Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS

PEMBIMBING
dr. Yunita, Sp.P

PENULIS
Resha Adi Wibowo
030.14.164

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan ajaran yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam
semesta.
Selama pembuatan laporan kasus ini penulis mendapat banyak dukungan dan juga
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter
pembimbing penyusunan laporan kasus dr. Yunita, Sp.P, dan seluruh dokter bagian Ilmu
Penyakit Dalam dan Paru di RSUD Karawang serta teman-teman kepaniteraan klinik Ilmu
Penyakit Dalam.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, pembahasan, maupun penulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
profesi, pendidikan, dan masyarakat. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan
yang ada.

Karawang, 21 April 2018

Resha Adi Wibowo


030.14.164
LEMBAR PENGESAHAN

Judul: Laporan Kasus PPOK


Penyusun: Resha Adi Wibowo
NIM: 03.014.164

Diajukan pada tanggal,


27 April 2018

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Yunita, Sp.P


1 BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas

Nama : Ny K
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 77 tahun
Tempat Tanggal Lahir: Karawang, 03 Mei 1940
Alamat : Sumur Batu, RT 001 RW 001 kel. Sukamerta, kec Rawamerta
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pekerjaan : Berdagang
Pendidikan : SD
Status pernikahan : sudah menikah
Tanggal Masuk : 16 April 2018 dari Instalasi Gawat Darurat
No. RM : 00.49.37.66
Ruang : Rengasdengklok

1.2 Anamnesis

Keluhan Utama Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang
lalu
Keluhan Tambahan Mual , muntah isi, nyeri ulu hati, batuk dahak putih,

Riwayat Penyakit Pasien datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari
Sekarang sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas diperberat ketika berbaring
( orthopneu ), sesak juga semakin memberat ketika beraktivitas (
dyspnea on effort ). Pasien juga merasa nyeri ulu hati, mual dan
muntah berisi air sebanyak 2x sebelum masuk rumah sakit. Batuk
disertai dahak berwarna putih , namun intensitas batuk dikatakan
tidak terlalu sering.

Riwayat Penyakit Pasien mengatakan menderita penyakit asthma sudah sejak tujuh
Dahulu tahun yang lalu. Riwayat penyakit lain seperti DM, hipertensi dan
jantung disangkal.
Riwayat Penyakit Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai keluhan sama dengan
Keluarga pasien. Namun suami pasien pernah berobat tb paru hingga tuntas
selama 6 bulan rutin.

Riwayat Pengobatan Pasien sering berobat ke klinik dr umum untuk berobat sesak nafas.
Dari klinik pasien mendapatkan obat sesak yang diminum. Kemudian
pasien dirujuk ke poli paru RSUD Karawang dan kontrol rutin setiap
beberapa minggu ke poli paru. Pasien mengatakan juga sering di uap
di klinik/UGD ketika sesak nafas nya terasa berat .
Riwayat Kebiasaan Kebiasan merokok, konsumsi alcohol, penggunaan napza disangkal
oleh pasien.
Riwayat Pendidikan terakhir pasien SD, sekarang bekerja sebagai pedagang.
Sosioekonomi Pasien berobat dengan menggunakan BPJS
1.3 Pemeriksaan fisik

Keadaan umum Kesadaran: Compos Mentis


Kesan sakit: Tampak sakit sedang (TSS)
Kesan gizi: Gizi lebih
Tanda vital Tekanan darah: 130/100 mmHg
Nadi: 135 x/menit
Respirasi: 32 x/menit
Suhu: 38,0°C
SpO2: 98%
Kepala Normosefali, rambut hitam, tidak rontok, terdistribusi merata, tidak
terdapat jejas
Mata: Pupil isokor, reflex pupil +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-
Telinga: Deformitas (-), hiperemis (-), oedem (-), serumen (-), nyeri
tekan tragus (-), nyeri tarik (-)
Hidung: Deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-), pernapasan
cuping hidung (-)
Tenggorokan: Uvula di tengah, arcus faring simetris, T1/T1,
hiperemis (-)
Mulut: Sianosis (-), mulut kering (+), gusi berdarah (-), gusi
hiperemis (-), lidah tidak kotor, plak gigi (-)
Leher Kelenjar getah bening: pada regio colli, supraklavikula dan axilla
tidak teraba, kelenjar tiroid tidak teraba, tidak ditemukan kaku kuduk

Thorax Inspeksi: bentuk dada fusiformis, sela iga tidak menyempit, retraksi
sela iga (-)
Palpasi: gerak dinding dada simetris, vocal fremitus fremitus kiri dan
kanan sama,
Perkusi: batas paru dan hepar setinggi ICS VI linea midclavicularis
dextra dengan perkusi redup, batas bawah paru dan lambung setinggi
ICS VIII linea axillaris anterior sinistra dengan perkusi timpani, batas
paru dan jantung kanan setinggi ICS IV linea parasternal dextra, batas
paru dan jantung kiri terba melebar setinggi ICS VII linea
midclavicularis sinistra, batas atas jantung ICS II linea parasternalis
sinistra
Auskultasi: Suara napas vesikuler +/+, ronkhi +/+, wheezing +/+,
bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen Inspeksi: bentuk rata, ikterik (-), hiperemis (-), spider nevi (-),
benjolan (-), jejas (-)
Auskultasi: bising usus 3x/menit, arterial bruit (-)
Palpasi: teraba supel, massa (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak
membesar, ballottement ginjal (-), undulasi (-)
Nyeri tekan - + -
- - -
- - -

Perkusi: shifting dullness (-), timpani seluruh kuadran


Ekstremitas Ekstremitas Atas
Simetris kanan dan kiri, turgor kulit 2 detik, deformitas -/-, CRT < 2
detik,tidak sianosis, akral hangat +/+, oedem -/-
Ekstremitas Bawah
Simetris kanan dan kiri, turgor kulit 2 detik, deformitas -/-, CRT < 2
detik, akral hangat +/+, oedem -/-

1.4 Pemeriksaan penunjang

LABORATORIUM

HEMATOLOGI DAN KIMIA (16/04/2018)


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 13,1 g/dL 13.2 – 17,3
Eritrosit 5,66 x106/µl 4,5 – 5,9
Leukosit 9,86 x103/µl 4,4 – 11,3
Trombosit 327 x103/µl 150 – 400
Hematokrit 41 % 40 - 52
MCV 72 fl 80 - 96
MCH 23 pg 28 - 33
MCHC 32 g/dl 33 -36
RDW-CV 15,5 % 12,2 – 15,3
Glukosa Darah Sewaktu 163 mg/dl 70 - 110
Ureum 14,6 mg/dl 15,0 – 50,0
Creatinin 0,67 mg/dl 0,60 – 1,10
FOTO RONTGEN THORAX AP
29 Maret 2018
Deskripsi :
 CTR > 50%
 Sinuse dan diafragma normal
 Pulmo
o Corakan bronkovaskler meningkat

Kesan :
 Suspek Bronkitis Kronis
 Tampak kardiomegali

1.5 Diagnosis
WD : PPOK
CHF

DD : Pneumonia
Atelectasis
Bronkiektasis
Tb paru

1.6 Tatalaksana
- IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
- Nebu ventolin + Pulmicort
- Injeksi Ceftriaxon 2x1 gr
- Injeksi Ranitidin 2x1 amp
- Furosemide 2x1
- N Asetil sistein 3x1
 Follow up

Hari 2 (17/04/2018)
S Nyeri epigastrium, batuh dahak warna putih, sesak nafas, nyeri dada, nyeri
pinggang
O Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
Tekanan darah: 140/80 mmHg Nadi: 141 x/menit
Suhu: 38,3 ˚C Pernapasan: 32 x/menit
SpO2 : 96%
Mata : Ca ( - / - ), SI ( - / - )
Leher : KGB ( - )
Thorax :
 Pulmo : Snv ( + / + ), Rh ( + / +), Wh : ( - / - )
 Cor : BJ I&II : regular , murmur ( - ), gallop ( - )
Abd : supel, datar, oraganomegali (-) NT = ( - )
Eks : AH (+), OE = (-)

A Susp PPOK
CHF
P - IVFD NaCl 0,9% 500ml/24 jam
- Injeksi Furosemide 2x3 amp
- Injeksi Ceftriaxon 1 x 2gr
- Injeksi Omeprazole 1x1 amp
- Nebu Combivent
- Valsartan 80 mg
- Digoksin 1 x 0,25 mg
- Aspilet 80mg
Hari 3 (18/04/2018)
S Pasien mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak warna kuning
O Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
Tekanan darah: 100/70 mmHg Nadi: 50 x/menit
Suhu: 37,6 ˚C Pernapasan: 25 x/menit
SpO2 : 98%
Mata : Ca ( - / - ), SI ( - / - )
Leher : KGB ( - )
Thorax :
 Pulmo : Snv ( + / + ), Rh ( - / -), Wh : ( + / + )
 Cor : BJ I&II : regular , murmur ( - ), gallop ( - )
Abd : supel, datar, oraganomegali (-) NT = ( - )
Eks : AH (+), OE = (-)

A  Susp PPOK
 CHF
P - IVFD NaCl 0,9% 500ml / 24 jam
- Injeksi Furosemide 2x2 amp
- Injeksi Ceftriaxon 1x2 gram
- Injeksi Omeprazole 2x1 amp
- Injeksi Dexamethason 3x1 amp
- Valsartan 80 mg
- Digoksin 1x 0,25
- Aspilet 1 x 80 mg

Hari Terakhir (23/04/2018)

S Muntah , batuk dahak, pusing, susah BAB, Sesak nafas


O Keadaan umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran: compos mentis
Tekanan darah: 120/70 mmHg Nadi: 95 x/menit
Suhu: 36,6 ˚C Pernapasan: 20 x/menit
Mata : Ca ( - / - ), SI ( - / - )
Leher : KGB ( - )
Thorax :
 Pulmo : Snv ( + / + ), Rh ( - / -), Wh : ( - / - )
 Cor : BJ I&II : regular , murmur ( - ), gallop ( - )
Abd : supel, datar, oraganomegali (-) NT = ( - )
Eks : AH (+), OE = (-)
A PPOK
CHF
P - IVFD NaCl 0,9% 500ml/24 jam
- Injeksi Furosemide 2x2 amp
- Injeksi Omeprazole 2x1 amp
- Injeksi Dexamethason 3x1 amp
- Valsartan 80 mg
- Ceftriaxon 2x1 gr
- Digoksin 1x 0,25 mg
- Aspilet 80 mg
- Nebu Combivent
- Ambroxol 3x 1 C
2 BAB II

ANALISIS KASUS

2.1 Resume
Seorang perempuan usia 77 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1hari
SMRS.Sesak yang dirasakan memberat ketika tidur berbaring (otrthopneu) dan juga memberat
ketika beraktivitas (dyspnea on effort). Keluhan lain yang dirasa pasien adalah mual , muntah,
nyeri ulu hati batu dahak berwarna putih. Pasien mengatakan mempunyai riwayat asma sejak
7 tahun yang lalu dan pernah berobat keklinik lalu dirujuk ke poli paru RSUD Karawang,
riwayat penyakit lain seperti dibates melitus, hipertensi, jantung disangkal .
Pemeriksaan fisik sait sedang, kompos menis, tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan
paru didapatkan suara nafas bronkovesikuler, rhonki pada kedua lapang paru, wheezing pada
kedua lapang paru jantung dan abdomen dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium
hematologi rutin dalam batas normal. Rontgen thorax didapatkan coracan brnkovaskuler
meningkat dan CTR > 50% .
2.2 Dasar diagnosis
Diagnosis PPOK dan CHF dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
fisis/jasmani, dan radiologi. Pada pasien ini ditemukan gejala dan tanda sebagai berikut :
 Gejala klinis
- Dyspnea
- Dyspnea on effort
- Orthopnea
- Batuk berdahak
-
 Foto thorax : CTR >50 % , Corakan bronkovaskuer meningkat
3 BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
PPOK merupakan penyakit paru kronisyang ditandai aliran udara di saluran napas yang
bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan
emfisema atau gabungan keduanya. Obstrksi ini berhubungan dengan peningkatan respons
inflamasi kronis saluran napas yang disebabkan oleh gas atau partikel iritan tertentu. Bronkitis
kronis sendiri merupakan elainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak
minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak
disebabkan penyakit lainnya.

3.2 Klasifikasi
Dibagi menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat berdasarkan pemeriksaan spirometri :

3.3 PATOFISIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya PPOK dibagi menjadi 2 yaitu olehbronkitis kronis
dan emfisema. Pada keadaan bronchitis kronis terdapat pembesaran kelenjar mukosa
bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi
akibat fibrosis
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan
struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan
hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.

3.4 DIAGNOSIS
Diagnosis PPOK ditegakkan melalui :
* Anamnesis
* Pemeriksaan fisik.
* Pemeriksaan penunjang ( lab, radiologi, spirometri )

GAMBARAN KLINIK

Gejala pada penderita PPOK :


 Sesak nafas bersifat progresif, diperburuk dengan aktivitas
 Batuk kronis bersifat intermitent, mungkin tidak produktif

3.4.1 Anamnesis
Adanya keluhan sesak dengan atau tanpa mengi, sesak nafasnya berjalan kronis dan diperberat
aktivitas, ada batuk kronis yang bersifat intermintent. Memiliki riwayat infeksi saluran nafas
bawah yang berulang, riwayat merokok atau memiliki faktor risiko seperti bekerja di tempat
yang berdebu, sering terpapar gas atau zat iritan lainnya.

3.4.2 Pemeriksaan Fisik


Inspeksi
 Pursued Lips breathing
 Barrel chest
 Retraksi otot dada
 Pelebaran sela iga
 Edema tungkai pada penderita dengan gagal jantung kanan
 Pink Puffer : gambaran khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan
dan pernafasan pursued lips breathing
 Blue bloater : gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk, sianosis,
terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan
perifer
Palpasi
 Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
 Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil
Auskultasi
 Suara napas vesikuler atau melemah
 Terdapat ronki dan atau mengi

3.4.3 Pemeriksaan Penunjang

Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain Pada
emfisema terlihat gambaran :
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance)
Pada bronkitis kronik :
• Normal
• Corakan bronkovaskuler bertambah

Spirometri
 Dibutuhkan untuk mendiagnosis pasti dari klinis PPOK, namun jika tidak ada
fasilitas spirometri dapat ditegakan melalui gejala klinis
 Setelah penggunaan bronkodilator, hasil VEP1/KVP < 70% menjelaskan bahwa
pasien menderita PPOK. Jika lebih dari 70% maka bukan PPOK
3.5 TATA LAKSANA

Tata laksana pada PPOK stabil dibagi menjadi 4 kelompok


 Kelompok A : smoking cessation, aktivitas fisik
 Kelompok B,C,D : smoking cessation, rehabilitasi pulmonal, aktivitas fisik

Kriteria PPOK stabil


- Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
- Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisa gas darah
menunjukkan PCO2 < 45 mmHg dan PO2 > 60 mmHg
- Dahak jernih tidak berwarna - Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat
berat PPOK (hasil spirometri)
- Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
- Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan

A  Anti kolinergik kerja cepat  Antikolinergik kerja


 Atau B2 agonis kerja lama lama
 B2 agonis kerja lama
 B2 agonismkerja
cepat+
antikolinergik kerja
cepat
B  Anti Kolinergik kerja lama  Anti kolinergik kerja
 Atau B2 agonis kerja lama lama + B2 agonis
kerja lama

C  Kortikosteroid inhalasi +B2  Antikolinergik kerja


agonis kerja lama lama + B2 agonis
 Atau anti kolinergik kerja kerja lama
lama  Atau B2 agonis kerja
lama + inhibitor
PDE 4
 Atau antikolinergik
kerja lama +
inhibitor pde4
D  Kortikosteroid inhalasi + B2  Kortikosteroid
agonis kerja lama inhalasi +B2 agonis
 Dan atau antikolinergik kerja kerja lama +
lama inhibitor PDE 4
 Atau antikolinergik
kerja lama + B2
agonis kerja lama
 Atau antikolinergik
kerja lama +
Inhibitor PDE 4
 Atau steroid inhalasi
+ B2 agonis kerja
lama + inhibitor
PDE 4

Tatalaksana pada pasien eksaserbasi akut

Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya
perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi
atau faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi.
Gejala eksaserbasi :
 Sesak bertambah
 Produksi sputum meningkat
 Perubahan warna sputum

Eksaserbasi dibagi menjadi 3


 Eksaserbasi berat : 3 gejala diatas
 Eksaserbasi sedang : 2 gejala diatas
 Eksaserbasi ringan : 1 gejaladiatas ditambah ineksi saluran nafas atas lebihdari 5 hari,
demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi atau peningkatan
nadi atau pernafasan lebih dari 20% baseline
Penatalaksaan yang dilakukan
 Pemberian Oksigen
 Bronkodilator
o B2 agonis kerja cepat + antikolinergik
o Xantin ( bolus dan drip )
 Kortikosteroid Sistemik
o 30-40 mg selama 10 – 14 hari
 Antibiotik
o Apabila ada gejla kardinal atau dibutuhkan ventilasi mekanik
 Terapi suportif
o Contoh : diuretik bila ada retensi cairan
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan


di Indonesia. 2003
2. Arto Yuwono Soeroto, Hendarsyah Suryadinata. Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
Bandung, Ina J Chest Critical and emergency medicine Vol 1 No 2. 2014
3. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Pocket Guide to COPD
Diagnosis, Management and Prevention. 2017
4. Isselbacher, Braunwald , et al. Harrison prinsip prinsip ilmu penyakit dalam Vol 3. EGC
:Jakarta.2015 . 1347-56.
5. Tanto C, F liwang, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran. ed IV jilid II.
Media Aesculapius : Jakarta. 2014

Anda mungkin juga menyukai