MASA NIFAS
Disusun Oleh:
Muh. Ulyl Imam Fitra Nurdin
70700121015
Pembimbing:
dr. Ajardiana Idrus, Sp.OG(K), M.Kes
i
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 70700121015
Telah menyelesaikan tugas Referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar
Mengetahui,
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 2
2.1 Definisi Masa Nifas................................................................................. 2
2.2 Periode Masa Nifas ................................................................................. 2
2.3 Perubahan Organ Reproduksi ................................................................. 3
2.4 Perawatan Post Partum ............................................................................ 8
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami selama hamil atau
persalinan
3
Gambar 1. Perubahan Fisiologi Uterus
4
5. Lochia adalah cairan Sekret yang berasal dari kavum uuteri dan vagina
dalam masa nifas:
a. Lochia rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan meconium
selama 2 hari postpartum.
b. Lochia sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, selama hari ketiga hingga hari ke tujuh postpartum.
c. Lochia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7 hingga hari ke 14 postpartum
d. Lochia alba: cairan putih, setelah dua minggu.
e. Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
f. Lochiostasis: logia tidak lancer keluar.
6. Servix: setelah partus, bentuk service agak menganga seperti corong
warna merah kehitaman. Konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat
perlukaan-perlukan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk
ke rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari dan setelah 7 hari
terbuka untuk satu jari.
7. Ligamen-ligamen: ligament, fasia dan Diafragma pelvis meregang pada
waktu partus. Setelah bayi lahir maka secara berangsur-angsur ciut dan
pulih kembali. Tidak jarang uterus jatuh kebelakang menjadi Retro
flexi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Untuk,
memulihkannya kembali sebaiknya dilakukan latihan-latihan dan
senam pasca persalinan.
5
sembuh per primam, kecuali bila terdapat infeksi. Infeksi mungkin
mengakibatkan selulitis yang dapat menjalar sampai terjadi keadaan sepsis.
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt
antara sirkulasi ibu dan Plasenta. Setelah melahirkan, shunt akan hilang
dengan tiba-tiba. Volume darah pada ibu relative akan bertambah. Keadaan
ini menimbulkan beban pada jantung sehingga dapat menimbulkan
dekompensasi Kordis pada penderita-penderita visium kordis. Keadaan ini
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.
Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3 sampai ke-5 postpartum.
6
terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ‡ 2 bulan tanpa
pengobatan.
Abdomen, terutama uterus, harus diawasi secara teliti dalam masa nifas.
Pada hari pertama postpartum, tinggi fundus uteri kira-kira satu jari di
bawah pusat. Setelah 5 hari postpartum menjadi 1 jarak antara simfisis ke
pusat. Setelah 10 hari, fundus uteri sukar diraba di atas simfisis. Syarat pada
pemeriksaan ini ialah kandung kenih harus kosong.
7
menimbulkan perlukaan. Di samping kurangnya virulensi kuman-kuman
yang ada, penderita mempunyai pula kekebalan terhadap infeksi.
Pertahanan itu akan jauh berkurang atau tidak ada sama sekali bila keadaan
umum penderita memburuk akibat adanya perdarahan, keletihan, syok,
luka-luka di jalan lahir dan sebagainya.
8
demikian, jika ada kerusakan-kerusakan pada otot-otot kandung kemih, otot-otot
cepat puli kembali sehingga fungsinya cepat pula kembali.
Defekasi atau buang air besar harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada
obstipasi hingga skibala tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila
terjadi hal demikian, dapat dilakukan klisma atau diberi laksans per os. Dengan
diadakannya mobilisasi sedini-dininya, tidak jarang retensi urin ataupun alvi dapat
diatasi. Di sini dapat ditekankan bahwa wanita baru bersalin memang memerlukan
istirahat dalam jam-jam pertama postpartum. Akan tetapi, jika persalinan ibu serba
normal tapa kelainan maka ia harus diperlakukan sewajarnya.
Bila ibu sangat mengeluh tentang adanya after pains atau mulas, dapat
diberikan analgetika atau sedatif supaya ia dapat beristirahat atau tidur. Delapan
jam postpartum mintalah ibu tersebut mencoba menyusui bayinya untuk
merangsang timbulnya laktasi, kecuali bila ada kontraindikasi untuk menyusui
bayinya, seperti ibu yang menderita tifus abdominalis, tuberkulosis aktif, vitium
kordis berat, tireotoksikosis, diabetes mellitus berat, psikosis, puting susunya
tertarik ke dalam (retracted nipples), dan morbus Hansen. Bayi dengan labiognato-
palato-skisis (sumbing) tidak dapat menyusu karena tidak dapat mengisap.
Hendaknya hal ini diketahui oleh dokter atau bidan yang menolongnya.
Minumannya harus diberikan melalui sonde. Pula, bayi yang dilahirkan dengan
alat-alat seperti ekstraktor vakum atau cunam dianjurkan untuk tidak menyusu
sebelum benar-benar diketahui tidak ada trauma kapitis, karena morbiditas dan
mortalitas bayi pada kehamilan tersebut tinggi. Pada hari ketiga atau keempat bayi
tersebut baru boleh menyusu bila tidak ada kontraindikasi.
Pengunjung atau tamu sehat boleh mengunjungi wanita postpartum.
Hendaknya para pengunjung harus dalam keadaan sehat dan bersih untuk mencegah
kemungkinan terjadinya penularan karena wanita dalam masa nifas mudah sekali
kena infeksi. Pemakaian gurita yang tepat masih dibenarkan pada wanita
postpartum. Ketika dipulangkan, diberi penjelasan dan motivasi tentang cara
menjaga bayi, member susu dan makanan bayi, Keluarga Berencana, hidup dan
makanan sehat, dan dipesan agar memeriksakan diri lagi.
9
BAB III
KESIMPULAN
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak i jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (24 hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi,yang meliputi
upaya pencegahan dan deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang
mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan
kehamilan, imunisasi, dan nurrisi bagi ibu.
Masa pascapersalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi.
Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari
terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya. Keadaan
ini ditandai dengan perubahan emosional, perubahan fisik secara dramatis,
hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian terhadap aturan yang baru.
Termasuk di dalamnya perubahan dari seorang perempuan menjadi seorang ibu di
samping masa pascapersalinan mungkin menjadi masa perubahan dan penyesuaian
sosial atau pun perseorangan (individual).
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000
kematian ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan
pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Seorang ibu dengan
anemia pada saat hamil pada umumnya lebih tidak mampu untuk mengatasi
kehilangan darah yang terjadi jika dibandingkan dengan seorang ibu dengan
kebutuhan nutrisi cukup. Dalam waktu satu jam setelah persalinan, penolong
persalinan harus memastikan bahwa uterus berkon- traksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi perdarahan berat, transfusi darah
adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan kehidupan ibu.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Briggs, G.G., Freeman, R.K., Yaffe, S.J. Drugs in Pregnancy and Lactation,
Sixth Edition, for PDA: A Reference Guide to Fetal and Neonatal Risk:
Powered by Skyscape, Inc. (CD ROM). Lippincott Williams & Wilkins,
2003
2. Burnett, A.F. Clinical Obstetrics and Gynecology: A Problem-Based
Approach. Blackwell Science. 2001
3. Chudleigh, P & Pearce, J.M. Obstetric Ultrasound, How, Why and When,
Second Edition. Churcill Livingstone. 1992
4. Cunningham, D.G., Levenu, C.J., Blumm, S.L., Hauth, J.C., Gilstrap, L.C.
& Wenstrom, K.D., Williams Obstetrics. McGrawhill. 2005
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Asuhan Persalinan Normal:
Buku Acuan. Jakarta. 2004
6. Fortner, K.B., Szymansky, L., Fox, H.E., Wallach, E.E. The Johns Hopkins
Manual of Gynecology and Obstetrics (Spiral Manual Series). The Johns
Hopkins University School of Medicine Department of Gynecology.
Lippincott Williams & Wilkins. 2003
7. Garrey, M.M., Govan, A.D.T., Hodge, C., & Callander, R. Obstetrics
Illustrated Second Edition. Churchill Livingstone, Edinburgh, London &
New York, 1974
8. Gomella, T.L., Cunningham, M.D. Neonatology: Management, Procedures,
On-Call Problems, Diseases, Drugs (LANGE Clinical Science). McGraw-
Hill Medical; 5 edition. 2003
9. Gordon, Y. Birth and Beyond ... Pregnancy, Birth, Your baby and Family-
the Definitive Guide. Vermillion, London. 2002
10. London, M.M., Wieland, P.A., Davidson, M.R. Workbook for
Contemporary Maternal Newborn Nurse Care. Addition Wesley Publishing
Company; 6 Workbook Edition. 2005
11. Panay, N., Dutta, R., Ryan, A., & Broadbent, J.A.M. Obstetrics and
Gynaecology. Molsby, Elsevier Limited. 2004
11
12. Pernoll, M.L., Benson & Pernoll's Handbook of Obstetrics & Gynecology.
McGraw-Hill Professional; 10 edition. 2001
13. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. 2010.
14. Siswosudarmo, Emilia. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas UGM. 2008
15. Wahyuningsih,Heni Puji. Kusmiyati, Yuni. 2017. Anatomi
Fisiologi.Jakarta: BPPSDMK Kementrian Kesehatan RI.
12