Anda di halaman 1dari 51

Laporan Keluarga Binaan

HIPERTENSI

Oleh:

Alfathush Shalihah 2040312029


Alwis Assidiq 2040312152

Preseptor:
Dr. dr. Bobby Indra Utama, Sp.OG(K)

CLINICAL FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas rahmat Allah SWT karena atas kehendak-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan keluarga binaan dengan judul “Hipertensi”. Makalah
ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam program FOME Klinik periode 22
Agustus – 22 September 2022. Selain itu, besar harapan penulis dengan adanya
makalah ini mampu menambah pengetahuan para pembaca mengenai Hipertensi
mulai dari definisi hingga penatalaksananya berdasarkan pendekatan kedokteran
keluarga.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Dr. dr. Bobby Indra Utama, Sp.OG (K) selaku preseptor pada program FOME
Klinik yang telah memberikan masukan yang berguna dalam proses penyusunan
makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Puskesmas
Seberang Padang yang juga turut membantu dalam upaya penyelesaian laporan
ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan
bahasa maupun sistematika penulisan laporan ini. Kritik dan saran pembaca
sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat
menjadi masukan yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan
profesi lain yang terkait dengan masalah kesehatan khususnya mengenai
“Hipertensi”.

Padang, September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

1.1 Latar Belakang................................................................................................4

1.2. Batasan Masalah.............................................................................................4

1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................................5

1.4. Metode Penulisan............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6

2.1. Definisi............................................................................................................6

2.2. Epidemiologi...................................................................................................6

2.3. Etiologi dan Faktor Risiko..............................................................................6

2.4. Patofisiologi....................................................................................................7

2.5. Manifestasi Klinis...........................................................................................7

2.6. Penegakan Diagnosis......................................................................................9

2.7. Tatalaksana...................................................................................................13

2.8. Komplikasi....................................................................................................13

2.9. Prognosis.......................................................................................................14

BAB III LAPORAN KASUS...............................................................................15

BAB IV DISKUSI.................................................................................................38

BAB V KESIMPULAN........................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42

LAMPIRAN……………………………………………………………………...46

3
BAB 1
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥


140 mmHg dan / atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.1 Hipertensi dialami oleh
sepertiga dari orang dewasa muda dan hampir dua pertiga orang yang berusia di
atas 60 tahun, dan pada sekitar 75% orang yang berusia lebih dari 70 tahun.
Hipertensi dapat menyebabkan banyak komplikasi, termasuk infark miokard
(MI), penyakit ginjal kronis (CKD), penyakit serebrovaskular, retinopati, dan
gagaljantung, dan merupakan pemain penting dalam sindrom metabolik disebut
sebagaisilent killer dan tetap menjadi salah satu kontributor paling signifikan
terhadap penyakit kronis dan kematian.2

Di Amerika Serikat, hipertensi sendiri bertanggung jawab atas lebih


banyak kematian terkait penyakit kardiovaskular daripada faktor risiko yang
dapatdimodifikasi lainnya dan merupakan yang kedua setelah merokok sebagai
penyebab kematian yang dapat dicegah dengan alasan apa pun.3 Perkiraan
terbaru menunjukkan jumlah pasien dengan hipertensi dapat meningkat
sebanyak 15 hingga 20%, yang dapat mencapai hampir 1,5 miliar pada tahun
2025.4

Prevalensi hipertensi bervariasi di seluruh dunia, dengan prevalensi


terendah di pedesaan India (3,4% pada pria dan 6,8% pada wanita) dan
prevalensi tertinggi di Polandia (68,9% pada pria dan 72,5% pada wanita).
Pengobatan bervariasi dari 10,7% di Meksiko hingga 66% di Barbados dan
kontrol (tekanan darah <140/90 mmHg saat menggunakan obat antihipertensi)
bervariasi dari 5,4%di Korea hingga 58% di Barbados.5

Klasifikasi hipertensi menurut ESH/ESC 2018 dapat dibagi menjadi


normal, pre hipertensi, hipertensi derajat 1, hioertensi derajat 2, hipertensi
derajat3 dan hipertensi sistolik terisolasi. 1 Tujuan umum pengobatan hipertensi
adalah untuk menurunkan menurunkan mortalitas dan morbiditas akibat
komplikasi dari hipertensi. Target penurunan tekanan darah berdasarkan
guideline JNC 8 yaitu <150/90 untuk usia diatas 60 tahun dan <140/90 untuk
usia <60 tahun, pasien usia ≥18 tahun dengan gangguan ginjal kronik/ penyakit
diabetes.6

4
Terapi non farmakologi berdasarkan ESH/ESC 2018 meliputi perubahan gaya
hidup, pembatasan diet natrium, mengurangi konsumsi alkohol, penguranganberat
badan, berhenti merokok dan aktivitas fisik teratur. Sedangkan tata laksana farmakologis
dengan menggunakan obat antihipertensi yang dapat dimulai dengansatu obat atau
kombinasi obat.1

1.2. Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang definisi hingga prognosis dari hipertensi, laporan
kasus, analisis masalah keluarga, dan family wellness plan dari keluarga binaan.
1.3. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami mengenai


Hipertensi berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga.

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini disusun berdasarkan berupa tinjauan kepustakaan


yang merujuk kepada berbagai literatur, dan data yang didapatkan dari pasien berupa
laporan kasus.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan


tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.1
(ESC Hipertensi 2018) Definisi dan kategori dari hipertensi sendiri terus
berkembang dari tahun ke tahun. Berdasarkan pembaharuan terbaru mengenai
hipertensi terdapat beberapa klasifikasi atau kriteria hipertensi berdasarkan
ESC/ESH, ACC/AHA dan JNC 8, diantaranya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut ESC/ESH 2018.1


Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal <120 dan <80

Normal 120-129 dan / atau 80-84

Diatas normal 130-139 dan / atau 85-89

Hipertensi derajat 1 140-159 dan / atau 90-99

Hipertensi derajat 2 160-179 dan / atau 100-109

Hipertensi derajat 3 ≥180 dan / atau ≥110


Hipertensi sistolik
≥140 dan <90
terisolasi

Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 8.8


Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal <120 dan <80

Pre hipertensi 120-139 Dan 80-89

Hipertensi derajat
1 140-159 atau 90-99
≥160 atau
Hipertensi derajat ≥90
2

6
2.2 Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu komorbiditas yang signifikan dalam
perkembangan berbagai macam penyakit diantaranya seperti stroke, infark
miokard, gagal jantung, dan gagal ginjal.9 Lebih dari satu miliar orang dewasa di
seluruh dunia memiliki hipertensi dengan persentasi mencapai hingga 45% dari
populasi orang dewasa.10 Hipertensi merupakan diagnosis primer yang umum
ditemukan di Amerika Serikat dan diperkirakan sekitar 86 juta (34%) populasi
dewasa (≥20 tahun) di Amerika Serikat menderita hipertensi dengan angka
kejadian yang relatif sama antara wanita dan pria. 11 Penelitian terbaru
memperkirakan jumlah pasien dengan hipertensi akan meningkat sebanyak 15
hingga 20%, yang dapat mencapai hampir 1,5 miliar pada tahun 2025.12
Prevalensi hipertensi bervariasi di seluruh dunia, dengan prevalensi
terendah di pedesaan India (3,4% pada pria dan 6,8% pada wanita) dan prevalensi
tertinggi di Polandia (68,9% pada pria dan 72,5% pada wanita). Pengobatan
bervariasi dari 10,7% di Meksiko hingga 66% di Barbados dan kontrol (tekanan
darah <140/90 mmHg saat menggunakan obat antihipertensi) bervariasi dari 5,4%
di Korea hingga 58% di Barbados.13
Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,11% diambil dari data
Riskesdas tahun 2018 berdasarkan pengukuran pada penduduk >18 tahun.
Provinsi dengan prevalensi hipertensi tertinggi yaitu di Kalimantan Selatan,
sebanyak 44,3%. Sedangkan prevalensi hipertensi di Sumatera Barat
mencapai25,16%. Kelompok usia terbanyak menderita hipertensi adalah kelmpok
usia diatas 75 tahun (69,53%). Berdasarkan jenis kelamin hipertensi banyak
dialami oleh perempuan (36,85%). Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan,
hipertensi banyak dialami oleh orang yang tidak berpendidikan (51,55%).
Berdasarkan jenis pekerjaan hipertensi banyak dialami oleh orang yang tidak
bekerja (39,73%)disusul oleh jenis pekerjaan PNS/TNI/PORLI/BUMN/BUMD
(36,91%). Hipertensi lebih banyak dialami oleh penduduk yang tinggal di
perkotaan (34,43%).12,13

2.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya


atau idiopatik namun etiologi yang dipahami mendasari hipertensi esensial saat ini
adalah kombinasi dari faktor genetik, lingkungan dan behavioral factor.13 Faktor
7
lingkungan meningkatkan tekanan darah secara bertahap dari waktu ke waktu
melalui konsumsi natrium yang berlebihan, asupan kalium makanan yang tidak
mencukupi, kelebihan berat badan dan obesitas, asupan alkohol dan fisik tidak
aktif.15 Berbagai penelitian epidemiologi klinis dan fisiologi telah membuktikan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi garam dan peningkatan
tekanan darah saat ginjal tidak mampu mensekresikan jumlah sodium yang
dikonsumsi secara berlebihan.16 Faktor-faktor lain, seperti predisposisi genetik
atau lingkungan intrauterin yang merugikan (seperti hipertensi gestasional atau
pre- eklampsia), memiliki hubungan yang kecil tetapi pasti dengan kadartekanan
darah tinggi di masa dewasa. Bahkan kenaikan moderat dalam populasi rata-rata
menyebabkan peningkatan besar dalam jumlah absolut orang dengan hipertensi.14

2.4 Patofisiologi

Tekanan darah ditentukan oleh beberapa parameter sistem kardiovaskular,


termasuk volume darah dan curah jantung serta keseimbangan tonus arteri yang
dipengaruhi oleh volume intravaskular dan sistem neurohumoral. Pemeliharaan
level tekanan darah fisiologis melibatkan interaksi yang kompleks dari berbagai
elemen sistem neurohumoral terintegrasi yang mencakup sistem renin-
angiotensin-aldosteron (RAAS), peran peptida natriuretik dan endotelium, sistem
saraf simpatis (SNS) dan kekebalan tubuh yang dijelaskan pada gambar 2.1.
Kerusakan atau gangguan faktor yang terlibat dalam kontrol tekanan darah di
salah satu sistem ini dapat secara langsung atau tidak langsung menyebabkan
peningkatan rata-rata tekanan darah, variabilitas tekanan darah atau keduanya,
seiring waktu mengakibatkan kerusakan organ target (misalnya, hipertrofi
ventrikel kiri dan gangguan ginjal kronik).10
Mekanisme patofisiologis yang bertanggung jawab untuk hipertensi adalah
kompleks dan bertindak berdasarkan latar belakang genetik. Predisposisi genetik
ini, bersama dengan sejumlah faktor lingkungan, seperti asupan Na+ tinggi,
kualitas tidur yang buruk, asupan alkohol yang berlebihan dan stres mental yang
tinggi, berkontribusi terhadap perkembangan hipertensi.18 Akhirnya, kemungkinan
mengembangkan hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia, karena
pengerasan progresif pembuluh darah arteri yang disebabkan oleh, diantarafaktor-
faktor lain, secara perlahan mengembangkan perubahan kolagen vaskular dan
peningkatan aterosklerosis. Faktor imunologis juga dapat memainkan peran

8
utama,

9
terutama pada latar belakang penyakit menular atau reumatologis seperti
rheumatoid arthritis.17

Gambar 2.1 Sistem neuroendokrin utama terlibat dalam pengaturan tekanan


darah17.

2.5 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga,


kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah
intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. Ayunan
langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema dependen dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya
terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran
darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.29

2.6 Penegakan Diagnosis

Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥ 140 mmHg dan/atau TDD


≥ 90mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan.1,27
1. Anamnesis
Keluhan bervariasi mulai dari tidak bergejala sampai bergejala.Jika
terdapat HMOD, CVD, stroke, atau penyakit ginjal bisa disertai dengan
keluhan pusing, vertigo, sinkop, penglihatan buram, TIA, defisit sensorik
atau motorik, stroke, revaskularisasi karotis, penurunan kognitif, demensia
(pada lansia), nyeri dada, sesak napas, udem, infark miokard, palpitasi,
gagal jantung, aritmia, sering haus, urin banyak, sering berkemihdi malam
hari, hematuria, infeksi saluran kemih, dan ekstremitas dingin.

10
Perlu dilakukan identifikasi faktor yang berkontribusi terhadap
perkembangan hipertensi, faktor risiko kardiovaskular lain, penyakit
penyerta, gaya hidup, obat-obatan, kepatuhan dalam konsumsi obat, waktu
pertama kali didiagnosis hipertensi dan pemeriksaan sebelumnya, riwayat
kehamilan dan penggunaan kontrasepsi oral, riwayat menopause, dan
riwayat penyakit keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
Pasien tampak sehat, bisa sakit ringan hingga berat jika ada
komplikasi hipertensi ke organ lain. Dapat dilakukan penilaian IMT dan
lingkar pinggang, dan untuk evaluasi tanda HMOD dapat dilakukan
pemeriksaan neurologis dan status kognitif, Pemeriksaan funduskopi untuk
hipertensi retinopati, Palpasi dan auskultasi jantung dan arteri karotis,
Palpasi arteri perifer, untuk evaluasi hipertensi sekunder bisa ditemukan
cafe au lait neurofibromatosis pada inspeksi kulit, palpasi ginjaluntuk
tanda pembesaran ginjal pada penyakit ginjal polikistik, auskultasi jantung
dan arteri renal apakah terdengar murmur, membandingkan denyutnadi
radial dan femoral untuk mendeteksi radio-femoral delai pada aortic
coarctation, tanda cushing’s disease atau acromegaly, tanda penyakit
tiroid.

Pasien dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Hasil pengukuran


tekanan darah di Klinik merupakan standar baku utama dalam
menegakkan diagnosis, namun pemeriksaan mandiri mulai digalakkan
(HBPM dan ABPM) untuk deteksi hipertensi jas putih dan hipertensi
terselubung.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan bertujuan untuk mencari HOMD (Hypertension Mediated
Organ Damage). Pemeriksaan penunjnag yang dilakukan diantara lain
pemeriksaan darah, pemeriksaan urin (proteinuria/albuminuria), EKG,
echocardiography, funduskopi, dll.
4. Penilaian risiko penyakit kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular (PKV) memiliki faktor risiko multipel sehingga
dalam kuantifikasi risiko PKV pada pasien hipertensi perlu diperhitungkan
efek berbagai faktor risiko lain yang dimiliki pasien. Pada individu yang
masuk kedalam kategori risiko sangat tinggi dan tinggi, hipertensi dan
11
komorbidnya harus langsung diobati.

12
2.7 Tatalaksana

1. Non medikamentosa27
Intervensi pola hidup:
Pola hidup sehat dapat mencegah ataupun memperlambat awitan
hipertensi dan dapat mengurangi risiko kardiovaskular. Pola hidup sehat
juga dapat memperlambat ataupun mencegah kebutuhan terapi obat pada
hipertensi derajat 1, namun sebaiknya tidak menunda inisiasi terapi obat
pada pasien dengan HMOD atau risiko tinggi kardiovaskular. Pola hidup
sehat telah terbukti menurunkan tekanan darah yaitu pembatasan
konsumsigaram dan alkohol, peningkatan konsumsi sayuran dan buah,
penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal, aktivitas fisik
teratur, serta menghindari rokok.
a. Pembatasan konsumsi garam
Terdapat bukti hubungan antara konsumsi garam dan hipertensi.
Konsumsi garam berlebih terbukti meningkatkan tekanan darah dan
meningkatkan prevalensi hipertensi. Rekomendasi penggunaan
natrium (Na) sebaiknya tidak lebih dari 2 gram/hari (setara dengan 5-6
ram NaCl perhari atau 1 sendok teh garam dapur). Sebaiknya
menghindari makanan dengan kandungan tinggi garam.
a. Perubahan pola makan
Pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan seimbang yang
mengandung sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan segar, produk
susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama
minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak
jenuh.
b. Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
Terdapat peningkatan prevalensi obesitas dewasa di Indonesia dari
14,8% berdasarkan data Riskesdas 2013, menjadi 21,8% dari data
Riskesdas 2018. Tujuan pengendalian berat badan adalah mencegah
obesitas (IMT >25 kg/m2), dan mentargetkan berat badan ideal (IMT
18,5 – 22,9 kg/m2) dengan lingkar pinggang <90 cm (laki-laki) dan
<80 cm (perempuan).
c. Olahraga teratur
13
Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan
pengobatan hipertensi, sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas
kardiovaskular. Olahraga teratur dengan intensitas dan durasi ringan
memiliki efek penurunan TD lebih kecil dibandingkan dengan latihan
intensitas sedang atau tinggi, sehingga pasien hipertensi disarankan
untuk berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik
berintensitas sedang (seperti: berjalan, joging, bersepeda, atau
berenang) 5-7 hari per minggu.
d. Berhenti merokok
Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga status
merokok harus ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan penderita
hipertensi yang merokok harus diedukasi untuk berhenti merokok.
2. Medikamentosa27
Strategi pengobatan yang dianjurkan pada panduan penatalaksanaan
hipertensi saat ini adalah dengan menggunakan terapi kombinasi pada
sebagian besar pasien, untuk mencapai tekanan darah sesuai target.Bila
memungkinkan dalam bentuk single pill combination (SPC), untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan.
a. Obat untuk penatalaksanaan hipertensi dan kontraindikasipemberian
obat antihipertensi
Lima golongan obat antihipertensi utama yang rutin direkomendasikan
yaitu: ACEi, ARB, beta bloker, CCB dan diuretik.

14
Gambar 2.2 Obat antihipertensi oral1

15
2.8 Komplikasi

Pasien hipertensi biasanya meninggal dunia lebih cepat apabila


penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke
beberapa organ vital. Komplikasi hipertensi yang utama adalah penyakit
kardiovaskular, yang dapat berupa penyakit jantung koroner, gagal
jantung, stroke (baik perdarahan iskemik atau intraserebral), ensefalopati
hipertensi, penyakit ginjal kronik, kerusakan retina mata, hipertensive
retinopathy, maupun penyakitvaskular perifer, dan kematian (biasanya
karena penyakit jantung koroner, dan penyakit pembuluh darah terkait
stroke).28,29

2.9 Prognosis
Prognosis tergantung pada kontrol tekanan darah dan hanya
menguntungkan jika tekanan darah mencapai kontrol yang memadai.
Namun, komplikasi dapat terjadi pada beberapa pasien karena hipertensi
adalah penyakit progresif. Kontrol yang memadai dan langkah-langkah gaya
hidup hanya berfungsi untuk menunda perkembangan dan perkembangan
gejala sisa seperti penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal.9

Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol,


hiperkolesterolemia, intoleransi glukosa dan berat badan, semuanya
mempengaruhi prognosis dari penyakit hipertensi esensial. Semakin muda
seseorang terdiagnosis hipertensi pertama kali, maka semakin buruk
perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak ditangani. Di Amerika Serikat, ras
kulit hitam mempunyai angka morbiditas dan mortalitas empat kali lebih
besar dari pada ras kulit putih. Prevalensi hipertensi pada wanita pre-
menopause tampaknya lebih sedikit dari pada laki-laki dan wanita yang
telah menopause. Adanya faktor resiko independen (seperti
hiperkolesterolemia, intoleransi glukosa dan kebiasaan merokok) yang
mempercepat proses aterosklerosis meningkatkan angka mortalitas
hipertensi dengan tidak memperhatikan usia, ras dan jenis kelamin.31

16
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. T
Tempat/Tanggal Lahir : Padang/2 September 1973
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
Pendidikan : SLTA
Alamat : Jalan Alang Lawas IV No. 4
Status : Menikah
Agama : Islam
Negeri Asal : Indonesia
Suku : Minangkabau

3.2 Anamnesis
Pasien perempuan usia 49 tahun dilakukan kunjungan ke rumah (home
visit) dalam periode September 2022 dengan :

3.2.1 Keluhan Utama


Sakit kepala seperti terikat yang semakin memberat sejak satu minggu
sebelum kinjungan dilakukan.

3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


- Sakit kepala seperti terikat yang semakin memberat sejak satu minggu
sebelum kunjungan dilakukan. Sakit kepala dirasakan hilang timbul. Sakit
kepala terutama dirasakan saat pasien beraktvitas dan berkurang dengan
beistirahat. Pasien mengonsumsi obat sakit kepala dan keluhan dirasakan
berkurang, namun sakit kepala kembali muncul.
- Sakit kepala disertai dengan keringat dan terasa sesak.

17
- Nyeri pada bagian belakang leher dan rasa pegal-pegal pada punggung,
tangan, serta kaki.
- Riwayat jantung berdebar-debar tidak ada.
- Riwayat kelemahan pada tangan dan kaki tidak ada.
- Riwayat gangguan penglihatan tidak ada.
- Riwayat mual dan muntah tidak ada.
- Riwayat demam, batuk, dan flu tidak ada.
- BAB dan BAK tidak ada keluhan.

3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien sudah dikenal dengan hipertensi sejak ± 3 tahun yang lalu dengan
tekanan darah sistolik tertinggi yang pernah diukur adalah 200 mmHg.
Pasien tidak kontrol ke Puskesmas Seberang Padang sejak 2 minggu yang
lalu. Pada saat kontrol terakhir pasien mendapatkan obat amlodipin tablet
5 mg 1 kali sehari.
- Riwayat diabetes mellitus, penyakit jantung, paru, ginjal, dan keganasan
tidak ada.
- Riwayat asma, bersin-bersin ≥ 5 kali pagi hari, mata merah, gatal dan
berair, alergi makanan, dan alergi obat – obatan disangkal oleh pasien.

3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


- Ibu pasien meninggal akibat hipertensi dan stroke.
- Riwayat diabetes mellitus, penyakit jantung, paru, ginjal, dan keganasan
pada keluarga pasien tidak ada.
- Riwayat asma, bersin-bersin ≥ 5 kali pagi hari, mata merah, gatal dan
berair, alergi makanan, dan alergi obat – obatan disangkal oleh pasien.

18
3.2.5 Riwayat Pengobatan
Pasien mengonsumsi amlodipin tablet 5 mg 1 kali sehari pada saat kontrol
rutin ke Puskesmas Seberang Padang.

3.2.6 Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan


- Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang berdomisili Parak Laweh.
- Saat ini pasien tinggal bersama 4 anggota keluarga lainnya yang terdiri
atas suami dan tiga orang anak nya.
- Riwayat makan sebanyak 3 kali sehari, makanan disertai dengan lauk pauk
dan sayur-sayuran.
- Pasien suka berjalan santai di sekitar rumah pada pagi atau sore hari yang
ditemani oleh teman-temanya, pasien melakukan aktivitas tersebut selama
15- 30 menit.
- Riwayat mengonsumsi obat-obatan terlarang tidak ada.
- Riwayat merokok tidak ada, namun suami dan anak pasien merupakan
perokok.
- Hubungan pasien dengan anggota keluarga lainnya dalam keadaan baik.
- Faktor stres dalam keluarga disangkal.

3.3 Pemeriksaan Fisik


3.3.1 Pemeriksaan Umum
- Tekanan Darah : 180/96 mmHg
- Nadi : 88 kali/menit
- Nafas : 20 kali/menit
- Suhu : 36,5oC
- Berat Badan : 51 kg
- Tinggi Badan : 155 cm
- Indeks Massa Tubuh (IMT) : 21,25 kg/m2
- Status Gizi : normoweight
- Edema : tidak ada

19
- Anemis : tidak ada
- Sianosis : tidak ada

3.3.2 Status Generalis


- Kulit : sawo matang, turgor baik.
- KGB : tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
- Kepala : normosefal, simetris, tidak terdapat deformitas.
- Rambut : warna hitam keputihan, persebaran merata, tidak
mudah dicabut.
- Mata : konjungtiva anemis (-/-). Sklera ikterik (-/-).
- Telinga : normotia, nyeri tekan tragus (-/-), nyeri ketok mastoid (-/-
).
- Hidung : septum deviasi (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
- Tenggorokan : arcus faring simetris, uvula letak tengah, tonsil T1-
T1, dinding posterior faring tidak hiperemis.
- Gigi dan Mulut : sianosis (-), karies dentis (-).
- Leher : deviasi trakea (-), tidak terdapat pembesaran
kelenjar getah bening leher dan tiroid.
- Thoraks
Paru
- Inspeksi : Statis : simetris dinding dada kanan dan kiri
Dinamis : pergerakan dinding dada kanan sama dengan
kiri
- Palpasi : fremitus dinding dada kanan sama dengan kiri
- Perkusi : sonor kedua lapangan paru
- Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
- Perkusi : tidak terdapat pergeseran batas jantung
- Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen

20
- Inspeksi : distensi (-), jejas (-)
- Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
- Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen
- Auskultasi : bising usung (+) kesan normal
- Ekstremitas : deformitas (-), akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-),
clubbing finger (-/-)

3.4 Diagnosis
Hipertensi stage II

3.5 Tatalaksana
3.5.1 Non Medikamentosa
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang dialaminya, komplikasi
yang dapat muncul, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengontrol
penyakit tersebut.
- Meminta pasien kontrol tekanan darah secara rutin ke puskesmas sekali
sebulan serta kembali melanjutkan pengobatan hipertensi.
- Apabila muncul gejala komplikasi pada jantung, otak, ginjal atau organ
lainnya yang berhubungan dengan penyakit pasien agar segera ke
puskesmas atau fasilitas kesesehatan terdekat
- Menjaga pola makan dengan mengurangi makanan yang mengandung
garam.
- Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien
hipertensi.
- Anjurkan kepada pasien penderita hipertensi untuk melakukan aktifitas
seperti jalan santai selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
- Meminta pasien untuk berjemur pada pagi atau sore hari.
- Hindari aktivitas yang memerlukan kekuatan atau memiliki beban yang
berat.

3.5.2 Medikamentosa
- Amlodipin tab 10 mg 1x1 tablet per oral (PO).

21
3.6 Prognosis
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad santionam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : bonam

3.7 Resep

PRAKTIK UMUM
dr. …………
SIP No V/2022
Praktik Senin-Sabtu
08.00-14.00
Jl. Air Camar NO. 16 Padang
Telp. (0751) 223344

Padang, 3 Sept 2022

R/ Amlodipin tab 10 mg No. XXX


S 1 d d tab I

Pro : Ny. T
Umur : 49 tahun
Alamat : Jl. Alang Lawes IV No.4

3.8 Analisis Masalah Keluarga

22
3.8.1 Genogram

3.8.2 Family APGAR


Tabel 3.1 Family APGAR
Hampir Kadang- Sangat
selalu (2) kadang (1) Jarang (0)

A Saya puas bahwa saya dapat V


kembali pada keluarga saya
untuk membantu daya pada
waktu yang menyulitkan bagi
saya
P Saya puas dengan cara keluarga V
saya membicarakan sesuatu
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya

23
G Saya puas bahwa keluarga saya V
menerima dan mendukung
keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau hal
baru
A Saya puas dengan cara keluarga V
saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi
saya
R Saya puas dengan cara keluarga V
saya dan saya menyediakan
waktu bersama

SCORE : 8 (Highly Functional Family)

Tabel 3.2 Questionnaire Part 2


Siapa saja yang Hubungan Usia Jenis How do you get
tinggal di rumah? (Thn) along?
Kelamin
Baik Biasa Buruk
sekali saja
Rafli Suami 55 L V
Dio Anak 23 L V
Yudi Anak 16 L V
Ramadino Anak 13 L V

24
3.8.3 Family Ecomap

3.8.4 Family SCREEM

 Sosial

Ibu Tasni seorang ibu rumah tangga. Sehari-hari beliau mengerjakan


aktivitas ringan di rumah.

 Kultur

Ibu Tasni dan keluarga bersuku Minang yang mengikuti adat istiadat,
norma, dan bahasa Minang.

 Religi

Ibu Tasni dan keluarga sering mengikuti kegiatan keagamaan sekitar


rumah. Ibu Tasni sering beribadah di Masjid dan aktif mengikuti kajian
agama di majelis ta’lim.

 Ekonomi

Ibu Tasni seorang ibu rumah tangga tidak bekerja dan tinggal bersama

25
suami dan anak-anaknya. Sehari-hari mendapatkan uang dari suami dan
anaknya yang sudah bekerja. Untuk kebutuhan primer saat ini dapat
terpenuhi.

 Edukasi

Ibu Tasni menyelesaikan pendidikan SLTA. Anak-anak Ibu Tasni


semua bersekolah dan menyelesaikannya hingga SLTA.

 Medical (Kesehatan)

Ibu Tasni tidak kontrol hipertensi nya ke Puskesmas sejak tahun 2019,
dikarenakan dapat informasi bahwa obat hipertensi dapat mempengaruhi
pendengaran. Keluarga bu Tasni semuanya memiliki KIS.

3.8.5 Family Life Line


Tabel 3.3 Family Life
Line

Year Life Event


1973 Ibu Tasni lahir
1981 Ibu Tasni masuk SD
1987 Ibu Tasni masuk SMP
1990 Ibu Tasni masuk SMA
1994 Ibu Tasni Menikah
1996 Lahir anak pertama
1999 Lahir anak kedua
2006 Lahir anak ketiga
2009 Lahir anak keempat
2019 Diketahui menderita hipertensi dan belum teratur berobat
2021 Kontrol teratur berobat

26
3.8.6 Family Circle

3.8.7 Fungsi-Fungsi Dalam Keluarga


Tabel 3.4 Fungsi-Fungsi Dalam
Keluarga
Kesimpulan pembina
Fungsi Keluarga Penilaian untuk fungsi keluarga
yang bersangkutan

27
Biologis: 1. Menilai fungsi biologis Keluarga memiliki
Adalah sikap dan perilaku keluarga berjalan fungsi biologis yang
keluarga selama ini dalam dengan baik atau tidak cukup baik, terutama
menghadapi risiko 2. Mengidentifikasi Ibu Tasni memiliki
masalah biologis, kelemahan atau kemampuan adaptasi
pencegahan, cara disfungsi biologis dalam yang baik dalam
mengatasinya dan keluarga melayani suami dan
beradaptasi dengan 3. Menjelaskan dampak merawat anaknya.
masalah biologis (masalah disfungsi biologis
fisik jasmaniah) terhadap keluarga

28
Psikologis : 1. Mengidentifikasi Hubungan psikologis
Adalah sikap dan sikap dan perilaku antara pasien dan
perilaku keluarga selama keluarga dalam anggota keluarga
ini dalam membangun membangun hubungan berjalan dengan baik.
hubungan psikologis psikologis internal antar Ibu Tasni bersama
internal antar anggota anggota keluarga suami dan anak-
keluarga. Termasuk 2. Mengidentifikasi anaknya saling
dalam hal memelihara cara keluarga dalam hal bercerita apabila ada
kepuasan psikologis memelihara kepuasan masalah tertentu.
seluruh anggota keluarga psikologis seluruh anggita
dan manajemen keluarga keluarga.
dalam menghadapi 3. Identifikasi dan
masalah psikologis menilai menajemen
keluarga dalam
menghadapi masalah
psikologis.

Ekonomi dan 1. Menilai sikap dan Dari segi ekonomi


pemenuhan kebutuhan: perilaku keluarga selama dapat dinilai bahwa
Adalah sikap dan ini dalam usaha keluarga ini termasuk
perilaku keluarga selama pemenuhan kebutuhan dalam ekonomi
ini dalam usaha primer, sekunder, dan menengah kebawah.
pemenuhan kebutuhan tersier. Namun untuk
primer, sekunder dan 2. Menilai gaya hidup kebutuhan primer masih
tersier. dan Prioritas penggunaan tercukupi.
uang.

29
Sosial : 1. Menilai sikap dan Hubungan Ibu Tasni
Adalah sikap dan perilaku keluarga selama dengan tetangga
perilaku keluarga selama ini dalam sekitar baik, sering
ini dalam mempersiapkan anggota bersosialisasi dan
mempersiapkan anggota keluarga untuk terjun ke berkunjung ke rumah
keluarga untuk terjun ke tengah masyarakat. tetangga. Tidak ada
tengah masyarakat. 2. Membuat daftar konflik dengan
Termasuk di dalamnya pendidikan formal dan tetangga.
pendidikan formal dan informal (temasuk
informal untuk dapat kegiatan organisasi) yang
mandiri. didapat anggota keluarga
untuk dapat mandiri di
tengah masyarakat.

3.8.8 Data Risiko Internal Keluarga


Tabel 3.5 Data Risiko Internal
Keluarga

Sikap dan Perilaku


Kesimpulan
Keluarga yang
Pembina Untuk
Perilaku Menggambarkan
Perilaku Keluarga
Perilaku Tersebut
Kebersihan 1. Tampilan keluarga Perhatian keluarga
pribadi dan cukup terawat terhadap kebersihan
lingkungan 2. Kebersihan rumah pribadi, rumah, dan
Apakah tampilan cukup bersih lingkungan dinilai
individual dan 3. Ventilasi kurang cukup memperhatikan.
lingkungan bersih 4. Perkarangan rumah
dan terawat, cukup
bagaimana
kebiasaan
perawatan
kebersihannya.

30
Pencegahan - Semua anggota keluarga Perhatian pasien dan
spesifik sudah vaksin dosis kedua keluarga terhadap
Termasuk perilaku COVID-19 kecuali bu Tasni pencegahan penyakit
imunisasi anggota dikarenakan saat akan dinilai cukup baik.
keluarga, gerakan vaksin tekanan darahnya
pencegahan tinggi
penyakit lain yang - Semua anggota
telah dianjurkan keluarga belum
(baik penyakit melakukan vaksin
menular maupun booster
tidak menular)

Gizi Keluarga Cara pengadaan : Dalam pemenuhan gizi


Pengaturan Anak Ibu Bainah Belanja dan dapat disimpulkan
makanan keluarga, masak sendiri dan tidak bahwa pemberian gizi
mulai cara membeli lauk diluar. anggota keluarga cukup
pengadaan, Kuantitas : terpenuhi. Dalam hal
kuantitas dan Frekuensi makan anggota kuantitas dinilai cukup.
kualitas makanan keluarga berbeda setiap
serta perilaku individu, secara umum Tn. Rafli : BB 46 kg,
terhadap diet yang TB 160, IMT 18 kg/m2
Frekuensi makan 3x sehari
dianjurkan bagi
penyakit tertentu Kualitas : Ny Tasni: BB 51 kg,
pada anggota TB 155 cm, IMT 21,2
1 piring nasi, 1 potong lauk
keluarga. kg/m2
dan sayur Diet :
Normal karbohidrat Ny. Yuliani: BB 59 kg,
Normal protein TB 150 cm, IMT
26,2 kg/m2
Normal lemak
Tn. Dio: BB 45 kg,
TB 162 cm, IMT
17,1 kg/m2
Yudi: BB 40, TB
165cm, IMT 14,7
kg/m2
Ramadino: BB 35, TB
150 cm, IMT 15,6
kg/m2

31
Latihan jasmani/ Paisen dan anggota keluarga Perhatian suami, anak,
Aktifitas fisik : jarang mengikuti kegiatan menantu dan pasien
Kegiatan senam atau kegiatan latihan terhadap latihan
keseharian untuk jasmani lainnya. Namun, jasmani dinilai cukup
menggambarkan pasien setiap pagi berjalan baik.
apakah sedentary pergi ke pasar.
life cukup atau
teratur dalam
latihan jasmani.
Physical exercise
tidak selalu harus
berupa olahraga.
Penggunaan pelayanan Keluarga jarang Dalam penggunaan
kesehatan : memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Perilaku keluarga apakah pelayanan kesehatan. Pasien dinilai kurang baik.
datang ke posyandu, dan keluarga pasien hanya
puskesmas, dsb untuk datang ke fasilitias pelayanan
preventif atau hanya kesehatan jika ada keluhan
kuratif ke pengobatan saja.
komplimenter dan
alternative (sebutkan
jenisnya dan berapa
keseringannya)

Kebiasaan /perilaku Suami dan anak kedua pasien Dalam menjaga


lainnya yang buruk memiliki kebiasaan merokok kebiasaan / perilaku
untuk kesehatan sejak umur 18 tahun dengan suami dan anak pasien
Misalnya merokok, banyaknya ± 1 bungkus per disimpulkan kurang
minum alkohol, hari. baik.
bergadang, dsb. Sedangkan pasien dan Namun pasien dan
anggota keluarga yang lain anggota keluarga yang
tidak ada yang memiliki lain baik.
kebiasaan merokok,
begadang, dan minum
alkohol.

32
3.8.9 Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan
Keluarga Tabel 3.6 Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan
Keluarga
Kesimpulan pembina
Faktor Keterangan untuk faktor
pelayanan kesehatan

Pusat pelayanan Puskesmas dan rumah Keluarga bisa


kesehatan yang digunakan sakit menggunakan fasilitas
oleh keluarga kesehatan sesuai dengan
kebutuhannya
Cara mencapai pusat Menggunakan sepeda Bisa mencapai tempat
pelayanan kesehatan motor, atau angkot pelayanan kesehatan tanpa
tersebut ada kendala yang berarti.
Pasien menggunakan KIS
Tarif pelayanan kesehatan 1. Sangat mahal
tersebut dirasakan 2. Mahal
3. Terjangkau Gratis
4. Murah
5. Gratis
Pelayanan kesehatan 1. Sangat baik
tersebut dirasakan 2. Baik
3. Biasa Baik
4. Tidak memuaskan
5. Buruk

3.8.10 Faktor Lingkungan Keluarga


Tabel 3.7 Kondisi Lingungan Keluarga Pasien.
Kepemilikan Rumah : Milik sendiri
Daerah Perumahan : Ramai
Karakteristik Rumah dan Kesimpulan Pembina untuk
Lingkungan Lingkungan Tempat Tinggal
Luas rumah : 5 x 6 m2 Sempit
Jumlah orang dalam satu rumah : 5
Ramai
orang
Tidak ada halaman
Tidak bertingkat
Rumah semi permanen
Lantai rumah : semen
Dinding rumah : semi permanen
Penerangan dalam rumah :
Jendela : tidak ada Tidak baik

33
sehingga pertukaran udara dan
jumlah sinar
matahari yang masuk tidak
memadai
Listrik : Ada
Ventilasi :
Kelembapan rumah : Kurang baik
Kurang
Bantuan ventilasi didalam rumah : baik
Kipas angin
Kebersihan dalam rumah Cukup
Tata letak barang dalam rumah :
Kurang
Kurang tersusun rapi baik
Kamar mandi : Ada
Jamban : Kamar mandi
Saluran pembuangan : Ada Cukup
Sumber air bersih : Sumur
Sumber air minum : Galon isi ulang

3.8.11 Pengkajian Masalah Kesehatan


a. Kondisi Keluarga
 Nama/Jenis Kelamin/Umur : Rafli AG/Laki-laki/55 tahun
a. Pekerjaan/pendidikan : tukang sumur bor dan ketua RT/SLTA
b. Hubungan dengan pasien : Suami
c. Riwayat kebiasaan :
Pak Rafli bekerja sebagai tukang sumur bor bila ada orderan, bila
tidak ada ordran pak Rafli sehari-hari bekerja sebagai ketua RT. Pak
Rafli adalah seorang perokok yang sudah merokok sejak usia 17
tahun. Dalam satu hari dapat menghabiskan 1,5 bungkus rokok.
d. Riwayat penyakit : tidak ada

 Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tasni Dwi Septiana/Perempuan/


49 tahun
a. Pekerjaan/pendidikan : Mengurus Rumah
Tangga/SLTA
b. Hubungan dengan pasien : Pasien
c. Riwayat kebiasaan :
Ibu Tasni seorang seorang ibu rumah tangga dengan aktivitas sehari-
hari adalah melakukan pekerjaan rumah dan menjadi kader di
daerahnya.

34
d. Riwayat penyakit : Hipertensi

 Nama/Jenis Kelamin/Umur : Yuliani


Parsangka/Perempuan/26tahun
a. Pekerjaan/pendidikan : IRT/SLTA
b. Hubungan dengan pasien : Anak pertama
c. Riwayat kebiasaan :
Yuliani adalah anak pertama dari bapak Rafli dan ibu Tasni. Yuliani
sudah menikah, sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga.
d. Riwayat penyakit : tidak ada

 Nama/Jenis Kelamin/Umur : Dio Yudha


Taruna/Laki-laki/23tahun
a. Pekerjaan/pendidikan : officeboy/SLTA
b. Hubungan dengan pasien : anak kedua
c. Riwayat kebiasaan :
Dio sehari hari bekerja sebagai office boy di hotel Axana. Dio libur
satu hari dalam seminggu yaitu dihari jumat. Dio juga merupakan
perokok aktif. Dio bisa biasa menghabiskan rokok satu bungkus
sehari.
d. Riwayat penyakit : tidak ada

 Nama/Jenis Kelamin/Umur : Yudi Fantara/laki-laki/16 tahun


e. Pekerjaan/pendidikan : Pelajar/SMK
f. Hubungan dengan pasien : anak ketiga
g. Riwayat kebiasaan :
Yudi adalah seorang pelajar SMK. Sehari-hari Yudi pergi ke sekolah
berangkat bersama adiknya.
h. Riwayat penyakit : tidak ada

 Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ramadino/Laki-laki/13 tahun


i. Pekerjaan/pendidikan : Pelajar/SMP
j. Hubungan dengan pasien : anak terakhir
k. Riwayat kebiasaan :
Ramadino adalah seorang pelajar kelas 2 SMP. Sehari-hari Zahira
pergi ke sekolah bersama abangnya.
35
l. Riwayat penyakit : tidak ada

b. Masalah Internal
- Masih kurang kesadaran terhadap bahaya merokok.
c. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Penyelesaian Masalah
- Faktor Pendukung
 Keluarga pasien kooperatif dalam penyelesaian masalah kesehatan
pasien.
 Keluarga pasien mau terbuka mengenai keluhan penyakit pasien.
- Faktor Penghambat
 Kurangnya kesadaran pasien terhadap bahaya kebiasan merokok.
d. Pemecahan Masalah
Bapak Rafli
Promotif dan Preventif
 Menjelaskan mengenai bahaya merokok bagi kesehatan, terutama bagi
kesehatan paru-paru.
 Melakukan aktivitas fisik selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali
seminggu.
 Menjaga pola makan dengan gizi seimbang.
 Menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
 Istirahat yang cukup minimal 8 jam per hari dan manajemen stres.
 Melakukan upaya berhenti merokok secara bertahap secara mandiri
atau konseling dengan tenaga kesahatan Puskesmas.
 Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin seperti cek tekanan darah,
gula darah, kolesterol, dan asam urat ke Puskesmas sekali sebulan.
Ibu Tasni
Promotif dan Preventif
 Menjelaskan mengenai penyakit hipertensi, komplikasi, dan cara pencegahan
komplikasi.
 Mengedukasi bahwa obat anti hipertensi harus diminum setiap hari.
 Mengedukasi bahwa makan garam itu boleh namun porsi nya dikurangi.
 Melakukan aktivitas fisik selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali
seminggu.
 Menjaga pola makan dengan gizi seimbang.
 Menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
 Istirahat yang cukup minimal 8 jam per hari dan manajemen stres.
36
 Edukasi mengenai pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
 Melakukan pemeriksaan pap smear.
 Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin seperti cek tekanan darah,
gula darah, kolesterol, dan asam urat ke Puskesmas sekali sebulan.
Yulliani Parsangka
Promotif dan Preventif
 Edukasi tentang kesehatan reproduksi.
 Edukasi untuk menyusui anak selama 2 tahun minimal.
 Edukasi untuk memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak.
 Edukasi orang tua mengenai gizi seimbang.
 Edukasi mengenai pemberian makanan anak berkisar antara 3-4 kali sehari.
 Menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
 Istirahat cukup minimal 8 jam per hari.
Dio Yudha Taruna
Promotif dan Preventif
 Menjelaskan mengenai bahaya merokok bagi kesehatan, terutama bagi
kesehatan paru-paru.
 Melakukan aktivitas fisik selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali
seminggu.
 Menjaga pola makan dengan gizi seimbang.
 Menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
 Istirahat yang cukup minimal 8 jam per hari dan manajemen stres.
 Melakukan upaya berhenti merokok secara bertahap secara mandiri
atau konseling dengan tenaga kesahatan Puskesmas.

Yudifantara
Promotif dan Preventif
 Menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
 Mengedukasi agar menjaga pola makan teratur dan bergizi karena masih dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan.
 Mengedukasi bahwa diusianya untuk mencoba untuk menyelesaikan masalah lalu
dijadikan pembelajaran.
 Istirahat yang cukup minimal 8 jam per hari dan manajemen stres.

Ramadino
37
Promotif dan Preventif.
 Menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
 Mengedukasi agar menjaga pola makan teratur dan bergizi karena masih dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan.
 Mengedukasi bahwa diusianya untuk mencoba untuk menyelesaikan masalah lalu
dijadikan pembelajaran.
 Istirahat yang cukup minimal 8 jam per hari dan manajemen stres.

3.8.11 Family Wellness Plan


Tabel 3.8 Family Wellness Plan
Anggota Modifikasi lifestyle Skrining Imunisasi Kemoprofila
Keluarga ksis

Rafli (55 - Membiasakan cuci - Periksakan diri ke Booster -


tahun) tangan pakai sabun Puskesmas untuk covid19
dan menggunakan cek tekanan
masker setiap keluar darah, glukosa
rumah. darah, kolesterol,
- Latihan aerobik low asam urat secara
impact intensitas teratur
ringan 5 x seminggu - Mengikuti
(@ 30 menit, total 150 posyandu lansia
menit) setiap bulan
- Latihan mengurangi - Kontrol
dan merhenti hipertensi secara
merokok teratur ke
Puskesmas setiap
bulan
Tasni (49 - Rajin konsumsi - Periksakan diri ke Vaksin -
tahun) makanan yang bergizi Puskesmas untuk Covid-19
dan tinggi serat, diet cek tekanan Boooster
rendah garam. darah, glukosa dosis 3
- Membiasakan cuci darah, kolesterol,
tangan pakai sabun asam urat secara
dan menggunakan teratur
masker setiap keluar - IVA test
rumah. - Melakukan
- Berolahraga aerobic SADARI
setiap hari sekaligus
mengajak anak-anak
berolahraga dan rekreasi
30-45 menit. Seperti
jogging atau jalan pagi.

38
Dio (23 - Rajin konsumsi Periksakan diri ke -
tahun) makan-makanan yang Puskesmas untuk
bergizi, porsi cek tekanan darah,
glukosa, kolesterol
makanan disesuaikan
dan asam urat
dengan isi piringku secara teratur
kemenkes
- Membiasakan cuci
tangan pakai sabun
dan menggunakan
masker setiap keluar
rumah.
- Melakukan aktivitas
intensitas ringan 3-4 x
seminggu
Yudi - Rajin konsumsi Pemauntauan
makan-makanan yang pertumbuhan dan
bergizi, porsi perkembangan ke
Puskesmas
makanan disesuaikan
(16 tahun)
dengan isi piringku
kemenkes
- Membiasakan cuci
tangan pakai sabun
dan menggunakan
masker setiap keluar
rumah.
- Melakukan aktivitas
intensitas ringan 3-4 x
seminggu

39
Rahmadin - Rajin konsumsi Pemauntauan
(13 tahun) makan-makanan yang pertumbuhan dan
bergizi, porsi perkembangan ke
Puskesmas
makanan disesuaikan
dengan isi piringku
kemenkes
- Membiasakan cuci
tangan pakai sabun
dan menggunakan
masker setiap keluar
rumah.
- Melakukan aktivitas
intensitas ringan 3-4 x
seminggu

40
BAB 4
DISKUSI

Pasien wanita, Ny. T, berusia 49 tahun merupakan salah satu pasien


Puskesmas Seberang Padang. Telah dilakukan kunjungan atau home visit pada
bulan September 2022 sebanyak tiga kali. Keluhan utama pasien yaitu sakit
kepala seperti terikat yang semakin memberat sejak satu minggu sebelum
kunjungan dilakukan. Sakit kepala dirasakan hilang timbul, terutama dirasakan
saat pasien beraktivitas dan berkurang dengan beistirahat. Keluhan nyeri pada
leher bagian belakang, dan rasa pegal-pegal pada punggung, tangan, dan kaki juga
dirasakan hilang timbul dalam 3 bulan terakhir. Pasien mengonsumsi obat sakit
kepala dan keluhan dirasakan berkurang, namun sakit kepala kembali muncul.

Pasien sudah dikenal dengan hipertensi sejak ± 3 tahun yang lalu. Tekanan
darah sistolik tertinggi yang pernah diukur adalah 200 mmHg. Setelah ditanyakan
pasien sudah tidak mengonsumsi obat anti hipertensi sejak 2 minggu yang lalu.
Sebelumnya pasien mendapatkan amlodipin tablet 5 mg 1 kali sehari.

Berdasarkan keluhan pasien, banyak faktor yang dapat menyebabkan nyeri


kepala. Dari hasil anamnesis tidak didapatkan keluhan lain yang berhubungan dan
menyebabkan nyeri kepala. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan fisik untuk
membantu menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan
darah pasien 180/96 mmHg, dan tanda vital lain dalam batas normal. Pada
pemeriksaan status generalis tidak ditemukan kelainan.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis


hipertensi stage II tidak terkontrol. Menurut JNC 8, dikatakan Hipertensi stage II
apabila terjadi peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan
diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi yang tidak terkontrol merupakan salah satu
komorbiditas yang signifikan dalam perkembangan berbagai macam penyakit.
Saat ini pasien diberikan amlodipin 10 mg.

Dari data keluarga didapatkan saat ini pasien tinggal bersama suami dan
anak-anak. Bentuk keluarga pasien adalah nuclear family yaitu terdiri dari suami
dan anak-anaknya. Pasien saat ini bekerja sebagai rumah tangga dan kader
kesehatan. Kebutuhan materi keluarga dipenuhi dari penghasilan suami dan anak
kedua pasien. Keluarga mendukung untuk segera berobat jika terdapat anggota
41
keluarga yang sakit. Seluruh anggota keluarga pasien terdaftar sebagai anggota
jaminan kesehatan nasional yaitu KIS (Kartu Indonesia Sehat). Perilaku berobat
keluarga memeriksakan diri ke layanan kesehatan jika keluhan menggangu
kegiatan sehari-hari sehingga masih bersifat kuratif. Keluarga pasien berobat ke
puskesmas. Jarak rumah ke puskesmas ± 1 kilometer. Pada ibu pasien didapatkan
riwayat stroke dan hipertensi.

Rumah berukuran 5x6 m2 tidak bertingkat. Terdapat satu ruang tamu, dua
kamar tidur, satu dapur dan satu toilet dengan WC jongkok berada di luar rumah.
Lantai semen, dinding terbuat dari kayu. Pada saat kunjungan didapatkan
kebersihan rumah yang kurang baik. Fasilitas dapur menggunakan kompor
minyak tanah, air minum diperoleh dari air galon isi ulang, sumber air diperoleh
dari air sumur. Pasien tidak memiliki halaman rumah. Rumah sudah
menggunakan listrik. Penerangan dan ventilasi kurang baik, jendela tidak ada
pada masing-masing kamar. Kebersihan lingkungan sekitar rumah kurang baik,
tampak sampah berserakan di area sekitar.

Pada pasien ini dilakukan intervensi sebanyak 3 kali, dimana pada


kunjungan pertama dilakukan perkenalan dengan pasien dan keluarganya dan
meminta izin untuk dilakukan pembinaan serta melakukan anamnesa secara
keseluruhan kepada pasien dan anggota keluarganya. Kunjungan kedua dilakukan
untuk dilakukan anamnesa lebih lanjut dan pemeriksaan terhadap pasien dan
keluarga, dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dan berhubungan dengan
kesehatan keluarga seperti silsilah keluarga, riwayat penyakit pada keluarga, dan
kondisi area rumah dan sekitarnya. Setelah ditegakkan diagnosis hipertensi stage 2
tidak terkontrol dan dilakukan analisis masalah keluarga, dilakukan kunjungan 3
untuk melakukan intervensi dalam pemecahan masalah yang ada pada pasien dan
keluarga.

42
Intervensi pada pasien ini dilakukan secara patient center, pada pasien
diberikan tatalaksana medikamentosa dan non medikamentosa. Pasien diberikan
edukasi mengenai penyakit yang dialami yaitu hipertensi, pengobatan yang tepat,
hingga komplikasi yang dapat timbul jika pasien tidak kontrol, diharapkan pasien
memiliki keinginan pasien untuk melanjutkan pengobatan kontrol rutin ke
puskesmas. Edukasi lain mengenai pola makan diet rendah garam yang dapat
diterapkan oleh pasien, aktivitas yang dapat dilakukan yaitu jalan santai selama 30
menit sebanyak 3-4 kali seminggu, menghindari aktivitas berat, menghindari
faktor pencetus seperti stress dengan menciptakan suasana yang nyaman. Edukasi
ini diberikan bersama preceptor pada home visit 2.

Tatalaksana medikamentosa yang diberikan yaitu amlodipine tablet 10 mg


1 kali sehari. Amlodipine memberikan efek farmakologis sebagai agen
antihipertensi dengan mekanisme kerja Calcium Channel Blocker. Mekanisme
kerjanya yaitu dengan menghambat kanal kalsium sehingga menyebabkan
terjadinya relaksasi otot polos yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah.

Intervensi yang dilakukan kepada keluarga pasien berdasarkan family


focus, yaitu melakukan edukasi kepada keluarga mengenai penyakit pasien, peran
keluarga dalam mengontrol kesehatan pasien, dan hal-hal yang perlu diperhatikan
mengenai kesehatan keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat agar
terhindar dari masalah kesehatan.

43
BAB 5
KESIMPULA
N

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥


140 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.1 Hipertensi dialami oleh
sepertiga dari orang dewasa muda dan hampir dua pertiga orang yang berusia di
atas 60 tahun, dan pada sekitar 75% orang yang berusia lebih dari 70 tahun.
Hipertensi dapat menyebabkan banyak komplikasi, termasuk infark miokard
(MI),penyakit ginjal kronis (CKD), penyakit serebrovaskular, retinopati, dan
gagaljantung, dan merupakan pemain penting dalam sindrom metabolik disebut
sebagaisilent killer dan tetap menjadi salah satu kontributor paling signifikan
terhadap penyakit kronis dan kematian.2

Pasien wanita, Ny. T, berusia 49 tahun merupakan salah satu pasien


Puskesmas Seberang Padang. Telah dilakukan kunjungan atau home visit pada
bulan September 2022 sebanyak tiga kali. Keluhan utama pasien yaitu sakit
kepala seperti terikat yang semakin memberat sejak satu minggu sebelum
kunjungan dilakukan. Pasien sudah dikenal dengan hipertensi sejak ± 3 tahun
yang lalu. Pasien saat ini tidak kontrol ke Puskesmas Seberang Padang dan
kunjungan terakhir tahun 2020. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
pasien didiagnosis hipertensi stage II tidak terkontrol. Menurut JNC 8, dikatakan
Hipertensi stage II apabila terjadi peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.

Pada pasien ini dilakukan intervensi sebanyak 3 kali, kunjungan pertama


dan kedua dilakukan perkenalan dengan pasien dan keluarga dan mengidentifikasi
permasalahan kesehatan pada pasien dan keluarga. Intervensi ketiga dilakukan
setelah menganalisis permasalahan yang ada. Pemecahan masalah dilakukan
berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga yaitu patient center, family focus,
dan community oriented. Dengan intervensi yang diberikan, diharapkan pasien
dan keluarga sadar akan pentingnya memelihara kesehatan, sehingga menerapkan
pola hidup yang baik seperti yang telah diedukasikan.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Mancia G, De Backer G, Dominiczak A, Cifkova R, Fagard R,


Germano G, et al. Guidelines for the Management of Arterial
Hypertension: The Task Force for the Management of Arterial
Hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of
the European Society of Cardiology (ESC). Vol. 25, Journal of
Hypertension. 2018. 3030–78 p.
2. Abel N, Contino K, Jain N, Grewal N, Grand E, Hagans I, et al.
Eighth joint national committee (JNC-8) guidelines and the outpatient
management of hypertension in the African-American population. N
Am J Med Sci. 2015;7(10):438.
3. Danaei G, Ding EL, Mozaffarian D, Taylor B, Rehm J, Murray CJL,
et al. Thepreventable causes of death in the United States:
comparative risk assessmentof dietary, lifestyle, and metabolic risk
factors. PLoS Med. 2009;6(4):e1000058.
4. Kearney PM, Whelton M, Reynolds K, Muntner P, Whelton PK, He J.
Globalburden of hypertension: analysis of worldwide data. Lancet.
2005;365(9455):217–23.
5. Kearney PM, Whelton M, Reynolds K, Whelton PK, He J. Worldwide
prevalence of hypertension: a systematic review. J Hypertens.
2004;22(1):11–9.
6. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison-Himmelfarb
C, Handler J, et al. 2014 Evidence-based guideline for the
management of high blood pressure in adults: Report from the panel
members appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8).
JAMA - J Am Med Assoc.2014;311(5):507–20.
7. Whelton PK, Carey RM, Aronow WS, Casey DE, Collins KJ,
Dennison Himmelfarb C, et al. 2017 ACC/AHA Guideline for the
Prevention, Detection, Evaluation, and Management of High Blood
Pressure in Adults: AReport of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical
Practice Guidelines. J Am Coll Cardiol. 2018;71(19):127–248.
8. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison-Himmelfarb
C, Handler J, et al. 2014 Evidence-based guideline for the
management of high blood pressure in adults: Report from the panel
members appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8).
JAMA - J Am Med Assoc.2014;311(5):507–20.
9. Iqbal AM, Jamal SF. Essential Hypertension. [Updated 2020 Jul 10].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2020 Jan-
10. NCD Risk Factor Collaboration (NCD-RisC). Worldwide trends in

45
blood pressure from 1975 to 2015: a pooled analysis of 1479
population-based measurement studies with 19·1 million participants.
Lancet. 2017 Jan 07;389(10064):37-55.
11. Benjamin EJ, Blaha MJ, Chiuve SE, et al, for the American Heart
AssociationStatistics Committee and Stroke Statistics Subcommittee.
Heart disease and stroke statistics-2017 update. a report from the
American Heart Association. Circulation. 2017 Mar 7. 135 (10).
12. Kemenkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia tahun 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018. 2018. p. 152–63.
13. L. J. Mullins, M. A. Bailey, and J. J. Mullins, “Hypertension, kidney,
and transgenics: a fresh perspective,” Physiological Reviews, vol. 86,
no. 2, pp. 709–746, 2006.
14. Populations T variation and factors influencing vertical migration behavior
inD. Hypertension. Physiol Behav. 2017;176(1):139–48.
15. Cheung BMY, Li C. Diabetes and hypertension: is there a common
metabolicpathway? Curr Atheroscler Rep. 2012;14(2):160–6.
16. Harrison DG. The mosaic theory revisited: common molecular
mechanisms coordinating diverse organ and cellular events in
hypertension. J Am Soc Hypertens. 2013;7(1):68–74.
17. Singh AK, Williams GH. Textbook of nephro-endocrinology.
AcademicPress; 2009.
18. Wilck N, Matus MG, Kearney SM, Olesen SW, Forslund K,
Bartolomaeus H,et al. Salt-responsive gut commensal modulates TH
17 axis and disease. Nature. 2017;551(7682):585–9.
19. McCurley A, Jaffe IZ. Mineralocorticoid receptors in vascular
function and disease. Mol Cell Endocrinol. 2012;350(2):256–65.
20. de Leeuw PW, Bisognano JD, Bakris GL, Nadim MK, Haller H,
Kroon AA. Sustained reduction of blood pressure with baroreceptor
activation therapy: results of the 6-year open follow-up. Hypertension.
2017;69(5):836–43.
21. Grassi G, Seravalle G, Quarti-Trevano F, Scopelliti F, Dell’Oro R,
Bolla G, et al. Excessive sympathetic activation in heart failure with
obesity and metabolic syndrome: characteristics and mechanisms.
Hypertension. 2007;49(3):535–41.
22. Augustyniak RA, Picken MM, Leonard D, Zhou XJ, Zhang W, Victor
RG. Sympathetic nerves and the progression of chronic kidney disease
during 5/6 nephrectomy: studies in sympathectomized rats. Clin Exp
Pharmacol Physiol.2010;37(1):12–8.
23. Dibona GF. Sympathetic nervous system and hypertension.
Hypertension. 2013;61(3):556–60.
24. Ayub T, Khan SN, Ayub SG, Dar R, Andrabi KI. Reduced nitrate level
in individuals with hypertension and diabetes. J Cardiovasc Dis Res.

46
2011;2(3):172–6.
25. Smith PA, Graham LN, Mackintosh AF, Stoker JB, Mary DASG.
Relationship between central sympathetic activity and stages of
human hypertension. Am J Hypertens. 2004;17(3):217–22.
26. H. Takahashi, M. Yoshika, Y. Komiyama, and M. Nishimura, “The
central mechanism underlying hypertension: a review of the roles of
sodium ions, epithelial sodium channels, the reninangiotensin-
aldosterone system, oxidative stress and endogenous digitalis in the
brain,” Hypertension Research, vol. 34, no. 11, pp. 1147–1160, 2011.
27. Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrin NM. Konsensus Penatalaksanaan
Hipertensi 2019 di Indonesia. Indonesian Society of Hypertension
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. 2019.
28. Rapsomaniki E, Timmis A, George J, Pujades-Rodriguez M, Shah AD,
27 Denaxas S, et al. Blood pressure and incidence of twelve
cardiovascular diseases: lifetime risks, healthy life-years lost, and age-
specific associations in 1·25 million people. Lancet.
2014;383(9932):1899–911.
29. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J
(eds.) Harrison’s principles of internal medicine. Edisi ke-18. New
York: Mc GrawHill; 2011.
30. Ibrahim. Asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi. Idea
Nursing Journal. 2010;2(1):60-

47
LAMPIRAN

a. Dokumentasi Kondisi Rumah Pasien

Gambar 1. Rumah bagian depan

Gambar 2. Area sekitar rumah

48
Gambar 3. Kamar mandi di dalam rumah

Gambar 4. Area dapur

49
b. Kegiatan Home Visit

Hari/
Kegiatan Dokumentasi
Tanggal
3-9-2022 Intervensi 1 :
Perkenalan dan meminta
izin untuk dilakukan
kegiatan home visit
keluarga binaan yang
didampingi oleh
preseptor

8-9-2022 Intervensi 2 :
 Melakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik
kepada pasien
 Mengidentifikasi
masalah yang
berhubungan dengan
kesehatan pada pasien
dan keluarga

17-9-2022 Intervensi 3 :
 Skrining kesehatan
pada keluarga
 Edukasi kepada pasien
untuk memperhatikan
minum obat anti
hipertensi teratur
 Edukasi kepada
keluarga untuk
memperhatikan
kesehatan dan
kebersihan
lingkungan

50
51

Anda mungkin juga menyukai