Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

PERSALINAN NORMAL

Oleh:
Resha Adi Wibowo
030.14.164

Pembimbing:
dr. IGN Elbatiputera SpOG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
PERIODE 23 JULI – 29 SEPTEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
Glaukoma dengan tepat waktu. Penulisan Referat ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat Kepanitiaan Klinik Mata di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Budhi Asih. Pada
kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyusun penyelesaian referat ini, terutama kepada:

1. dr. IGN Elbatiputera Sp.OG selaku dokter pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dalam penyusunan referat ini.
2. Seluruh Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi yang ada dan staf-staf SMF Kebidanan
di RSUD Budhi Asih.
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi RSUD Budhi Asih atas
bantuannya.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Atas semua keterbatasan yang
dimiliki, maka kritik dan saran yang membangun akan diterima demi penyempurnaan penulisan.
Diharapkan referat ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang
medis.

Jakarta, 10 September 2018

Resha Adi Wibowo

i
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

Persalinan Normal

Diajukan untuk memenuhi syarat

Kepanitraan Klinik Obstetri dan Ginekologi di RSUD Budhi Asih,

Periode 23 Juli – 29 September 2018

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Disusun Oleh :

Resha Adi Wibowo

030.14.164

Pembimbing,

RSUD Budhi Asih

dr. IGN Elbatiputera SpOG

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN. ................................................................................. i
KATA PENGANTAR. ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN . .....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. .............................................................................2
2.1 Definisi Persalinan .........................................................................2
2.2 Kala Persalinan ..............................................................................3
2.3 Mekanism normal .........................................................................6
2.4 Sebab............................................................................................11
Faktor Hormonal ......................................................12
Faktor Mekanis ........................................................13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Persalinan merupakan bagian dari proses melahirkan sebagai respon terhadap kontraksi
uterus. Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar.
Angka persalinan di Indonesia sendiri yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan sebesar 4.114.519 atau sekitar 80,48%.
Persalinan normal atau persalinan spontan terjadi apabila bayi lahir dengan presentasi
belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau alat bantu serta tidak melukai ibu dan bayi, dan
umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas umum otot polos miometrium yang
relatif tenang sehingga memungkkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai
kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos akan mengalami kontraksi yang terkoordinasi
diselingi periode relaksasi dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur
menghilang pada periode post partum.

Proses persalinan ditandai oleh adanya kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi serviks
dan mendorong fetus keluar melalui jalan lahir. Kontraksi miometrium selama persalinan akan
terasa sangat menyakitkan bagi ibu. Sebelum timbulnya kontraksi yang menyakitkan ini, uterus
harus disiapkan untuk proses kelahiran. Miometrium tidak akan berespon sampai dengan usia
kehamilan 36-38 minggu, dan setelah periode memanjang ini, fase transisional diperlukan sampai
serviks mengalami penipisan dan perlunakan.

Pada dan selama persalinan ada tiga faktor penting yang berperan, yaitu power (kekuatan
kontraksi ibu (his), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan
mengejan, ketegangan dan kontraksi ligament rotumdum), passager (janin dan plasenta), passage
(kondisi jalan lahir lunak dan tulang).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Persalinan

Persalinan merupakan bagian dari proses melahirkan , sebagai respon terhadap kontraksi
uterus, segmen bawah teregang dan menipis, serviks berdilatasi , jalan lahir terbentuk dan bayi
bergerak turun ke bawah melalui rongga panggul.

Persalinan dikatakan normal apabila proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa
bantuan alat-alat medis serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya berlangsung kurang dari 24
jam dan juga terjadi pada usia kehamilan cukup bulan.

Persalinan atau partus adalah pengeluaran produk konsepsi yang viable melalui jalan
lahir biasa dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar

Berdasarkan usia kehamilan

Istilah lain meunurut usia kehamilan diantara lain

1. Partus imaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 20-28 minggu
atau bayi dengan berat badan antara 500-1000 gram
2. Partus prematurus adalah pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 28-37
minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000-2500 gram
3. Partus maturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 37-42 minggu
atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih
4. Partus postmaturus adalah pengeluaran buah kehamilan setelah lebih dari usia kehamilan
42 minggu

2
2.2 Kala Persalinan

Mekanisme persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu 1 :


Kala I: kala pendataran dan dilatasi serviks, dimulai ketika telah munculnya his yang cukup
untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks, dan berakhir ketika serviks sudah
membuka lengkap (sekitar 10 cm)
Kala II: Kala pengeluaran janin (ekspulsi janin), dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap,
dan berakhir ketika janin sudah lahir.
Kala III : Waktu untuk pelepasan dan ekspulsi plasenta
Kala IV: Dua jam setelah plasenta lahir lengkap

Kala I

Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir
yang bersemu darah ( bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis
servikalis mulai membuka atau mendatar. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi
dalam 2 fase.1,2

1. Fase laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm
2. Fase aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi yakni:
a. Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
b. Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari
4cm, menjadi 9 cm
c. Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 cm menjadi lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan
tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek

3
Mekanisme membukanya serviks berbeda pada primigravida dan multigravida. Pada yang
pertama, ostium uteri internum akan membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan
menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Sedangkan pada multigravida ostium
uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri
telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara
kira-kira 7 jam 1,2

Kala II

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali.
Karena biasanya kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul, yaitu secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa
pula :

1. Tekanan pada rectum

2. Hendak buang air besar

3. Perineum mulai menonjol dan melebar

4. Anus dan vulva vagina membuka

4
Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di
bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his
mulai lagi untuk mengelurakan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung
rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.

Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)


Terdiri dari 2 fase, yaitu: (1) fase pelepasan plasenta, (2) fase pengeluaran plasenta.
Setelah anak lahir, his berhenti sebentar, tetapi timbul lagi setelah beberapa menit. His ini
dinamakan his pelepasan uri yang berfungsi melepaskan uri, sehingga terletak pada segmen
bawah rahim atau bagian atas vagina. Pada masa ini, uterus akan teraba sebagai tumor yang
keras, segmen atas melebar karena mengandung plasenta, dan fundus uteri teraba sedikit di
bawah pusat. Lamanya kala III kurang lebih 8,5 menit, dan pelepasan plasenta hanya memakan
waktu 2-3 menit.

Tanda-tanda pelepasan plasenta :


- Uterus menjadi bundar dan lebih kaku
- Keluar darah yang banyak (±250 cc) dan tiba-tiba
- Memanjangnya bagian tali pusat yang lahir

Pelahiran plasenta sebaiknya tidak boleh dipaksa sebelum pelepasan plasenta karena dapat
menyebabkan inverse uterus.

Kala IV (Kala Pengawasan)


Merupakan kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum

• Observasi tekanan darah dan nadi

• Observasi kontraksi uterus

• Observasi luka di jalan lahir

• Observasi perdarahan

5
2.3 Mekanisme Normal

Gerakan-gerakan pokok persalinan adalah engagement, desensus (penurunan kepala),


fleksi, rotasi interna (putaran paksi dalam) , ekstensi, rotasi ekstrena (putaran paksi luar),
dan ekspulsi. Mekanisme persalinan terdiri dari suatu gabungan gerakan-gerakan yang
berlangsung pada saat yang sama. Misalnya, sebagai bagian dari proses engagement terjadi
fleksi dan penurunan kepala. Gerakan-gerakan tersebut tidak mungkin diselesaikan bila
bagian terbawah janin tidak turun secara bersamaan. Seiring dengan itu, kontraksi uterus
menghasilkan modifikasi penting pada sikap atau habitus janin, terutama setelah kepala
turun ke dalam panggul.

1. Engagement

Diameter transversal terbesar kepala janin pada presentasi oksiput, untuk melewati
pintu atas panggul disebut sebagai engagement. Fenomena ini terjadi pada minggu-
minggu terakhir kehamilan. Turunnya kepala dapat dibagi menjadi masuknya kepala
ke dalam pintu atas panggul dan majunya kepala. Pembagian ini terutama berlaku bagi
primigravida. 2,5

Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada
bulan terakhir kehamilan. Tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya terjadi dengan
sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan.2

6
Sinklitisme

Peristiwa yang terjadi adalah sinklitismus. Pada presentasi belakang kepala ,


engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah melewati pintu atas panggul.
Kepala paling sering masuk dengan sutura sagitalis melintang. Ubun-ubun kecil kiri
melintang merupakan posisi yang paling sering kita temukan. Apabila diameter
biparietal tersebut sejajar dengan bidang panggul, kepala berada dalam sinklitisme
Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul bagian depan dan
belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila uterus tegak lurus terhadap pintu
atas panggul dan panggulnya luas. Jika keadaan tersebut tidak tercapai, kepala berada
2
dalam keadaan asinklitisme.

Asinklitisme

Asinklitisme anterior , ialah arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan
pintu atas panggul . Dapat pula asinklitismus posterior menurut Litzman ialah apabila
keadaan sebaliknya dari asinklitismus anterior.

7
Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun jika derajat berat,
gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sefalopelvik pada panggul yang berukuran
normal sekalipun. Perubahan yang berturut-turut dari asinklitismus posterior ke anterior
mempermudah desensus dengan memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan
memanfaatkan daerah-daerah yang paling luas di rongga panggul 5,6

2. Desensus

Hal ini merupakan syarat utama kelahiran bayi . Pada wanita nulipara, engagement dapat
terjadi sebelum awitan persalinan dan desensus lebih lanjut mungkin belum terjadi sampai
dimulainya persalinan kala dua. Pada wanita multipara, desensus biasanya mulai
bersamaan dengan engagement. Desensus terjadi akibat satu atau lebih dari empat gaya:

a. Tekanan cairan amnion

b. Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi

c. Usaha mengejan yang menggunakan otot-otot abdomen

d. Ekstensi dan pelurusan badan janin

8
3. Fleksi

Ketika desensus mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul, atau dasar
panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu mendekat ke dada janin
dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek menggantikan diameter
oksipitofrontal yang lebih panjang

4. Rotasi Interna ( Putaran Paksi Dalam)

Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah pemutaran bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan, ke bawah simfisis.
Pada presentasi belakang kepala, bagan yang terendah adalah daerah ubun-ubun kecil
dan bagian inilah yang akan memutar ke depan, ke bawah simfisis. Putaran paksi dalam
mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi merupakan suatu usaha
untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir, khususnya bentuk bidang
tengah dan pintu bawah panggul.6,7

Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu bersamaan dengan majunya
kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke Hodge III kadang-kadang baru
terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul.

Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni:

9
a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala

b. Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu di sebelah
depan atas tempat terdapatnya hiatus genitalis antara antara musculus levator ani
kiri dan kanan.

c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior

5. Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah ekstensi
atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi
untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya. Pada kepala, bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah,
dan yang satunya disebabkan oleh tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Resultannya ialah kekuatan ke arah depan atas.

Setelah suboksiiput tertahan pada pinggir bawah simfisis , yang dapat maju karena
kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang berhadapan dengan subocciput sehingga
pada pinggir atas perineum , lahirlah berturut-turut ubun ubun besar, dahi hidung,

10
mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat
pemutaran disebut hipomoklion. 8,9

6. Rotasi Eksterna (putaran paksi luar)

Setelah kepala lahir, belakang kepala anak memutar kembali kea rah punggung anak
untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.Gerakan
ini disebut putaran restitusi ( putaran balasan ). Selanjutnya putaran dilanjutkan
hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sesisi. Gerakan yang
terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran
bahu menempatkan diri dalam diameter anteroposterior pintu bawah panggul.

11
7. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu anterior terlihat di bawah simfisis pubis dan perinemum
akan terdistensi oleh bahu posterior. Setelah lahirnya bahu bagian lainnya akan lahir
dengan cepat.

2.4 Sebab

Karena persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang memang diperlukan untuk
mengeluarkan hasil konsepsi berupa janin, maka tubuh materna mengalami perubahan-perubahan
baik secara fisiologis, anatomis maupun hormonal guna mempersiapkan diri menghadapi
persalinan. Ada banyak teori yang menerangkan bagaimana terjadinya/dimulainya persalinan
pada gravida. Adapun teori-teori yang menjadi penyabab persalinan antara lain:

1. Perubahan pada struktur uterus dan sirkulasi uterus (sirkulasi uteroplasenta)

Pada minggu-minggu akhir kehamilan bagian otot-otot uterus makin membesar dan menegang.
Hal ini menyebabkan terganggunya aliran darah menuju otot uterus terutama pada bagian arteri
spiralis yang mensuplai darah keplasenta. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi uteroplasenta
yang mengakibatkan degradasi plasenta dan menurunnya nutrisi untuk janin. Mulai menurunya
asupan nutrisi janin akan memberi rangsangan untuk dimulainnya proses persalinan. 1,2,3

2. Faktor neurologis

Selain itu, tegangan rahin yang semakin meningkat seiring bertambah besarnya janin
menyebabkan terjadinya penekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser
dibelakang serviks. Perangsangan ganglion ini mampu membangkitkan kontraksi uterus yang
merupakan awal dari proses partu.1,2

3. Perubahan Hormonal dan kimiawi


Adapun studi yang dilakukan mengenai hormon yang bekerja dalam kehamilan
menunjukkan adanya perubahan menjelang parturitas yang diduga kuat berperan untuk
induksi persalinan. Secara umum hormon progesteron dan relaxin bekerja terutama untuk
12
mempertahankan kehamilan dengan cara meredam aktivitas/kontraksi miometrium.
Dalam kehamilan, kerja progesteron mampu mengimbangi efek estrogen yang meski
berperan dalam proliferasi kelenjar, juga memiliki efek meningkatkan kontraksi uterus.
Sehingga keberadaan kedua hormon ini selama kehamilan dalam keadaan seimbang
sangat penting artinya. Menjelang parturitas, dimana meski plasenta semakin tua
pembentukan kedua hormon ini tidak berubah. Perubahan terutama terjadi pada
reaktifitas jaringan terhadap hormon terkait dengan keberadaan reseptornya. Dimana efek
akhirnya adalah terjadi peningkatan kerja estrogen dan penurunan efek progesteron.

Faktor hormonal

 Peningkatan rasio estrogen terhadap progesteron.

Progesteron menghambat kontraksi uterus selama kehamilan, sehingga membantu


mencegah keluarnya fetus. Sedangkan estrogen mempunyai kecenderungan untuk meningkatkan
derajat kontraktilitas, karena estrogen dapat meningkatkan jumlah gap junction antara sel sel otot
polos uterus yang berdekatan. Baik estrogen maupun progesteron di produksi dalam jumlah yang
bertambah secara progresif selama kehamilan namun pada kehamilan bulan ketujuh dan
seterusnya, produksi estrogen terus meningkat sedangkan progesteron cenderung konstan atau
menurun sedikit

 Hormon oksitosin

Merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh neurohipofisis yang secara khusus
menyebabkan kontraksi uterus. Jumlah reseptor oksitosin akan meningkat pada otot uterus
sehingga respon kontraktilitasnya juga meningkat. Kecepatan dari sekresi oksitosin juga sangat
meningkat pada saat persalinan.

13
 Hormon prostaglandin

Menjelang akhir kehamilan, pembentukan prostaglandin oleh amnion meningkat.


Prostaglandin akan meningkatkan kontraksi uterus selama persalinan. Sedangkan pada saat
kehamilan penyaluran prostaglandin ke jaringan ibu dihambat oleh enzim inaktivasi yaitu
prostaglandin dehidrogenase (PDGH), namun enzim ini menurun jumlahnya selama persalinan.

Faktor mekanis

 Regangan otot uterus

Pada organ organ dengan otot polos , regangan dapat meningkatkan kontraktilitas otot
otot tersebut. Begitu juga dengan uterus, regangan intermitten seperti yang terjadi berulang
karena pergerakan fetus dapat meningkatkan kontraksi otot polos

 Regangan atau iritasi serviks

Regangan yang terjadi pada serviks akibat dari dorongan kepala bayi dapat meningkatan
kontraksi uterus. Tindakan seperti memecahkan ketuban dapat membuat kepala bayi lebih kuat
untuk meregangkan serviks untuk memicu kontraksi yang lebih kuat lagi. Mekanisme timbulnya
kontraksi akibat regangan atau iritasi tidak sepenuhnya diketahui namun diduga karena timbulnya
refleks ke uterus yang diinduksi iritasi pada serviks.

Menjelang persalinan akan dimulai suatu kontraksi uterus yang disebut HIS persalinan. Selain itu,
karena pengaruh estrogen dan prostaglandin serviks akan menjadi makin lunak hipermukus dan

14
hipervaskularisasi. Hal ini akan menyebabkan sekresi lendir oleh kelenjar yang nantinya akan
memberikan tampakan bloody show (mukus bercampur darah) yang merupakan salah satu tanda
in partu. Apabila pembukaan sudah lengkap, ibu akan mulai memiliki refleks meneran yang
nantinya dapat membantu kelahiran bayi. 1,2

Perubahan-perubahan diatas adalah perubahan yang terjadi pada ibu dalam rangka persiapan
diri untuk proses persalinan/kelahiran bayi. Adapun dalam proses kelahiran/partus, ada beberapa
aspek yang berpengaruh, yaitu power, passage, passenger dan provider. Power adalah segala
tenaga yang mendorong bayi keluar melalui jalan lahir. Terdiri atas tegangan kontraksi HIS dan
tenaga meneran dari ibu. Passage adalah jalan lahir, termasuk didalamnya perubahan anatomi pada
jalan lahir menjelang persalinan. Passenger adalah bayi itu sendiri. Sedang provider lebih terkait
dalam manajemen persalinan.4,5

 Power

HIS adalah kontraksi uterus yang datang secara teratur menjelang persalinan. Adapun HIS
yang sempurna memiliki sifat kejang otot paling tinggi terdapat di fundus uteri, dan puncak
kontraksi terjadi simultan disemua bagian uterus. Selain itu, diikuti relaksasi yang tidak
sempurna. Artinya, meskipun otot relaksasi, tapi tidak pernah kehilangan tonus ototnya.
Sehingga tegangan ruang amnion tetap dipertahankan sebesar 6-12 mmHg. Pada tiap akhir
kontraksi, akan terjadi retraksi fisiologis pada otot-otot uterus. Retraksi ini menyebabkan
terikan pada serviks yang menyebabkan serviks semakin menipis dan berdilatasi seiring
pemendekan otot-otot uterus.

 Passage

Passage terkait dengan anatomi jalan lahir. Terutama yang berperan dalam menentukan dapat
tidaknya kelahiran pervaginam adalah anatomi dari pelvic minor. Yang perlu diperhatikan
dalam anatomi pelvis adalah bidang-bidang khusus yang membentuk struktur pelvic. Ukuran
bidang pelvis sangat mempengaruhi dapat tidaknya kelahiran pervaginam terkait dengan
ukuran pelvic dibanding ukuran bayi.

15
 Passenger

Passenger terkait dengan ukuran dan posisi janin menjelang kelahiran. Adapun untuk ukuran,
yang penting diperhatikan adalah ukuran kepala janin yang memang merupakan bagian tubuh
terbesar janin. Adapun bagian dan ukuran kepala janin yang penting adalah diameter
suboksipito-bregmatikus (9,5 cm), sumento-bregmatikus (9,5), oksipito-mentalis (13,5) dan
oksipito-frontalis (11,5).

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. 2016
2. Fakultas Kedokteran UNPAD. Obstetri Fisiologi. Ilmu Kesehatan Produksi. Edisi 2.
Jakarta : EGC. 2004
3. Guyton, A. C., Hall, J. E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 12.
Elsevier.Singapore.2014
4. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Ed 23. Vol 1. Jakarta :
EGC. 2013
5. Buku Acuan Nasional. Pelayanan Kesehatan aternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2009
6. Hannerty KP. Ilustrasi Obstetri.Ed 7.Churchill Livingstone Elsevier.2010
7. Mochtar Rustam. SInopsis Obstetri. Ed 3. Jilid 1. Penerbit buku kedokteran
EGC.Jakarta.2011
8. Ragusa , Antonio, Mona Mansur, Alberto Zanini, Massimo Musicco, Lilia Maccario, dan
Giovanni Borsellino. 2005. Diagnosis of Labor: a Prospective Study. Medscape General
Medicine. Download from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1681656/
9. Hacker et al. 2010. Essential of Obstetrics and Gynecology 5th edition. Elseviers
Saunders: Pennsylvania.

17

Anda mungkin juga menyukai