HIPERTENSI ESENSIAL
Oleh :
Preseptor
dr. Armen Ahmad, Sp.PD-KPTI, FINASIM
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya sehingga referat yang berjudul “Hipertensi
Esensial” ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Referat ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan
klinik senior di bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan referat ini, khususnya kepada dr. Armen Ahmad, Sp.PD-KPTI
sebagai preseptor yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan
saran, perbaikan dan bimbingan kepada penulis.
Penulis berharap semoga referat ini dapat menambah wawasan,
pengetahuan dan meningkatkan pemahaman semua pihak tentang hipertensi
esensial.
Penulis
DAFTAR ISI
2.5 Patofisiologi................................................................................................... 9
2
BAB I
PENDAHULUAN
dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik
≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg merupakan batas normal tekanan darah.
Tekanan darah yang meningkat dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat
Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara
yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya
mortilitas. Hipertensi dalam skala global diperkirakan sebanyak 1,13 miliar pada
tahun 2015. Prevalensi di masa depan diperkirakan akan meningkat 10-20% pada
tahun 2025, mencapai 1.5 miliyar orang. World Health Organization (WHO) pada
kejadian pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, yakni sebesar 4-8%. Riset
hipertensi di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta adalah 34.1%
Hipertensi ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada
penderitanya dan tidak mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak disadari
3
oleh penderitanya. Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas
risiko terjadinya hipertensi. Terapi non farmakologi antara lain mengurangi asupan
garam, olah raga, menghentikan rokok dan mengurangi berat badan, dapat dimulai
hipertensi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
hipertensi bila tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik
≥90 mmHg.1,2
2.2. Klasifikasi
Ada dua kelompok besar hipertensi, yaitu hipertensi esensial dan hipertensi
(mmHg) (mmHg)
5
2.3 Epidemiologi
Hipertensi secara global diperkirakan sebanyak 1,13 miliar pada tahun 2015,
dengan prevalensi di eropa tengah dan timur sebesar 150 juta. Prevalensi ini hampir
diperkirakan akan meningkat 10-20% pada tahun 2025, mencapai 1.5 miliyar orang.
prevalensi hipertensi di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta adalah
34.1% dibandingkan 27.8% pada Riskesdas tahun 2013. Hal tersebut diakibatkan
oleh angka harapan hidup yang meningkat, life style yang tidak sehat, dan
jenis kelamin tidak jauh berbeda laki-laki 31%, perempuan 32%. Di Indonesia
Indonesia sebesar 38-42% dengan kejadian pada laki-laki lebih tinggi daripada
6
Ras
Penyebab hipertensi saat ini masih belum diketahui dengan pasti, namun
1. Umur
2. Jenis Kelamin
pertambahan usia
7
2. Konsumsi alkohol berlebihan
4. Kebiasaan merokok
5. Obesitas
6. Dislipidemia
7. Diabetes Melitus
8
2.5. Patofisiologi
(preload) dan resistan ventrikel kiri untuk mengejeksi darah ke aorta (afterload).
Regulasi tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaranya adalah curah
jantung, tahanan perifer, kondisi ginjal, serta hormon seperti angiotensin II dan
aldosteron.7
9
Gambar 2.3 Faktor penyebab hipertensi
tekanan darah sampai tingkat abnormal; walaupun demikian cukup untuk memulai
menetap), yang jika berlangsung lama dapat menyebabkan komplikasi pada target
organ.
terhadap kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial
10
1) Peningkatan volume cairan ekstraselular
2) Sistem Renin-Angiotensin
endokrin yang penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh
atau penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatetik.
11
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
12
3) Sistem Saraf Otonom
dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam
oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada
2.6. Diagnosis
perjalanan penyakit saat ini, riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat keluarga
dengan hipertensi. Pada kebanyakan kasus, hipertensi ditemukan tidak sengaja saat
pasien datang berobat ke klinik atau layanan kesehatan lainnya. Pada hipertensi
primer, pasien sering tanpa gejala sedangkan pada hipertensi sekunder gejala yang
kerusakan organ target dan penyakit komorbid. Tentukan apakah ada penyakit yang
berisiko untuk terjadinya hipertensi seperti penyakit ginjal dan gangguan endokrin.
13
Selain itu, risiko mayor hipertensi adalah onset kejadian di usia muda, derajat
darah pada pasien dapat menentukan risiko total kardiovaskular, seperti pada tabel
berikut.9
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah mengukur tekanan darah dan
pemantauan tekanan darah. Pada awal pasien datang perlu dilakukan pemeriksaan
diseluruh ekstremitas (lengan dan tungkai). Tekanan darah yang labil atau terjadi
hipotensi postural yang disertai palpitasi, pucat dan diaporesis merupakan gejala
14
Gambar 2.5 Algoritma diagnosis hipertensi
pinggang untuk mendengar adanya bruit pada aorta abdomen. Jika ditemukan
15
Gambar 2.6 Kriteria pemeriksaan hipertensi12
Laboratorium :
- Elekrolit darah :
Natrium
16
- Ureum
- Urinalisa
Pemeriksaan penunjang :
3. Uji latihan
4. Rontgen Toraks
5. Echocardiografi
8. Fundoscopy
9. USG : Pada pasien dengan hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal, perlu
ginjal.11
10. Skintigrafi dan CT scan diperlukan pada pasien dengan hipertensi sekunder
akibat freokromositoma.11
17
Tabel 2.3 Organ target pada hipertensi13
Jantung
Heart Failure
Otak
Retinopati
18
14
Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII.
Dalam guideline JNC 8 modifikasi gaya hidup tidak dibahas secara detail
mungkin tetap mengacu pada modifikasi gaya hidup dalam JNC 7 dan beberapa
panduan lain15;
1. Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-20 mmHg/
penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pinggang <94 cm untuk pria dan <80
aktivitas fisik
menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mmHg. Lebih banyak makan buah,
sayur- sayuran dan produk susu rendah lemak dengan kandungan lemak jenuh
3. Retiriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8 mmHg.
4. Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg. lakukan
aktivitas fisik intensitas sedang pada kebanyakan, atau setiap hari pada 1
19
5. Pembatasan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-4
beberapa hal:
karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktifitas fisik
teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran tubuh.
dapat menurunkan tekanan darah walaupun berat badan belum tentu turun.
Melakukan aktivitas secara teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari)
diketahui sangat efektif dalam mengurangi risiko relatif hipertensi hingga mencapai
20
19% hingga 30%. Begitu juga halnya dengan kebugaran kardio respirasi rendah
pada usia paruh baya diduga meningkatkan risiko hipertensi sebesar 50%.
dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat menimbulkan perasaan santai dan
mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Yang perlu
diingat adalah bahwa olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai pengobatan
hipertensi.16
per hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan, memasak
menggunakan mentega yang bebas garam. Cara tersebut diatas akan sulit
dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan
jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan
21
minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari
tekanan darah arteri dan mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu,
kalsium.16
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan
stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat perubahan dalam kehidupan
jika tekanan darah sistolik ≥150 mmHg atau jika tekanan darah diastolik ≥90
22
mmHg pada kelompok usia ≥60 tahun dengan target terapi adalah tekanan
darah sistolik <150 mmHg dan tekanan darah diastolik <90 mmHg.
diberikan jika tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target terapi adalah
tekanan darah diastolik <90 mmHg (untuk kelompok usia 30-59 tahun).
diberikan jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dengan target terapi adalah
Rekomendasi 4: Pada kelompok usia ≥18 tahun dengan gagal ginjal kronis
terapi farmakologik mulai diberikan jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target terapi adalah tekanan
darah sistolik <140 mmHg dan tekanan darah diastolic <90 mmHg.
terapi farmakologik mulai diberikan jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target terapi adalah tekanan
darah sistolik <140 mmHg dan tekanan darah diastolic <90 mmHg.
kanal kalsium.
23
Rekomendasi 8: Pada kelompok usia ≥18 tahun dengan gagal ginjal kronis
outcomepada ginjal. (Terapi ini berlaku untuk semua pasien gagal ginjal
target tekanan darah tidak tercapai setelah 1 bulan pengobatan maka dosis
obat harus ditingkatkan atau ditambahkan dengan obat lainnya dari golongan
yang sama (golongan diuretic-thiazide, CCB, ACEI, atau ARB). Jika target
kombinasi ACEI dan ARB bersamaan). Apabila target tekanan darah belum
ada kontraindikasi atau diperlukan >3 jenis obat untuk mencapai target
tekanan darah maka terapi antihipertensi dari golongan yang lain dapat
digunakan.15
24
Gambar 4. Algoritma tatalaksana hipertensi pada dewasa15
25
Untuk terapi farmakologis, berikut adalah beberapa jenis obat serta dosisnya
26
2.8 Komplikasi
1. Jantung
2. Otak
hemoragik otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena
hemorgik.18
3. Ginjal
tekanan darah harus 130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika
ada proteinuria.18
2.9. Prognosis19
berlangsung seumur hidup sampai pasien meninggal akibat kerusakan target organ
27
kardiovaskular akan meningkat dua kali lipat. Hipertensi yang tidak diobati
25%kematian PJK, 50% penyakit jantung kongestif, 25% semua kematian prematur
(mati muda), serta menjadi penyebab tersering untuk terjadinya penyakit ginjall
Pada banyak uji klinis, pemberian obat anti hipertensi akan diikuti
penurunan insiden strok 35% sampai 40% infarkmiokard 20% sampai 25%, dan
lebih dari 50% gagal jantung. Diperkirakan penderita dengan hipertensi stadium
1(TDS, 140-159 mmHg dan/atau TDD, 90-99 mmHg) dengan faktor risiko
yang dapat bertahan selama 10 tahun, maka akan mencegah satu kematian dari
28
BAB III
KESIMPULAN
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg. Terdapat dua
hipertensi.
risiko yang tidak dapat dimodifikasi (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga) dan
yaitu jantung,tonus pembuluh darah, ginjal, dan hormon serta persarafan otonom.
Hipertensi tidak mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak disadari oleh
penderitanya, namun dapat menyebabkan kerusakan lebih parah bila tidak ditangani
sejak dini dan dengan tepat. Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah untuk
garam, aktivitas fisik, tidak mengonsumsi alkohol dan rokok, juga dengan
farmakologis.
29
Hipertensi adalah the disease cardiovascular continuum yang akan
berlangsung seumur hidup sampai pasien meninggal akibat kerusakan target organ
30
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan
5. James PA, Oparil S, Carter BL et al. 2014 Evidence-Based Guideline for the
Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA:
2013.
Lippincott; 2011.
31
8. Guyton, A.C. and Hall, J.E. Textbook of Medical Physiology. 11th ed.
11. Karo SK, Erwinanto, Firdaus I (2012). Terapi Fibrinolitik pada Infark Miokard
12. Fuster W, Walsh RA, Hrrington RA. Hurst’s The Heart, 13 ed. The McGraw-
13. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
15. James PA, Oparil S, Carter BL et al. 2014 Evidence-Based Guideline for the
Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA:
2013.
16. Basuki B, Setianto B. Age, body posture, daily working load – past
J Indon. 2001;10(1):29-33.
32
17. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
18. Kasper, Braunwald, Fauci, et al. Harrison’s principles of internal medicine 17th
Dalam:2014;2281
33