Anda di halaman 1dari 16

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN 16 Februari 2023


DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALAUDDIN MAKASSAR

MASA NIFAS

Disusun Oleh:
Muh. Ulyl Imam Fitra Nurdin
70700121015

Pembimbing:
dr. Ajardiana Idrus, Sp.OG(K), M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Muh. Ulyl Imam Fitra Nurdin

NIM : 70700121015

Judul : Masa Nifas

Telah menyelesaikan tugas Referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar

Makassar, 16 Februari 2023

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Ajardian Idrus, Sp.OG(K),M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua
bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Referat “Masa Nifas” Departemen Obstetri dan Ginekologi
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Keberhasilan penyusunan laporan ini adalah berkat bimbingan, kerja sama,
serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis
sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penulisan dan penyusunan laporan
ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makassar, 16 Februari 2023


Penulis

Muh. Ulyl Imam Fitra N.


70700120014

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 2
2.1 Definisi Masa Nifas................................................................................. 2
2.2 Periode Masa Nifas ................................................................................. 2
2.3 Perubahan Organ Reproduksi ................................................................. 3
2.4 Perawatan Post Partum ............................................................................ 8
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk dapat


mengembalikan alat genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang
waktu sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan tujuh hari. Masa nifas atau
puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pada masa ini terjadi
perubahan-perubahan fisiologis,yaitu: Perubahan fisik, Involusi uterus dan
pengeluaran lochia. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan seblum hamil. Perubahan-
perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi.
Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan
kehamilan, nifas ditandai dengan banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari
perubahan tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun
komplikasi serius mungkin dapat terjadi. Masa ini merupakan masa yang cukup
penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena
pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai
masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis
puerperalis.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Masa Nifas


Postpartum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Masa nifas atau puerperium
dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)
setelah itu. Periode postpartum adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah
alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil atau tidak hamil sebagai
akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan.
Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stress pasca
persalinan, terutama pada ibu primipara. Pelayanan pascapersalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi,yang meliputi
upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang
mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan
kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.

2.2 Periode Masa Nifas


Masa nifas terbagi menjadi 3 periode yaitu:
1. Puerperium dini yaitu masa pemulihan dimana ibu diperbolehkan untuk
berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan per vagina tanpa komplikasi
dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan untuk mobilisasi segera.
Dalam agama Islam puerperium dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah lewat 40 hari.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Rentang waktu remote puerperium berbeda untuk setiap ibu,

2
tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami selama hamil atau
persalinan

2.3 Perubahan Organ Reproduksi


Pada masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksternal akan berangsur
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan perubahan alat-
alat genitalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi ini,
terjadi juga perubahan perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan
timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh lactogenic hormone dari
kelenjar hipofisis terhadap kelenjar kelenjar mamma.
Setelah janin dilahirkan, Uteri kira kira setinggi pusat. Segera setelah Plasenta
lahir tinggi fundus Uteri ± 2 jari di bawah pusat. Uterus menyerupai buah Alpukat
Gepeng berukuran ±15 cm, lebar ±12 cm, dan tebal ±10 cm. Dinding uterus sendiri
±5 cm sedangkan pada bekas implantasi Plasenta lebih tipis daripada bagian lain.
Pada hari kelima post partum ukuran uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas simfisis
atau setengah simpisis pusat. Sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas
simfisis. Bagian bekas implantasi Plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan. Penjualan tersebut,
dengan diameter ±7,5 cm, sering disangka sebagai suatu bagian Plasenta yang
tertinggal. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah
mencapai 2,4mm.
Uterus gravidus Ateran memiliki berat kira-kira 1000 gram. Satu minggu
postpartum berat uterus akan menjadi ±500 gram, 2 minggu postpartum menjadi
350 gram, dan setelah 6 minggu postpartum, berat uterus menjadi 40 sampai 60
gram (berat uterus normal kurang lebih 30 gram). Perubahan ini berhubungan erat
dengan perubahan perubahan pada miometrium. Pada miometrium terjadi
perubahan terutama perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil proses ini di alirkan
melalui pembuluh getah bening.

3
Gambar 1. Perubahan Fisiologi Uterus

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah postpartum. Pembuluh pembuluh


darah yang berada di antara anyaman otot otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah Plasenta dilahirkan.

Gambar 2. Otot Uterus

A. Involusi Alat-Alat Kandungan


1. Uterus: secara berangsur angsur menjadi kecil dalam (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
2. Bekas implantasi Uri: Plasental bed mengecil karena kontraksi,
menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu
menjadi 3,5 cm, pada minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih.
3. Jalan lahir: luka-luka pada jalan lahir, bila tidak disertai infeksi akan
sembuh dalam enam sampai tujuh hari.
4. Rasa sakit yang disebut after pains (meriang atau mules-mules)
disebabkan oleh kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan. Ibu pasca melahirkan perlu diberi pengertian mengenai after
pains ini dan apabila rasa sakit ini terlalu mengganggu maka dapat
diberikan obat obat anti sakit dan obat antimules.

4
5. Lochia adalah cairan Sekret yang berasal dari kavum uuteri dan vagina
dalam masa nifas:
a. Lochia rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan meconium
selama 2 hari postpartum.
b. Lochia sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, selama hari ketiga hingga hari ke tujuh postpartum.
c. Lochia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7 hingga hari ke 14 postpartum
d. Lochia alba: cairan putih, setelah dua minggu.
e. Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
f. Lochiostasis: logia tidak lancer keluar.
6. Servix: setelah partus, bentuk service agak menganga seperti corong
warna merah kehitaman. Konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat
perlukaan-perlukan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk
ke rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari dan setelah 7 hari
terbuka untuk satu jari.
7. Ligamen-ligamen: ligament, fasia dan Diafragma pelvis meregang pada
waktu partus. Setelah bayi lahir maka secara berangsur-angsur ciut dan
pulih kembali. Tidak jarang uterus jatuh kebelakang menjadi Retro
flexi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Untuk,
memulihkannya kembali sebaiknya dilakukan latihan-latihan dan
senam pasca persalinan.

Untuk memulihkan Kembali jaringan jaringan penunjang alat genitalia


tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari postpartum sudah dapat
diberikan Fisioterapi. Keuntungan lain ialah dicegahnya pula statis darah
yang dapat mengakibatkan trombosis masa nifas.
Luka-luka jalan lahir, seperti luka bekas Episiotomi yang telah dijahit,
luka pada vagina dan servix, umumnya bila tidak seberapa luas akan

5
sembuh per primam, kecuali bila terdapat infeksi. Infeksi mungkin
mengakibatkan selulitis yang dapat menjalar sampai terjadi keadaan sepsis.
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt
antara sirkulasi ibu dan Plasenta. Setelah melahirkan, shunt akan hilang
dengan tiba-tiba. Volume darah pada ibu relative akan bertambah. Keadaan
ini menimbulkan beban pada jantung sehingga dapat menimbulkan
dekompensasi Kordis pada penderita-penderita visium kordis. Keadaan ini
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.
Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3 sampai ke-5 postpartum.

B. Perubahan Lain Pada Masa Nifas


Bila tidak ada infeksi atau luka-luka jalan lahir yang berarti, wanita
yang baru melahirkan merasa sangat lega. After pains atau mules-mules
sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang-kadang sangat mengganggu
selama 2-3 hari postpartum. Perasaan mules ini lebih terasa bila wanita
tersebut sedang menyusui. Perasaan sakit itu pun timbul bila mash terdapat
sisa-sisa selaput ketuban, sisa-sisa plasenta, atau gumpalan darah di dalam
kavum uteri.
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2° Celcius. Sesudah
partus, dapat naik ± 0 5° Celcius dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi
38,0° Celcius. Sesudah 12 jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan
akan kembali normal. Bila suhu badan lebih dari 38,0° Celcius, mungkin
ada infeksi.
Nadi berkisar umumnya antara 60-80 denyutan per menit. Segera
setelah partus dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia, sedangkan
badan tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium
kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil
dibandingkan dengan suhu badan.
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum.
Namun, keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak

6
terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ‡ 2 bulan tanpa
pengobatan.
Abdomen, terutama uterus, harus diawasi secara teliti dalam masa nifas.
Pada hari pertama postpartum, tinggi fundus uteri kira-kira satu jari di
bawah pusat. Setelah 5 hari postpartum menjadi 1 jarak antara simfisis ke
pusat. Setelah 10 hari, fundus uteri sukar diraba di atas simfisis. Syarat pada
pemeriksaan ini ialah kandung kenih harus kosong.

Gambar 3. Penurunan fundus uteri dalam nifas


Lokia adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lokia rubra atau lokia kruenta,
terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua
sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum. Hari berikutnya darah
bercampur lendir dan disebut lokia sanguinolenta. Setelah satu minggu,
lokia cair tidak berdarah lagi, warnanya agak kuning, disebut lokia serosa.
Setelah 2 minggu, lokia hanya merupakan cairan putih yang disebut lokia
alba. Biasanya lokia berbau agak sedikit amis, kecuali bila terdapat infeksi,
dan akan berbau busuk, umpamanya pada kasus terjadinya lokiostasis
(lokia tidak lancar keluar) dan infeksi.
Pada akhir hari nifas kedua kuman-kuman di vagina dapat mengadakan
kontaminasi pada uterus. Akan tetapi, tidak semua wanita dalam masa nifas
mengalami infeksi karena adanya lapisan pertahanan yang terdiri atas
lekosit yang memisahkan endometrium yang nekrotik dari endometrium.
Di samping itu, kuman-kuman tersebut memang relatif tidak virulen. Lain
halnya bila persalinan berlangsung lama dan diadakan tindakan yang

7
menimbulkan perlukaan. Di samping kurangnya virulensi kuman-kuman
yang ada, penderita mempunyai pula kekebalan terhadap infeksi.
Pertahanan itu akan jauh berkurang atau tidak ada sama sekali bila keadaan
umum penderita memburuk akibat adanya perdarahan, keletihan, syok,
luka-luka di jalan lahir dan sebagainya.

2.4 Perawatan Post Partum


Perawatan postpartum dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan
menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan postpartum dan
infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan
dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap
waspada, sekurang-kurangnya satu jam postpartum, untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya perdarahan postpartum.
Umumnya Wanita sangat lelah setelah melahirkan. Lebih-lebih bila partus
berlangsung agak lama. Oleh karenanya, ia harus cukup beristirahat. Ibu dianjurkan
miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah adanya trombosis. Ibu dan bayi dapat
ditempatkan dalam satu kamar bersama, yang disebut rooming in, atau pada kamar
yang terpisah.
Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, mengandung
cukup protein, cairan, serta banyak buah-buahan karena wanita tersebut mengalami
hemokonsentrasi.
Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Tidak jarang
wanita tidak dapat kencing sendiri akibat adanya tekanan pada partus muskulus
sfingter vesika et uretrae oleh kepala janin sehingga fungsinya terganggu. Bila
kandung kencing penuh dan wanita tersebut tidak dapat berkemih sendiri,
sebaiknya dilakukan kateterisasi dengan hati-hati agar tak sampai terjadi infeksi,
karena mudah sekali timbul uretritis, sistitis, dan juga pielitis. Pemberian antibiotika
di sini sudah pada tempatnya. Umumnya, partus lama yang kemudian diakhiri
dengan ekstraksi vakum atau cunam, dapat mengakibatkan hal-hal yang demikian
sampai terjadi retensio urin. Bila perlu, sebaiknya dipasang dauer catheter atau
indwelling catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kemih. Dengan

8
demikian, jika ada kerusakan-kerusakan pada otot-otot kandung kemih, otot-otot
cepat puli kembali sehingga fungsinya cepat pula kembali.
Defekasi atau buang air besar harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada
obstipasi hingga skibala tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila
terjadi hal demikian, dapat dilakukan klisma atau diberi laksans per os. Dengan
diadakannya mobilisasi sedini-dininya, tidak jarang retensi urin ataupun alvi dapat
diatasi. Di sini dapat ditekankan bahwa wanita baru bersalin memang memerlukan
istirahat dalam jam-jam pertama postpartum. Akan tetapi, jika persalinan ibu serba
normal tapa kelainan maka ia harus diperlakukan sewajarnya.
Bila ibu sangat mengeluh tentang adanya after pains atau mulas, dapat
diberikan analgetika atau sedatif supaya ia dapat beristirahat atau tidur. Delapan
jam postpartum mintalah ibu tersebut mencoba menyusui bayinya untuk
merangsang timbulnya laktasi, kecuali bila ada kontraindikasi untuk menyusui
bayinya, seperti ibu yang menderita tifus abdominalis, tuberkulosis aktif, vitium
kordis berat, tireotoksikosis, diabetes mellitus berat, psikosis, puting susunya
tertarik ke dalam (retracted nipples), dan morbus Hansen. Bayi dengan labiognato-
palato-skisis (sumbing) tidak dapat menyusu karena tidak dapat mengisap.
Hendaknya hal ini diketahui oleh dokter atau bidan yang menolongnya.
Minumannya harus diberikan melalui sonde. Pula, bayi yang dilahirkan dengan
alat-alat seperti ekstraktor vakum atau cunam dianjurkan untuk tidak menyusu
sebelum benar-benar diketahui tidak ada trauma kapitis, karena morbiditas dan
mortalitas bayi pada kehamilan tersebut tinggi. Pada hari ketiga atau keempat bayi
tersebut baru boleh menyusu bila tidak ada kontraindikasi.
Pengunjung atau tamu sehat boleh mengunjungi wanita postpartum.
Hendaknya para pengunjung harus dalam keadaan sehat dan bersih untuk mencegah
kemungkinan terjadinya penularan karena wanita dalam masa nifas mudah sekali
kena infeksi. Pemakaian gurita yang tepat masih dibenarkan pada wanita
postpartum. Ketika dipulangkan, diberi penjelasan dan motivasi tentang cara
menjaga bayi, member susu dan makanan bayi, Keluarga Berencana, hidup dan
makanan sehat, dan dipesan agar memeriksakan diri lagi.

9
BAB III
KESIMPULAN

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak i jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (24 hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi,yang meliputi
upaya pencegahan dan deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang
mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan
kehamilan, imunisasi, dan nurrisi bagi ibu.
Masa pascapersalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi.
Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari
terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya. Keadaan
ini ditandai dengan perubahan emosional, perubahan fisik secara dramatis,
hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian terhadap aturan yang baru.
Termasuk di dalamnya perubahan dari seorang perempuan menjadi seorang ibu di
samping masa pascapersalinan mungkin menjadi masa perubahan dan penyesuaian
sosial atau pun perseorangan (individual).
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000
kematian ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan
pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Seorang ibu dengan
anemia pada saat hamil pada umumnya lebih tidak mampu untuk mengatasi
kehilangan darah yang terjadi jika dibandingkan dengan seorang ibu dengan
kebutuhan nutrisi cukup. Dalam waktu satu jam setelah persalinan, penolong
persalinan harus memastikan bahwa uterus berkon- traksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi perdarahan berat, transfusi darah
adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan kehidupan ibu.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Briggs, G.G., Freeman, R.K., Yaffe, S.J. Drugs in Pregnancy and Lactation,
Sixth Edition, for PDA: A Reference Guide to Fetal and Neonatal Risk:
Powered by Skyscape, Inc. (CD ROM). Lippincott Williams & Wilkins,
2003
2. Burnett, A.F. Clinical Obstetrics and Gynecology: A Problem-Based
Approach. Blackwell Science. 2001
3. Chudleigh, P & Pearce, J.M. Obstetric Ultrasound, How, Why and When,
Second Edition. Churcill Livingstone. 1992
4. Cunningham, D.G., Levenu, C.J., Blumm, S.L., Hauth, J.C., Gilstrap, L.C.
& Wenstrom, K.D., Williams Obstetrics. McGrawhill. 2005
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Asuhan Persalinan Normal:
Buku Acuan. Jakarta. 2004
6. Fortner, K.B., Szymansky, L., Fox, H.E., Wallach, E.E. The Johns Hopkins
Manual of Gynecology and Obstetrics (Spiral Manual Series). The Johns
Hopkins University School of Medicine Department of Gynecology.
Lippincott Williams & Wilkins. 2003
7. Garrey, M.M., Govan, A.D.T., Hodge, C., & Callander, R. Obstetrics
Illustrated Second Edition. Churchill Livingstone, Edinburgh, London &
New York, 1974
8. Gomella, T.L., Cunningham, M.D. Neonatology: Management, Procedures,
On-Call Problems, Diseases, Drugs (LANGE Clinical Science). McGraw-
Hill Medical; 5 edition. 2003
9. Gordon, Y. Birth and Beyond ... Pregnancy, Birth, Your baby and Family-
the Definitive Guide. Vermillion, London. 2002
10. London, M.M., Wieland, P.A., Davidson, M.R. Workbook for
Contemporary Maternal Newborn Nurse Care. Addition Wesley Publishing
Company; 6 Workbook Edition. 2005
11. Panay, N., Dutta, R., Ryan, A., & Broadbent, J.A.M. Obstetrics and
Gynaecology. Molsby, Elsevier Limited. 2004

11
12. Pernoll, M.L., Benson & Pernoll's Handbook of Obstetrics & Gynecology.
McGraw-Hill Professional; 10 edition. 2001
13. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. 2010.
14. Siswosudarmo, Emilia. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas UGM. 2008
15. Wahyuningsih,Heni Puji. Kusmiyati, Yuni. 2017. Anatomi
Fisiologi.Jakarta: BPPSDMK Kementrian Kesehatan RI.

12

Anda mungkin juga menyukai