Anda di halaman 1dari 40

Case Report Session

PEMERIKSAAN USG

Oleh:

Sry Mutia Fadhilah 1940312111


Nurul Gina Fadlillah 1940312115

Preseptor :

Dr. dr. H. Joserizal Serudji, Sp. OG (K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report Session
yang berjudul “Pemeriksaan USG”. Makalah ini ditujukan sebagai salah
satu materi CRS yang ada di kepaniteraan klinik bagian Obstetri dan
Ginekologi RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. H. Joserizal


Serudji, Sp.OG(K) sebagai preseptor yang telah membantu dalam penulisan
ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa CRS ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang membaca demi kesempurnaan makalah USG ini. Penulis juga
berharap ilmiah ini dapat memberikan dan meningkatkan pengetahuan serta
pemahaman tentang “Pemeriksaan USG” terutama bagi penulis sendiri dan
bagi rekan-rekan sejawat lainnya.

Padang, 3 Februari 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ultrasonografi (USG) merupakan prosedur diagnostik yang paling sering


digunakan di bidang obstetri. Selain karena nyaman, tidak menimbulkan nyeri
pada penggunannya, dan hasilnya dapat diketahui secara langsung, juga secara
luas dianggap aman untuk digunakan.1 Ultrasonografi merupakan salah satu
metode diagnostik dengan menggunakan gelombang ultrasonik yang bertujuan
untuk memvisualisasikan morfologi dan fungsi suatu organ berdasarkan gambaran
eko dari gelombang ultrasonik yang dipantulkan oleh organ.2

USG di bidang obstetrik pertama kali di perkenalkan sekitar lebih 50 tahun


yang lalu oleh Ian Donald, dan sejak saat itu USG mengalami perkembangan yang
sangat pesat baik dibidang kualitas resolusi yang dihasilkan maupun dalam hal
teknik yang di gunakan. Sehingga pada saat ini USG sangat bermakna dalam
mendiagnosis dan menuntun penanganan terkait kehamilan.2

Di Indonesia pemeriksaan USG tidak rutin dilakukan secara pada setiap ibu
hamil, dikrenakan pada pemeriksaan USG dibutuhkan biaya yang cukup mahal
dan tidak selalu terjangkau oleh ibu hamil yang memerlukan.3 Menurut WHO,
pemeriksaan USG untuk keperluan atenatal, sebaikya dilakukan sesuai usia
gestasi, yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan
satu kali pada trimester tiga.4

Salah satu tujuan utama dari dri USG dibidang obstetric adalah untuk
menentukan usia gestasi dengan lebih tepat, memantau pertumbuhan janin, dan
melakukan deteksi dini kelainan janin pada masa antenatal, sehingga pada
pemeriksaan USG obstetri, apapun indikasinya, biometri dan struktur anatomi
janin harus di periksa dengan cermat dan sistematis. Maka dari itu dasar-dasar
USG dibidang obstetri perlu di pelajari oleh dokter umum untuk menunjang
diagnosis dan memandu tatalaksana bagi ibu hamil nantinya.
1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang Definisi, prinsip, komponen, indikasi, serta


cara kerja dari USG, USG pada trimester I, USG pada trimester II, Penilaian
Placenta dengan menggunakan USG, dan Penilaian pada cairan amnion dengan
menggunakan USG.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
penulis dan pembaca tentang Definisi, prinsip, komponen, indikasi, serta cara
kerja dari USG, USG pada trimester I, USG pada trimester II, Penilaian Placenta
dengan menggunakan USG, dan Penilaian pada cairan amnion dengan USG.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan penulis
dan pembaca tentang Definisi, prinsip, komponen, indikasi, serta cara kerja dari
USG, USG pada trimester I, USG pada trimester II, Penilaian Plasenta dengan
menggunakan USG, dan Penilaian pada cairan amnion dengan USG.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ultrasonografi

Ultrasonografi adalah alat diagnostik dengan metode visualisasi untuk


melihat struktur dalam tubuh bedasarkan gambaran echo dari gelombang
ultrasonik yang dipantulkan oleh organ yang diarahkan ke jaringan tubuh.5,6
2.2 Prinsip Ultrasonografi
Pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara yang frekuensinya 1–
10 MHz. Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi
daripada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa
mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai
frekuensi antara 20 – 20.000 Cpd (Cicles per detik = Hz).5
Gelombang suara frekuensi tinggi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal
yang terdapat dalam suatu alat yang disebut transduser. Perubahan bentuk akibat
gaya mekanis pada kristal, akan menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini
disebut efek piezo-electric, yang merupakan dasar perkembangan USG
selanjutnya. Bentuk kristal juga akan berubah bila dipengaruhi oleh medan listrik.
Sesuai dengan polaritas medan listrik yang melaluinya, kristal akan mengembang
dan mengkerut, maka akan dihasilkan gelombang suara frekuensi tinggi.7
Semakin tinggi frekuensi gelombang suara, panjang gelombangnya akan
semakin pendek. Semakin pendek panjang gelombang suara yang ditransmisikan
ke dalam medium, daya penetrasinya akan semakin berkurang. Pada pemeriksaan
USG, semakin pendek panjang gelombang yang ditransmisikan ke dalam
medium, daya resolusinya akan semakin baik. Daya resolusi adalah kemampuan
membedakan dua titik terdekat secara terpisah.7
Jaringan yang padat seperti tulang menghasilkan gelombang pantul
berkecepatan-tinggi, yang terlihat terang pada layar. Sebaliknya, cairan
menghasilkan sedikit gelombang pantul yang terlihat gelap atau anechoic di
layar.7
2.3 Komponen Ultrasonografi

1. Transduser
Transduser adalah kristal piezoelektrik yang jika diaktifkan secara
elektronik, akan menghasilkan pulsasi suara pada frekuensi sangat tinggi ya

dikenal dengan ultrasound. Kristal tersebut juga dapat bekerja sebaliknya, dengan
mengubah echo yang kembali dari tubuh menjadi sinyal elektrik hingga dihasilkan
gambar USG. Dalam praktiknya, istilah probe dan transducer dapat dianggap
sama. Tampilan informasi kiri dan kanan pada monitor USG ditentukan oleh
probe.8
Dalam bahasa sederhana transduser adalah alat yang digunakan dalam
pemeriksaan USG yang langsung bersentuhan dengan tubuh pasien. Dalam bidang
obstetri dan ginekologi transduser yang digunakan adalah bentuk linear,
kurvilinear atau sektor. Bentuk paling sering digunakan adalah kurvilinear dan
bulat atau sektor (untuk pemeriksaan transvaginal). Bentuk linear masih dapat
dipergunakan dalam USG obstetri dengan kehamilan diatas 12 minggu.
Transduser transrektal hanya digunakan pada keadaan tertentu.8

Gambar 2.1 Transduser


Gambar 2.2 Jenis Transduser

2. Central Processing Unit (CPU)


CPU merupakan otak mesin ultrasonografi. Pada dasarnya CPU
merupakan unit pengolah atau pemroses dari sebuah komputer yang berisi chip
microprosessor, penguat, dan power supply untuk mikroprosesor dan probe
transduser. CPU mengirim arus listrik ke probe tansduser untuk mengemisikan
gelombang suara dan juga menerima pulsa listrik dari probe pantulan. CPU
melakukan semua perhitungan meliputi pemrosesan data. Satu bahan data
diproses, CPU membentuk gambar dalam monitor. CPU dapat juga menyimpan
data yang telah diproses atau menyimpan pada disk.9

3. Pulsa control transduser

Berfungsi untuk mengubah amplitudo, frekuensi, dan durasi dari pulsa


yang diemisikan dari probe transduser. Transduser pengontrol pulsa
memungkinkan operator yang disebut ultrasonographer mengatur dan mengubah
frekuensi dan durasi pulsa ultrasonik, sebagus scan mode mesin. Komando dari
operator diterjemahkan ke dalam perubahan arus listrik yang diaplikasikan pada
kristal piezolistrik yang merupakan probe transduser.9

4. Monitor
Berfungsi untuk menampilkan dan memperagakan kandungan, serta
gambar dari data ultrasonik yang telah diproses oleh CPU. Monitor Peraga berupa
monitor komputer yang menunjukkan pemrosesan data dari CPU. Monitor peraga
ada yang hitam putih dan juga ada yang berwarna tergantung dari jenis model
mesin ultrasononografi.9

5. Keyboard
Memasukan data dan mengambil hasil pengukuran untuk ditampilkan
dan diperagakan. Mesin ultrasonografi memiliki keyboard dan kursor. Piranti ini
memungkinkan operator menambah catatan dan pengukuran dalam melakukan
pengambilan data pengukuran.9
6. Piranti penyimpan (disket, CD)
Diperlukan untuk menyimpan gambar yang dibutuhkan. Data dan atau
gambar yang diproses dapat disimpan dalam disk. Disk bisa berupa hard disk,
floppy disk, flash disk, compact disk (CD) dan digital video disk (VCD dan DVD).
Pada umumnya pasien scan ultrasonography menyimpan data dan atau gambar
pada flash disk yang dilengkapi dengan arsip catatan medis pasien.9
7. Printer

Untuk mencetak gambar dari tampilan dan peragaan data. Mesin


ultrasonografi kebanyakan mempunyai printer thermal yang dapat digunakan
untuk mencetak gambar hard copy dari gambar yang diperagakan pada monitor.
Fetal Doppler memberikan informasi tentang janin mirip dengan yang disediakan
oleh stetoskop janin. Satu keuntungan dari fetal doppler dibanding dengan
stetoskop janin (murni akustik) adalah output audio elektronik, yang
memungkinkan orang selain pengguna untuk mendengar detak jantung. Fetal
doppler juga mempermudah seorang bidan dalam menghitung denyut jantung
janin tanpa harus berkonsentrasi penuh dalam menghitung denyut jantung janin
(DJJ). Fungsi Doppler adalah untuk mendeteksi detak jantung pada janin, yang
biasanya digunakan pada usia kehamilan 16 minggu ke atas.9
2.4 Cara Kerja USG

Ultrasonografi bekerja dengan memancarkan gelombang suara ke jaringan


yang hendak dicitrakan, lalu dipantulkan kembali oleh jaringan tersebut dan
ditangkap oleh transduser. Kemudian, transduser mengkonversikan gelombang
suara tersebut menjadi energi listrik lalu ditayangkan di layar monitor. Setiap jenis
jaringan memiliki kemampuan memantulkan gelombang berbeda-beda. Jaringan
padat seperti tulang, memantulkan gelombang dengan kecepatan tinggi sehingga
memberikan gambaran putih di layar. Cairan atau jaringan lunak hanya
memantulkan lebih sedikit gelombang sehingga memberikan gambaran hitam di
layar.10

Gambar 2.4 Cara kerja USG

2.5 Mengoptimalkan Gambar USG

1. Frekuensi dan panjang gelombang

Dalam pemeriksaan ultrasonografi ada dua hal penting yang harus


dipertimbangkan, yaitu kedalaman penetrasi dan resolusi atau ketajaman gambar
yang umumnya ditentukan oleh panjang gelombang yang digunakan. Ketika
menggunakan panjang gelombang 1 mm, maka bila diperiksa dengan skala yang <
1 mm maka gambar yang muncul akan menjadi kabur. Gelombang ultrasonik
dengan panjang gelombang yang lebih pendek memiliki frekuensi yang lebih
tinggi sehingga akan menghasilkan gambar dengan resolusi yang lebih tinggi,
namun dengan penetrasi yang lebih dangkal. Sebaliknya gelombang ultrasonik
dengan panjang gelombang yang lebih besar memiliki frekuensi yang lebih rendah
sehingga akan menghasilkan gambar dengan resolusi yang lebih rendah, namun
kemampuan penetrasinya lebih dalam. Dengan demikian transducer dengan
frekuensi yang tinggi akan menghasilkan gambar yang lebih tajam, namun dengan
penetrasi yang lebih dangkal. Sebaliknya tranduser dengan frekuensi rendah akan
menghasilkan gambar dengan ketajaman yang lebih rendah namun dengan
penetrasi yang lebih dalam.11
2. Power
Mesin ultrasound memiliki kemampuan untuk mengirimkan jumlah
tegangan yang bervariasi ke elemen transduser. Meningkatkan keluaran daya akan
meningkatkan amplitudo gelombang energi dalam berkas ultrasound dan
menghasilkan gema yang kembali lebih kuat. Ini dapat meningkatkan rasio signal-
to-noise dan dapat meningkatkan kemampuan pencitraan. Namun, energi
dibutuhkan untuk membuat osilasi dalam molekul jaringan yang tidak terhubung.
Karena energi ini diserap ke dalam jaringan, memberikan dosis energi tinggi yang
tidak perlu menimbulkan masalah keamanan.11
3. Gain
Sinyal dari gema lemah yang kembali ke elemen transduser harus
diamplifikasi sebelum digunakan untuk tampilan. Proses amplifikasi ini disebut
sebagai penguatan. Karena pelemahan, gema yang kembali dari dalam tubuh
memiliki intensitas yang lebih rendah, dan mesin harus meningkatkan penguatan
dari gema ini. Fitur pemrosesan bawaan ini dikenal sebagai kompensasi penguatan
waktu (TGC), yang berarti gema dengan penundaan waktu yang lebih besar secara
otomatis memiliki penguat yang lebih besar. Jumlah penguatan, atau penguatan,
dapat dikontrol oleh sonografer dengan dua cara, dengan kenop kontrol penguatan
atau kontrol TGC. Kenop kontrol penguatan menyesuaikan penguatan
keseluruhan ke atas atau ke bawah, sehingga kecerahan gambar dapat diubah
untuk mengoptimalkan visualisasi detail anatomi. Jika gambar terlalu terang atau
terlalu gelap, banyak informasi diagnostik yang hilang (Gambar 2.5). Karena
karakteristik jaringan bervariasi dari pasien ke pasien, penetrasi gelombang suara
pada kedalaman yang berbeda dapat bervariasi, sehingga penguatan pada
kedalaman yang berbeda dapat disesuaikan. Ini dilakukan dengan menggunakan
kontrol TGC, satu set slider pada panel kontrol instrumen. Skala seragam di
seluruh nilai kecerahan harus dicari.11

Gambar 2.5 Perbandingan Gambar USG yang terlalu rendah (A) dan terlalu terang
(B)11
4. Atenuasi
Atenuasi gelombang ultrasonik dipengaruhi oleh media yang dilalui
gelombang suara. Nyaris tidak ada gas yang dapat melaluinya. Inilah sebabnya
mengapa harus ada agen penghubung (gel ultrasonik) yang dioleskan antara
permukaan transduser dan kulit pasien. Karena beberapa alasan, gelombang
ultrasound kehilangan intensitas saat melewati jaringan. Gelombang tekanan
secara bertahap menyimpang dari pancaran pusat dan tersebar oleh refleksi dari
struktur kecil di dalam jaringan, dan sebagian dari energi suara diserap di dalam
jaringan. Beberapa jaringan, seperti tulang, sangat melemahkan gelombang suara.
Semakin tebal jaringan yang harus dilalui gelombang suara sebelum sampai pada
target, semakin banyak atenuasi dan semakin besar kesulitan dalam mengambil
informasi yang baik dari gema. Karena atenuasi, pencitraan USG kebidanan
sangat terpengaruh jika pasien mengalami obesitas. Pada pasien dengan dinding
perut yang tebal dan padat, kualitas gambar akan sangat berkurang. Pada pasien
seperti itu, perhatian pada kontrol peralatan dan teknik pemindaian sangat
penting.11

5. Fokus
Transduser array linier membuat berkas ultrasonik dengan menembakkan
sebaris kristal yang ditempatkan di sepanjang permukaan probe. Ketika kristal
yang berdekatan terbakar, gelombang tekanan memperkuat satu sama lain dengan
proses yang disebut interferensi konstruktif. Fenomena ini menciptakan pancaran
ultrasonik pusat yang memanjang dari probe. Kontrol elektronik dari waktu dan
urutan kristal diaktifkan dapat bekerja untuk memfokuskan berkas ini di wilayah
yang diinginkan di dalam jaringan. Resolusi gambar akan optimal bila struktur
yang diinginkan berada dalam zona fokus optimal ini, yang dapat disesuaikan oleh
sonografer.4

6. Kedalaman dan zoom


Saat memindai, sonografer harus berusaha mengurangi tampilan untuk
mendemonstrasikan struktur penting dengan sebaik-baiknya tanpa memenuhi
layar dengan bahan yang tidak relevan. Kontrol kedalaman dapat digunakan untuk
memotong struktur asing di bagian bawah gambar. Kontrol zoom sedikit lebih
canggih; itu memperbesar kotak di dalam gambar daripada hanya menghapus
informasi dari bagian bawah gambar (Gambar 2.6 dan 2.7). Kedalaman dan zoom
yang tepat penting karena beberapa alasan. Yang terpenting, membatasi ukuran
area yang dipindai memungkinkan kecepatan bingkai dan resolusi yang lebih
tinggi. Selain itu, fokus pada area yang diminati akan menarik perhatian ke detail
penting dalam area yang dipindai tersebut.4

Gambar 2.6 USG Sebelum diperbesar (zoom)


Gambar 2.7 USG Setelah diperbesar (zoom)

2.6 Modalitas USG Khusus


1. M-Mode
Untuk sebagian besar aplikasi kebidanan, USG waktu nyata skala abu-
abu 2-D yang sudah dikenal digunakan. Ini secara resmi dikenal sebagai USG
mode-B. Modalitas ultrasonik lain yang tersedia pada kebanyakan mesin disebut
sebagai ultrasonografi mode-M ("mode gerak"). Ultrasonografi mode-M
menunjukkan perubahan di sepanjang berkas ultrasonik tunggal dari waktu ke
waktu. Kedalaman struktur penghasil gema ditunjukkan pada sumbu y, dan waktu
ditunjukkan pada sumbu x. Mode-M berguna untuk mendokumentasikan
keberadaan aktivitas jantung janin (Gambar 2.8 dan 2.9), dan mode-M juga
terkadang digunakan untuk aplikasi ekokardiografi khusus.

Gambar 2.8 USG M-Mode pada Fetus 8 Minggu


Gambar 2.9 USG M-Mode dengan Kursor Gambaran Katup Jantung

2. Warna dan Pulse Wave Doppler


Selama 25 tahun terakhir, pencitraan ultrasound Doppler telah
mengambil peran kunci dalam kebidanan. Dengan modalitas ini, mesin ultrasound
mendeteksi pergeseran frekuensi gema yang kembali dari lokasi tertentu dalam
gambar. Pergeseran frekuensi ini, pergeseran Doppler, disebabkan oleh gerakan
material yang diinsonasi ke arah atau menjauh dari transduser. Ultrasonografi
Doppler terutama digunakan untuk menunjukkan keberadaan, arah, dan kecepatan
aliran darah. Mesin menampilkan darah yang bergerak sebagai warna yang
ditumpangkan pada gambar skala abu-abu 2-D. Menurut konvensi, aliran menuju
transduser ultrasound ditampilkan dengan warna merah dan aliran ditampilkan
dengan warna biru. Pulse-wave Doppler terus mengukur kecepatan relatif aliran
dalam gerbang yang ditentukan di dalam kapal. Bentuk gelombang kecepatan
aliran digunakan untuk menghitung rasio sistolik / diastolik (S / D), indeks
pulsasi, dan indeks resistansi.
Pada kehamilan dengan hambatan pertumbuhan janin, aliran di dalam
arteri umbilikalis digunakan untuk menilai fungsi plasenta. Untuk beberapa
aplikasi, diperlukan kecepatan aliran absolut. Misalnya, saat melakukan skrining
untuk anemia janin, kecepatan aliran puncak di arteri serebral tengah janin diukur,
karena ini berkorelasi dengan derajat anemia janin. Untuk memberikan hasil yang
berarti, sangat penting bahwa sudut insonasi (θ) harus sejalan dengan arah aliran
darah. Sebagian besar mesin ultrasound dilengkapi dengan teknologi untuk
memungkinkan ahli sonologi mengoreksi sudut insonasi secara otomatis ketika
sudut optimal tidak dapat diperoleh.

Gambar 2.10 USG Doppler Spesial dan Warna untuk Evaluasi Arteri Umbilikal

Gambar 2.11 USG Doppler Spesial dan Warna untuk Evaluasi Arteri Serebral
Media.
3. Ultrasonografi Tiga Dimensi
Komputer yang berkinerja tinggi telah memungkinkan pengembangan
mesin ultrasound dan probe yang dapat memperoleh, memproses, dan
menampilkan volume tiga dimensi (3-D), berbeda dengan bidang tunggal yang
ditampilkan dengan ultrasound 2-D. Untuk mendapatkan volume ini, transduser
menggunakan mekanisme sapuan mekanis internal yang merangkum bidang 2- D
yang berdekatan. Data volume ini dapat disimpan untuk analisis atau diperbarui
dan ditampilkan secara terus menerus. Menambahkan pembaruan waktu nyata
dari gambar yang dirender biasanya disebut sebagai ultrasound empat dimensi.10
Untuk mendiagnosis cacat lahir tertentu, USG 3-D mungkin berguna.
Informasi dari volume yang didapat dapat diproses sedemikian rupa sehingga
permukaan janin ditampilkan dengan cara yang seperti aslinya. Kelainan
permukaan, seperti celah wajah, dapat dibuktikan dengan baik dengan pendekatan
ini. Selain itu, gambar 3-D dapat lebih mudah dipahami oleh pasien dan
profesional lain yang akan berpartisipasi dalam perawatan bayi.

Gambar 2.12 USG Tiga Dimensi menunjukkan kelainan pada Palatum Fetus. 10

Perangkat lunak yang tersedia untuk digunakan dengan mesin ultrasound


3-D dapat memanipulasi data volume tersimpan untuk menampilkan bidang yang
diinginkan melalui area yang dipindai. Beberapa bidang ini mungkin sulit
diperoleh dengan pencitraan 2-D standar. Penyimpanan volume data juga
memungkinkan pembuatan retrospektif gambar 2-D dari bidang yang berbeda dari
yang direkam semula. Ini bisa menjadi alat yang ampuh untuk meninjau ujian
ultrasound. Fitur lain dari USG 3-D adalah kemampuannya untuk menghitung
volume jaringan dan cairan. Misalnya, pengukuran volume paru telah digunakan
untuk memprediksi hipoplasia paru. Meskipun kemampuan USG 3-D
ditunjukkan, tidak ada bukti yang menunjukkan keunggulan teknologi ini
dibandingkan pencitraan 2-D standar untuk diagnosis prenatal. Buletin praktik
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) tahun 2009
menyatakan bahwa "Ultrasonografi tiga dimensi dapat membantu dalam diagnosis
sebagai tambahan, tetapi bukan pengganti, ultrasonografi dua dimensi".10

2.7 Teknik Pemeriksaan USG


2.7.1 Pemeriksaan USG Transabdominal (USG-TA)
Pemeriksaan USG dilakukan dengan meletakkan probe (tranduser) pada
dinding perut ibu yang sudah dilumuri jel. Probe yang digunakan pada
pemeriksaan USG-TA adalah jenis linear atau konveks, dimana jenis konveks
lebih banyak digunakan pada saat ini karena menampilkan lapang pandang yang
lebih luas.
Pada kehamilan trimester I, pemeriksaan USG-TA sebaiknya dilakukan
melalui kandung kemih yang terisi penuh dengan tujuan untuk menyingkirkan
usus keluar dari rongga pelvik, sehingga tidak menghalangi pemeriksaan.
Pemeriksaan USG-TA terutama dilakukan pada kehamilan Trimester II dan III,
dimana uterus telah cukup besar dan letaknya di luar rongga pelvik. Volume
cairan amnion sudah cukup banyak. Pemeriksaan dapat dilakukan tanpa persiapan
kandung kemih.

2.7.2 Pemeriksaan USG Transavaginal (USG-TV)


Pemeriksaan USG-TV harus dilakukan dalam keadaan kandung kemih yang
kosong agar organ pelvik berada dekat dengan permukaan transduser dan berada
di dalam area penetrasi transduser. Jika dibandingkan USG-TA (yang harus
dikerjakan dalam keadaan kandung kemih terisi penuh), pemeriksaan USG-TV
pada kehamilan trimester I lebih dapat diterima oleh pasien. Pemeriksaan USG-
TV dapat dilakukan setiap saat, dan organ pelvik berada dalam posisi yang
sebenarnya.
Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan probe yang sudah
diberi jel dan dibungkus dengan alat pembungkus yang juga diberi jel
kedalam vagina hingga mencapai daerah forniks.11
2.8 Indikasi Pemeriksaan USG Obstetri
Pemeriksaan USG di Eropa, dikerjakan secara rutin sedikitnya 1-2
kali selama masa kehamilan. Di Indonesia, pemeriksaan USG tidak
dikerjakan secara rutin, melainkan atas indikasi klinis, yaitu bila dalam
pemeriksaan klinis dijumpai keadaan yang meragukan atau mencurigakan
adanya kelainan dalam kehamilan. Untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan USG maka perlu dibuat suatu pedoman untuk mengatur
penggunaan USG dibidang obstetrik.12
2.8.1 Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester I:13
a. Penentuan adanya kehamilan intrauterin

b. Penentuan adanya denyut jantung janin

c. Penentuan usia kehamilan

d. Penentuan kehamilan kembar

e. Perdarahan pervaginam

f. Terduga kehamilan ektopik

g. Terdapat nyeri pelvik

h. Terduga kehamilan mola

i. Terduga adanya tumor pelvik atau kelainan uterus


j. Membantu tindakan invasif, seperti pengambilan sampel
jaringan vili koriales (chorionic villus sampling),
pengangkatan IUD.

2.8.2 Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III:12


a. Penentuan usia kehamilan

b. Evaluasi pertumbuhan janin

c. Terduga kematian janin


d. Terduga kehamilan kembar

e. Terduga kelainan volume cairan amnion

f. Evaluasi kesejahteraan janin

g. Ketuban pecah dini atau persalinan preterm

h. Penentuan presentasi janin


i. Membantu tindakan versi luar

j. Terduga inkompetensia serviks

k. Terduga plasenta previa

l. Terduga solusio plasenta

m. Terduga kehamilan mola

n. Terdapat nyeri pelvik atau nyeri abdomen

o. Terduga kehamilan ektopik

p. Kecurigaan adanya kelainan kromosomal (usia ibu ≥ 35


tahun, atau hasil tes biokimia abnormal)
q. Evaluasi kelainan kongenital

r. Riwayat kelainan kongenital pada kehamilan sebelumnya

s. Terduga adanya tumor pelvik atau kelainan uterus

t. Membantu tindakan invasif, seperti amniosentesis,


kordosentesis atau amnioinfusi

Pemeriksaan USG diagnostik secara scanning bersifat aman dan noninvasif.


Sejauh ini tidak ada kontraindikasi untuk pemeriksaan USG dalam kehamilan.12

2.9 Utrasonografi kehamilan Trimester 1


1. Kantung Gestasi / Kantong Kehamilan (Gestational Sac, GS)
Struktur kantung gestasi (KG) intrauterin dapat terlihat mulai kehamilan
4.5 minggu dengan USG-TV (17 hari pasca konsepsi, atau sekitar 10 hari sejak
blostosis bernidasi kedalam lapisan endometrium).
Pada saat itu diameter mencapai 2-3 mm. Struktur KG intrauterin secara
konsisten terlihat mulai kehamilan 5 minggu, saat diameter mencapai > 5 mm.
Dengan USG-TA kehamilan intrauterin dapat terlihat setelah diameter KG
mencapai 5 mm; dan secara konsisten terlihat mulai kehamilan 6 minggu, saat
diameter KG mencapai > 10 mm.11
Kantung Gestasi terlihat sebagai struktur kistik (anechoic) berbentuk
bundar atau oval, dengan dinding yang hiperekoik, dan letak eksentrik di dalam
lapisan endometrium yang menebal. Struktur tersebut berasal dari kantung korion
yang berisi cairan korion. Gambaran hiperekoik dinding KG berasal dari lapisan
korion, jaringan trofoblast, dan desidua kapsularis. Sering kali dinding KG terlihat
sebagi dua lapisan konsentrik (double decidual sac), dimana lapisan sebelah
dalam berasal dari chorion laeve dan desidua kapsularis; sedangkan lapisan
sebelah luar berasal dari desidua parietalis atau desidua vera.12

Gambar 2.13 Gestasional Sac

Struktur KG harus dibedakan dari struktur anekoik lainnya didalam


cavum uteri, seperti hematometra, hidrometra, kista endometrial, endometritis,

atau kantung gestasi palsu (Pseudo- gestational Sac)pada kehamilan ektopik.13

Perhitungan umur kehamilan dengan mengukur kantong kehamilan dapat


diperoleh dengan cara:13
1. Mengukur diameter kantong kehamilan digunakan rumus: Umur
kehamilan (minggu) = {rata-rata GS (mm) + 25.43} / 7.02 minggu
atau umur kehamilan (minggu) = diameter kantong kehamilan (cm) x
1.384 + 4.452.
2. Bila diameter kantong kehamilan belum mencapai 25 mm, maka
secara kasar umur kehamilan dapat dihitung dengan rumus : Umur
kehamilan (hari) = Diameter kantung kehamilan + 30

3. Mengukur volume kantong kehamilan dan diperlukan pengukuran 2


dimensi dengan 3 ukuran (L, T dan AP), selanjutnya dimasukkan
dalam rumus : GS volume (ml) = L(cm) x T(cm) x AP (cm) x 0.5233.

Hasil ini kemudian dimasukkan dalam tabel yang sudah tersedia untuk
menentukan umur kehamilan. Selain untuk menentukan umur kehamilan,
pemeriksaan keadaan kantong kehamilan juga untuk konfirmasi kehamilan
intrauterin dan untuk menyingkirkan blighted ovum.13

Gambar 2.13 Kantong kehamilan

2. Yolk Sac
Suatu kehamilan intrauterin baru dapat dipastikan setelah terlihat struktur
yolk sac didalam KG. Yolk sac berbentuk cincin berdinding tipis yang letaknya
didalam ruang korion. Dengan USG-TV akan konsisnten terlihat mulai kehamilan
5,5 minggu, saat diameter KG >10 mm; sedangkan dengan USG-TA akan
konsisten terlihat mulai kehamilan 6 minggu setelah diameter KG >20 mm.12
Selama kehamilan 5-10 minggu diamter yolk sac mencapai 5-6mm.
Setelah itu yolk sac akan menyusut dan pada kehamilan 12 minggu biasanya tidak
terlihat lagi. Apabila yolk sac tidak ditemukan dalam kantung gestasi yang
diameternya > 10 mm (USG- TV) atau > 20mm (USG-TA), maka kemungkinan
besar kehamilan tidak akan berkembang normal dan akan mengalami abortus.13

Gambar 2.14 Yolk Sac pada kehamilan 5 minggu

3. Crown Rumph Length (CRL)


CRL adalah ukuran terpanjang janin dari kepala sampai bokong tanpa
menyertakan anggota gerak. Dengan USG-TV struktur janin pertama kali dapat
terlihat pada kehamilan 5,5 minggu, berupa penebalan pada dinding yolk sac.
Panjangnya sekitar 2-3 mm dan belum memperlihatkan denyut jantung.
Panjangjanin akan bertambah sekitar 1-2 mm perhari. Panjang mudigah
dinyatakan dengan ukuran jarak kepala-bokong (JKB) atau Crown-Rump Length
(CRL). Janin mulai menunjukkan aktivitas denyut jantung pada usia kehamilan
sekitar 6 minggu. Setelah CRL mencapai 5 mm dan diameter KG sekitar 18 mm.
Sejak itu struktur janin dan aktivitas denyut jantung akan konsisten terlihat
dengan USG-TV. Dengan USG TA struktur mudigah akan konsisten terlihat
setelah diameter KG > 25 mm.11,13

Gambar 2.14 Pengukuran CRL


Cara mendapatkan bidang potong untuk pengukuran CRL adalah sebagai
berikut:13

1. Usahakan janin ditampilkan pada potongan sagital.

2. Janin dalam sikap ekstensi.

3. Janin diukur pada jarak terpanjang.

4. Kaliper ditempatkan pada tepi luar kepala dan bokong janin tanpa
mengukur anggota gerak atau yolk sac.
5. Hasil yang dipakai merupakan rata-rata dari 3 pengukuran.

Perhitungan umur kehamilan dengan mengukur CRL dengan cara:

1. Setelah mengukur CRL, selanjutnya digunakan rumus :

1/2
Umur kehamilan (hari) = 8,052 x (CRL) + 23,73.
2. Menggunakan the rule of thum untuk mendapatkan
umur kehamilan secara kasar, yaitu : Umur kehamilan
(minggu) = CRL (cm) + 6.5.

2.10 Pemeriksaan USG pada Trimester II dan III


Pada pemeriksaan USG trimester II dan III, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah :
• Eksplorasi: Lakukan eksplorasi secara sistematis pada rongga pelvik dan
abdomen.
• Janin: tentukan jumlah, letak, presentasi, tanda kehidupan (DJJ),
gambaran normal dan penapisan anomali kongenital mayor.
• Plasenta: tentukan letak (implanttasi), jarak tepi bawah plasenta dengan
OUI, derajat maturasi, dan gambaran patologis plasenta.
• Amnion: volume bisa diukur memakai MVP (maximum vertical pocket:
normal 20– 80 mm). Bila imgin memakai AFI (amniotic fluid index),
tampilan layar harus bisa empat gambar dalam satu layar monitor (normal
10 – 25 mm).

• Biometri dasar: BPD, HC, AC, FL, dan EFW dan perhitungan TBJ
memakai data BPD dan AC.14
1. Keadaan Janin

• Janin hidup atau mati,

• Jumlah janin, kita perhatikan apakah tunggal/multipel

• Kelainan kongenital mayor

• Presentasi dan letak janin 5

2. Pemeriksaan Plasenta
Pada plasenta terdapat dua komponen yaitu komponen maternal dan
fetal. Komponen maternal berasal dari endometrium dan komponen fetal berasal
dari khorion yang terdiri dari cakram khorion dan vili korialis.15
Terdapat 3 hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan plasenta:
• Implantasi: fundus, korpus, segmen bawah uterus

• Hubungan tepi plasenta dengan OUI (ostium uteri internum): normal


bila jaraknya >20 mm dari OUI, PLR (plasenta letak rendah) bila
jaraknya 1–20 mm dari OUI, atau PPT (plasenta previa totalis) bila
plasenta menutupi OUI.
• Derajat maturasi: 0, 1, 2, dan 3.14 Derajat maturasi plasenta:
Derajat 0 : Piring korion jelas membentuk garis, Jaringan :
homogen , Lapisan basal: tidak tampak, usia kehamilan ≤
31 minggu.

Gambar 2.15 Maturasi Plasenta Derajat 0


Derajat 1 : Piring korion: bergelombang halus, jaringan : kadang densitas
gema meninggi, Lapisan basal: tidak tampak, usia kehamilan 31-36 minggu.

Gambar 2.16 Maturasi Plasenta Derajat 1


Derajat 2: tampak indentasi yang jelas pada permukaan piring korion dan
tonjolan- tonjolan seperti koma yang menuju daerah basalis sehingga plasenta
tampak terpisah oleh sekat-sekat. Usia kehamilan : 36 – 38 minggu.

Gambar 2.17 Maturasi Plasenta Derajat 2


Derajat 3: Piring khorion lekukan mencapai daerah basal, plasenta tampak
terbagi atas rongga yang dipisahkan oleh sekat seperti gambaran kotiledon, setiap
kotiledon memiliki daerah ekhogenik di bagian tengahnya. Didekat piring khorion
tampak daerah ekhogenik padat.
Gambar 2.18 Maturasi Plasenta Derajat 3

3. Pemeriksaan Cairan Amnion


Pemeriksaan cairan amnion dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
pemeriksaan secara subjektif, pemeriksaan dengan vertical deep single pocket,
dan dengan metode AFI (Amniotic Fluid Indeks) yang diperkenalkan oleh
Phelan.15
• Secara Single Pocket
a. Berdasarkan satu kuadran saja

b. Diambil kantong terbesar yang terletak antara dinding uterus dan


tubuh janin

c. Tidak boleh ada bagian janin yang terletak di dalam area pengukuran
tersebut

Gambar 2.19 Gambar single pocket


Tabel 1. Interpretasi Pengukuran Cairan Amnion berdasarkan single pocket
Hasil Pengukuran Interpretasi
> 2 cm , < 8 cm Volume Cairan amnion normal
> 8 cm Polihidramnion
8 – 12 cm Polidramnion ringan
12 – 16 cm Polihidramnion sedang
> 16 cm Polihidramnion berat
>1cm , <2cm Borderline, evaluasi ulang
<1 cm Oligohidramnion

• Pengukuran Amnion dengan metode Phelan (4 kuadran / AFI)


a. Abdomen dibagi atas 4 kuadran
b. Setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya
c. Pengukuran harus tegak lurus dengan bidang horizontal dan tidak ada
boleh ada bagian janin diantaranya

Gambar 2.20 Pemeriksaan cairan amnion menurut Phelan, abdomen dibagi atas 4
kuadran, dan setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya.

4. Pemeriksaan Biometri janin


• BPD (biparietal diameter): pengukuran BPD bisa memakai metoda
Hadlock 1984, metoda pengukuran outer-to-inner. Garis BPD harus
tegak lurus garis OFD, ditarik dari bagian paling lebar kepala janin
menuju sisi kontralateralnya. Garis tersebut juga akan melewati
ventrikel tiga dan batas bawah thalamus.
Gambar 2.21 Potongan transversal kepala janin menampilkan
cara pengukuran BPD dan HC serta hasilnya. BPD sesuai 20
minggu 3 hari dan HC sesuai 20 minggu 0 hari;

TBJ (EFW) 360 gram. Perhatikan nilai CI (cephalix index)


78% yang masih dalam batas normal (75 – 85%).

a. HC (head circumference): standar POGI memakai metoda Hadlock 1984,


metoda pengukuran outer-toouter. Lihat Gambar X, tampak hasil
pengukuran HC dan CI (cephalix index). Nilai CI diperoleh dari
pembagian BPD dengan DOF (diameter occipito-frontalis) kemudian
dikalikan 100%. Nilai normal CI adalah 75 – 85%
b. AC (abdominal circumference): standar POGI memakai metoda Hadlock
1984, metoda pengukuran outer-to-outer. Buat gambar abdomen
sebundar mungkin, jangan terlalu menekan dinding perut ibu saat
pemeriksaan USG dilakukan. Harus tampak gambaran vertebra, gaster,
dan vena umbilicalis yang terletak intra-abdomen (Gambar 2.7). Tidak
boleh tampak gambaran jantung, ginjal, vesica urinaria, insersi
umbilicus, dan costae lebih dari satu buah.
Gambar 2.21 Lingkar perut (AC) dibuat sebundar mungkin, perhatikan adanya
gambaran vertebra (V), gaster (G), dan vesica urinaria (VU) sebagai prasyarat
gambaran AC yang benar
c. FL (femur length): pengukuran femur tidak dipakai dalam penentuan usia
gestasi karena ukuran femur Indonesia lebih pendek dibanding Amerika
dan Eropa, memakai metoda pengukuran dari diafisis ke diafisis (tulang
ke tulang), dari bagian tengah tepi tulang ke bagian tengah tepi tulang
berikutnya. Pada keadaan IUFD dimana telah terjadi perubahan kepala
(misalnya tampak spalding sign), maka FL dapat dipakai menghitung
usia gestasi, demikian juga HL (humerus length). Standar POGI dalam
pengukuran FL memakai metoda Hadlock 1984.14

Gambar 2.22 Pengukuran panjang femur (FL), diukur dari bagian tengah
ketebalan femur ke bagian tengah femur kontralateral (pengukuran diaphisis ke
diaphisis).
BAB 3

LAPORAN KASUS

Kasus 1

Nama : Ny. NS

Usia : 23 tahun

No. MR : 01.08.75.64

Pemeriksaan Hasil USG :

• BPD : 9.42 cm

• AC : 33.46 cm

• FL : 7.05 cm

• GA : 36 minggu – 37 minggu

• EFW : 3206 gr

• AFI : 8.23 cm

• FHR : 151 bpm

• Kesan : Gravid 36 – 37 minggu sesuai biometri janin hidup tunggal


intrauterin.
Kasus 2

Nama : Ny. DY

Usia : 29 tahun

No. MR : 06.97.17

Pemeriksaan Hasil USG :

• BPD : 9.15 cm

• AC : 34.50 cm

• FL : 7.29 cm

• GA : 37 minggu – 38 minggu

• EFW : 3378 gr

• AFI : 5.51 cm

• FHR : 156 bpm

• Kesan : Gravid 37 - 38 minggu sesuai biometri janin hidup tunggal


intrauterin.
Kasus 3

Nama : Ny. WS

Usia : 31 tahun

No. MR : 01.61.77

Pemeriksaan Hasil USG :

• BPD : 9.67 cm

• AC : 35.03 cm

• FL : 7.72 cm

• GA : 39 minggu – 40 minggu

• EFW : 3759 gr

• AFI : 11.24 cm

• FHR : 136 bpm

• Kesan : Gravid 39-40 minggu sesuai biometri janin hidup tunggal


intrauterin.
Kasus 4

Nama : Ny. HY

Usia : 38 tahun

No. MR : 00.67.30

Pemeriksaan Hasil USG :

• BPD : 8.69 cm

• AC : 31.33 cm

• FL : 6.14 cm

• GA : 35 minggu – 36 minggu

• EFW : 2420 gr

• AFI : 8.48 cm

• FHR : 145 bpm

• Kesan : Gravid 35-36 minggu sesuai biometri janin hidup tunggal


intrauterin.
Kasus 5

Nama : Ny. FA

Usia : 34 tahun

No. MR : 07.13.25

Pemeriksaan Hasil USG :

• BPD : 9.37 cm

• AC : 32.27 cm

• FL : 7.48 cm

• GA : 38 minggu – 39 minggu

• EFW : 3158 gr

• AFI : 6.79 cm

• FHR : 136 bpm

• Kesan : Gravid 38-39 minggu sesuai biometri janin hidup tunggal


intrauterin.
BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. USG merupakan salah satu metode diagnostik menggunakan gelombang


ultrasonik yang cepat, tepat, aman, tanpa kontraindikasi dan tidak
menimbulkan rasa sakit serta memiliki nilai diagnostik tinggi.
2. Pemeriksaan USG rutin dilakukan tiap trimester 1, 2, dan 3 untuk melihat
kondisi janin dalam kandungan. Teknik pemeriksaan USG terdiri dari
USG transabdominal dan transvaginal.
3. Pada pemeriksaan USG trimesrer 1, hal yang diperhatikan adalah adanya
kantung gestasi, yolk sak, dan crown rump length.
4. Pemeriksaan USG trimester 2 dan 3 hal yang diperhatikan meliputi
eksplorasi, keadaan janin, usia gestasi, cairan ketuban, plasenta, dan
pemeriksaan biometri.
5. USG obstetri adalah keterampilan yang sebaiknya dimiliki oleh dokter
umum untuk mengonfirmasi adanya kehamilan dan mengenali adanya
kehamilan yang abnormal. Maka dari itu, sebagai seorang dokter perlu
untuk memahami dasar USG pada obstetri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi SP, Siswishanto R, Dasuki D. Pengaruh Pelatihan Ultrasonografi


terhadap Tingkat Pengetahuan Residen Obstetri dan Ginekologi mengenai
Keamanan Penggunaan Ultrasonografi Obstetri. Jurnal Kesehatan
Reproduksi. 2019; 6(1): 25-9
2. Prawirohardjo S. Buku ilmu kebidanan, Sarwono Prawirohardjo. Penerbit
Prawirohardjo, Jakarta, 2009. Ms 247-269
3. Endjun, Judi Januadi. (2007). Ultrasonografi Dasar Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
4. Karsono B.Ultrasonografi Obstetri (Standard dan indikasi pemeriksaan).
Bagian Obstetri danGinekologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta. 2005. Wijayanegara H, Wirakusumah FF, Mose JC, Sukarya WS
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL,
et al. Williams obstetrics. 24th Ed. United States: Mc Graw Hill Education;
2014; p.94-231.
6. Dorland, Newman, 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29,
Jakarta:EGC.
7. Wiknjosastro H, 2009. Ultrasonografi dalam Obstetri. Dalam: Wiknjosastro,
Hanifa ed, Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
8. Ultrasound in obstetrics and gynecology. The official journal of the
international society of ultrasound in obstetrics and gynecology. 2020;55:23-
76.
9. Rodiani. Prinsip Kerja Ultrasonografi Doppler pada Kehamilan. JK UNILA.
2019; 3(1).
10. Wiknjosastro H, dkk. Ultrasonografi dalam Obstetri. Dalam: Wiknjosastro,
Hanifa ed, Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.2014.
11. Gabbe, S.G., Niebyl, J.R., Simpson, J.L., Landon, et al. Obstetrics: Normal
and problem pregnancies 7th Ed.Elsevier.2017.
12. Wiknjosastro H, 2010. Ultrasonografi dalam Obstetri. Dalam: Wiknjosastro,
Hanifa ed, Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
13. AIUM-ACR-ACOG-SMFM-SRU. Practice Parameter For The Performance
of Standard Diagnostic Obstetric Ultrasound Examinations.J Ultrasound Med
2018;9999:1-12
14. Endjun J J. Panduan Praktis Keterampilan USG Obstetri Ginekologi Dasar
untuk dokter berbasis kompetensi berstandar nasional dan internasional. 1st
ed. Jakarta : RSPAD Gatot Subroto Departemen Obstetri Ginekologi. 2018
15. Adhi Pribadi, et al. 2011. Ultrasonografi Obstetri dan Ginekologi. 1 ed.
Jakarta: CV Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai