Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Dasar II
yang di bina oleh bapak Ns. Regista Trigantara, M.Kep.

Oleh :
Kelompok 8 :
Maria Rosalia R. (1814314201014)
Eka Nata Lintang (1914314201041)
Yolanda Harvina P. (1914314201071)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALANG


S1-KEPERAWATAN
2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PEMERIKSAAN RADIOLOGI” tepat pada waktunya, banyak rintangan dan
hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun karena
bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari Ns.Regista
Trigantara,M.Kep selaku dosen Keperawatan Dasar II sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca khususnya
mahasiswa program studi S1-Keperawatan. Kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca atas
kontribusinya baik berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga tugas makalah Keperawatan Dasar II ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 1 Maret 2020

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………...………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………....4
1.2 Rumusan Masalah…………………...……...………………………….....4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Radiologi………………………………………………………..6
2.2 Jenis-Jenis Pemeriksaan Radiologi………………………………………6
2.3 Pemeriksaan Bronkoskopi……………………………………………….12
2.4 Pemeriksaan Spirometri.............................................................................20
2.5 Peran Perawat Pre, Intra, dan Post Tindakan……………………………25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………....28
3.2 Saran………………………………………………………………..……28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….....…29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selain salah satu pemeriksaan penunjang, radiologi juga bagian dari
spectrum elektromagnetik yang dipancarkan akibat pengeboman anoda
wolfram oleh elektron-elektron bebas dari suatu katoda. Film polos dihasilkan
oleh pergerakan elektron-elektron tersebut melintasi pasien dan menampilkan
film radiologi. Tulang dapat menyerap sebagian besar radiasi menyebabkan
pejanan pada film paling sedikit, sehingga film yang dihasilkan tampak
berwarna putih. Udara paling sedikit menyerap radiasi, menyebabkan pejanan
pada film maksimal sehingga film nampak berwarna hitam. Diantara kedua
keadaan ekstrem ini, penyerapan jaringan sangat berbeda-beda menghasilkan
citra dalam skala abu-abu.
Radilogi bermanfaat untuk dada, abdomen, sistem tulang; trauma, tulang
belakang, sendi penyakit degenerative, metabolic, dan metastatic (tumor).
Pemeriksaan radiologi penggunaannya dalam membantu diagnosis meningkat.
Sebagian kegiatan seharian di departemen radiologi adalah pemeriksaan foto
toraks. Hal ini menunjukkan betapa pengtingnya pemeriksaan ini karena
relatife lebih cepat dan mudah dilakukan berbanding pemeriksaan lain yang
lebih canggih dan akurat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari radiologi?
2. Apa dan bagaimana jenis-jenis pemeriksaan radiologi
3. Apa dan bagaimana pemeriksaan bronkoskopi?
4. Apa dan bagaimana pemeriksaan respirometri?
5. Bagaimana peran perawat pre, intra, dan post tindakan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari radiologi.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pemeriksaan radiologi
3. Untuk mengetahui pemeriksaan bronkoskopi.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan respirometri.

4
5. Untuk mengetahui peran perawat pre, intra, dan post tindakan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Radiologi


Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang
berhubungan dengan studi dan penerapan berbagai teknologi pencitraan
untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit. Pencitraan dapat
menggunakan sinar-X, USG, CT scan, Positron Emission Tomography
(PET) dan MRI. Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi
dalam dari sebuah objek padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan
menggunakan energi radiasi. Radiologi juga kadang-kadang disebut
radioskopi atau radiologi klinis.
Radiologi Intervensi adalah prosedur medis dengan bimbingan
teknologi pencitraan. Pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli
radiografi atau penata rontgen. Seorang radiolog (dokter spesialis
radiologi) kemudian membaca atau menginterpretasikan gambar untuk
menentukan cedera, menentukan seberapa serius cedera tersebut atau
membantu mendeteksi kelainan seperti tumor. Spesialis radiologi juga
harus menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan dokter utama
untuk menegakkan diagnosis yang akurat.

2.2 Jenis-Jenis Pemeriksaan Radiologi


a) Rontgen Thorax
Metode ini merupakan metode awal dari dunia radiologi dan
masih menggunakan Sinar X-ray. Metode ini sering digunakan karena
lebih murah serta kecepatan hasil yang diperoleh. Namun hasil dari
pemeriksaan rontgen hanya terbatas pada bagian struktur padat dari
tubuh yaitu tulang, tulang rongga dada, paru-paru dan jantung.
b. CT Scan
Computerized Tomography (CT Scan) adalah suatu pemeriksaan
diagnostik non invasif lapis organ dengan menggunakan X-rays;
komputer menggunakan informasi yang diperoleh untuk menyusun

6
gambar dari struktur internal organ. Terkadang pemeriksan ini
menggunakan medium kontras. CT Scan thorax dengan biopsi pada
kasus massa di rongga thorax.
c. Endoskopi
Endoskopi adalah tindakan medis non-bedah yang dokter biasa
gunakan untuk pemeriksaan saluran pencernaan pasien. Pemeriksaan
akan disertai juga dengan pengobatan pada beberapa kasus.
Penggunaan endoskop yang utama, yakni sebuah alat tabung fleksibel
yang lentur dilengkapi kamera melekat di salah satu ujungnya.
Fungsi adanya kamera adalah sama seperti kamera yang terdapat
pada alat pemeriksaan kolonoskopi, yakni sebagai pengambil gambar
pada saluran pencernaan. Jika kolonoskopi memeriksa bagian usus
besar saja, maka endoskopi merupakan proses untuk mendeteksi dan
menyelidiki saluran pencernaan. Ada layar televisi yang digunakan
dokter untuk melihat gambar yang sudah dihubungkan dengan
endoskop supaya lebih jelas.
Penting juga untuk mengetahui bahwa endoskopi saluran cerna ada 2
macam di mana kolonoskopi masuk di dalamnya.
1. Metode ini dikenal juga sebagai pemeriksaan struktur pada
saluran pencernaan yang ada di bagian bawah di mana
endoskop video atau endoskop fiberoptic dimasukkan oleh
dokter lewat anus, kolon, rektum, hingga sekum demi sampai
ke dalam saluran cerna.
2. Esofago gastro duodenoscopi. Metode ini juga diketahui
sebagai pemeriksaan struktur dalam di saluran cerna yang ada
di bagian atas di mana endoskopi fiberoptic atau endoskop
video dokter masukkan lewat mulut lalu ke esofagus dan ke
lambung hingga ke duodenum bagian distal supaya sampai ke
dalam saluran cerna.
Fungsi Endoskopi
Endoskopi digunakan oleh dokter untuk proses diagnosa ketika
pasien mengeluhkan beberapa kondisi gejala di bagian saluran

7
pencernaannya. Pada umumnya, endoskopi ini adalah sebuah prosedur
pemeriksaan yang dokter lakukan pada pasien yang bertujuan atau
berfungsi untuk memeriksa penyebab gejala. Dan jenis-jenis penyakit
yang bisa diperiksa melalui endoskopi:
1. Kanker saluran pencernaan, meliputi juga kanker lambung,
kanker usus besar, serta kanker kandung empedu.
2. Penyakit celiac atau yang juga disebut dengan intoleransi pada
gluten.
3. Perut mulas.
4. Pyrosis atau adanya sensasi seperti terbakar di bagian ulu hati
atau dada.
5. Kolitis ulserativa atau peradangan yang terjadi di bagian usus
besar.
6. Ulkus peptikum atau luka yang terjadi di lambung maupun
usus 12 jari.
7. Intoleransi laktosa.
8. Radang lambung serta usus kecil.
9. Wasir atau ambeien
10. Anemia
11. Batu empedu.
12. Peradangan di saluran pencernaan.
13. Obstruksi usus atau kondisi di mana usus mengalami
penyumbatan.
14. Radang usus buntu
d. USG
Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang
diagnostic yang memanfaatkan gelombang ultrasonic dengan frekuensi
yang tinggi dalam menghasilkan imajing,tanpa menggunakan
radiasi,tidak menimbulkan rasa sakit (non traumatic),tidak
menimbulkan efek samping (non invasive).Selain itu ultrasonografi
relative murah,pemeriksaanya relative cepat,dan persiapan pasien serta
peralatannya relative mudah.Gelombang suara ultrasonic memiliki

8
frekuensi lebih dari 20.000 Hz,tapi yang dimanfaatkan dalam teknik
ultrasonografi (kedokteran) gelombang suara dengan frekuensi 1-10
MHz.
Jenis Pemeriksaan USG
1) USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan
melintang).Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan
janin dapat ditampilkan.
2) USG 3 Dimensi
Manfaat USG
Manfaat ultrasonografi adalah untuk pemeriksaan kanker pada hati
dan otak,melihat janin didalam Rahim ibu hamil,melihat pergerakan
serta perkembangan sebuah janin,mendeteksi perbedaan antar jaringan
jaringan lunak dalam tubuh,yang tidak dapat dilakukan oleh sinar
xsehingga mampu menemukan tumor atau gumpalan lunak ditubuh
manusia.Adapun manfaat USG pada pemeriksaan kandungan sesuai
usia kehamilan:
1. Trimester I
a) Memastikan hamil atau tidak
b) Mengetahui keadaan janin,lokasi hamil,jumlah janin
dan tanda kehidupannya.
c) Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
d) Melakukan penapisan awal mengukur ketebalan selaput
lender,denyut janin,dan sebagainya.
2. Trimester II
a) Melakukan penapisan secara menyeluruh.
b) Menentukan lokasi plasenta
c) Mengukur panjang serviks
3. Trimester III
a) Menilai kesejahteraan janin
b) Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan
c) Melihat posisi janin dan tali pusat

9
d) Menilai keadaan plasenta.
e. MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan pemeriksaan organ
tubuh yang dilakukan dengan menggunakan teknologi magnet dan
gelombang radio. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendapatkan hasil
gambar organ, tulang, dan jaringan di dalam tubuh secara rinci dan
mendalam. Pemeriksaan ini dilakukan sebagai alat bantu diagnosis
untuk dokter.Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik
morpologik(lokasi,ukuran,bentuk,perluasan dan lain lain) dari keadaan
patologinya.
Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan
dilihat,misalnya:
1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada:kelenjar
piyuitary,lubangtelingga dalam,rongga mata,sinus.
2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi: stroke/infark,gambaran
fungsi otak,pendarahan,infeksi,tumor,kelainan bawaan,kelainan
pembuluh darah seperti aneurismia,angioma,proses
degenerasi,atrofi.
3. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses degenerasi
(HNP),tumorinfeksi,trauma,kelainan bawaan.
4. Pemeriksaan musculoskeletal untuk organ: lutut ,bahu, siku,
pergelangantangan,pergelangan kaki,kaki,untuk mendeteksi
robekan tulang rawan,tendon,ligament,tumor,infeksi/abses dan
lain lain.
5. Pemeriksaan abdomen untuk melihat hati,ginjal,kantung dan
saluran empedu,pankreas dan limpa,organ ginekologis,prostat
buli buli.
6. Pemeriksaan thorak untuk melihat paru paru dan jantung.
f. PET Scan
Positron Emission Tomography (PET) scan merupakan salah satu
modilitas kedokteran nuklir,yang untuk pertama kali dikenalkan oleh
Brownell dan sweet pada tahun 1953.Prototipenya telah dibuat
disekitar tahun 1952,sedangkan alatnya pertama kali dikembangkan di

10
Massachusetts General Hospital,Boston pada tahun 1970.Positron yang
merupakan inti kinerja PET pertama kali diperkenalkan oleh PAM
Dirac pada akhir tahun 1920-an.
Pet adalah metode visualisasi metabolism tumbuh menggunakan
radiosotop pemancar positron.Oleh karena itu,citra(image) yang yang
diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh.SPET
Scan atau SPECT Scan adalah pencitraan fungsional otak dengan
tomografiemisi foton tunggal (single photon emission
tomography/SPET),juga dikenal sebagai tomografi emisi foton tunggal
terkomputerisasi (single photon emisio computed tomography/SPECT)
yang memungkinkan gambar tiga dimensi dari aliran darah serebral
yang berasal dari data dua dimensi.Tomografi emisi positron ini dapat
digunakan untuk mengukur metabolism serebral regional dan
karakteristik neurotransmitter reseptor lain.
CT Scan dan MRI hanya mampu mendeteksi kanker terbatas pada
aspek anatomi tubuh.Misalnya,CT Scan dan MRI hanya mampu
mendeteksi kanker dipayudara,kepala,hati dan sejumlah titik tubuh
lainnya.Sedangkan mekanisme kerja oragn tubuh yang disebut
metabolism tubuh tidak dapat dipantau oleh CT Scan dan MRI.
Pada PET Scan,aspek anatomi dan metabolic sekaligus masuk
radar deteksi alat canggih ini.Dimanapun atau kemanapun kanker
merambat PET Scan dapat mendeteksinya,bahkan kemampuan deteksi
alat ini mencakup semua aspek penting tentang kanker seperti
jenis,tingkat keganasan(stadium),lokasi,serta cara rambat penyakit
mematikan ini.
Fungsi PET dan SPECT
1. Fungsi PET
Fungsi utama PET mengetahui kejadian ditingkat sel
yang tidak didapatkan dengan alat pencitraan konvensional
lainnya.Kelainan fungsi atau metabolism didalam tubuh
dapat diketahui dengan metode pencitraan (imaging)ini.

11
Sedangkan pada PET Scan,aspek anatomi metabolic
sekaligus masuk radar deteksi alat canggih ini.Dimanapun
atau kemanapun kanker merambat PET Scan dapat
mendeteksinya.Bahkan kemampuan deteksi alat canggih ini
mencakup semua aspek penting tentang kanker seperti
jenis,stadium,lokasi,serta cara rambat penyakit mematikan
ini.
2. Fungsi SPECT
Scan SPECT utamanya digunakan untuk melihat
bagaimana darah mengalir melalui arteri dan vena
diotak.Dibandingkan dengan CT SCAN dan MRISPECT
akan lebih sensitive terhadap cidera otak karena dapat
mendeteksi aliran darah yang berkurang kepusat
cidera.SPECT Scan juga berguna untuk melakukan evaluasi
presurgical kejang medis yang tidak terkendali.Hal ini
bertujuan untuk menentukan aliran darah didaerah daerah
dimana kejang itu berasal.
2.3 Pemeriksaan Bronkoskopi
A. Pengertian
Kata bronskoskopi berasal dari bahasa Yunani: “broncho” yang berarti
batang tenggorokan dan “scopos” yang berarti melihat atau menonton.
Bronskoskopi merupakan pemeriksaan visual pada pohon
trakeobronkial melalui bronskop serat optic fleksibel dan sempit,yang
dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan sampel sputum dan untuk
mengangkat plak lender atau benda asing yang menghambat jalan napas.
B. Jenis Bronkoskopi
Berdasarkan bentuk dan sifat alat bronkoskopi,saat ini dikenal dua macam
bronkoskopi,yaitu Rigid Bronkospi (Pipa Kaku) dan Fiber Optik
Bronkospi (Serat Optik).
1. Rigid Bronkoskopi (Pipa Kaku)
Selang logam berongga dengan cahaya pada
ujungnya,bronkoskopi untuk dewasa biasanya berukuran panjang 40

12
cm dan diameter berkisar 9-13,5 mm,tebal dinding bronkoskopi
berkisar 2-3 mm.Bronkoskopi rigid biasanya dilakukan dengan
penderita dibawah anastesi umum..Bronkoskopi rigid diindikasikan
pada penderita dengan obstruksi saluran nafas besar dimana dengan
FOB tidak dapat dilakukan.Keuntungan dari penggunaan bronkoskopi
rigid adalah lebih mudah untuk menilai dan mendiagnosis pita
suara,kelainan saluran pernafasan atas/trachea.Indikasi umum lainnya
adalah:
a. Mengontrol dan penanganan batuk darah massif
b. Mengeluarkan benda asing dari saluran trakeobronkial
c. Penanganan stenosis saluran nafas
d. Penannganan obstruksi saluran nafas akibat neoplasma
e. Pemasangan sten bronkus
f. Laser bronkoskopi
2. Fiber Optik Bronkoskopi (serat optic)
Bronkos yang tipis dan fleksibel yang dapat diarahkan ke dalam
bronchial segmental (smeltzer;2001).FOB berupa tabung tipis panjang
dengan diameter 5-6 mm,merupakan saluran untuk tempat penyisipan
peralatan tambahan yang digunakan untuk mendapatkan sampel dahak
ataupun jaringan.Biasanya 55 cm dari total panjang tabung FOB
mengandung serat optic yang memancarkan cahaya.Ujung distal FOB
memiliki sumber cahaya yang dapat memperbesar 120º dari 100º
lapang pandang yang diproyeksikan kelayar video atau
kamera.Tabungnya sangat fleksibel sehingga memungkinkan operator
untuk melihat sudut 160º -180º keatas dan 100º-130º kebawah.
Hal ini memungkinkan bronchioscopist FOB untuk melihat
kesegmen yang lebih kecil dari segmen subcabang bronkud keatas dan
kebawah dari bronkus utama,dan juga kedepan belakang (anterior dan
superior)
C. Teknik Bronkoskopi
1. Trans nasal
2. Trans oral (yang sering dilakukan)

13
3. Melalui rigid atau endotrakeal
D. Indikasi Bronkoskopi
1. Indikasi diagnostic
a) Batuk
b) Batuk berdarah yang tidak diketahui penyebabnya
c) Wheezing local atau stridor
d) Gambaran foto thorak yang abnormal
e) Obstruksi dan atelectasis
f) Adanya benda asing dalam saluran nafas
g) Pemeriksaan bronchoalveolar lavage (BAL)
h) Lymphadenopathy atau massa intrabronkial pada toraks
i) Karsinoma bronchus
j) Ada bukti sitology atau masih tersangka
k) Penentuan derajat karsinoma bronkus
l) Follow up karsinoma bronkus
2. Indikasi Terapi
a) Mengeluarkan secret/gumpalan mukus yang tertahan penyebab
atelectasis pneumonia dan abses paru
b) Mengeluarkan benda asing pada trakeobronkial
c) Pemasangan stent pada trakeobronkial
d) Dilatasi bronkus dengan menggunakan balon
e) Kista pada mediastinum
f) Kista pada bronkus
g) Mengeluarkan sesuatu dengan bronkoskopi
h) Brachytherapy
i) Laser therapy
j) Abses paru
k) Trauma dada
l) Therapeutic lavage (pulmonary alveolar proteinosis)
E. Kontra Indikasi Tindakan Bronkoskopi
1. Kontra indikasi absolut
a) Penderita kurang kooperatif

14
b) Keterampilan operator kurang
c) Fasilitas kurang memadai
d) Angina yang tidak stabil
e) Aritmia yang tidak terkontrol
f) Hipoksia yang tidak respon dengan pemberian oksigen
2. Kontra Indikasi Relatif
a) Asma berat
b) Hiperkarbia berat
c) Koogulopati yang serius
d) Bulla emfisema berat
e) Obstruksi trakea
f) High positive end expiratory pressure
F. Komplikasi Bronkoskopi
Pada umunya FOB mempunyai batas kemampuan yang tinggi dengan
angka mortality 0-0,4 % dengan komplikasi mayor (pendarahan pada
waktu dilakukan biopsy.depresi pernafasan,henti jantung,aritmia,dan
pneumothorak),1 % pada saat tindakan bronkoskopi.
1. Komplikasi akibat premedikasi
a) Depresi pernafasan
b) Hypotensi
c) Sinkope
d) Henti napas
2. Komplikasi akibat anastesi local
a) Spasme laring
b) Methemoglobinemia
3. Komplikasi akibat tindakan bronkoskopi
a) Spasme laring
b) Gagal nafas
c) Pneumonia
d) Pneumothorak
e) Perdarahan
f) Henti jantung (cardiac arrest)

15
g) Takikardi
G. Kriteria Penampakan Gambaran Bronkoskopi
Pada saat melakukan bronkoskopi,ada beberapa keadaan yang dapat
dijumpai,seperti:
1. Normal: Dimana pada saat dilakukan bronkoskopi tidak dijumpai
kelainan pada mukosa ataupun cabang cabang bronkus.

2. Inflamasi: Gambaran inflamasi dapat menyeluruh (misalnya


bronchitis kronis) ataupun local (akibat benda asing).Inflamasi
dapat terjadi secara akut (misalnya radang paru yang berhubungan
dengan segmental) maupun kronis (misalnya tuberculosis).
Perubahan peradangan meliputi:

a) Hiperemis dan peningkatan vaskularisasi dari mukosa


(berwarna gelap atau merah muda bahkan merah).Mukosa

16
bronkus normal berupa palepink atau berwarna merah
kuning.
b) Pembengkakan (swelling): pada peradangan ringan,tampak
sedikit pinggir pada karina tumpul dan buram atau
kehilangan kontur sehingga tulang rawan bronkial
menonjol.Pada peradangan yang parah terjadi penyempitan
mukosa.
c) Sekresi: Mukosa yang normal hanya sedikit menghasilkan
lendoir yang berguna untuk pembersihan.Pada waktu
peradangan,sekresi menjadi banyak dan sifat sangat
bervariasi,misalnya mukoid tebal dan mukus yang kental
(bronchitis kronis),mucus berupa plague (asma),pus/nanah
(infeksi berat).
d) Perubahan terlokalisir (localized changes):reaksi local
dapat dijumpai pada kelainan seperti pneumonia,abses
paru,TBC,aspirasi benda asing,bronkiektasis, karsinoma,
dan lain lain.
e) Ascociated changes:Terutama terlihat pada penderita
penyakit paru obstruksi Kronis (PPOK),dimana dijumpai
submukosa atrofi,hipertrofi pada dinding membrane
bronkiol.
f) Tuberkulosis:Dijumpai peradangan pada endobronkial,
distorsi pada lumen trakea/bronkus yang disebabkan
limfadenofati ekstrabronkial.

17
3. Tumor: Gambaran bronkoskopi pada tumor,pembesaran kelenjar
getah bening atau metastatis dapat dijumpai 3 perubahan utama
yaitu:

a) Distorsi anatomi oleh karena adanya tekanan eksternal


pada tracheaobronkial,biasanya disebabkan oleh
limfanodenopati sekunder berupa pelebaran sudut
karina,pembengkakan pada dinding trakea/bronkus utama.
b) Keterlibatan dari dinding bronkial dengan distorsi local
atau ulserasi dari mukosa pada sebagian atau seluruh
lumina.
c) Pertumbuhan intraluminer mungkin merupakan awal dari
intralumen itu sendiri,dijumpai pelebaran atau rupture dari
kelenjar sekunder melalui dinding bronkial.Pertumbuhan
intralumen bisa menutup lumen secara total atau
parsial.Jika terdapat karsinoma maka karakteristiknya

18
berlobus/nekrotik,berwarna putih/krem,permukaan mucus
tampak penonjolan pembuluh darah(engorged).karsinoid
tampak berwarna merah cherry,bulat mudah berdarah dan
jika terdapat kondromata tampak halus,permukaan
pucat,konsistensi kasar.
4. Miscellaneous
a) Perdarahan bronchial: dalam beberapa kasus batuk darah
(hemoptysis),pemeriksaan bronkoskopi memberikan
gambaran normal.Pada perdarahan yang massif dilakukan
pembersihan dari trakeobronkial dengan normal salin
untuk membantu menemukan sumbver perdarahan.
b) Benda asing: benda asing sering menyebabkan peradangan
local,bahkan menyebabkan infeksi yang luas dan
kerusakan pada bronkial dan jaringan paru distal seta dapat
menghasilkan sekresi purulent.
c) Sarcoidosis: Tampak gambaran utam pembesaran kelenjar
getah bening,karina,subkarina melebar dan distorsi
trakeobronkial serta perubahan bentuk mukosa
trakeobronkial,hyperemesis dan sekresi yang meningkat.
d) Perubahan radiasi: perubahan mengikuti pola umum;
segera reaksi peradangan akut,selanjutnya penyusutan
atau hilangnya tumor dengan berkurangnya
peradangan,mukosa pucat dan kontraktif jaringan parut
setelah beberapa bulan dan terjadi fibrosis pada daerah
yang terkena.
e) Trauma trachea: dijumpai fraktur pada dindingtrakea atau
bronkus.
f) Fistula bronkopleura:Merupakan sekunder dari empisema,
abses paru, pecahnya kista paru, pneumothoraks,
trauma/pasca operasi.Pada gambaran bronkoskopi tampak
gelembung udara,waktu sekresi tampak gerakan
pernafasan.

19
g) Amilodosis:Jarang terjadi,dinding bronkial berwarna
kuning/abu abu yang menyerupai gambaran carsinomatous
infiltrative.
2.3 Pemeriksaan Spirometri
A. Definisi
Pemeriksaan faal paru merupakan pemeriksaan untuk mengetahui
apakah fungsi paru dalam keadaan normal atau tidak normal.
Pemeriksaan faal paru dikerjakan berdasarkan indikasi tertentu.
Penurunan fungsi paru yang terjadi secara mendadak dapat
menimbulkan gagal nafas dan dapat mendatangkan kematian kepada
penderita.
Pengujiaan faal paru untuk mengukur fungsi kapasitas paru.
Pengujian faal paru menggunakan alat yang disebut spirometri.
Pengujian dengan spirometri penting untuk mendeteksi beberapa
kelainan yang berhubungan dengan gangguan pernafasan. Spirometri
merupakan metode untuk screening penyakit paru.Selain itu,spirometri
juga digunakan untuk menentukan kekuatan dan fungsi
dada,mendeteksi berbagai penyakit saluran pernafasan terutama akibat
pencemaran lingkungan dan asap rokok.
Pemeriksaan spirometri tidak hanya digunakan untuk menentukan
diagnosis tetapi juga untuk menilai beratnya obstuksi,restriksi,dan efek
dari pengobatan.Ada beberapa penderita yang tidak menunjukkan
adanya keluhan namun pada pemeriksaan spirometri menunjukkan
adanya obstruksi atau restriksi.Hal ini dapat dijadikan sebagai
peringatan awal terjadinya gangguan fungsi paru yang mungkin dapat
terjadi sehingga kita dapat menentukan tindakan pencegahan
secepatnya.
Pemeriksaan spirometri adalah pemeriksaan untuk mengukur
volume paru stastik dan dinamik seseorang dengan alat
spirometeter.Spirometri sederhana biasanya memberikan informasi
yang cukup.Sejumlah spirometer elektronik yang murah dapat
mengukur dengan tepat parameter parameter tertentu seperti kapasitas

20
vital,volume ekspirasi paksa dalam detik pertama (FEV) dan peak
expiratory flow.Spirometer tidak dapat membuat diagnosis spesifik
namun dapat menentukan adanya gangguan obstruktif dan restriktif
serta dapat memberi perkiraan derajat kelainan.
Pemeriksaan spirometri dapat menilai faal paru stastik dan faal
paru dinamik.Faal paru stastik adalah volume udara pada keadaan
statis yang tidak terkait dengan dimensiwaktu,terdiri atas:
a) Tidal Volume (TV) yaitu jumlah volume udara yang diinspirasi
atau diekspirasi setiap kali bernafas normal,besarnya kira kira
500 mililiter pada laki laki dewasa.
b) Inspiratory reserve volume/volume cadangan inspirasi
(IRV/VCI) adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi
setelah dan diatas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi
kuat,biasanya mencapai 3000 mililiter.
c) Expiratory reserve volume/volume cadangan ekspirasi
(ERV/VCE) adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat
diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal
normal,jumlah normalnya adalah sekitar 1100 mililiter.
d) Residual Volume (RV) yaitu volume udara yang masih tetap
berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat,volume ini
besarnya kira kira 1200 mililiter.
e) Inspiratory capacity/kapasitas inspirasi (IC/IK) yaitu jumlah
dari volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan
volume cadangan ekspirasi.Ini adalah jumlah udara maksimum
yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru,setelah terlebih
dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian
mengeluarkan sebanyak banyaknya(kira kira 4600 mililiter)
f) Functional residual capacity/kapasitas residu fungsional
(FRC/KRF) yaitupengukuran kapasitas vital yang didapat pada
ekspirasi yamg dilakukan secepat dan sekuat mungkin.Volume
udara ini sangat penting dan dalam keadaan normal nilainya

21
kurang lebih sama dengan VC,tetapi mungkin sangat berkurang
pada pasien obstruksi saluran napas.
g) Total lung capacity/kapasitas paru total (TLC/KPT) adalah
volume maksimum yang dapat mengembangkan paru sebesar
mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira- kira 5800
mililiter) jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah
volume.
Sedangkan faal paru dinamik terdiri atas:
a) Forced expiratory volume (FEVT) adalah volume udara yang
didapat diekspirasi dalam waktu standar selama tindakan
FVC.Biasanya FEV diukur selama detik pertama ekspirasi
yang paksa (FEV1) dan detik ketiga (FEV3).Pada keadaan
normal,besar FEV1 adalah 83% (70-80%) dari VC dan FEV3=
97% (85-100%) dari VC.FEV merupakan petunjuk penting
untuk mengetahui adanya gangguan kapasitas ventilasi
b) Forced expiratory flow 200-1200/FEF 200-1200,Forced
expiratory flow 200-1200/FEF 200-1200,Forced expiratory
flow 25%-75%/FEF 25%-75%,Peak expiratory flow
rate/PEFR,
c) Maksimal voluntary ventilation/MVN/MBC.yaitu volume
udara terbesar yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan dari
paru selama 1 menit oleh usaha volunteer.Nilai normal MVV
adalah 125-170L/Menit.
B. Indikasi Spirometri
Ada beberapa indikasi dilakukan spirometri antara lain:
1) Menilai status faal paru yaitu menentukan apakah seseorang
mempunyai faal paru normal,hiperinflasi,obstruktsi,restriksi
atau bentuk campuran.
2) Menilai manfaat pengobatan yaitu menentukan apakah suatu
pengobatan memberikan perubahan terhadap nilai faal paru.
3) Evaluasi penyakit yaitu menilai laju perkembangan penyakit
terhadap perbaikan atau perubahan nilai faal paru.

22
4) Menentukan prognosis yaitu meramalkan kondisi penderita
selanjutnya dengan melihat nilai faal paru yang ada.
5) Menentukan toleransi tindakan bedah
6) Menentukan apakah seseorang mempunyai resiko ringansedang
atau berat pada tindakan bedah.
7) Menentukan apakah dapat dilakukan tindakan reseksi paru.
8) PPOK adalah penyakit paru akibat peradangan kronis yang
menyebabkan aliran darah terhambat pada paru paru sehingga
menimbulkan batuk,sesak nafas,dan mengi.
Tes spirometri biasanya dilakukan tiap 1-2 tahun untuk menilai
fungsi pernafasan pada orang yang mengalami PPOK.Adapun
kondisi lainnya yang memerlukan spirometri adalah:
1. Asma
Asma adalah jenis penyakit kronis akibat peradangan
dan penyempitan saluran nafas yang menimbulkan sesak
nafas dan batuk.Gejala asma bisa muncul jik terdapat
infeksi,alergi,terpapar polusi,hingga kecemasan.
2. Fibrosis Kristik
Fibrosis kristik yaitu kondisi genetic dimana paru
paru dan system pencernaan tersumbat oleh lender yang
tebal dan lengket.
3. Fibrosis paru
Penyakit fibrosis paru terjadi saat jaringan paru rusak
dan terbentuk jaringan parut pada jaringan paru.Jaringan
parut ini membuat paru menjadi lebih kaku sehingga
mengganggu pernafasan.
C. Fungsi Spirometri
1. Diagnostik
a) Mengevaluasi hasil pemeriksaan yang abnormal
b) Mengukur efek penyakit terhadap fungsi paru
c) Menyaring individu dengan resiko penyakit paru
d) Menilai resiko prabedah

23
e) Menilai prognosis
f) Menilai status kesehatan sebelum masuk progam
dengan aktivitas fisik berat.
2. Memantau
a) Menilai hasil pengobatan
b) Menjelaskan perjalanan penyakit yang mempengaruhi
fungsi paru
c) Memonitor individu yang pekerjaannya terpapar zat
berbahaya
d) Memonitor reaksi obat yang mempunyai efek toksis
terhadap paru.
3. Evaluasi gangguan/ketidakmampuan
a) Menilai pasien sebagai bagian program rehabilitasi
b) Menilai resiko sebagai bagian evaluasi asuransi
c) Menilai individu untuk alasan legal
4. Kesehatan masyarakat
a) Survey epidemiologi
b) Penelitian klinis.
D. Prosedur Pemeriksaan spirometri
Sebelum dilakukan pemeriksaan spirometri diperlukan
beberapa persiapan,antara lain:Persiapan alat,persiapan
penderita,ruang dan fasilitas.
a. Persiapan alat
a) Alat harus dikalibrasi minimal 1 kali
seminggu,penyimpangan tidak boleh melebihi 1 ½%
kalibrator.
b) Mouth piece sekali pakai atau penggunaan berulang 1
buah.
c) Sediakan wadah berisi savlon yang telah diencerkan
dengan air untuk merendam mouth piece yang
digunakan berulang

24
b. Persiapan Pasien
Pasien harus mengerti tujuan dan cara
pemeriksaan,sebelum dilakukan pemeriksaan,operator harus
memberikan petunjuk yang tepat dan benar serta memberikan
contoh cara melakukan pemeriksaan spirometri.Selama
pemeriksan pasien harus merasa nyaman. Syarat sebelum
melakukan pemeriksaan spirometri antara lain:harus bebas
rokok minimal 2 jam sebelum pemeriksaan,tidak boleh makan
terlalu kenyang sebelum pemeriksaan,tidak boleh berpakaian
ketat,penggunaan bronkodilator terakhir minimal 8 jam
sebelum pemeriksaan untuk aksi singkat dan 24 jam untuk aksi
panjang.
c. Persiapan ruang dan fasilitas
Ruang yang digunakan harus mempunyai system ventilasi
yang baik.Suhu udara tempat pemeriksaan tidak boleh <17ºC
atau <40ºC.Pemeriksaan terhadap pasien yang dicurigai
menderita penyakit infeksi saluran napas dilakukan pada urutan
terakhir dan setelah itu harus dilakukan tindakan antiseptic
pada alat.
2.4 Peran Perawat Pre, Intra, dan Post Tindakan
1. Tindakan Pre bronkoskopi
a. Melakukan pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan darah rutin,faktor pembekuan darah,dan waktu
perdarahan
c. Pemeriksaan rontgen X thorax AP dan Lateral atau CT Scan
atas indikasi dari medis
d. Pemeriksaan EKG
e. Pemeriksaan lain atas indikasi medis
f. Pasien akan dilakukan bronkoskopi dianjurkan harus puasa
selama 6 jam sebelum tindakan pemeriksaan.

25
2. Tindakan post bronkoskopi
a. Observasi gejala cardinal,tekanan darah/nadi,apakah ada tanda
tanda: Aritmia,Bradikardi,Takikardi.
Tanda tanda lain seperti: pusing,mual,muntah,keringat dingin
dan adanya bronkhopasme,catat semua tanda tersebebut pada
lembar observasi.
b. Observasi pernafasan dan pendarahan: Bila terjadi sesak
nafas,berikan oksigen 3 lpm atau masker oksigen 6
lpm,pemberian bisa ditambah sesuai petunjuk dokter.
Pendarahan bisa terjadi setelah dilakukan biopsi,dan bila terjadi
perdarahan : catat warna dan jumlahnya.Perlu dijelaskan pada
penderita bahwa perdarahan tersebut merupakan sisa sisa dari
tindakan bronkoskopi dan penderita tidak perlu takut,nanti akan
berhenti sendiri karena sudah diberikan obat.Apabila pasien
ingin batuk maka jangan ditahan,agar sisa sisa perdarahan
keluar semua,atur posisi tidur pasien dengan posisi
trendelenberg.
c. Pasien puasa minimal 2 jam sesudah tindakan bronkoskopi
dengan tujuan agar sisa sisa efek obat anastesi hilang dan
fungsi menelan kembali normal.
3. Tindakan Pre Spirometri
a) Pasien dianjurkan mengikuti instruksi dokter terkait
penggunaan obat obatan yang perlu dihindaroi sebelum tes
fungsi paru
b) Pasien dianjurkan menggunakan pakaian yang longgar agar
dapat menarik nafas dalam dengan leluasa.
c) Pasien dianjurkan menghindari konsumsi makanan dalam
porsi besar supaya tidak kekenyangan dan dapat bernafas
dengan lebih mudah.
4. Tindakan Intra Spirometri
a) Pasien diminta duduk ditempat yang telah disediakan

26
b) Dokter /tenaga medis akan memasang sebuah klip penjepit
dihidung untuk menutup kedua lubang hidung
c) Dokter akan memasang sungkup atau masker pernafasan
disekitar mulut pasien
d) Pasien diminta menarik nafas dalam,menahan nafas selama
beberapa detik,lalu menghembuskan sekuat mungkin
kedalam sungkup atau masker pernafasan tersebut.
e) Proses menarik dan hembuskan nafas tersebut biasanya
dilakukan setidaknya tiga kali untuk memastikan hasil yang
konsisten,spirometri kan diulang beberapa kali apabila
hasilnya bervariasi.
5. Tindakan Post Spirometri
Tidak ada tindakan khusus setelah dilakukan prosedur pemeriksaan
spirometri,pasien bisa langsung pulang setelah melalkukan
prosedur pemeriksaan tersebut.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran
yang berhubungan dengan studi dan penerapan berbagai teknologi
pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit. Pencitraan dapat
menggunakan sinar-X, USG, CT scan, Positron Emission Tomography
(PET) dan MRI. Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi
dalam dari sebuah objek padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan
menggunakan energi radiasi. Radiologi juga kadang-kadang disebut
radioskopi atau radiologi klinis.
3.2 Saran
Demikian adanya makalah yang berisikan pemeriksaan radiologi ini
diharapkan mahasiswa mengetahui,mengerti,dan memahami manfaat serta
dampak apa saja yang telah dibahas pada makalah tersebut.Demikian
makalah ini apabila ada kurang lebihnya kami mohon maaf yang sebesar
besarnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Sulistijaningsih, Noer. 1992. Atlas Teknik Radiologi. Jakarta: EGC


Umami, Vidhia. 2006. Radiologi. ed 2. Bandung : Penerbit Erlangga
http://id.m.wikipedia.org/wiki/radiologi. ( pukul 10.00 WIB. Kamis,11 Juni 2015)
https://www.academia.edu/37987874/BAB_1_SPIROMETRI (pukul16.00
WIB.Senin,30 Maret 2020)
https://www.slideshare.net/mobile/evhamariaefriliana/pemeriksaan_diagnostik_br
onkoskopi (pukul 09.00 WIB.Minggu,22 Maret 2020)
https://s.docworkspace.com/d/AEekNWTx06grou-Ks--mFA (pukul 20.00
WIB.Minggu,29 Maret 2020)

29

Anda mungkin juga menyukai