya antigen dapat dilakukan pula dengan uji
Fluorecent Antibody Technique (FAT) atau dengan rapid test.
(Jurnal Kedokteran Hewan,Emilia, dkk ISSN : 1978-225X,Isolasi
Dan Karakterisasi Biologik Virus Newcastle Disease)

2.5.5 Pengujian Virus dengan HA dan HI Test


Uji Haemagglutination (HA test) merupakan uji yang digunakan
untuk mendeteksi virus yang memiliki hemaglutinin. Hemaglutinin ini
dapat mengaglutinasi eritrosit beberapa spesies hewan, salah satunya
adalah eritrosit unggas. Uji HA untuk menentukan titer virus ND
didasarkan pada prinsip kemampuan hemaglutinasi dari virus ND
terhadap sel darah merah (Grimes 2002). Sumber virus biasanya
berasal dari ekskreta ayam terinfeksi baik melalui pakan, air minum,
lendir, feses, maupun udara yang tercemar virus, peralatan, dan
pekerja kandang. Patogenisitas VND dipengaruhi oleh galur virus,
rute infeksi, umur ayam, lingkungan, dan status kebal ayam saat
terinfeksi virus. Selama sakit, ayam mengeluarkan virus dalam jumlah
besar melalui feses (Alexander 2001).
Uji Hemagglutination Inhiibition (HI test) digunakan untuk
mengetahui adanya respon antibodi terhadap antigen virus patogen
pada hewan dan mengetahui korelasi antara titer antibodi dan
ketahanan pada uji tantang dengan virus patogen. Menurut Nuradji
(2008) menyatakan bahwa keberadaan virus yang mampu
mengaglutinasi sel darah merah ayam aitu virrrus AI, ND, dan EDS
(Egg Drop Syndrome). Faktor yang mempengaruhi hasil uji HI yaitu
kesesuaian subtype virus vasin yang digunakan dalam vaksin, faktr
penyimpanan, dan prosdur kerja dengan SOP yang telah ditetapkan
akan berpengaruh pada uji HA dan HI (Heryanto 2010).
Hemaglutinin virus tetelo mempunyai kemampuan
berikatan secara spesifik dengan reseptor asam sialat

14
yang terdapat pada membran plasma sel darah merah
(SDM) ayam, di samping SDM unggas, juga
mengaglutinasi eritrosit marmot dan manusia. Beberapa
strain tertentu mempunyai kemampuan mengagglutinasi
SDM mamalia, yaitu sapi, kuda, domba dan babi
(Alexateteloer, 2003), tikus putih, kelinci, dan kucing (Chu,
1948). Sifat tersebut dapat digunakan sebagai penanda
strain virus tetelo meskipun tidak mempengaruhi
perbedaan dalam uji serologi. Proses hemaglutinasi terjadi
karena SDM yang dicampur dengan virus tetelo dalam
proporsi yang seimbang. Koteteloisi tersebut dapat terjadi
karena adanya kecocokan virus tetelo dengan reseptor yang
terdapat pada permukaan SDM. Beberapa faktor yang
memengaruhi uji HA tersebut, antara lain: konsentrasi
SDM berkisar 1%, pelarut mengandung elektrolit (0,85%
NaCl) dan partikel virus mencapai 105 sampai 106 per mL
suspensi (NRC, 1971). Virus tetelo yang memperlihatkan uji
HA positif dapat dihambat oleh antibodi spesifik yang
dihasilkan oleh hemaglutinin virus tetelo. Aktivitas
hambatan hemaglutinasi tersebut dapat digunakan
sebagai dasar yang memungkinkan identifikasi virus
tetelo (Alexander, 2003).

a. Tujuan Pengujian HA/HI Test


1) Mendeteksi perkembangan virus yang mengandung
Hemagglutinin (Seperti virus ND dan AI) melalui sampel
eritrosit baik dengan pengujian cepat atau pengujian lambat.
2) Pengujian HA dapat digunakan untuk mengukur titer antigen.
3) Pengujian HI dapat digunakan untuk mengukur titer antibodi
atau antiserum agar diketahui status kekebalan tubuh setelah
dilakukan vaksinasi virus.

15
4) Pengujian HI dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu
virus menggunakan antigen spesifik
(Gigih Fikrillah Sya’ban, 2019)

b. Faktor Pengujian HA dan HI Test


1) Kontaminasi kimia dari tabung atau bahan, misalnya asam.
2) Substansi inhibitor dalam ekstrak jaringan.
3) Keanehan dari sel darah merah dari individu tertentu.
4) Komponen serum yang labil terhadap panas.
5) Enzim dan toxin bakteri.
6) Ketidaksesuaian spesies antara sel darah merah yang
digunakan dan serum yang diuji.
(Gigih Fikrillah Sya’ban, 2019)

c. Prinsip Pengujian HA dan HI Test


1) Hemaglutination (HA Test)

Gambar 6. Prinsip Hemaggutination (HA Test)


Pengujian Hemagglutinasi dilakukan untuk mendeteksi
virus yang memiliki hemagglutinin. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan sampel darah berupa eritrosit. Jika
terdapat endapan homogen pada dasar object glass, maka dapat
dinyatakan HA + (positif). Sebaliknya jika tidak terjadi
perubahan (tidak ada endapan homogen), dapat dinyatakan
dengan HA - (negatif). Penggumpalan eritrosit terjadi karena
asam sialat pada permukaan eritrosit terikat oleh

16
hemagglutinin yang dimiliki oleh virus (Gigih Fikrillah
Sya’ban, 2019)
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini :

Gambar 7. Interpretasi Hasil Hemaggutination (HA Test)

2) Hemagglutination Inhibition (HI Test)

Gambar 8. Prinsip Hemagglutination Inhibition (HI Test)


Prinsip dari uji HI adalah mengetahui adanya antibodi
yyang mampu menghambat proses hemaglutinasi oleh virus.
Uji ini menentukan titer antibodi terhadap hemaglutinasi suatu
virus. Bila antibodi spesifik dan virus dicampur sebelum
ditambah eritrosit, hemaglutinasi akan terhambat. Pengujian HI
positif apabila terdapat antibodi dalam jumlah mencukupi
untuk membentuk komples dengan virion, hemaglutinasi
dihambat, dan eritrosit mengendap. Sebaliknya appabila
antibodi terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi maka

17
eritrosit diaglutinasikan oleh virus dan tidak membentuk
endapan, sehingga uji HI negatif (Allan,1978).

Gambar 9. Interpretasi Hasil HI Test

d. Metode Pengujian HA dan HI


1) Hemagglutinatin (HA Test)
a) Pengujian HA Plate
Pengujian dengan HA Plate digunakan untuk medeteksi
keberadaan virus golongan Myxovirus. Di mana virus
golongan ini memiliki hemagglutinin yang merupakan
partikel dari virion itu sendiri. Selain itu, virus golongan
ini memiliki enzim neuraminidase yang dapat melepas
ikatan hemagglutinin dengan permukaan eritrosit. Hal
tersebut membuat ikatan virus dan eritrosit hanya bersifat
sementara (Gigih Fikrillah Sya’ban, 2019).
b) Pengujian HA Mikrotiter
Pengujian HA Mikrotiter digunakan untuk mengetahui
seberapa besar titer antigen. Selain itu, pengujian ini juga
digunakan untuk retritasi antigen, apakah antigen
tersebut memiliki titer 4 HA unit yang dikehendaki atau
tidak. Karena titer 4 HA tersebut penting dalam
pengujian HI (Hemagglutinasi Inhibisi) (Gigih Fikrillah
Sya’ban, 2019).
c) Pengujian HA Tabung
Tujuan dari pengujian HA Tabung sama dengan pengujia
HA Plate, yaitu untuk mendeteksi ada tidaknya virus dari

18
golongan Myxovirus. Namun, pengujian HA Tabung
juga dapat digunakan untuk mengetahui titer antigen
suatu virus (Gigih Fikrillah Sya’ban, 2019).

2) Hemagglutination Inhibition (HI Test)


a) Pengujian HI Plate
Pengujian ini berfungsi untuk mengidentifikasi virus.
Dengan menerapkan memberikan antiserum yang telah
diketahui sebelumnya. Apabila antiserum yang diberikan
spesifik dengan virus yang dimaksud (homolog), maka
tidak akan terjadi peristiwa hemagglutinasi. Hal itu karena
virus telah terikat oleh antiserum. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan ‘Object Glass’ (Gigih Fikrillah
Sya’ban, 2019).
b) Pengujia HI Makroteknik
Pengujian masih menggunakan pronsip HI yang sama,
hanya saja prosedurnya dilakukan menggunakan tabung
reaksi. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui titer
suatu antibodi atau antiserum(Gigih Fikrillah Sya’ban,
2019).
c) Pengujian HI Mikroteknik
Pengujian HI Mikroteknik sama tujuannya dengan
pengujian HI Mikroteknik, hanya saja prosedurnya
dilakukan pada microplate (Gigih Fikrillah Sya’ban,
2019).

2.6 Alat dan Bahan


2.6.1 Alat
Tabung Venoject, Microtub, Micropippet 25µl, Multichannel
Pippet 25µl dan 50 µl, Yellowtip, Microplate 96 sumuran dengan
dasar V, Mikro Mixer, Waterbath , Bak atau tempat pereaksi.

19
2.6.2 Bahan
a. Pereaksi
PBSˉ dan sel darah merah ayam 1%
b. Antigen
Dipakai antigen New Castel Disease yang sudah di validasi
c. Serum
Merupakan serum yang akan di uji

2.7 Sampel dan Preparasi Sampel


2.7.1 Sampel
Bahan pemeriksaan untuk virus NCD dapat berupa :
- Ayam sakit yang masih hidup
- Ayam mati (bangkai) yang tidak lebih dari 1 jam
- Potongan organ tubuh: Trakea dan paru-paru, Usus dan sekal-
tonsil, Proventikulus, dan Otak/kepala

2.7.2 Preparasi Sampel


a. Cara Pengiriman
- Ayam hidup atau bangkai dikirim tanpa bahan pengawet.
Bangkai harus dikirim segera setelah mati. Jumlah ayam
yang dikirim sedikitnya 5 ekor.
- Potongan organ tubuh dikirim dalam transport media
(Medium biakan jaringan yang mengandung antibiotik
2.000 IU penisilin dan 2.000 µg streptomisin/ ml) dengan
botol atau tabung yang bermulut besar dalam pendinginan
(memakai es).
b. Cara pembuatan inokolum
1. Ayam hidup dipotong terlebih dahulu. Setelah dilakukan
pemeriksaan bedah bangkai, potongan organ tubuh (trakhea
dan paru-paru, usus dan sekal - tonsil serta otak) diambil
secara aseptis.

20
2. Potongan organ tubuh yang dikirim dalam transpor media,
dikeluarkan kemudian dicuci dengan Phosphat Buffered
Saline (PBS) paling sedikit 3 kali.
3. Organ tubuh tersebut kemudian dipotong-potong kecil, lalu
digiling atau ditumbuk dengan mortar dingin sampai halus,
kemudian disuspensikan dalam PBS (pH 7,2) yang
mengandung antibiotik sebanyak 1000 - 2000 IU penicilin
dan 1000-2000 µg streptomisin per ml atau antibiotik lain
yang setara, sehingga diperoleh konsentrasi suspensi
sebesar 20%.
4. Suspensi tersebut kemudian disentrifugasi selama 15 - 30
menit (refrigerated centrifuge) dengan kecepatan 1500 -
3000 RPM. Supernatan diambil dan digunakan sebagai
inokulum.
5. Inokolum diuji sterilitasnya dengan agar growth (media
agar penumbuh). Tetapi bila karena sesuatu hal inokulasi
belum dapat dilaksanakan, maka inokulum tersebut harus
disimpan pada 4°C untuk jangka waktu singkat (tak lebih
dari satu minggu) atau pada -70°C untuk jangka waktu
lama.

2.8 Cara Kerja


2.8.1 (HA-Test) Titrasi Antigen
1) Siapkan microplate tipe V;
2) Masukkan larutan PBS¿¿ sebanyak 25µl pada semua lubang
(kecuali lubang nomor 1 dengan multichannel pipet;
3) Tambahkan antigen ND pengenceran 1 kali sebanyak 25µl pada
lubang no 1 dan nomor 11, buat pengenceran kelipatan 2 mulai
lubang nomor 1 sampai pada lubang ke 11 dengan multichannel;
4) Tambahkan PBS ¿¿ sebanyak 25µl pada semua lubang;
5) Campurkan dengan ayakan mixer selama 10 detik;

21
6) Tambahkan sel darah merah ayam 1% pada masing masing
lubang sebanyak 25µl;
7) Campurkan dengan ayakan mixer selama 10 detik;
8) Inkubasikan (eramkan) pada suhu kamar selama 40 menit.

2.8.2 HI-Test
1) Siapkan microplate tipe V;
2) Masukkan larutan PBS ¿¿ pada semua lubang;
3) Tambahkan 25µl serum yang akan diuji pada lubang pertama dari
plate, buat pengenceran kelipatan 2 dari pada serum sampai
lubang ke 11 dengan multichannel;
4) Pada lubang 12 buat kontrol serum dengan memberikan 25µl
serum yang diuji dengan memakai tip baru, campur dan diangkat;
5) Tambahkan 25µl antigen ND 4 HAU pada lubang nomor 1 pada
lubang nomor 1 sampai dengan nomor 11, sedangkan pada lubang
nomor 12 ditambahkan PBS ¿¿ sebanyak 25µl;
6) Campur dengan ayakan mixer selama 10 detik, eramkan pada
suhu kamar selama 30 menit
7) Tambahkan 25µl sel darah merah ayam 1% pada semua lubang;
8) Campurkan dengan ayakan mixer selama 10 detik;
9) Inkubasikan (eramkan) pada suhu kamar selama 40 menit;
10) Lakukan pembacaan hasil dengan melihat ada dan tidaknya titik
air mata dengan cara memiringkan microplate.

2.8.3 Cara Kerja Menetapkan Hasil


1. Menetapakan hasil HA Test dengan menentukan nilai satu HAU
virus ND yaitu pengenceran tertinggi yang memperlihatkan reaksi
aglutinasi sel darah merah dengan optimal;
2. Dengan diketahui nilai penegenceran virus Newcastle Disease = 1
HAU, maka dapat ditentukan pengenceran antigen Newcastle
Disease senilai 4 HAU;

22
Interpretasi hasil :

Jika waktu pengeraman selesai maka dimulai pembacaan nilai titer


dari serum yang diuji; serum yang positif mengandung antibodi virus
Newcastle Disease ditandai dengan endapan seperti lubang control
(tetesan air mata );

Titer serum ditentukan dari pengenceran serum tertinggi yang masih


mampu menghambat antigen 4 HAU untuk mengaglutinasi sel darah
merah ayam1%;

Apabila pada pengenceran serum 1 : 64 terjadi hambatan


haemaglutinasi , maka titer antibodi 64 kali;

KESIMPULAN

- Nilai Titer = ≥ 16, maka dinyatakan positif


- Nilai Titer = <16, maka dinyatakan negatif

 Skema HA-Test

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengencer 1x 2x 4x 8x 16x 32x 64x 128x 256x 512x 1024x kontrol
an 1
PBS ¿¿ - 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl
dibuang

Antigen .
ND 10x 25µl 25µl 25µl 5µl 25µl 25µl 5µl 5µl 5µl 5µl 25µl 25µl
PBS ¿¿ 25µl 25µl 5µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl

SDM 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl
ayam 1%

- Campurkan dengan ayakan mixer selama 10 detik;


- Eramkan pada suhu kamar selama 40 menit;

23
- Tentukan pengenceran yang paling tinggi yang memperlihatkan
reaksi aglutinasi optimal ( sebagai nilai 1 HAU)
- Tentukan pengenceran antigen Newcastle Desease sebesar 4 HAU
yang akan dipakai untuk HI Test

 Skema HI-test

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengencer 2x 4x 8x 16x 32x 64x 128x 265x 512x 1024x 2048x kontrol
an
PBS ¿¿ - 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl
dibuang

Serum 25µl 25µl 25µl 5µl 25µl 25µl 5µl 5µl 5µl 5µl 25µl 25µl

Atg.ND 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl 25µl
4U

- Campurkan dengan ayakan mixer :


- Eramkan pada suhu kamar selama 15 menit :
- Olakukan penambahan SDM ayam 1% sebagai berikut :

SDM 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul 25ul
Ayam %

- Inkubasi (eramkan) pada suhu kamar selama 40 menit


- Tentukan pengenceran paling tinggi yang masih memperlihatkan
reaksi hambatan aglutinasi dari masing-masing serum yang diuji

Disusun : Deputy manager teknis virology

24
Reference : Oie 2013, volume 1,part 2, section 2.chapter 2.3.14

2.9 Hasil Pemeriksaan


2.9.1 Uji Hemaglutinasi (HA) Mikroteknik
Uji HA positif ditandai dengan terjadinya hemaglutinasi
sempurna (100%) yang terlihat jelas berupa lapisan eritrosit
secara merata (difuse) pada dasar mikroplat dan penjernihan dari
cairan bagian atas tanpa terjadi pengendapan eritrosit yang
berbentuk titik didasar mikroplat (OIE 2014).

Keterangan :

Pada dasar mikroplat terjadi hemaglutinasi pada sampel B, H, I, J,

K dan L. Nilai titer HA berkisar antara 25-210.

Sampel A, C, D, E, F, G, M dan N menunjukkan hasil negatif,


terlihat dari tidak adanya aglutinasi pada dasar mikroplat yang
disebabkan tidak adanya protein HA yang berikatan dengan
eritrosit.

Tabel 1. Hasil uji HA

25
No Kode Sampel Titer HA
1 A -
2 B 210
3 C -
4 D -
5 E -
6 F -
7 G -
8 H 27
9 I 23
10 J 23
11 K 26
12 L 26
13 M -
14 N -
15 Kontrol -
Nilai (titer) virus yang tinggi menunjukkan semakin cepat dan
kuat terjadinya reaksi aglutinasi. Titer HA memperlihatkan
jumlah unit HA yang dapat mengaglutinasi eritrosit sehingga pada
mikroplat terlihat gumpalan kecil- kecil eritrosit yang tersebar dan
tidak memusat di tengah.

Untuk mengidentifikasi lebih lanjut terhadap titer antibodi dari


serum yang diuji maka dilakukan uji HI menggunakan antiserum

Newcastle disease yang telah diketahui titernya sebesar 25.

2.9.2 Uji Hambatan Hemaglutinasi (HI) Mikroteknik


Menurut Capua and Terregino (2009), isolat sampel dianggap
positif apabila titer HI dari serum menggunakan antigen sampel +
sama dengan titer HI dari serum dengan menggunakan antigen
kontrol.

26
Keterangan:
Sampel nomor 45-50 terdapat hambatan hemaglutinasi dengan
titer masing-masing 26, 26, 27, 27, 25, 29.

Tabel 2. Hasil uji HI yang berasal dari sampel positif uji HA


No Kode Sampel Titer HI
1 Kontrol Eritrosit (K) -
2 45 (B) 26
3 46 (H) 26
4 47 (I) 27
5 48 (J) 27
6 49 (K) 25
7 50 (L) 29
8 Kontrol Antiserum ND (terletak
25
disebelah kanan K)

Interpretasi hasil uji HI pada gambar di atas dapat di baca


hasilnya :
Sampel nomor 45-50 terdapat hambatan hemaglutinasi.
Pada sampel nomor 45 dan 46 hambatan hemaglutinasi terjadi
sampai lubang 6 (26), nomor 47 dan 48 hambatan hemaglutinasi
terjadi sampai lubang 7 (27), nomor 49 hambatan hemaglutinasi
terjadi sampai lubang 5 (25), nomor 50 hambatan hemaglutinasi
terjadi sampai lubang 9 (29) dan sumuran K (kontrol eritrosit)
terlihat pengendapan eritrosit.

27
Hasil Uji HI dikatakan negatif bila tidak terjadi hambatan
hemaglutinasi, reaksi tersebut disebabkan tidak adanya antibodi
pada serum ayam buras. Hasil Uji HI dikatakan positif bila terjadi
hambatan hemaglutinasi yang nampak dengan adanya
pengendapan eritrosit pada sumuran plate seperti pada kontrol
eritrosit.
 

BAB III

28
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengujian HA dan HI merupakan pengujian secara serologis yang


menerapkan proses agglutinasi eritrosit dengan keberadaan hemagglutinin
yang berasal dari suatu virus. Tidak semua virus dapat diuji dengan metode
HA dan HI. Oleh karena itu, terdapat berbagai jenis pengujian. Seperti ELISA
(Enzym Linked Immunosorbent Assay) dan PCR (Polymerase Chain
Reaction). Kematian akibat infeksi virus cukup besar, hal tersebut karena
virus tidak dapat diobati dengan antibiotika (anti bakteri). Oleh karena itu,
sebaiknya dilakukan pencegahan terlebih dahulu. Pencegahan dapat
dilakukan dengan memberikan vaksin, baik vaksin hidup maupun vaksin
mati.

Pada penelitian ini uji HA positif ditandai dengan terjadinya hemaglutinasi


sempurna (100%) yang terlihat jelas berupa lapisan eritrosit secara merata
(difuse) pada dasar mikroplat dan penjernihan dari cairan bagian atas tanpa
terjadi pengendapan eritrosit yang berbentuk titik didasar mikroplat (OIE
2014). Pada sampel yang diperiksa yaitu sampel A, C, D, E, F, G, M dan N
menunjukkan hasil negatif, terlihat dari tidak adanya aglutinasi pada dasar
mikroplat yang disebabkan tidak adanya protein HA yang berikatan dengan
eritrosit.

Sedangkan Uji HI isolat sample dianggap positif apabila titer HI dari serum
menggunakan antigen sampel + sama dengan titer HI dari serum dengan
menggunakan antigen kontrol. Sampel nomor 45-50 terdapat hambatan
hemaglutinasi dengan titer masing-masing 26, 26, 27, 27, 25, 29. Sampel
nomor 45-50 terdapat hambatan hemaglutinasi. Pada sampel nomor 45 dan 46
hambatan hemaglutinasi terjadi sampai lubang 6 (26), nomor 47 dan 48
hambatan hemaglutinasi terjadi sampai lubang 7 (27), nomor 49 hambatan
hemaglutinasi terjadi sampai lubang 5 (25), nomor 50 hambatan
hemaglutinasi terjadi sampai lubang 9 (29) dan sumuran K (kontrol eritrosit)
terlihat pengendapan eritrosit.

29
3.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengujian HA dan HI terhadap


New Castle Disease.

30
DAFTAR PUSTAKA

Hewajuli, diah ayu.2011.PATOGENITAS VIRUS NEWCASTLE DISEASE


PADA AYAM.pdf diakses pada 16 mei 2020

Emilia, dkk.2015.ISOLASI DAN KARAKTERISASI BIOLOGIK VIRUS


NEWCASTLE DISEASE.pdf diakses pada 16 mei 2020

Darmawi, dkk.2015.DETEKSI ANTIBODI SERUM AYAM KAMPUNG (Gallus


domesticus) TERHADAP VIRUS NEWCASTLE DISEASE DI KOTA BANDA
ACEH.dpf diakses pada 16 mei 2020

Najihal Ahmad, dkk.2017.METODE PEMERIKSAAN HEMAGLUTINASI (HA)


DAN UJI HEMAGLUTINASI INHIBITION (HI).pdf diakses pada 16 mei 2020

Perdana Zulfikar, dkk.2016.DETEKSI ANTIBODI VIRUS NEWCASTLE


DISEASE (ND) PADA AYAM BURAS (Gallus domesticus) DI DESA
GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO
DENGAN UJI Haemaglutination Inhibition (HI).pdf diakses pada 16 mei 2020

Gigih FS,2019.Pengujian Virus dengan HA (Hemagglutinasi) dan HI


(Hemagglutinasi Inhibisi) (Virus Testing with HA (Hemagglutination) and HI
(Hemagglutination Inhibition)).pdf diakses pada 16 mei 2020

Balai veteriner.2020.instruksi kerja HA/HI test terhadap News castle disease.Pdf


di akses 14 mei 2020

Anonim.2020.newcastle disease (ND).pdf diakses pada 16 mei 2020

31
LAMPIRAN

Gambar 1. Paramyxovirus virion

Gambar 2. Molekular Virus Newcastle Disease

32

Anda mungkin juga menyukai