Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN DATA PENUNJANG


LAB,ROTGEN,MRI DAN CT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas :

Mata Kuliah : Ilmu Dasar Keperawatan


Dosen Pengampu : Elisa Oktaviana,Ners.,M.kep

Disusun Oleh kelompok : 5


1. Muhammad Rauhi(117STYC22)
2. Muhammad Taufikurahman (118STYC22)
2. Muhammad Wahyun Sarippudin (119STYC22)
3. Muhammad Akan Syahid (120STYC22)
4. Nirmala Khaerani (125STYC22)
5.Naya Rahma Safitri (122STYC22)
6. Nazwa Nurbaiyiti (123STYC22)
7. Nila Adriani(124STYC22)
8. Nadya Munjada Ulfa (121STYC22)
9. Nirmala putri (126STYC22)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI
S1 KEPERAWATAN TAHAP AKADEMIK
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala. Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu
apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Perawat Dalam Pemeriksaan
Data Penunjang Lab,Rotgen,MRI,Dan CT bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Dasar Keperawatan Kami juga mengucapkan terimakasih kepada ibu Elisa Oktaviana selaku
dosen Ilmu Dasar Keperawatan yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan
makalah ini.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Mataram 24 maret 2023

Disusun Oleh:
Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1


1.2 Tujuan..........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................2

2.1 Pemeriksaan Laboratorium........................................................................................2


2.2 Rontgen......................................................................................................................2
2.3 Pemeriksaan CT Scan................................................................................................4
2.4 Pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging )..................................................9

BAB III PENUTUP......................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan................................................................................................................12
3.2 Saran...........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran Perawat ialah tingkah laku yg diharapkan oleh orang lain pada seseorang
sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana bisa dipengaruhi oleh kondisi sosial
baik dari profesi perawat ataupun dari luar profesi keperawatan yg bersifat konstan
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat
atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian dasar seorang perawat
yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan
melindungi seseorang karena sakit, injury dan proses penuaan dan perawat Profesional
adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan
Keparawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai
dengan kewenanganya.(Depkes RI.2002) Seseorang bisa dikatakan sebagai perawat &
memiliki tanggungjawab sebagai perawat manakala yg bersangkutan bisa membuktikan
bahwa beliau sudah menyelesaikan pendidikan perawat baik di luar ataupun didalam
negeri yg umumnya dibuktikan dgn ijazah atau surat tanda tamat belajar. Dengan kata
lain orang dinamakan perawat bukan dari keahlian turun temurun, melainkan dengan
melalui jenjang pendidikan perawat. Tugas perawat dalam menjalankan perannya
sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan tepat tahapan dalam proses.
Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting, karena ada beberapa pemeriksaan
yang tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat dalam pemeriksaan penunjang,
dan pemeriksaan penunjang sangat berguna dalam menentukan jenis penyakit maupun
mengontrol perkembangan proses penyembuhan. Pemerikasaan Penunjang, dengan
tujuan agar memiliki kemampuan diagnosis yang lebih akurat.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan laboratorium
2. Untuk mengetahui pemeriksaan Rontgen
3. Untuk mengetahui pemeriksaan CT Scan
4. Untuk mengetahui pemeriksaan MRI

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Laboratorium

A. Pengertian Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan
khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air
kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau
membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya,
anamnesis, dan pemeriksaan lainya. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengoptimalkan Tindakan keperawatan dan proses penyembuhan pasien.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh medis untuk memperoleh hasil yang selanjutnya.
B. Peran Perawat dalam Pemeriksaan Laboratorium
Perawat mempunyai kontribusi dalam pengkajian status kesehatan klien dengan
mengumpulkan spesimen cairan tubuh. Semua klien rawat inap menjalani paling
sedikit satu kali pengumpulan spesimen laboratorium selama dirawat di fasilitas
pelayanan kesehatan. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk
tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau
perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lalin-lain.
Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan
potensial membahayakan. Pemeriksaan yang juga merupakan proses General medical
check up (GMC).
2.2 Rontgen
A. Pemeriksaan Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan
peran sinar X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada,
jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak, rangka Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan radiasi radiasi sinar X yang sedikit karena tingginya
kualitas film sinar X dan digunakan untuk melakukan skrinning dari berbagai

v
kelainan yang ada pada organ Sinar X merupakan pancaran gelombang
elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya sinar
ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek sehingga dapat
menembus benda-benda. Sinar X ditemukan oleh sarjana fisika berkebangsaan
Jerman yaitu W. C. Rontgen tahun 1895
B. Jenis-Jenis Pemeriksaan Rontgen
a. Konvensional
Pemeriksaan radiologi tanpa bahan kontras
Jenis pemeriksaan:
1. Thorax: Pemeriksaan secara radiologi organ thorax
2. Kepala Pemeriksaan secara radiologi organ kepala
3. Extermitas: Pemeriksaan secara radiologi organ ektermitas
4. Vetebrae: Pemeriksaan secara radiologi organ vertebrae vetebrae
cervical.vetebrae thoraxal, vetebrae lumbal, vetebrae sacral, coccigius.
5. Mamoghraphy: Pemeriksaan secara radiologi organ payudara dengan
menggunakan pesawat khusus mammography dengan kapasitas kilo volt
rendah dan waktu expose Panjang
b. Pemeriksaan Khusus.
Pemeriksaan radiologi dengan bahan kontras
Jenis pemeriksaan:
1. Oesophagus
Pemeriksaan secara radiologi organ traktus digestivus pada daerah oesophagus
dengan menggunakan bahan kontras melalui oral (barium sulfat yang
dilarutkan dalam air 1:1)
2. Maag Docdonum
Pemeriksaan secara radiologi pada organ lambung dengan menggunakan bahan
kontras melalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air
3. Follow Through
Pemeriksaan secara radiologi pada organ usus halus dengan menggunakan
bahan kontrasmelalui oral (barium sulfat yang dilarutkan dalam air.

vi
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal,urether, buli
& buli)
4. Intra Vena Pyeleography (IPV)
dengan menggunakan bahan kontras melalui penyuuntikan intravena
5. Appendikogram
Pemeriksaan secara radiologi pada daerah appendik dengan menggunakan
bahan kontras barium sulfat yang di larutkan dalam air yang kemudian di
minum.
6. Retrograde Pyelography (RPG)
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, urether, buli
& buli) dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter
kedalam ginjal dan saluranya. Pemasangan kateter tersebut dilakukan di kamar
operasi).
7. Bipoler Uretrogram
Pemeriksaan secara radiologi pada organ traktus urinarius (ginjal, uretra, buli-
buli) dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui kateter
sistemi kedalam buli-buli dan secara retrograde melalui urether.
8. Hystero Salvingography Pemeriksaan secara radiologi pada organ genitalia
wanita dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui uterus dan
tuba uterine
9. Myelography Pemeriksaan secara radiologi pada organ, canalis medulla
spinalis dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan melalui lumbal
fungsi.
10. Fiestelography
Pemeriksaan secara radiologi untuk fistel kedalaman, hubungan dengan organ
lain) dengan menggunakan bahan kontras dimasukan melalui fistel tersebut.
C. Peran Perawat Dalam Pemeriksaan Rontgen
Perawat radiologis biasanya mengembangkan dan mengelola rencana perawatan
untuk membantu pasien memahami prosedur dan kemudian, memulihkan diri dari
prosedur. Hal ini mungkin juga termasuk bekerja dengan keluarga pasien. Perawat
dapat melakukan pemeriksaan atau melaksanakan tindakan kesehatan preventif dalam

vii
pedoman yang ditetapkan dan instruksi dari ahli radiologi. Selam itu, perawat dapat
merekam temuan dokter dan mendiskusikan kasus dengan baik ahli radiologi atau
profesional kesehatan lainnya. Seringkali, seorang perawat radiologis akan membantu
selama pemeriksaan atau terapi.
2.3 Pemeriksaan CT Scan

Alat CT scan adalah generator pembangkit sinar-x yang bila dioperasikan oleh operator
akan mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan waktu tertentu. CT Scan adalah suatu
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dalam dari berbagai sudut kecil
dari organ tulang tengkorak dan otak serta dapat juga untuk seluruh tubuh. Pemeriksaan
ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan,
yaitu:

1) Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.


2) Perubahan vaskuler: malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark
3) Brain contusion.
4) Brain atrofi.
5) Hydrocephalus
6) Inflamasi
1. pemeriksaan CT Scan tanpa kontas maupun dengan kontras
1) CT-SCAN OTAK
Potongan axial dari OM Line/Reids base line sampai vertex, tebal potongan : 4-5
mm infratentorial, 8-10mm supratentorial atau semua rata 7mm. Lesi dimidline
sebaiknya dibuat potongan coronal sebagai tambahan. Kondisi tulang pada kasus
trauma/ suspect fraktur tulang kepala. Indikasi kontras: tumor, infeksi, kelainan
vaskuler mencari AVM, aneurysma
2) CT-SCAN HYPOFISE
Potongan coronal 1-5mm tanpa dan dengan bolus kontras, dilanjutkan dengan
axial scan 2-5mm dari OM Line sampai supraseller distren (2mm bila lesi kecil
/mikroadenoma atau kelenjar hipofise normal; 5mm bila tumor besar
makroadenoma) F.O.V kecil (160-200) mulai dari procesus clinoideus anterior
sampai dorsum sellae.

viii
3) CT-SCAN TELINGA /os.PETROSUM
Teknik: High Resolusi CT/kondisi tulang kasus non-tumor/trauma basis cranii:
potongan axial dan coronal 2mm sejajar dengan axis os petrosum, mencakup
seluruh tulang os petrosum, tanpa kontras, kondisi tulang (WW dan WL yang
tinggi) kasus tumor/infeksi (abses) potongan axial 2-5mm mencakup seluruh os
petrosum tanpa dan dengan kontras, kondisi tulang dan soft tissue. Potongan
coronal 2-5mm sebagai tambahan, dalam kondisi tulang dan soft tissue.
Mencakup seluruh os petrosum dan proses abnormalnya
4) CT-SCAN ORBITA
Tumor infeksi: Potongan axial 3-5mm dari dinding inferior sampai dinding
superior cavum orbita, sudut sejajar dengan N.opticus atau menggunakan garis
infraorbito meatal line, tanpa dan dengan kontras. Setelah itu dibuat potongan
coronal 3-5mm mencakup seluruh cavum orbita. Fractur orbita: potongan coronal
dan axial 2-4mm tanpa kontras, dicetak dalam kondisi soft tissue dan tulang pada
daerah fraktur. F.O.V. kecil (160-200).
5) CT-SCAN NASOPHARYNX, LIDAH
Nasopharynx: potongan axial 3-5mm, FOV 250mm, kondisi dengan filter agak
tinggi (lebih tinggi dari otak) dan pallatum sampai sinus frontalis, sudut sejajar
pallatum. Tanpa dan dengan kontras bolus, kemudian dilanjutkan dengan
potongan axial 5mm sejajar corpus vertebrae cervicalis dari C2 s/d C6 FOV
200mm untuk mencari pembesaran kelenjar. Setelah itu dibuat potongan coronal
3-5mm, tergantung besar-kecilnya kelainan dari choana sampai cervical vertebrae
sejajar dengan dinding posterior nasoprynx F.O.V. 250mm, potongan coronal
kadang perlu dibuat dalam kondisi tulang apabila ada destruksi basis cranii.
Oropharynx: sama dengan nasopharynx hanya mulainya agak rendah, garis axial
dimulai dari mandibula keatas. Lidah: pasti harus diganjal gigi/rongga mulutnya
dengan sepotong gabus, agar pada potongan coronal lidah tidak menyatu dengan
pallatum. Teknik hamper sama dengan nasopharynx, hanya axial dan coronalnya
harus mencakup seluruh daerah lidah. Bila tumor diduga berada di 2/3 depan lidah
lebih baik dibuat coronal dahulu tanpa dan dengan bolus kontras, baru kemudian
dibuat axialnya. Sedangkan untuk tumor dipangkal lidah, sebaiknya dibuat axial

ix
dahulu baru cornal Kontras diberikan pada potongan yang diperkirakan akan
memberi informasi baik.
6) CT-SCAN LARYNX/PITA SUARA
Potongan pre kontras: axial 5mm dari epiglottis sampai cincin trachea 1-2, sejajar
dengan pita suara. Potongan dengan kontras: axial 2-3mm didaerah pita suara,
mulai dari batas atas sampai batas bawah lesi. Bila ada kelenjar membesar, dibuat
potngan leher 5mm post bolus kontras (delayed scan) F.O.V. 160-200mm, tanpa
dan dengan bolus kontras
7) CT-SCAN THYROID
Potongan axial 3-5mm dari bagian atas kelenjar thyroid samapi bagian bawah
biasanya mulai setinggi C5-6 sampai thoracic inlet, tanpa dan dengan bolus
kontras, kemudian di ulang / delayed scan untuk mendapatkan batas lesi dan
tambahan informasi yang lebih baik setelah seluruh kelenjar mengalami
penyengatan merata, F.O.V. 160-200mm.
Catatan untuk CT-Scan pita suara dan thyroid dapat dibuatkan teknik MPR
(Multiplanar Rekontruksi) untuk menghasilkan potongan coronalnya, untuk itu
harus dibuat potongan 1-2mm pada waktu bolus kontras sepanjang daerah yang
diperlukan untuk potongan coronalya.
8) CT-SCAN SINUS PARANASALIS
Teknik High Resolusi Sinusitis: Potongan coronal 2mm dil/2 bagian depan dan
4mm 1/2 bagian posterior, mulai dari os.nasale sampai dengan nasopharynx,
potongan axial dari dasar sinus maxillaries sampai sinus frontalis 3-5mm, tanpa
bahan kontras, kondisi soft tissue (WW diatas 2000, WL diatas 200) F.O.V 200-
250mm Tumor sinus: Potongan coronal 3-5mm dari dinding depan sinus sampai
nasopharynx/ tumor habis tanpa dan dengan kontras, kemudian axial 3-5mm dari
dasar sinus sampai sinus frontalis/mencakup seluruh tumor, kondisi soft
tissue/tulang dan kondisi massa tumor dengan WW yang rendah.
9) CT-SCAN THORAX
(bila memungkinkan sebaiknya dipakai teknik high resolusi). Potongan axial
prekontras polos dari puncak paru sampai diafragma, tebal potongan 10, index 10-
15. Bolus kontras diberikan mulai dari arkus aortac samapi hilus inferior, tebal

x
potongan 5-8mm. Bila proses dibawah hilus potongan post kontras diteruskan
kebawah sampai mengenai seluruh proses terpotong. Kondisi dicetak dalam 2
macam: kondisi parenkim paru dan kondisi mediastinum. Permintaan khusus
untuk parenkim paru dapat dibuat sbb: biasanya pada indikasi parenchymal lung
disease/ emphysema. Axial scan tanpa kontras filter high resolusi, tebal potongan
2mm dengan index potongan 8-10mm dari puncak paru sampai diafragma. Tumor
esophagus: pemeriksaan thorax scan sambil minum oral kontras sampai
didapatkan lumen tumor yang sempit / batas antara esophagus yang lebar dan
yang sempit sebagai batas atas tumor Bolus kontras diberikan pada daerah tumor
mulai batas atas sampai batas bawah, dicetak dalam kondisi mediastinum.
Potongan coronal dan sagital dapat diperoleh melalui MPR (untuk itu perlu dibuat
potongan tipis 2-3mm sewaktu dibolus).
10) CT-SCAN ABDOMEN ATAS
Potongan Axial dari diafragma sampai ginjal. Prekontras: tebal potongan 10,
index 10- 15mm Bolus kontras diberikan pada daerah yang menjadi tujuan
pemeriksaan Organ / kelainannya yang diperiksa besar (hepar, lien): tebal
potongan 10mm, index 8-12mm. Organ/ kelainannya sedang (ginjal, lambung,
usus) dipakai tebal potongan 5-8mm. Organ/kelainannya kecil (pancreas, kandung
empedu.........) tebal potongan 2-5mm. Pada kasus tertentu seperti tumor yang
hipervaskuler/hemangioma khusus untuk hepar dan ginjal, perlu dibuat delayed
scan apbila dicurigai ada kelainan pada bolus kontras Pada alat spiral / helical CT,
untuk hepar dan ginjal sebaiknya dipakai program volume/spiral scan untuk
mendapatkan dual phase(fase arterial dan portal pada hepar atau fase cortex dan
medulla pada ginjal), kemudian dibuat lagi delayed scan untuk mendapatkan fase
equilibrium(untuk hepur) dan fase excresi (untuk ginjal) dimana system
pelviocalycesnya terisi penuh. Untuk kasus CA pancreas pakai kontras negatife
(minum air saja).
11) CT-SCAN ABDOMEN BAWAH PELVIC
Potongan axial dari lumbal 5 sampai buli-buli / kelenjar prostate. Prekontras :
tebal potongan 10mm. Bolus kontras didaerah yang ada kelainan, tebal potongan
tergantung besar kecilnya kelainan. Biasanya dipakai tebal potongan 5mm.

xi
Persiapan pasien sering tidak sampai mengisi baik rectum-sigmoid, untuk itu perlu
dimasukkan kontras rectum, Khusus untuk Ca cervix yang masih stadium II-III,
dibuat potongan 3mm pada waktu bolus kontras. Delayed scan kadang diperlukan
bila: batas tumor tidak jelas. Potongan koronal dan sagital dapat diperoleh melalui
teknik MPR
12) CT-SCAN SPINE
Potongan axial F.O.V. 160mm, tanpa kontras atau dengan kontras intrathecal,
disebut CT-Myelografi. Untuk kasus HNP: potongan hanya didaerah ruang discus,
sejajar dengan discus, tebal potongan 2-4mm. Kondisi soft tissue dan tulang bila
perlu. Untuk penilaian canal stenosis, dapat dibuat satu potongan tepat ditengah
korpus vertebrae, tegal lurus dengan axis corpus. Untuk kasus
tumor/spondylylitis/metastasis tulang: potongan sejajar dengan corpus vertebrae
didaerah yang ada kelainannya. Kondisi soft tissue dan tulang. Bila perlu
(umumnya harus) diberikan bolus kontras terutama pada kasus abses paravertebral
atau untuk melihat infiltrasi tumor kedalam canalis vertebralis.
2.4 Pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging )
A. Pengertian MRI (Magnetic Resonance Imaging )
Pemeriksaan MRI Adalah MRI adalah teknik pemindaian radiologi yang
menggunakan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk menghasilkan gambar
struktur tubuh. Mesin MRI berbentuk seperti tabung yang dikelilingi oleh magnet
melingkar yang besar. Dalam pemeriksaan MRI, pasien ditempatkan di tempat tidur
yang kemudian dimasukkan ke lubang magnet. Medan magnet yang kuat akan
terbentuk dan menyelaraskan proton atom hidrogen yang kemudian terkena pancaran
gelombang radio. Hasilnya berupa sinyal yang dideteksi oleh bagian penerima pada
mesin MRI. Komputer lalu memproses informasi penerima dan menghasilkan
gambar.
Gambar dan resolusi dari MRI cukup detail dan dapat mendeteksi perubahan kecil
pada struktur di dalam tubuh. Dalam beberapa prosedur, bahan kontras seperti
gadolinium digunakan untuk meningkatkan akurasi gambar.
Pemeriksaan MRI bisa digunakan untuk memeriksa berbagai kondisi, antara lain:
• Kerusakan atau sumbatan pembuluh darah Penyakit jantung

xii
• Kerusakan otak
• Kanker Multiple sclerosis (MS)
• Infeksi tulang
• Kerusakan sendi
• Masalah saraf di leher
• Cedera sumsum tulang belakang Stroke
• Masalah mata
• Masalah telinga bagian dalam
MRI juga dapat dilakukan untuk memeriksa kesehatan organ seperti payudara dan
ovarium pada wanita, ginjal, hati, pankreas, serta prostat pada pria.
B. Keunggulan Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan MRI memberikan informasi yang berbeda dengan teknik pencitraan
lainnya. Keunggulan teknologinya yang utama adalah dapat mengkarakterisasi dan
membedakan jaringan menggunakan sifat fisik dan biokimianya. Dengan MRI, aliran
darah, cairan di sumsum tulang belakang, serta kontraksi dan relaksasi organ juga
bisa dievaluasi. Resolusi gambar yang dihasilkan dari MRI pun lebih tinggi sehingga
memudahkan dokter dalam membaca hasilnya.
Keunggulan pemeriksaan MRI lainnya termasuk:
• Bersifat non-invasif (tanpa pembedahan)
• Zat kontras MRI jarang menghasilkan reaksi alergi Tanpa radiasi
• Gambar struktur jaringan lunak sangat jelas dan detail dibanding teknik pencitraan
lain
• Dapat dengan mudah membuat ratusan gambar dari hampir semua arah dan
orientasi apa pun Dapat mencakup sebagian besar tubuh.
• Dapat digunakan untuk melihat apakah kanker telah menyebar dan membantu
menentukan pengobatan terbaik
C. Apa Saja Risiko & Efek Sampingnya
Meski tidak menggunakan radiasi seperti dalam CT scan, pemeriksaan MRI
memakai medan magnet yang kuat. Medan magnet ini begitu kuat hingga mampu
mempengaruhi benda apa pun yang terbuat dari logam di sekitarnya. Maka risikonya

xiii
amat besar bagi pasien yang memiliki implan logam, seperti alat pacu jantung. Pasien
ini tak boleh memasuki mesin MRI. Risiko dan efek samping lainnya meliputi:

Kebisingan: ada suara bising hingga mencapai 120 desibel dalam mesin pemeriksaan
MRI tertentu. Pasien mungkin akan diberi alat penyumbat telinga sebelum masuk ke
mesin.
• Stimulasi saraf: sensasi berkedut yang muncul dari proses di dalam mesin MRI.
• Masalah zat kontras: bagi pasien gagal ginjal berat yang memerlukan dialisis
mungkin akan bermasalah dengan penggunaan zat kontras gadolinium.
• Masalah kehamilan: disarankan ibu hamil tidak menjalani pemeriksaan MRI pada
trimester pertama kehamilan dalam kaitan dengan penggunaan zat kontras yang
mungkin mempengaruhi janin.
• Klaustrofobia: mesin MRI umumnya tertutup di sekelilingnya dan sempit sehingga
tidak nyaman bagi pengidap klaustrofobia. Tapi kini sudah ada mesin MRI terbaru
yang lebih terbuka sehingga lebih ramah bagi pasien yang punya fobia terhadap
tempat yang sempit dan tertutup.

xiv
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa pemeriksaan diagnostik adalah masalah kesehatan aktual dan
potensial dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat mampu dan
mempunyai kewenangan standar praktik keperawatan dan kode etik keperawatan
yang berlaku di Indonesia.

3.2 Saran

Penulis menyarankan agar petugas kesehatan dapat berkerja profesional dalam


menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang perawat yang idela dan
bertanggung jawab. Sehingga pasien dapat merasakan kepuasan atas asuhan
keperawatan yang diberikan.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Ratna dkk. (2014). Praktik Laboratorium Keperawatan,


Jakarta : Erlangga

Dr. Hadisaputro, Soeharyo, dr Sp.PD. (2012). Buku Saku Pengenal


Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books.

Nursalam 2008 Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan


Praktik Jakarta: Salemba Medika

https://ahmadjamal09.blogspot.com/2017/12/peran-perawat-dalam-
pemeriksaan.html?m=1

https://www.medicalnewstoday.com/articles/146309

xvi

Anda mungkin juga menyukai