Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“UJI KENDALI MUTU PESAWAT USG”

Disusun oleh :

Ismil Banida Nuryaman

Kasih Pawestri

Kristina Naralyawan

Tingkat III Program D-1V

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN


RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III F3 Kebayoran Baru , Jakarta Selatan

Periode 2013/2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi penilaian materi mata kuliah Jaminan
mutu radiologi dan radioterapi. Makalah ini berjudul tentang “Jaminan mutu
pesawat Ultrasonografi (USG)”

Selesainya makalah ini tidak terlepas dari beberapa pihak, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Susy Suswaty, M.Pd selaku Ketua Jurusan TRO Poltekkes
Jakarta II
2. Ibu Mayarani, S.Si, MKKK selaku Dosen Jaminan mutu radiologi dan
radioterpi
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan kepada penulis baik moril
maupun materil
4. Teman-teman yang penulis sayangi dan cintai yang telah membantu dalam
pelaksanaan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami jauh dari
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Dan
kami mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan
pembaca pada umumnya.

Jakarta, April 2014

Penulis

Page | 2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………….

Daftar Isi………………………………………………………………………..

Bab I Pendahuluan………………………………………………………………

A. Latar Belakang………………………………………………………….
B. Tujuan Makalah…………………………………………………………
C. Manfaat Makalah……………………………………………………….

Bab II Landasan Teori………………………………………………………….

A. Definisi…………………………………………………………………
B. Baseline Test…………………………………………………………... 

C. Desain Phantom………………………………………………………..

Bab III Tes Kendali Mutu……………………………………………………..

Bab IV Penutup………………………………………………………………..

Daftar Pustaka…………………………………………………………………

Page | 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan radiologi merupakan pelayanan yang tidak terpisahkan
dari system pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit. Pengendalian
mutu adalah salah satu proses deteksi dan koreksi adanya penyimpangan,
hasil uji, dilakukan segera setelah terjadi pemeriksaan sehingga mutu
pelayanan radiologi dapat di tingkatkan. Kegiatan perbaikan dapat
dilakukan dengan tahapan identifikasi masalah, analisis penyebab dan
pemilihan pelaksanaan tindakan perbaikan.
Mutu pelayanan kesehatan utamanya pelayanan radiologi yang
diselenggarakan oleh berbagai sarana pelayanan kesehatan pada berbagai
tingkat pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta belum
merata dan belum sepenuhnya pelayanan sesuai apa yang diharapkan.
Kendali mutu (Quality Control) radiologi diharapkan akan dapat
mengendalikan persoalan yang berkaitan dengan kualitas gambar dan
eksposi yang di terima pasien. Dengan adanya pedoman kriteria kualitas
yang dapat diterapkan dalam satu fasilitas pelayanan, maka kualitas
gambar ataupun dosis pasien dapat diukur atau dibandingkan dengan
ukuran yang ada pada pedoman, sehingga ini adalah satu bentuk
pendekatan dengan dasar yang kuat dalam rangka menjaga kinerja fasilitas
pelayanan radiologi diagnostik melalui program kendali mutu.
Radiologi berkembang sebagai sub spesialisasi dalam ilmu
kedokteran sejak awal abad 19 dengan ditemukannya sinar X oleh
Wilhelm Conrad Rontgen. Selama 50 tahun perkembangan radiologi

Page | 4
adalah membuat film dari sinar X yang menembus objek yaitu dengan
menggunakan kaset.
Di Indonesia, penggunaan alat rontgen sudah lama yaitu sejak
tahun 1898 oleh tentara Belanda di Aceh dan Lombok, kemudian alat
rontgen digunakan di RS militer dan pendidikan. Orang Indonesia pertama
yang menggunakan alat rontgen adalah RM Notokworo yang lulus dari
Universitas Leiden, Belanda. Pada tahun 1939, Prof WZ Johanez
mendapatkan brevet ahli radiologi dari STOVIA. Beliau di anggap sebagai
Bapak Radiologi Indonesia karena mendidik ahli radiologi Indonesia
antara lain Prof GA Siwabessy dan Prof Syahriar Rasyad. (Rasyad, S
1988).
Sejak tahun 1960 ultrasonografi dikembangkan dengan prinsip
sonar, yaitu menggunakan gelombang suara untuk memeriksa organ tubuh,
sejak saat itu ditemukan perkembangan yang pesat dari mulai organ
superfisial, vaskuler serta organ dalam. Teknik imejing digital kemudian
mulai dikembangkan sejak ditemukannya CT Scan (Computed
Tomography) oleh Godfrey Hounsfield tahun 1970.
Teknik imejing  digital ini menggunakan komputer sebagai
pengolah data dan direkonstruksi kembali. Teknik imejing digital
berkembang dengan sangat cepat, mulai dari single slice sampai multislice.
Teknik imejing digital sangat menolong para klinikus dan ahli bedah karena
dapat merekonstruksi organ seperti vaskuler, kolon, tulang
dan potongan multi dimensi. Keuntungan teknik imejing digital antara
lain, dapat mengurangi dosis radiasi, menghasilkan imejing yang sangat
tajam resolusinya karena dapat dimanipulasi dengan komputer, dapat
dikirim dalam jaringan computer yang tersedia, serta dapat disimpan
dalam bentuk CD/DVD/HD sehingga lebih tahan lama.
Penelitian tentang MRI (Magnetic Resonance Imaging) sudah
dimulai sejak tahun 1950. Alat MRI pertama baru dipergunakan tahun
1980. Prinsip MRI adalah menggunakan medan magnet

Page | 5
dan resonansi gelombang radio. Alat ini berkembang pesat sejak 1984
keseluruh dunia.
Penggunaan nuklir sebagai diagnostik dan pengobatan di Indonesia
dimulai sejak tahun 1971 di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, kemudian
berkembang di Yogyakarta, Semarang, dan kota-kota lain. Sejak tahun
1975 mulai dikembangkan teknologi PET Scan dimana teknik ini
menggunakan positron yang dihasilkan oleh siklotron untuk mendeteksi
metabolisme di dalam tumor. PET scan menggunakan alat lain yaitu CT
untuk mapping dari organ tubuh. Kegunaan PET scan antara laindapat
mendeteksi tumor, untuk rencana tindak lanjut terapi dan untuk
menentukan derajat kanker.

B. Tujuan Makalah
- Untuk memenuhi tugas akhir semester.
- Untuk mempelajari pesawat Ultrasonografi (USG).
- Untuk mengetahui sistem kerja pesawat USG baik berdasarkan teori
maupun komponen-komponen yang digunakan.

C. Manfaat Makalah
- Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
- Dapat mengetahui tentang uji mutu pesawat Ultrasonografi (USG).

Page | 6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi

Ultrasonografi (USG) adalah suatu teknik pencitraan medik dalam


menghasilkan gambar bagian dalam tubuh manusia. USG menggunakan
gelombang ultrasonik untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran
organ, struktur, dan luka patologi. Memeriksa bagian dalam tubuh dapat
dilakukan dengan mengirim pulsa-pulsa ultrasonik ke bagian tubuh yang
hendak dianalisis. Pulsa-pulsa ini akan dipantulkan oleh organ-organ tubuh
bagian dalam. Masing-masing organ mempunyai struktur, kerapatan, dan
kelentingan yang berbeda. Dengan mengukur waktu relatif dari gelombang -
gelombang pantul ini, maka didapat kedalaman-kedalaman organ.
Berdasarkan data kedalaman dan arah gelombang pantul, komputer akan
membentuk bayangan bagian dalam tubuh.

Page | 7
Gambar Pesawat USG

Pesawat ultrasonografi telah sering digunakan sebagai modalitas penunjang


medis dalam penegakan suatu diagnosis. Modalitas ultrasonografi ini cukup
disenangi karena memiliki banyak keunggulan misalnya, bersifat non-invasif,
tidak menimbulkan radiasi, memberikan gambaran jaringan lunak yang lebih jelas
dibandingkan foto rontgen konvensional dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
Karena tingkat okupasi alat ini cukup tinggi, maka untuk memastikan alat ini
bekerja dengan maksimal perlu dilakukan kendali mutu secara periodic.

Page | 8
Jenis-jenis kerusakan yang ditemui

Sering kali menjadi argumentasi apakah perlu dilakukan kendali mutu
terhadap pesawat ultrasound dengan alasan kerusakan akan segera terlihat oleh
operator ketika memeriksa pasien langsung. Namun alangkah lebih baik, jika
kerusakan tersebut dikenali lebih dulu sebelum merugikan pasien yang diperiksa.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lu, Zeng F. (2004), tiga besar kendala
yang sering adalah image uniformity  (30%), mechanical check (27%), dan
image display soft/hard copy quality (21%). Dengan kendali mutu yang
berkelanjutan, kendala tersebut dapat diminimalisir.

B. Baseline Test 

Baseline test adalah suatu uji yang menggambarkan indicator kinerja puncak


dari kualitas pencitraan suatu pesawat USG. Hasil dari baseline test  ini akan
digunakan sebagai control setting pada tes-tes berikutnya. Perubahan yang halus
dalam kualitas pencitraan dapat dideteksi dengan membandingkannya dengan
nilai baseline test ini. Waktu yang terbaik untuk melakukan tes ini adalah sesaat

Page | 9
setelah mesin baru selesai diterima dan dipasang. Atau bila tidak memungkinkan,
tes dapat dilakukan setelah servis berkala yang dilaksanakan oleh tenaga ahli yang
berkualitas. Jaringan phantom yang baik dibutuhkan dalam proses control setting .
Dalam proses control setting ,scan phantom seolah-olah itu adalah pasien dan dan
sesuaikan pengaturan alat yang terbaik secara klinis. Pastikan pengaturan alat
dilakukan dengan kondisi pencahayaan ruangan yang akan dipakai sehari-hari.
Pencahayaan ruangan yang sama juga harus digunakan pada saat kendali mutu
berikutnya dilaksanakan. Jika pengaturan alat sudah selesai, dokumentasikan
seluruh hasilnya serta simpan seluruh pencitraan yang dihasilkan, tandai sebagai
‘baseline image’. Dokumen ini digunakan sebagai perbandingan pada saat tes-tes
berikutnya.
Pada beberapa mesin tertentu, dimungkinkan untuk melakukan pemograman
pengaturan yang diinginkan dalam file yang ditentukan pengguna.Ketika file
dipanggil kembali, mesin secara otomatis akan menyesuaikan semuapengaturan
pencitraan kembali sesuai dengan nilai-nilai yang diinginkan. Action level 
merupakan indikator nilai kualitas pencitraan, dimana tindakan korektif harus
segera diambil sebelum mencapai defect level dimana alat tersebut sudah tidak
akurat untuk digunakan. Biasanya action level berkisar 75% dibawah defect level .

C. Desain Phantom 

Sebagian besar dari tes kendali mutu dilakukan dengan menggunakan satu atau
lebih phantom USG. Jika menggunakan dua phantom atau lebih, adalah
penting untuk konsisten untuk menggunakan phantom yang sama pada tes-tes
berikutnya. Misalnya jika dua phantom yang digunakan untuk tes yang
berbeda, tetapi keduanya memiliki satu set filamen yang digunakan untuk tes
tertentu (misalnya, filament horizontal), maka hanya satu dari kedua phantom
tersebut yang akan digunakan phantom akurasi jarak horizontal. Phantom yang
ideal untuk proses pengujian harus terbuat dari material tissue mimicking (TM)
yang mempunyai karakteristik: speed of sound 1540 ± 10 m/s pada suhu 22°C,

Page | 10
attenuation coefficient 50.5-0,7 dB/cm/MHz, dan echo genitas serta tekstur
pencitraan yang menyerupai parenkim hati.

Gambar Phantom

Sayangnya banyak material TM berbahan dasar air yang memungkinkan proses
dehidrasi dari waktu ke waktu, mengakibatkan perubahan dalam karakteristik
speed of sound dan attenuation coefficient. Kemajuan terbaru dalam teknologi
pembuatan phantom dengan menggunakan segel untuk mengurangi masalah
dehidrasi tersebut namun tidak dapat mengatasi masalah ini sepenuhnya. Sebagai
tolak ukurnya, phantoms yang memiliki kecepatan suara yang berbeda dari 1540
m/s akan menghasilkan fokus yang tidak akurat sehingga tidak dapat digunakan
sebagai phantom kendali mutu.

BAB III
TES KENDALI MUTU

Tes kendali mutu ini dibagi menjadi dua bagian:


1. Frequently Perform Test 

Page | 11
Tes ini dilaksanakan setiap 3 bulan sekali dengan menggunakan transducer  yang
biasa dan setiap 1 tahun sekali dengan menggunakan semua jenis transducer yang
tersedia.
a. Physical and mechanical inspection
1) Tujuan
Menilai komponen keras (hardware) dari alat USG
2) Alat dan bahan
Tidak ada
3) Prosedur 
Periksa perangkat keras berikut :
- Transducers : periksa kabel, housing , dan transmitting surface dari
keretakan serta konektor. Pastikan pergerakannya permukaannya
lembut dan bebas dari getaran dan kemungkinan adanya gelembung
udara.
- Power cord : periksa adanya keretakan, perubahan warna, dan
kerusakan pada kabel ataupun colokan.
- Control : periksa kinerja dari tombol kontrol.
- Video monitor : periksa kebersihannya, goresan serta kinerja dari
tombol kontrol.
- Wheel and locks : pastikan kinerja dari keduanya.
- Dust filter : periksa kebersihannya.
- Scanner housing : periksa adanya kerusakan.
4) Penilaian dan Evaluasi
Ditemukan ketidak sesuaian dengan kondisi standar
5) Frekuensi uji
Setiap hari
6) Rekomendasi Tindakan Korektif 
Pelajari kembali buku manual, jika tidak dapat dikoreksi hubungi pabrik
pembuat untuk servis berkala.

b. Display monitor and hard copy 

Page | 12
1) Tujuan
Menilai display monitor dan hard copy alat USG.
2) Alat dan bahan
Tidak ada.
3) Prosedur 
- Pastikan tombol contrast dan brightness di layar monitor pada posisi
baseline.
- Tampilkan grayscale test pattern ( misalnya step-wedge pattern)
pada layar monitor 
- Hitung jumlah grayscale bars yang ditampilkan pada tahap pertama
dan tahap terakhir, serta jumlah dari keduanya. Kemudian bandingkan
dengan baseline
- Periksa teks yang ditampilkan untuk menilai apakah ada
keburaman(blur)
- Buatlah hardcopy dari masing-masing pencitraan tersebut, kemudian
bandingkan dengan baseline
4) Penilaian dan Evaluasi
- Suggested action level : jumlah gray bar yang ditampilkan < nilai
kontrol -2.
- Suggested defect level : jumlah gray bar yang ditampilkan < nilai
kontrol -3.
5) Frekuensi uji
Setiap tiga bulan

6) Rekomendasi Tindakan Korektif 


Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

Page | 13
Gambar grayscale step-wedge pattern

c. Image uniformity 
1) Tujuan
Gangguan pada image uniformity ini akan memunculkan artefak yang
meningkatkan false negative dalam pemeriksaan. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh malfungsi hardware misalnya, transducer elemen yang
buruk, kabel yang tidak terpasang dengan baik, atau akibat malfungsi
software pesawat itu sendiri
2) Alat dan bahan
Phantom image uniformity
3) Prosedur 
- Gunakan baseline setting  jika ada atau gunakan cardboard template
pada TGC (Time Gain Compensation) setting jika dibuat pada saat
Baseline setting.
- Tampilkan gambar menggunakan single dan multiple focal zones.
- Sesuaikan gain dan TGC menjadi baseline value (harus menghasilkan
moderate image brightness, uniform with depth).
- Scan phantom dan freeze image bersamaan menggerakan transducer.
- Periksa adanya streaking  (lapisan-lapisan) pada gambar.
- Jika terdapat streaking, cobalah scan ulang pada bagian phantomyang
berbeda. Coba juga untuk mengubah focal zone, pilih fewer  atau more
focal zone.
4) Penilaian dan Evaluasi
Suggested action level : nonuniformity ≥ 4 dB.
Suggested defect level  : nonuniformity ≥ 6 dB.
5) Frekuensi Uji
Setiap tiga bulan

Page | 14
6) Rekomendasi Tindakan Korektif Hubungi pabrik pembuat untuk servis
berkala.

Gambar Horizontal Streaking

d. Maximum depth of visualization


1) Tujuan
Fungsi ini menunjukan kemampuan pesawat USG dalam mendeteksi dan
menampilkan objek dengan sinyal echo yang paling rendah.
2) Alat dan bahan
Phantom maximum depth
3) Prosedur
- Gunakan baseline setting jika ada. Jika tidak, sesuaikan System out
put and gain, TGC,  focal zone, dan persistence sehingga didapatkan
gambararan yang cerah relatif uniform.
- Pengaturan yang disarankan :
 Deepest focal zone
 Gain dan output power  pada maximum
 TGC  pada full gain
 Reject pada off atau minimum.
 Field of view pada nilai memungkinkan visualisasi kedalaman
maksimal.

Page | 15
- Scan phantom dan freeze image
- Ukur kedalaman penetrasi dengan menguunakan caliper, jarak antara
puncak scan windows dengan objek anechoic spherikal atau silindrikal
terdalam.
- Cetak film dari tampilan ini
- Ukur kedalaman pada film.
4) Penilaian dan Evaluasi
Suggested action level : perbedaan kedalaman pada layar dan film ≥ 0.6cm
Suggested defect level  : perbedaan kedalaman pada layar dan film ≥
1.0cm
5) Frekuensi Uji
Setiap tiga bulan
6) Rekomendasi Tindakan Korektif 
Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

Gambar Depth visualization

e. Distance accuracy 
1) Tujuan
Menilai akurasi pengukuran alat USG.
2) Alat dan bahan
Phantom distance accuracy 
3) Prosedur 

Page | 16
- Gunakan baseline setting jika ada. Jika tidak, sesuaikan system
output and gain, TGC,  focal zone, dan Persistence sehingga
didapatkan gambararan yang cerah relatif uniform.
- Pengaturan yang disarankan :
 Deepest focal zone
 Gain dan output power pada maximum
 TGC pada full gain
 Reject  pada off atau minimum
 Field of view pada nilai memungkinkan visualisasi kedalaman
maksimal.
- Scan phantom sehingga kolum vertical dari filament target
menuju pusat gambar dan kolom horizontal juga terlihat. Gunakan
transducer  dengan sedikit penekanan.
- Ukur jarak antar filamen yang jelas terlihat dengan
menggunakankaliper. Catat hasilnya.
- Cetak film dari tampilan ini.
- Ukur jarak pada film.

Gambar distance accuracy

4) Penilaian dan Evaluasi

Page | 17
Suggested action level :
- Vertikal : perbedaan jarak layar dan film ≥ 1.5 mm/ 1.5 %
- Horizontal : perbedaan jarak layar dan film ≥ 2.0 mm/ 2 %

Suggested defect level :

- Vertikal : perbedaan jarak layar dan film ≥ 2.0 mm/ 2.0 %


- Horizontal: perbedaan jarak layar dan film ≥ 3.0 mm/ 3 %
5) Frekuensi
Setiap tiga bulan
6) Rekomendasi Tindakan Korektif
Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

2. Less Frequent Perform Test 

Tes ini dilaksanakan setahun sekali dengan menggunakan semua jenis transducer 


yang tersedia.

a. Anechoic object imaging 


1) Tujuan
Fungsi ini menunjukan kemampuan pesawat USG dalam mendeteksi dan
menampilkan objek bulat, kontras negative dengan berbagai ukuran.
2) Alat dan Bahan
Phantom anechoic object imaging
3) Prosedur 
- Gunakan baseline setting jika tersedia.
- Set multiple focal zone (contoh, 3, 7, 11 cm) atau single focus pada
depths
- Sesuaikan gain, power dan TGC untuk menampilkan sejumlah objek
anechoic secara maksimal.
- Scan phantom

Page | 18
- Rekam objek anechoic terkecil yang dapat terlihat, atau rekam jarak
kedalaman dimana objek anchoic dapat terlihat. (hasil ini dapat
diambil dari pemeriksaan visual depth accuracy ).
- Nilai kualitas dari objek anechoic tersebut :
 C = clear 
 F = filled 
 J = jagged edge
 N = no enhancement distal 
- Gunakan caliper untuk menilai ke tinggi dan lebar dari objekan echoic
tersebut. Hitung rasio tinggi dibandingkan lebarnya.
- Untuk satu atau beberapa objek anechoic  yang berkualitas filled in,
turunkan gain hingga filled in tersebut hilang. Catat nilai gain yang
baru ini bandingkan dengan baseline.

Gambar an-echoic object imaging


Keterangan gambar :
 Kiri : normal terdapat artefak di sisi atas dan bawahnya
 Tengah : memipih
 Kanan : gangguan noise

4) Penilaian dan Evaluasi


Suggested action level dan suggested defect level :
- Perbedaan tinggi dan lebar melebihi 20%.
- Terdapat perbedaan pengukuran gain yang konsisten dibandingkan
baseline.
5) Frekuensi
Uji Setiap tahun

Page | 19
6) Rekomendasi Tindakan Korektif
Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

b. Axial resolution
1) Tujuan
Fungsi ini menunjukan kemampuan pesawat USG dalam mendeteksi serta
menampilkan objek-objek yang berdekatan dalam tersusun dalam beam’s
axis.
Setup: Seperti pada anechoic object test. Sesuaikan gain sehingga texture
echoes pada background  terlihat.
2) Alat dan Bahan
Phantom axial resolution
3) Prosedur
- Scan phantom, perbesar maksimum pada axial resolution target group
yang akan dinilai.
- Rekam axial resolution dimana kedua target terlihat terpisah paling
minimal pada setiap kedalaman.

Gambar axial resolution

Page | 20
4) Penilaian dan Evaluasi
Suggested action level dan suggested defect level :
- Axial resolution 1 mm atau lebih, atau 2 mm atau lebih pada
transducer  dengan frekuensi > 4 MHz.
- Terdapat perbedaan pengukuran yang konsisten dibandingkan
baseline.
5) Frekuensi
Setiap tahun
6) Rekomendasi Tindakan Korektif 
Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

c. Lateral resolution or response width


1) Tujuan
Fungsi ini menunjukan kemampuan pesawat USG dalam membedakan
struktur yang berdekatan dalam image plane sepanjang garis perpendicular
pada beam’s major axis.
2) Alat dan bahan
Phantom Lateral resolution
3) Prosedur
- Scan phantom pada daerah yang mengandung filament
vertical column.
- Turunkan FOV untuk melihat filament pada region tertentu, jika
mungkin perbesar filamen tersebut.
- Freeze gambar tersebut.
- Dengan menggunakan caliper, ukur lateral resolution atau respone
width yaitu lebar filamen pada daerah tertentu.
- Ulangi pada bagian lainnya (untuk baseline test, pilih tiga filament
yang terdekat, menengah dan terjauh dari transducer ).
4) Penilaian dan Evaluasi
Suggested action level  : > 1 mm dari nilai baseline.
Suggested defect level : >1.5 mm dari nilai baseline.

Page | 21
5) Frekuensi
Setiap tahun
6) Rekomendasi Tindakan Korektif 
Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

Tabel lateral resolution yang di rekomendasikan

Gambar Pengukuran lateral resolution

d. Ringdown or death zone


1) Tujuan
Menilai ringdown atau death zone yang merupakan jarak dari permukaan
transducers dengan echo pertama yang dapat diidentifikasi.
2) Alat dan bahan
Phantom death zone
3) Prosedur
- Gunakan baseline setting bila ada.
- Mencari focal zone yang terdekat dengan permukaan
- Sesuikan gain sehingga background echo dapat terlihat.

Page | 22
- Hindari near gain yang berlebihan pada TGC.
- Scan phantom pada region yang mengandung death zone test filament 
- Freeze gambar
- Hitung kedalaman filamen yang paling dekat dengan permukaan

Gambar death zone phantom

4) Penilaian dan evaluasi


Suggested action level  :
- 7 mm untuk f > 3 MHz
- mm untuk 3 MHz < f < 7 MHz
- 3 mm untuk f < 7 MHz

Suggested defect level 

- 10 mm untuk f > 3 MHz


- 7 mm untuk 3 MHz < f < 7 MHz
- 4 mm untuk f < 7 MHz
5) Frekuensi
Setiap tahun

Page | 23
6) Rekomendasi Tindakan Korektif
Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

USG DOPPLER

1) Tujuan
Menilai :
- akurasi sudut-dimensi volume sampel
- kecepatan terendah yang dapat dideteksi
- kecepatan tertinggi yang dapat dideteksi
- estimasi peak velocity 
2) Alat dan bahan
String phantom USG Doppler
3) Prosedur 
- Spectral Doppler sample volume diletakan pada string yang
bergerakdengan bantuan B Mode.
- Catat kecepatan terekam meliputi kecepatan terendah dan tertinggi
yangdapat dideteksi, serta estimasi peak velocity.
- Ukur kemiringan sudut yang terekam.
- Ukur dimensi volume sampel yang terekam.
- Bandingkan dengan pengaturan pada phantom dan spesifikasi pabrik

Gambar string phantom

Page | 24
4) Penilaian dan Evaluasi
Suggested action level : perbedaan fitur yang tercatat dengan alat ≥ 5%
Suggested defect level : perbedaan fitur yang tercatat dengan alat ≥ 5%
5) Frekuensi
Setiap 3 bulan.
6) Rekomendasi Tindakan Korektif 
Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

USG 3D

1) Tujuan
Menilai akurasi pengukuran 3D alat USG.
2) Alat dan bahan
Phantom 3D (egg shape)
3) Prosedur
- Gunakan baseline setting jika ada. Jika tidak, sesuaikan system
output and gain, TGC, focal zone, dan  persistence sehingga
didapatkan gambararan yang cerah relatif seragam / uniform.
- Pengaturan yang disarankan :
 Deepest focal zone
 Gain dan output power  pada maximum
 TGC pada full gain
 Reject pada off atau minimum.
 Field of view pada nilai memungkinkan visualisasi kedalaman
maksimal.
- Scan phantom sehingga struktur 3D (egg shape) menjadi pusat
gambar. Gunakan transducer dengan sedikit penekanan.
- Freeze gambar.
- Ukur jarak antar sisi struktur 3D yang jelas terlihat dengan
menggunakan kaliper. Catat hasilnya.

Page | 25
- Bandingkan dengan hasilnya pada petunjuk phantom

Gambar Phantom USG 3D

4) Penilaian dan Evaluasi


Suggested action level : perbedaan jarak ≥ 1.5 mm/ 1.5 %
Suggested defect level : perbedaan jarak ≥ 2.0 mm/ 2.0 %
5) Frekuensi
Setiap tiga bulan
6) Rekomendasi Tindakan Korektif 
Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

Page | 26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kendali mutu peralatan USG sangat diperlukan dalam mengoptimalisasikan
kinerja dari peralatan tersebut. Tersedia berbagai macam phantom di pasaran
dengan modalitas pengukuran yang berbeda-beda, ada yang untuk satu modalitas
atau hampir keseluruhan modalitas. Dengan phantom tersebut dapat dinilai kinerja
dari pesawat USG pada saat itu, sehingga dapat diambil tidakan koreksi yang
tepat. Sampai saat ini belum ada phantom standar yang ditentukan untuk kendali
mutu pesawat USG. Teknologi ultrasonografi akan terus berkembang sehingga
perbaikan-perbaikan terhadap kendali mutu yang ada sangat diperlukan.

Page | 27
DAFTAR PUSTAKA

Waseso, Probo. 2012. Draft Pedoman Kendali Mutu Peralatan Radiologi.


Diakses pada tanggal 20 April 2014. Dari sittus id.scribd.com

Page | 28

Anda mungkin juga menyukai