Anda di halaman 1dari 79

ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK NIFAS & MENYUSUI (KF 3)

OLEH:

RIWIN KUSMINARTI
P1337424823026

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2023

LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik Nifas & Menyusui (KF 3) di Puskesmas Grabag II,

telah disahkan oleh pembimbing pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 18 November 2023

Magelang, 18 November 2023

Pembimbing Klinik Praktikan

Sidem Rahayu,S.Tr.Keb. Riwin Kusminarti


NIP. 197703182007012006 NIM. P1337424823026

Mengetahui,

Pembimbing Prodi

Nuril Nikmawati, S.Kp.Ns, M.Kes


NIP. 19700429 199403 2 001

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. TINJAUAN TEORI MEDIS

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6

minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir Ketika alat-alat kandungan Kembali seperti keadaan sebelum

hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul bari, 2000). Masa nifas merupakan

masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu

berikutnya pada waktu saluran reproduksi Kembali ke keadaan tidak hamil yang

normal(Cunningham &McDonald, 1995). Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu

melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya Kembali yang

umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Ibrahim, 1998).(Aritonang & Simanjuntak,

2021)

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-

kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.

(Kemenkes RI, 2015)

2. Tahapan Masa Nifas

Ibu nifas akan melewati tahapan-tahapan nifas sebegai berikut :

a. Periode nifas (Berdasarkan tingkat kepulihan):

1) Puerperium dini

Merupakan masa pemulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.

2) Puerperium Intermedial

Merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8

minggu.

3) Remote Puerperium

Merupakan masa wahtu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,

terutama bila setelah hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.


Waktu untuk sehat sempurna membutuhkan waktu berminggu-minggu,

bulanan, atau tahunan.

b. Tahapan Masa Nifas (Berdasarkan Waktu):

1) Immediate puerperium

Tahapan ini berlangsung pada masa setelah persalinan sampai 24 jam

setelah persalinan. Pada masa ini diperbolehkan untuk melakukan mobilisasi

dini dengan berdiri atau berjaln-jalan sesuai dengan kemampuan ibu.

Mobilisasi dini yang efektif mempercepat proses involusi uteri dan

pengeluaran lokhea karena membantu melancarkan peredaran darah ke uterus

sehingga uterus berkontraksi dengan baik.

Periode ini merupakan periode akut yang sangat krusial karena terjadi

perubahan yang sangat ceepat dan drastic bagi ibu, sehingga berpotensi terjadi

kegawatan obstetric. (Soetrisno et al., 2023)

2) Early Puerperium

Periode ini terjadi pada >24 jam hingga 1 minggu setelah melahirkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada periode ini adalah perdarahan dalam

keadaan normal, pengeluaran pervaginam tidak berbau, tidak terdapat demam,

memastikan ibu mendapatkan makanan yang cukup dan bergizi serta asupan

cairan terpenuhi. Hal lain yang tidak boleh dilewatkan adalah ibu mampu

menyusui bayi dengan baik dan benar. Resiko seringnya terjadi pada periode

ini sehingga perlu diwaspadai adalah infeksi dan hipertensi pada ibu nifas.

(Soetrisno et al., 2023)

3) Late Puerperium

Periode ini terjadi dari minggu pertama hingga minggu ke-6-8 setelah

persalinan. Pada fase ini terjadi perubahan pada tubuh dan organ secara

bertahap dan memiliki kemungkinan komplikasi yang rendah. Periode late post

partum merupakan waktu pemulihan tonus otot dan jaringan kembali ke

keadaan seperti sebelum hamil. (Soetrisno et al., 2023)


Pada periode ini tenaga Kesehatan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.(Lestari et al., 2022)

1. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

a. Sistem Reproduksi

Menurut (Handayani & Pujiastuti, 2016) involusi uteri adalah proses

kembalinya uterus kekeadaan sebelum hamil setelah melahirkan, merupakan

perubahan retrogresif pada uterus, meliputi reorganisasi dan pengeluaran decidua

dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta sehingga terjadi penurunan ukuran dan

berat serta perubahan pada lokasi uterus yang juga ditandai dengan warna dan

jumlah lokea.

1) Uterus

Berat uterus segera setelah persalinan adalah sekitar 1000 gram dengan

volume kurang lebih lima liter. Setelah akhir minggu pertama berat uterus

menjadi 500 gram.Dua minggu postpartum tinggi uterus tidak teraba diatas

simpisis dengan berat uterus 350 gram. Pada akhir minggu ke enam berat

uterus menjadi 50 gram.

Segera setelah melahirkan tinggi fundus uterus berada di antara simpisis

pubis dan umbilicus. Tinggi fundus uterus setelah melahirkan biasanya 13,5

cm di atas simpisis pubis yang biasanya akan berlangsung selama 24 jam

pertama, setelah itu akan terjadi penurunan yang cukup drastic sebanyak 1,25

cm dalam 24 jam setelahnya yang pada akhirnya pada minggu kedua uterus

masuk ke dalam panggul. Umumnya involusi uterus akan terjadi secara

perlahan untuk kembali ke ukuran sebelum hamil dalam waktu 6 minggu.

(Soetrisno et al., 2023)

Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran dan konsistensi,

antara lain :

1. Penentuan lokasi uterus dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada

diatas atau dibawah umbilicus dana apakah fundus berada digaris Tengah

abdomen / bergeser ke salah satu sisi.


2. Penentuan ukuran uterus dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU

pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari umbilicus atas atau

bawah.

3. Penentuan konsistensi uterus ada 2 ciri konsistensi uterus, yaitu uterus

teraba keras atau lunak.(Sari et al., 2022)

Tabel Perubahan Uterus

Waktu TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 gr

Uri Lahir 2 Jari di bawah Pusat 750 gr

1 mg ½ pst symps 500 gr

2 mg Tidak teraba 350 gr

6 mg Bertambah kecil 50 gr

8 mg Normal 30 gr

(Wahyuningsih, 2019)

2) Ovarium dan Tuba Falopi

Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron menurun,

sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari sirkulasi menstruasi. Pada

saat inilah dimulai Kembali proses ovulasi. Sehingga Wanita dapat hamil

Kembali.(Bahiyatun, 2009a)

3) Serviks

Setelah persalinan serviks terbuka sehingga dapat dilalui oleh 2-3 jari dan

setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. Pada akhir minggu pertama serviks

akan teraba lunak dan diameter 1 cm, edema bisa menetap sampai 3-4 bulan

pasca melahirkan. (Lestari et al., 2022)

Perubahan pada servik adalah bentuk agak menganga seperti corong,

berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah,

muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan

menutup secara perlahan dan bertahap.(Sari et al., 2022). Segera setelah

persalinan persalinan bentuk serviks menganga seperti corong disebabkan

korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi. Segera


setelah janin dilahirkan serviks masih dapat dilewati oleh tangan pemeriksa.

Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat dilewati oleh 2-3 jari dan setelah

1 minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1 jari, setelah 6 minggu

persalinan serviks menutup.(Sari et al., 2022)

4) Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan Rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung

darah dan sisa jaringan desidua dari dalam uterus. Lokhea dibedakan menjadi :

a) Lochea rubra/ kruenta

Berlangsung hari 1-4 postpartum, berwarna merah terdiri dari darah segar

bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks

kaseosa, lanugo dan mekonium.

b) Lochea Sanguinolenta

Timbul pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-7 postpartum. Karakteristik

lochea berwarna merah kecoklatan adalah berupa darah bercampur lendir.

c) Lochea Serosa

Merupakan cairan berwarna agak kuning kecoklatan berlangsung hari ke-7

sampai ke-14. Berisi serum, leukosit dan robekan atau laserasi plasenta

d) Lochea Alba

Berlangsung 2-6 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih.

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir

servik dan serabut jaringan yang telah mati.(Lestari et al., 2022)

5) Vagina

Beberapa hari pertama setelah proses persalinan vagina tetap berada

dalam keadaan kendur. Setelah waktu 3-4 minggu mukosa vagina akan

sembuh dan ruggae pulih, namun diperlukan waktu 6-10 minggu untuk

involusi dan mencapai ukuran wanita yang tidak hamil.(Sari et al., 2022)

6) Vulva
Sama halnya dengan vagina, vulva juga mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Beberapa hari

pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap berada dalam keadaan kendur.

Setelah 3 minggu vulva akan Kembali kepada keadaan tidak hamil dan labia

menjadi lebih menonjol.(Sari et al., 2022)

7) Perineum

Perineum mengalami edema dan memar. Perinium yang terdapat laserasi

atau jahitan akan berangsur-angsur pulih pada 6-7 hari tanpa infeksi.

(Wahyuningsih, 2019). Untuk mencegah infeksi terjadi terjadi, dapat dilakukan

Perawatan perinium 10 hari :

a) Ganti pembalut Wanita yang bersih setiap 4-6 jam. posisikan pembalut

dengan baik sehingga tidak bergeser

b) Lepaskan pembalut dari depan ke belakang untuk menghindari

penyebaran bakteri dari anus ke vagina

c) Alirkan atau bilas dengan air hangat / cairan antiseptic pada area perinium

setelah defekasi. Keringkan dengan kain pembalut atau handuk dengan

cara ditepuk-tepuk dan dari arah depan ke belakang

d) Jangan dipegang sampai area tersebut pulih

e) Rasa gatal pada area di sekitar jahitan adalah normal dan merupakan tanda

penyembuhan. Namun untuk meredakan rasa tidak enak Atasi dengan

mandi berendam air hangat atau kompres dingin dengan kain pembalut

yang telah didinginkan.

f) Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi

tekanan pada daerah tersebut.

g) Lakukan Latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran

darah disekitar perinium. Dengan demikian akan mempercepat

penyembuhan dan memperbaiki fungsi otot-otot. Tidak perlu terkejut bila

tidak merasakan apapun saat pertama kali berlatih karena area tersebut

akan kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam beberapa

minggu.(Bahiyatun, 2009a)
Penelitian yang dilakukan oleh (Aulia et al., 2023) merupakan studi kasus

deskriptif dengan metode pendekatan asuhan keperawatan pada ibu nifas yang

mengalami luka pada perineum dengan masalah keperawatan utama resiko

infeksi dan diberikan intervensi perawatan luka perineum dengan Nacl 0,9%

dengan analisis hasil menggunakan observasi menggunakan REEDA. Setelah

diberikan intervensi terdapat perbaikan pada keadaan luka perineum, tidak

terjadi infeksi dan kemampuan melakukan perawatan perineum pada pasien

meningkat. Hasil studi kasus ini menunjukan bahwa pemberian perawatan luka

perineum dengan menggunakan Nacl 0,9% pada ibu nifas ini membantu untuk

meningkatkan penyembuhan luka perineum sehingga terhindar dari resiko

infeksi.

b. Payudara (mamae)

Setelah kelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesterone

menurun. Prolactin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke

payudara ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular

sementara.

Air susu diproduksi dan disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan

efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan

laktasi. ASI yang akan pertama muncul pada masa nifas adalah ASI yang

berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan kolostrum. Kolostrum

telah terbentuk di dalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12 minggu. Perubahan

payudara dapat meliputi :

1. Penurunan kadar progesterone secara tepat dengan peningkatan hormon

prolactin setelah persalinan

2. Kolostrum sudah ada saat persalinan. Produksi ASI terjadi pada hari kedua

atau hari ketiga setelah persalinan.

3. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi.

(Sari et al., 2022)

Tabel 1. 2 Mammary Development


Jenis Hormon yang Local factor keterangan

terlibat

Embryogenesis Fat pad Epithelial bud

(bantalan berkembang pada UK

lemak 16-18 mg, memperluas

diperlukan jarak antara fat pad

untuk ductal akan menjadi kanalis,

ekstension) beberapa air susu akan

keluar saat bayi lahir

Mammogenesis Estrogen, IGF- Ductal Ekstension

- Pubertas Growth 1,hGF,TGF- menjadi fat pad :

sebelum Hormon (GH) beta dengan morfogenesis

menstruasi (pertumbuhan sel)

menjadi percabangan
Estrogen,
lobulus (kelenjar susu)
- Pubertas progestron,
berkembang menjadi
setelah
prolactin
mens Terminal duct lobular

units (TDLUs) yaitu


Progesteron,
struktur epitel yang
Heregulin
Human
menghasilkan susu
- Hamil placental
Pembentukan
lactogen
alveolus : dengan
(HPL), PRL
parsial diferensiasi

seluler

Lactogenesis Progesteron Tidak Timbulnya sekresi susu

withdrawal, diketahui :

PRL, Tahap I : pada saat

Glucocorticoid kehamilan

Tahap II : saat bersalin

Lactation PRL, Oksitosi Feedback Pengeluaran Air Susu


inhibition of sedang berlangsung

lactation

(FIL)

Involusi PRL With Milk statis Epitelium alveolar

drawl mengalami apotosis

(kematian sel

terprogram) dan

perubahan bentuk

kelenjar kembali ke

bentuk sebelum hamil

(Rahmawati et al., 2023)

Proses keluarnya ASI dari ductus dimulai dari stimulasi dari putting dan

areola, lewat hisapan bayi sehingga lengkunagn saraf laktasi yang melibatkan

impuls aferen menjadi naik melewati saraf sensorik torak ke nucleus

paraventrikuler dan supraoptik hipotalamus pada tahap ini akan menstimulus

hipofisis posterior untuk sintesa dan sekresi oksitosi. Oksitosin akan

memberikan sinyal kepada sel myoepitel (fungsinya adalah menyebabkan

kontraksi pada kelenjar susu) sehingga akan terjadi galaktikinesis

(pengeluaran ASI dari putting). Proses pengeluaran tersebut dapat terhambat

oleh beberapa kondisi yaitu kecemasan, rasa sakit, depresi dan engorgement

(pembengkakan payudara). Hormon lain yang berperan juga pada laktasi

adalah prolactin, dimana hormon ini berfungsi pada keberlangsungan

menyusui ibu agar ASI tetap tersedia / diproduksi dan dapat ditransfer dari

ibu ke bayi (galaktopoesis). Proses ini terjadi dari proses involusi dimulai

sampai dengan 40 hari setelah menyusui berakhir. Ibu yang sehat dapat

mengeluarkan ASI sekitar 500-800 ml/hari yang membutuhkan 700 kkal/hari,

selama proses menyusui di awal masa nifas kalori yang dibutuhkan dalam

rerata cukup karena adanya simpanan lemak hingga 5 kg selama masa

kehamilan berlangsung.(Rahmawati et al., 2023)


Pada ibu yang menyusui terdapat 2 reflek yang masing-masing berperan

sebagai pembentukan dan pengeluaran ASI, yaitu :

1. Reflek prolactin

Penuerunan kadar hormon estrogen dan progesterone setelah proses

persalinan ditambah adanya rangsangan isapan bayi merangsang putting

susu dan kalang payudara akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris

yang berfungsi sebagai reseptor mekanis. rangsangan ini dilanjutkan ke

hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus akan menekan factor-

faktor yang menghambat sekresi prolactin dan memicu sekresi prolactin.

Faktor-faktor yang memacu sekresi prolactin akan memrangsang hipofise

anterior sehingga keluar prolactin. Hormon ini akan merangsang sel

alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolactin ibu

menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai

penyapihan anak. Pada ibu yang tidaak menyusui kadar prolactin akan

menjadi normal pada minggu ke-2-3.

2. Reflek let down

Bersama dengan pembentukan prolactin oleh hipofise anterior rangsangan

yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohipofise yang

kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah oksitosin diangkat

menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga

terjadi involusi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah

terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke system ductus dan selanjutnya

mengalir melalui ductus laktifesrus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah :

a) melihat bayi

b) mendengarkan suara bayi

c) mencium bayi

d) memikirkan untuk menyusui bayi

Faktor-faktor yang menghambat letdown reflek

a) keadaan bingung
b) takut

c) cemas

(Rini & Kumala, 2017)

Ibu nifas yang sering mengalami keluhan ASI tidak lancer atau produksi

ASI tidak banyak disebabkan rendahnya rangsangan hormon prolactin

dan oksitosin . Dukungan keluarga terutama suami dibutuhkan untuk

menstimulasi peningkatan hormon oksitosin .ASI akan dapat keluar

lancar bila ibu memiliki emosi yang positif yang dapat ,erangsang

hormon oksitosin dengan mendapatkan perhatian, dukungan dan cinta

dari suami(Kaparang et al., 2023)

c. Sistem Kardiovaskuler & koagulasi

Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala

ketiga Ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa

hari pertama postpartum dan akan Kembali normal pada akhir minggu ketiga

postpartum.(Bahiyatun, 2009a)

Pada masa nifas terjadi perubahan yang signifikan pada system

kardiovaskuler. Adaptasi utama pada system kardiovaskuler ibu terjadi pada masa

kehamilan itu yaitu diperlukan untuk memastikan suplai darah yang memadai ke

plasenta dan janin. Pada trimester tiga denyut jantung, volume dan curah jantung

meningkat serta terjadi peningkatan volume plasma dan penurunan resistensi

pembuluh perifer. Pada masa nifas terjadi perubahan structural dan hemodinamik

yang signifikan. Segera setelah persalinan terjadi peningkatan sirkulasi volume

darah karena kontraksi uterus dan peningkatan preload akibat hilangnya obstruksi

vena cava inferior yang meningkatkan volume sekuncup jantung dan denyut

jantung hingga 60-80 %. Keadaan ini akan Kembali pada keadaan seperti sebelum

bersalin dalam waktu satu hingga dua jam setelah melahirkan dan akan Kembali ke

keadaan sebelum hamil dalam 2 minggu setelah persalinan. Sistem kardiovaskuler

Kembali normal pada 6 minggu post partum. Curah jantung akan Kembali normal

pada 24 minggu setelah persalinan dan resistensi pembuluh darah perifer


tetaptinggi dan kadang menjadi lebih tinggi dari baseline pada enam minggu post

partum.

Studi telah menunjukkkan bahewa 12 % dari Wanita yang sebelumnya

mamiliki tekanan darah normal mengalami peningkatan tekanan darah diastolic

dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan. hal ini terjadi kemungkinan

karena adanya peningkatan volume plasma. Wanita yang menunjukkan hipertensi

selama kehamilan memiliki resiko yang lebih besar mengalami hipertensi pada

masa nifas dini, dan oleh karena itu harus dipantau secara berhati-hati.(Soetrisno et

al., 2023)

d. Sistem Hematologi

Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar

15.000 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25.000-

30.000 yang merupakan manifestasi adanya infeksi selama persalinan lama. Hal ini

dapat meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan

tekanan darah serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2-3 hari

postpartum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total kehilangan

darah pada persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml (200-300 ml hilang pada

hilang pada saat persalinan, 500-800 ml hilang pada minggu pertama postpartum

dan 500 ml hilang pada saat nifas).(Bahiyatun, 2009a)

Hematokrit awalnya mungkin turun karena kehilangan darah dalam proses

persalinan , mulai naik lagi dan volume plasma menurun karena diuresis dan

hemokonsentrasi. Nilai hematokrit Kembali normal dalam 3-5 hari postpartum

karena volume plasma darah mulai meningkat.

Pada awal periode post partum kadar fibrinogen masih tinggi dan

trombosit mulai naik ke nilai normal. Plasminogen jaringan, enzim yang

bertanggung jawab untuk lisis pembekuan darah tidak meningkat atau menjadi

normal pada awal periode postpartum. Selama kehamilan keadaan hiperkoagulasi

menghilang secara bertahap setelah persalinan, karena kadar factor pembekuan

darah menjadi normal dalam 8-12 minggu pasca persalinan. Perubahan pada system

koagulasi memberikan peningkatan resiko fenomena tromboemboli yang kira-kira


10 kali lipat selama kehamilan dan dua puluh kali lipat pada periode awal pasca

persalinan.(Soetrisno et al., 2023)

e. Sistem Gastrointestinal

Setelah kelahiran plasenta terjadi pula penurunan produksi progesterone,

sehingga yang menyebabkan nyeri ulu hati (heartburn) dan konstipasi, terutama

dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat

kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya refleks hambatan

defekasi karena adanya rasa nyeri pada perinium akibat luka episiotomy.

(Bahiyatun, 2009a)

Setelah persalinan 2 jam ibu merasa lapar, kecuali ada komplikasi

persalinan, tidak ada alas an menunda pemberian makan. Konstipasi terjadi karena

psikis takut BAB karena ada luka jahitan perinium.(Wahyuningsih, 2019)

Faal usus memerlukan waktu 3-4 hari postpartum untuk Kembali normal.

Berikut beberapa hal yang terkait perubahan pada system pencernaan :

1) Nafsu makan

Pasca melahirkan biasnaya ibu merasa lapar, sehingga diperbolehkan untuk

mengkonsumsi makan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari

sebelum faal usus Kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun

setelah melahirkan asupan makanan juga mengalami penurunan selama 1 – 2

hari.

2) Motilitas

Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot tractus cerna menetap selama

waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anestesia dapat

menyebabkan perlambatan pengembalian tonus otot dan motilitas ke keadaan

normal.

3) Pengosongan usus

Pasca melahirkan ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus

otot menurun selama proses persalinan awal masa post partum.(Yuliana &

Hakim, 2020)

f. Sistem Urinaria
Pelvis ginjal teregang dan dilatasi selama kehamilan. Akan Kembali normal

pada akhir minggu ke-4 setelah melahirkan. Kurang dari 40 %wanita post partum

mengalami protein uri non patologis, kecuali pada kasus preeklampsi.

(Wahyuningsih, 2019)

Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari post partum. Diuresis terjadi karena

saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan Kembali normal setelah 4

minggu post partum. Pada awal postpartum kandung kemih mengalami edema,

kongesti dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi pada saat kala

dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama proses persalinan.

Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung

dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam post partum.(Bahiyatun, 2009a)

Hiperfiltrasi glomerulus yang terjadi selama kehamilan normal bertahan

selam masa nifas tetapi akan kembali ke kondisi awal sebelum hamil dalam dua

minggu. Dilatasi ureter dan pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil pada 2

sampai 8 minggu postpartum. Pasca persalinan kandung kemih mengalami

peningkatan kapasitas dan relative tidak peka terhadap tekanan intravesika. Hal ini

menyebabkan distensi kandung kemih yang berlebihan, pengosongan yang tidak

lengkap dan sisa urin yang berlebihan sering terjadi pada masa nifas. Terdapat tiga

kondisi penting yang mempengaruhi masa nifas dan system urinaria, yaitu retensi

urin, inkontinensia dan diuresis :

1) Retensi Urin

Retensi urin pada masa nifas merupakan hal yang sering terjadi. Hali ini

dikarenakan terjadi distensi kandung kemih terjadi distensi kandung kemih

pada har pertama dan kedua setelah persalinan. Secara fisiologis terjadi

penurunan tonus otot kandung kemih. Secara mekanis, retensi urin dipengaruhi

oleh edema pada uretra atau adanya kompresi uretra akibat adanya edema atau

hematoma vulva setelah persalinan. Trauma genitourinaria menyebabkan

gangguan pada refleks berkemih.

2) Inkontinensia urin terutama inkontinensia urgensi mempengaruhi 30 % Wanita

postpartum dan paling sering diakitkan dengan stress psikologis yang terkait
dengan persalinan. Inkontinensia pada masa nifas dapat terjadi karena kandung

kemih yang terlalu penuh, oleh karena itu ibu post partum di motivasi untuk

BAK. Mengosongkan kandung kemih juga bertujuan untuk mencegah

perdarahan dan mencegah terganggunya kontraksi uterus. Inkontinensia urin

dapat terjadi karena adanya peregangan dasar panggul yang secara bertahap

akan Kembali ke kondisi normal. Untuk mengatasi inkontinensia urin dapat

dilakukan Latihan dasar panggul agar keluhan cepat teratasi.

3) Diuresis

Umumnya terjadi pada hari kedua setelah persalinan dan biasanya berlangsung

3-4 hari karena keseimbangan cairan dan garam Kembali ke keadaan tidak

hamil. Pada kondisi ini akan terjadi penurunan volume plasma darah dan

peningkatan hematokrit. Namunh al ini tidak akan terjadi bila ibu mengalami

kehilangan darah yang berlebihan selama proses persalinan. Ureter yang

melebar dan pelvis ginjal biasanya Kembali ke keadaan sebelum hamil dalam

waktu 4-8 minggu.(Soetrisno et al., 2023)

g. Muskuloskeletal

Otot Rahim berkontraksi segera setelah lahir. pembuluh darah yang

berada diantara otot-otot Rahim yang terlipat dikompresi. Proses inni

menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. SElama persalinan ligament yang

diregangkan, diafragma dan fasia berangsur-angsur berkontraksi dan sembuh

sehingga tidak jarang Rahim tertarik dan melemah saat ligament melingkar

mengendur. Stabilisasi penuh terjadi 6-8 minggu setelah lahir.(Erlin Novitasari et

al., 2023)

Evaluasi Tonus otot abdomen untuk menentukan diastasis (derajad

pemisahan otot rektus abdomen). Setiap Wanita mempunyai 3 set otot abdominalis

yaitu rectus abdominalis, oblique, transverse. Rectus abdominalis merupakan otot

yang paling luar bergerak dari atas ke bawah. Otot ini terbagi 2 yang dinamakan

rekti yang lebarnya ± 0,5 cm dan dihubungkan dengan jaringan fibrous (linea alba).

Pada saat hamil otot dan persendian menjadi relaks untuk persiapan

melahirkan (linea alba menjadi sangat mudah mulur). Ketika otot rectus abdomen
makin terpisah dan linea alba makin mulur kesamping dan menjadi sangat tipis,

pemisahan otot ini disebut diastasis. Ligamen, Fasia, diafragma pelvis meregang

saat kehamilan, berangsur-angsur mengecil seperti semula. (Wahyuningsih, 2019)

Dinding abdomen lunak setelah kelahiran, karena dinding perut meregang pada

saat kehamilan. Semua ibu nifas memiliki diastasis rekti (pemisahan otot rektus

abdomen). Beratnya diastasis tergantung pada beberapa faktor termasuk kondisi

umum dan tonus otot Wanita, apakah ibu nifas melakukan Latihan untuk

mengembalikan tonus ototnya dan menutup diastasisnya setelah setiap kehamilan,

paritas, jarak kehamilan dan apakah kehamilannya menyebabkan distensi

kelebihan pada abdomen, seperti gemelli, makrosomia, polihidramnion dll.

Pengembalian tonus otot diastasis yang lebarnya lima jari tentunya lebih

lama dari diastasis yang lebarnya dua jari. Pada diastasis rektus abdominalis yang

lebarnya dua jari mungkin sudah terjadi pada akhir puerpurium. Bila tonus otot

dinding abdomen tidak Kembali ke ruang antara otot rektus akan diisi dengan

peritonium , fasia dan lemak sehingga Wanita tidak mempunyai dukunag otot

untuk kehamilan berikutnya yang akan menimbulkan abdomen fendulus (perut

gantung) yang sering ditemukkan pada multipara, Kondisi ini dapat menimbulkan

nyeri punggung ekstrim dan kesulitan masuknya bagian presentasi janin ke panggul

pada kehamilan dan persalinan berikutnya.(Mertasari & Sugandi, 2023)

h. Sistem Integumen

Setelah melahirkan akan terjadi penurunan hormon progesteron, estrogen dan

melanosit stimulating hormon sehingga akan terjadi penurunan kadar warna pada

chloasma gravidarum (melasma) dan linea nigra. (Handayani & Pujiastuti, 2016)

Striae abdomen tidak dapat dihilangkan secara sempurna tetapi dapat berubah

menjadi garis putih keperakan yang halus setelah beberapa bulan.(Mertasari &

Sugandi, 2023)

i. Sistem Neurologi

Pada ibu nifas terjadi ketidaknyamanan neurologis karena kehamilan tetapi

akan menghilang setelah melahirkan. Eliminasi edema fisiologis dengan diuresis


postpartum akan menghilangkan sindrom terowongan karpal dengan mengurangi

kompresi saraf medianus.(Wulandari et al., 2023)

j. Sistem Endokrin

Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL( Hormon

Plasenta Lactogen ) secara berangsur turun dan normal Kembali setelah 7 hari

postpartum. HCG tidak terdapat dalam urin ibu setelah 2 hari postpartum. HPL

tidak lagi terdapat dalam plasma.(Bahiyatun, 2009a)

1) Hormon Plasenta

Otot Rahim dan hormon plasenta berkurang dengan cepat setelah lahir. HCG

menurun dengan cepat dan tetap serendah 10 mikrometer selama 3 jam hingga

hari ketujuh post partum dan pada hari ketiga pasca melahirkan yaitu

dimulainya pengamatan kelenjar susu.

2) Hormon Pituitary

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada Wanita yang tidak

menyususi prolactin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan

meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ketiga) dan LH tetap

rendah hingga ovullasi terjadi.(Yuliana & Hakim, 2020)

Pada Wanita yang menyusui bayinya, maka prolactin darah meningkat dengan

cepat, sedangkan pada Wanita yang tidak menyusui bayinya akan mengalami

penurunan prolactin .(Erlin Novitasari et al., 2023)

3) Hipotalamik pituitary ovarium

Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan

menstruasi pada wanita yang menyusui maupun tidak menyusui. Pada wanita

menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar

16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita

yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6

minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.

4) Hormon Oksitosin

Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otakbagian belakang,bekerja

terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga


persalinan,hormone oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan

emempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi

dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin,sehingga dapat

membantu involusi uteri.

5) Hormon estrogen dan progesterone

Setelah bayi dan plasenta lahirkadar estrogen dan progesterone turun dalam

waktu singkat. Penurunan hormon estrogen mengarahkan pada penurunan

protein pengikat serum. Perubahan ini menghasilkan kadar serum yang lebih

rendah pada sirkulasi hormon.(Soetrisno et al., 2023)

6) Hormon prolactin

Peningkatan hormon prolactin pada periode postpartum berkaitan

dengan proses persalinan dan menyusui. Prolaktin yang dilepaskan dari

laktotrof kelenjar hipofise anterior merupakan respon terhadap hisapan bayi

adalah sinyal utama yang bertanggung jawab untuk stimulasi sintesis susu di

kelenjar susu. Prolaktin merupakan inhibitor kuatdari berbagai system

endokrin. Perubahan endokrin yang mendadak mempengaruhi fisiologi dan

emosi ibu nifas. Menyususi menyebabkan pelepasan prolactin lebih tinggi dan

kadarnya akan tetap meningkat sampai saat menyusui berhenti. Apabila ibu

nifas tudak menyusui maka kadar prolactin Kembali normal dalam waktu 2-3

minggu.(Soetrisno et al., 2023)

Onset terjadinya menstruasi setelah persalinan cukup bervariasi dan

tergantung ibu menyusui atau tidak. Pada ibu yang tidak menyusui umumnya

menstruasi akan terjadi pada minggu ke enam hingga minggu ke delapan

setelah persalinan. Durasi anovulasi tergantung pada frekuensi dan intensitas

menyusui. Semakin sering menyusui maka kadar prolactin pada ibu menyusui

semakin tinggi, karena hisapan bayi saat menyusu merangsang kelenjar

hipofisis untuk memproduksi prolactin. Peningkatan kadar prolactin

menghambat ovarium merespon hormon perangsang folikel, menekan

pelepasan hormon leutenezing dan menekan sekresi gonadotropin. Oleh karena

itu pemberian ASI secara ekslusif merupakan kontrasepsi alami pada ibu
menyusui. Menstruasi pada ibu menyusui biasanya akan terjadi dalam 4-5

bulan setelah persalinan, pada beberapa kasus menstruasi dapat terjadi 24

bulan setelah persalinan. Namun proses ovulasi pada ibu nifas dapat terjadi

tanpa adanya menstruasi sehingga pada keadaan ini dapat terjadi kehamilan.

(Soetrisno et al., 2023)

k. Penurunan Berat Badan

Wanita mengalami penurunan berat badan rata-rata 12 pon (4,5 kg) pada

waktu melahirkan. penurunan ini mewakili gabungan berat bayi, plasenta, dan

cairan amnion. Ibu nifas dapat Kembali mengalami penurunan berat badan

sebanyak 5 pon dalam minggu pertama setelah melahirkankarena kehilangan

cairan. Mayoritas ibu nifas mengalami penurunan berat badan Kembali seperti

sebelum hamil dalam 6 bulan postpartum. Penentu utama penurunan berat badan

pada masa nifas adalah kenaikan berat badan saat hamil. Wanita yang mengalami

peningkatan berat badan paling banyak pada saat hamil akan mengalami penurunan

berat badan paling besar juga pada masa nifas. Wanita multipara mengalami

penurunan berat badan yang lebih sedikit.(Mertasari & Sugandi, 2023)

l. Tanda-tanda vital

Tekanan darah harus dalam keadaan stabil, suhu tubuh turun secara perlahan dan

stabil pada 24 jam post partum.(Bahiyatun, 2009a)

1) Suhu

Suhu badan setelah melahirkan dapat naik 0.5 derajad celcius dari keadaan

sushu normal, tetapi tidak melebihi 38 derajad celcius setelah 12 jam pertama

melahirkan umumnya suhu badan akan Kembali normal. Pada hari ketiga nifas

suhu tubuh ibu kakan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada

menjadi bengkak, keras, vena berdilatasi karena produksi ASI yang besar-

besaran pada masa nifas.

2) Nadi

Nadi biasanya sedikit meningkat pada akhir persalinan seiring dengan

besarnya tenaga yang dikeluarkan. Kisaran nadi normal antara 60-80 kali

permenit, segera setelah persalinan dapat terjadi bradi kardi (denyut dibawah
normal). Pada masa nifas, umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan suhu

tubuh.

3) Tekanan Darah

Segera setelah persalinan Wanita akan mengalami peningkatan tekanan darah

sementara akibat proses mengejan dan stress berlebihan dalam proses

persalinan. Tekanan darah akan Kembali secara spontan pada tekanan darah

normal dalam waktu beberapa hari masa nifas.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut

nadi. Bila suhu tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali jika

ada ganmgguan khusus pada saluran pernafasan. Pada umumnya pernafasan

lambat atau normal (16-24 kali per menit), hal ini dikarenakan ibu dalam

keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila pernafasan pada masa

post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok atau

embolus paru. (Mertasari & Sugandi, 2023)

2. Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

a. Periode Penerimaan Peran Baru

Periode postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan

lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang

mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa

postpartum yaitu :

1) Respon dan dukungan dari keluarga dan teman

2) Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi

3) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain

4) Pengaruh budaya

(Bahiyatun, 2009a)

Adaptasi Psikologis masa nifas adalah suatu proses penyesuainan diri

secara bertahap, baik fisik maupun psikologis dari perempuan yang terjadi setelah

melahirkan yang berkaitan dengan peran barunya sebegai ibu dan perubahan
fisiologis yang terjadi menyangkut perubahan fisik dan psikologis. (Bahiyatun,

2009a)

Satu atau dua hari postpartum ibu cenderung pasif dan tergantung. Ia hanya

menuruti nasihat, ragu-ragu dalam membuat keputusan, masih focus untuk

memenuhi kebutuhannya sendiri, masih menggebu membicrakan pengalaman

persalinan. Periode ini diuraikan oleh Rubin terjadi dalam 3 tahap :

1. Taking in

1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan

Pada umumnya ibu pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada

kekhawatiran akan tubuhnya.

2) Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan

3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur

4) Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya

bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian

kondisi ibu tidak berlangsung normal.(Bahiyatun, 2009a)

Dukungan yang bisa diberikan untuk memperpendek fase ini berupa :

1) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk bercerita tentang pengalaman

serunya melahirkan dan perasaannya saat ini

2) Memberikan perlindungan ibu dari bahaya nifas sepertiperdarahan oleh

karena atonia uteri, infeksi saluran kencing dan hipotermia pada bayi

3) Membantu ibu untuk pemenuhan kebutuhan fisik seperti menyiapkan

makanan yang bergizi, mengingatkan ibu mobilisasi dini, berkemih,

menjaga personal hygiene dan istirahat.

4) Memberikan instruksi asuhan kebidanan secara berulang-ulang mengingat

pada fase ini ibu cenderung pasif dan kurang konsentrasi dan ,masih

berfokus kepada dirinya dan pengalaman melahirkan saja. (Bahiyatun,

2009a)

2. Taking Hold

1) Berlangsung 2-4 hari postpartum


Ibu memperhatikan pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan

meningkatkan tanggung jawab terhadap janin

2) Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh (misalnya eliminasi)

3) Ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan untuk merawat bayi,

misalnya menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitive dan merasa tidak

mahir dalam melakukan haltersebut, sehingga cenderung menerima nasihat

dari bidan karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang

bersifat pribadi.

Dukungan yang bisa dilakukan oleh bidan untuk memperppendek fase ini :

1) Melakukan kunjungan rumah secara berkala, terutama pada ibu nifas dengan

umur yang terlalu muda

2) Membantu ibu nifas mengatasi ketidaknyamanan yang umum dialami pada

fase ini, seperti diaphoresis, diuresis, nyeri otot, perut dan perinium.

3) Berikan edukasi secara bertahap kepada ibu nifas pada fase ini tentang

perawatan diri dan bayinya, person sebagai orangtua, anticipation sibling

dan petunjuk antisipasi lainnya karena pada saat ini ibu sudah siap belajar.

3. Letting Go

1) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu

dan perhatian yang diberikan oleh keluarga

2) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus

beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat bergantung yang

menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan

social

3) Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpartum.(Bahiyatun, 2009a)

 Depresi Postpartum

Beberapa ibu mengalami perasaan let down setelah melahirkan

sehubungan dengan seriusnya pengalaman waktu melahirkan dan

keraguan akan kemampuan mengatasi secara efektif dalam

membesarkan anak. Pada umumnya depresi ini sedang dan mudah


berubah mulai 2-3 hari setelah melahirkan dan dapat diatasi pada 1-2

minggu kemudian.

b. Fase Adaptasi Psikologis Lainnya

1) Abandonment (Perasaan Terabaikan)

Dalam proses persalinan dan sesaat setelah persalinan ibu sebagai pusat

perhatian baik oleh bidan, suami, keluarga dan kerabat. Beberapa jam setelah itu

perhatian orang-orang di sekitar mulai ke bayi dan ibu merasa “cemburu” kepada

bayi. Kondisi ini juga terjadi pada ayah karena istri menjadi lebih focus kepada

bayi dan ayah merasa terabaikan.

Dukungan yang bisa diberikan bidan untuk memperpendek fase ini :

a) Beri edukasi melakukan perawatan bayi, bisa dilakukan secara bersamaan

oleh ayah maupun ibu

b) Bantu pasangan menyadari bahwa peran kedua oang tua adalah sangat

penting dalam perawatan bayi

2) Disappointment (kekecewaan)

Proses kehilangan menurut Klaus dan kennel (1982) meliputi tahapan :

a) Shock (lupa peristiwa)

b) Denial (menolak, “apakah ini bayiku?”, “ini bayi orang lain…”)

c) Equilibrium dan Acceptance (penurunan reaksi emosional, kadang menjadi

kesedihan yang kronis)

d) Reorganization (dukungan mutual antar orang tua)

Respon terhadap bayi cacat yang mungkin muncul antara lain :

a) Fantasi anak normal vs kenyataan

b) Shock, tidak percaya, menolak

c) Frustasi, marah

d) Menarik diri

Penatalaksanaan untuk keadaan ini meliputi :

a) Jelaskan apa yang terjadi

b) Dukungan kepada orang tua saat pertama kali melihat bayi


c) menemani dan menyediakan kursi

d) sampaikan kelebihan bayi

e) Ulangi penjelasan karena orang tua susah mengingat dan konsentrasi

f) Ciptakan lingkungan yang aman dan meyakinkan

g) Ciptakan hubungan saling percaya

Bila bayi meninggal :

a) Biarkan orang tua Bersama bayinya selama mungkin

b) Temani orang tua, jangan diisolasi

c) Berikan dukungan

d) Dengarkan, jangan terlalu banyak penjelasan

e) Berikan penjelasan yang akurat

f) Biarkan orang tua melalui proses kehilangan

g) Bantu persiapan pulang

h) Menciptakan memori dengan memberi informasi, mengambil foto, cap kaki,

memberi nama, merawat bayi, menggendong, memeluk, & pemakaman.

(Bahiyatun, 2009a)

3) Postpartum blues/Baby Blues

Merupakan periode emosional stress yang terjadi antara hari ke-3 hingga

ke-10 setelah persalinan yang terjadi pada 80% pada ibu postpartum.

Karakteristik kondisi ini adalah iritabilitas meningkat, perubahan mood, cemas,

pusing serta perasaan sedih dan sendiri. Ada beberapa factor yang berperan

menyebabkan kondisi ini, yaitu :

a) Perubahan kadar hormon yang berlangsung secara cepat

b) Ketidaknyamanan yang tidak diharapkan (payudara bengkak, nyeri

persalinan)

c) Kecemasan setelah pulang dari RS atau tempat bersalin

d) Menyusui

e) Perubahan pola tidur.

(Bahiyatun, 2009a)

 Gejala Post partum Blues (baby blues)


Pada umumnya ibu nifas dengan kondisi post partum blues menunjukkan

geljala sebagai berikut :

- Menangis tanpa sebab

- Mudah merasa cemas

- mudah tersinggung

- sensitive

- kurang konsentrasi

- mudah stress

- swing mood sepanjang waktu

- merasa rapuh dan tidak berdaya

- merasa bersalah

- merasa gelisah

- gangguan tidur

- merasa kesepian

 Penyebab Baby Blues

- Sebagian besar disebabkan karena perubahan hormonal secara drastis

pada saat pasca melahirkan (penurunan hormon estrogen &

progesterone) yang mempegaruhi zat-zat kimia di dalam tubuh dan otak

yang mengatur mood sehingga perasaan ibu sering terganggu

- Respon dari ketergantungan pada orang lain akibat kelelahan setelah

melahirkan dan menyusui

- Perubahan rutinitas karena merawat bayi

- Kurang mendapat dukungan dari suami, keluarga dan lingkungan

- Ketidaknyamanan fisik akibat adaptasi fisiologis dalam masa nifas.

 Tindakan yang bisa dilakukan ibu bila mengalami kondisi Baby Blues

Sindrome :

- Berbagi perasaan dengan bercerita kepada suami atau orang terdekat

tentang apa yang dirasakan

- Melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan

- Olahraga ringan dan relaksasi

- Segera istirahat Ketika bayi tidur


- Mengkonsumbi makanan yang bergizi dan sehat

- Lakukan me time dengan aktivitas yang menyenangkan

- Tidak membandingkan bayi sendiri dengan bayi lain

 Tindakan yang bisa dilakukan ayah untuk memutus baby blues :

- Membantu merawat bayi

- Membantu pekerjaan rumah atau memfasilitasi dengan ART atau baby

sitter

- Menjadwalkan kunjungan keluarga / teman agar ibu tidak kelelahan

- Mencari waktu untuk melakukan hal yang menyenangkan bagi ibu dan

ayah

- Mendukung ibu untuk menyusui

- Menjadi teman yang sabar bagi ibu untuk berbagi

Baby blues berdasarkan definisinya akan menghilang dengan sendirinya.

Jika Baby blues syndrome tidak membaik atau bahkan memburuk maka

sebaiknya anjurkan ibu, suami atau keluarga untuk mengantar ibu ke

psikolog untuk mencegah dan mengatasi kondisi yang lebih buruk yaitu

depresi postpartum

5) Depresi Post partum

Merupakan kondisi gangguan mood atau perasaan yang dialami oleh ibu

setelah melahirkan bayinya. Ibu mengalami kesedihan yang mendalam dan

merasa tidak berharga, sehingga merasa terganggu dalam melakukan

aktivitas sehari-hari, kondisi ini adalah kelanjutan dari postpartum blues yang

tidak ditangani dengan baik dan terjadi pada sekitar 15% ibu nifas.

 Gejala depresi postpartum :

- Kehilangan minat pada bayi

- Perasaan marah

- Mudah tersinggung

- Kehilangan nafsu makan

- Gangguan tidur
- Menangis dan sedih

- Merasa bersalah dan malu

- Merasa tidak ada harapan

- Kehilangan minat dan kesenangan terhadap hal-hal yang disukai

sebelumnya

- Pikiran untuk melukai diri dan bayinya

Depresi postpartum membuat penderita merasa putus harapan, merasa tidak

menjadi ibu yang baik sampai tidak mau mengurus anak. Depresi postpartum

bukan hanya dialami oleh ibu tetapi juga dialami oleh bayi dan ayah. Depresi

postpartum pada ayah paling sering terjadi 3-6 bulan setelah bayi lahir.

Seorang ayah lebih rentan terkena depresi postpartum Ketika istrinya terkena

kondisi tersebut.

Tabel 3.1 Perbedaan Baby Blues/Postpartum Blues, Depresi Postpartum dan


Psikosis

Kelainan Baby Blues Depresi Psikosis

Durasi Beberapa hari s.d Mingg uke-1 s.d 1 48 jam s.d 2-3 tahun

2 minggu tahun postpartum postpartum

postpartum

Pikiran - Cemas yang - Cemas tidak Halusinasi, sering

bisa terkontrol bingung, pikiran

dikendalikan - Sulit konsentrasi meloncat-loncat tidak

- Mudah lupa - Mudah lupa beraturan

Perasaan Mudah sedih dan - Merasa bersalah, - Sulit mengontrol

terganggu tidak berharga perasaan dan

- Tidak berminat pikiran dari senang

dekat dengan tiba-tiba sedih, takut


bayi - Tiba-tiba panik

- Menganggap anak

mahluk lain

Perilaku - Mudah - Menjauh dari - Bicara sulit

menangis pasangan dan dimengerti

- Malas makan lingkungan - Ada Upaya

- Menyendiri, sulit menyakiti diri

tidur, kurang nafsu sendiri dan orang

makan lain

 Penyebab Depresi postpartum :

- Penurunan hormon yang drastic pasca melahirkan, mempengaruhi zat-zat

kimia otak yang mengatur suasana hati, sehingga mood ibu menjadi

terganggu

- Kecemasan dan depresi selama kehamilan

- Konflik keluarga

- Kurang mendapat dukungan suami, keluarga atau lingkungan

- Stigma negative dari lingkungan maupun keluarga sendiri

- Tuntutan yang tinggi tentang ibu ideal

- Kondisi bayi yang tidak sesuai harapan

- Ketidaknyamanan fisik

- Ketidakmampuan dalam menjalankan peran dan tanggung jawab baru

 Faktor Resiko Depresi Postpartum

- Pernah menderita depresi sebelum atau selama hamil

- Menderita gangguan jiwa

- Ada anggota keluarga yang menderita depresi

- Penyalahgunaan NAPZA

- Kesulitan menyusui anak

- Terlalu muda punya anak

- Kehilangan

 Pencegahan Depresi Postpartum


- Temukan faktor resiko

- Dengan control rutin pasca melahirkan

- Jika diperlukan konsul psikiater, mengkonsumsi obat antidepresan sesuai

resep dokter baik pada saat hamil maupun setelah melahirkan

- Ibu perlu menjalin komunikasi yang baik, menyelesaikan masalah atau

berdamai dengan pasangan, keluarga dan teman jika memiliki masalah

 Upaya Pencegahan

- Setelah ibu melahirkan dapatkan bantuan dari teman atau keluarga sampai

ibu mandiri

- Jangan terlalu khawatir dengan tugas-tugas yang tidak benar-benar harus

dilakukan

- Seringlah tidur siang untuk tetap beristirahat

- makan makanan yang sehat

- Berolahraga yang cukup

 Penanganan Depresi

- Tidak mengisolasi diri

- Menempatkan harapan yang realistis dan memaafkan diri sendiri

- mengkomunikasikan segala hal yang ingin diungkapkan

- Bicarakan rasa cemas yang dialami

- Bersikap tulus Ikhlas dan menerima peran baru setelah melahirkan

- Bersikap fleksibel tidak perlu prefeksionis dalam mengurus bayi atau

rumah tangga

- Belajar tenang dengan meditasi

- Kebutuhan istirahat yang cukup, tidurlah Ketika bayi tidur dan cukup

menikmati me time

- Berolah raga ringan / senam nifas

- Bergabunglah dengan support group

- Dukungan tenaga Kesehatan

- Dukungan suami, keluarga dan teman sesama ibu


- Penderita depresi postpartum tetap perlu melakukan control rutin ke

dokter, sebab pengobatan depresipostpartum bisa berlangsung hingga

beberapa bulan.

3. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Menurut (Sulistyawati, 2013a)kebutuhan dasar ibu nifas meliputi mobilisasi, nutrisi

dan cairan, defekasi, perawatan payudara dan keluarga berencana (KB).

a. Mobilisasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing

penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin untuk

berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (Ibu

boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah adanya trombosis).

(Sulistyawati, 2013a)

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, karenanya ia harus cukup

istirahat dan dianjurkan untuk tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan.

Kemudian boleh miring kiri dan kanan, untuk mencegah adanya trombosis. Pada

hari ke-2 barulah ibu diperbolehkan duduk, pada hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-

4 sampai ke-5 baru diperbolehkan pulang. (Sulistyawati, 2013a)

Pada ibu post SC ambulasi dini dimulai dalam 24 jam setelah melahirkan,

tujuannya adalah :

1) Menguatkan otot perut sehingga menghasilkan bentuk tubuh yang baik

2) Mengencangkan dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki

inkontinensia uri

3) Membantu memperbaiki sirkulasi darah di seluruh tubuh

Latihan Senam pasca persalinan

1) Memperkuat dasar panggul

Senam yang pertama yang paling disarankan adalah kegel. Lakukan kegel pada

hari pertama postpartum

2) Mengencangkan otot abdomen


Otot abdomen setelah melahirkan memerlukan perhatian khusus. Pengembalian

otot abdomen merupakan tujuan utama dari senam nifas.Otot abdomen yang

telah dipulihkan sangat penting untuk menopang punggung bagian bawah yang

merupakan mata rantai terlemah dari kerangka tubuh manusia. Penting sekali

untuk memeriksa apakah ada pemisahan otot-otot oerut (diastasis) sebelum

memulai senam abdomen. Tunda penekukan dan pengangkatan kaki jika

terdapat diastasis yang parah.

3) Miringkan panggul (untuk punggung bagian bawah)

Berbaring dengan lutut ditekuk kea rah abdomen, Tarik perut ke dalam sehingga

otot abdomen berkontraksi pada saat menghembuskan napas dan kencangkan

bokong.Angkat panggul ke atasa tahan selama 3 hitugan Panjang kemudian

lepaskan

4) Lingkaran pergelangan kaki

Dengan kaki dinaikkan atau telapak kaki diangkat ke atas, bengkokkan

pergelangan kaki, jari kaki mendongak ke atas kemudian menunjuk ke bawah

sambil menekukkan kaki. Selanjutnya lakukan Gerakan pergelangan kaki yang

memutar dalam satu arah kemudian kea rah sebaliknya.(Bahiyatun, 2009b)

b. Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan

protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan

produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kebang bayi. Rata-rata ibu

harus mengonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui, tambahan 20 gr protein

diatas kebutuhan normal dan dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam bentuk air

putih, susu dan jus buah. Kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu

pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan

vitamin A pada bayinya melalui ASI. (Dewi, 2013).

c. Defekasi

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari ke dua

post partum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per
oral atau per rectal. Jika setelah pemberian obat masih belum bisa BAB, maka

dilakukan secara klisma atau hukna. (Saleha, 2013)

d. Perawatan Payudara

Perawatan mammae harus sudah dilakukan sejak kehamilan, areola mammae

dan putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau krem agar

tetap lemas, jangan sampai nanti putting mudah lecet dan pecah-pecah. Sebelum

menyusui mammae harus dibuat lemas dengan melakukan masase secara

menyeluruh. Setelah areola mammae dan putting susu dibersihkan, barulah bayi

disusui. (Saifuddin, 2014)

e. Seksualitas Masa Nifas

Kebutuhan seksualitas pada ibu postpartum menjadi perhatian ibu dan keluarga.

Hal ini perlu didiskusikan saat hamil dan diulang pada postpartum berdasarkan

kepercayaan dan budaya ibu dan keluarga. Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajad

rupture perinium dan penurunan hormon steroid setelah persalinan. Keinginan

seksual ibu menurun karena kadar hormon reendah, adaptasi peran baru, keletihan

(kurang istirahat dan tidur). Penggunaan kontrasepsi diperlukan karena

pengembalian masa subur yang tidak dapat diprediksi. Menstruasi ibu terjadi pada

kurang lebih 9 minggu pada ibu tidak menyusui dan kurang lebih 30-36 minggu

atau 4-18 bulan pada ibu ang menyusui.

Hal-hal yang mempengaruhi seksualitas pada ,asa nifas yaitu :

4) Intensitas respon tubuh berkurang karena perubahan faal tubuh. Tubuh menjadi

tidak atau belum sensitive seperti semula

5) Rasa Lelah akibat mengurus bayi mengalahkan rasa inginbermesraan

6) Bounding dengan bayi menguras semua cinta kasih sehingga waktu tidak tersisa

untuk pasangan

7) Kehadiran bayi di kamar yang sama membuat ibu tidak nyaman secara

ppsikologis untuk melakukan hubungan intim

8) Pada minggu pertama setelah persalinan hormon estrogen menurun yang

mempengaruhi sel-sel penyekresi cairan pelumas vagina alami yang berkurang.


Hal ini menimbulkan rasa sakit bila berhubungan seksual, untuk itu diperlukan

pelumas/lubrikan buatan

9) Ibu mengalami let down ASI sehingga respon terhadap orgasme yang dirasakan

sebagai rangsangan seksual saat menyusui. Respon fisiologis ini dapat menekan

ibu kecuali mereka memahami bahwa hal tersebut adalah normal.

Solusi untuk mengatasi hal tersebut antara lain :

1) Bidan memberikan Batasan rutin 6 minggu pasca persalinan, akan tetapi jika

pasangan ingin lebih cepat konsultasikan hal ini untuk mengetahuidengan

pasti jenis persalinan, kondisi perinium, dan kecepatan pemulihan ibu. Jika

hasil pemeriksaan menunjukkan pasangan harus menunggu maka hendaknya

diditaati agar tidak menyakitkan ibu secara fisik.

2) Ungkapkan cinta dengan cara lain, seperti duduk berpelukan di depan TV,

menggosok punggung pasangan dan berdansa berdua. Jika tidak Lelah dapat

membantu pasangan melakukan masturbasi

3) Program kontrasepsi harus segera dilakukan sebelum bungungan seksual

karena ada kemungkinan hamil Kembali dalam kurun waktu kurang dari 6

minggu

f. Keluarga Berencana

KB pasca salin adalah penggunaan kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan

42 hari setelah melahirkan. KB pasca salin penting untuk mencegah kehamilan

yang tidak tepat waktu dan berjarak dekat karena dapat mencegah risiko morbiditas

ibu dan hasil bayi yang buruk. Pengetahuan sangat penting untuk menunjang

keikutsertaan KB. Tujuan dari penelitian adalah mengakaji jurnal hubungan

pengetahuan ibu tentang KB pasca salin dengan keikutsertaan menjadi akseptor

KB. Metode yang digunakan sistem review yang mencari satu kesamaan dalam

literature jurnal tersebut dan ditarik kesimpulan sesuai tujuan khusus. keyword

(“Pengetahuan ibu nifas” OR “Keikutsertaan” OR “KB pasca salin”. Analisis dari

telaah jurnal mengkaji pengetahuan akseptor, 7 dari 10 artikel berpengetahuan

baik, 1 artikel berpengetahuan cukup, 2 artikel berpengetahuan kurang, sebagian

besar mengetahui metode suntik dan implan. Pengetahuan baik, status pendidikan
ibu membawa peran penting dalam keikutsertaan KB. Mengkaji pengetahuan KB

pasca salin dengan keikutsertaan menjadi akseptor KB, 6 artikel berpengetahuan

baik dan ikut KB pasca salin, 1 artikel berpengetahuan baik tidak ikut KB pasca

salin, 1 artikel berpengetahuan baik dan ikut KB pasca salin, 2 artikel yang

berpengetahuan kurang tidak ikut KB. Hasil dari penelitian semakin baik

pengetahuan maka semakin besar potensi mengguakan kontrasepsi pasca salin,

Kesimpulan Pengetahuan ibu dapat mempengaruhi keikutsertaan menjadi akseptor

KB. (Niam et al., 2022)

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu

harus kembali hamil. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan sel telur (ovulasi)

sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki (amenore laktasi). Oleh

karena itu amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk

mencegah terjadinya kehamilan yang baru. Resiko cara ini ialah 2% kehamilan.

(Saleha, 2013)

Kontrasepsi yang cocok untuk ibu pada masa nifas, antara lain metode

amenorrhea laktasi (MAL), pil progesin (mini pil), suntikan progestin, kontrasepsi

implant, dan alat kontrasepsi dalam rahim. (Dewi, 2013)

Manfaat Keluarga Berencana :

1) Untuk ibu

a) Perbaikan Kesehatan tubuh karena mencegah kehamilan berulang dalam

waktu yang pendek

b) adanya cukup waktu untuk mengasuh anak-anak, istirahat dan waktu luang

serta melakukan kegiatan lain

2) Untuk anak yang dilahirkan

a) Dapat tumbuh lebih optimal karena ibu yang mengandungnya dalam

kondisi sehat

b) sesudah lahir anak akan memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan

yang cukup

3) Untuk anak yang lain


a) Memberikan kesempatan perkembangan fisik yang lebih baik karena

memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam

keluarga

b) perkembangan mental dan social lebih sempurna karena pemeliharaan

yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang diberikan oleh ibu untuk

anak

c) Perencanaan kesempatan Pendidikan yang lebih baik karena sumber

pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata.

4) Untuk ayah

Memperbaiki Kesehatan fisik, mental dan social karena kecemasan

berkurang serta lebih banyak waktu luang untuk keluarga.(Bahiyatun, 2009b)

Macam-macam metode kontrasepsi untuk ibu menyusui :

1) Metode amenore laktasi (MAL)

adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI. MAL sebagai alat

kontrasepsi apabila :

a) Menyusui secara penuh (full breastfeeding)

b) Belum haid

c) Umur bayi kurang dari 6 bulan

Metode ini efektif sampai usia 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan

pemakaian kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya dengan menunda atau

menekan ovulasi.

2) Suntikan DMPA (3 bulan an)

3) Implan

4) AKDR / IUD

5) Kondom

4. Adaptasi Psikologi Ibu pada Masa Nifas

Kesejahteraan emosional ibu selama periode pascanatal dipengaruhi oleh banyak

faktor, seperti kelelahan, pemberian makan yang sukses, puas dengan perannya sebagai

ibu, cemas dengan kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang

tersedia untuk ibu. (Rukiyah dkk, 2010:45)


Menurut Handayani dan Pujiastuti (2016:26-27) masa nifas merupakan masa

transisi peran seorang ibu dimana memerlukan adaptasi psikologis yang tidak mudah.

Masa nifas merupakan masa bertambahnya kecemasan ibu berhubungan dengan

pengalaman unik selama persalinan. Beikut merupakan fase adaptasi psikologis masa

nifas:

a. Fase Taking In

Merupakan periode ketergantungan (dependent), yang perlangsung hari 1 sampai 2

hari pertama, dengan ciri khas ibu fokus pada diri sendiri dan pasif terhadap

lingkungan, menyatakan adanya rasa ketidaknyamanan yang dialami: rasa mules,

nyeri luka jahitan, kurang tidur dan kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan:

istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi yang adekuat.

b. Fase Taking On

Pada fase ini disebut meniru, pada taking in fantasi wanita tidak hanya meniru tapi

sudah membayangkan peran yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Pengalaman

yang berhubungan dengan masa lalu dirinya yang menyenangkan, serta harapan

untuk masa yang akan datang. Pada tahap ini wanita akan meningkatkan perannya

pada masa lalu.

c. Fase Taking Hold

Berlangsung dalam 3 sampai 10 hari setelah melahirkan, menunjukkan bahwa ibu

mengalami kekhawatiran ketidakmampuan dan rasa tanggungjawab dalam merawat

bayinya, ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung.

d. Fase Letting Go

Fase dimana ibu mulai menerima tanggung jawab peran barunya, berlangsung

setelah 10 hari setelah melahirkan, pada masa ini ibu mulai dapat beradaptasi

dengan ketergantungan bayinya, terjadi peningkatan perawatan bayi dan dirinya,

ibu merasa percaya diri, lebih mandiri terhadap kebutuhan bayi dan dirinya. Ibu

memerlukan dukungan keluarga terhadap perawatan bayinya.

5. Jadwal Kunjungan Masa Nifas


Paling sedikit kunjungan nifas 4 kali dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi

baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi

(Saifuddin, 2014).

Kunjungan Waktu Tujuan

I 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat

setelah atonia uteri

persalinan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan dan rujuk jika perdarahan

berlanjut

3. Member konseling pada ibu atau salah satu

anggota keluarga mengenai cara mencegah

perdarahan masa nifas akibat atonia uteri

4. Pemberian ASI awal

5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah

hipotermia

7. Petugas kesehatan yang menolong persalinan

harus mendampingi ibu dan bayi lahir selama

2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai

dan bayi dalam keadaan stabil

II 6 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal,

setelah uterus berkontraksi, fundus di bawah

persalinan umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,

tidak ada bau

2. Menilai adanya demam

3. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup

makanan, cairan, dan istirahat

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan


tidak memperlihatkan tanda penyulit

5. Member konseling pada ibu tentang asuhan

pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi

tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari

III 2 minggu Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)

setelah

persalinan

IV 6 minggu 1. Mengkaji tentang kemungkinan penyulit

setelah pada ibu

persalinan 2. Memberi konseling keluarga berencana

(KB) sedini mungkin

(Saifudin, 2014: 76)

6. Teknik Menyusui

Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam pemberian makanan

yang bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh

biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi (Anggraini, 2010).

Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi, mengasuh bayi

dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan

nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun –

tahun berikutnya (Wiji, 2013:31)

Menurut Wiji (2013:31-35) pada saat menyusui bayi ada beberapa cara yang harus

diketahui ibu tentang cara menyusui yang benar yaitu:

a. Posisi Menyusui

Agar proses menyusui berjalan dengan lancar, maka seorang ibu harus

mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke

bayi secara efektif. Berikut ini 4 butir kunci memegang bayi diantaranya:
1) Kepala bayi dan badan bayi harus dalam satu garis lurus, bayi tidak dapat

menetek atau menghisap dengan mudah apabila kepalanya bergeser atau

melengkung.

2) Muka bayi menghadap payudara dengan hidung menghadap putting yaitu

seluruh badan bayi menghadap badan ibu.

3) Ibu memegang bayi dekat dengan ibu.

4) Apabila bayi baru lahir, ia harus menopang bokong bayi bukan hanya kepala

dan bahu merupakan hal yang penting untuk bayi baru lahir.

Ada beberapa posisi menyusui yaitu dengan posisi berdiri, posisi rebahan,

posisi duduk, posisi menggendong, posisi menggendong menyilang (transisi),

posisi football (mengepit), dan posisi berbaring. Hal ini dapat diterapkan

disesuaikan dengan kenyamanan ibu.

Berikut adalah posisi menyusui dengan posisi duduk.

1) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan diatas

pangkuan ibu,

2) Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan

bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau

yang satu didepan.

3) Satu tangan diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan.

4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.

5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

b. Cara Menyusui yang Benar

Ada beberapa cara yang harus diketahui tentang cara menyusui yang benar.

1) Cara menyusu dengan sikap duduk.

2) Sebelum menyusui, ASI keluarkan sedikit kemudian di oleskan di putting susu

dan areola sekitarnya. Cara ini memiliki manfaat yaitu sebagai desinfektan dan

menjaga kelembapan putting susu.

3) Menggunakan bantal untuk menopang bayi diatas pangkuan ibu.

4) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari ibu dan ibu jari ibu

menekan payudara bagian atas areola.


5) Bayi diberikan rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi

dengan putting susu atau menyentuh mulut bayi.

6) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.

7) Usahakan areola sebagian besar dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga

putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi menekan ASI keluar.

8) Setelah menyusu selesai, ASI dikeluarkan sedikit demi sedikit kemudian

dioleskan pada putting susu dan areola disekitarnya. Biarkan kering sendiri.

9) Menyendawakan bayi.

c. Kendala dalam Pemberian ASI

Menurut Wiji (2013:60-68) ada beberapa masalah yang sering ditemui pada

ibu, yaitu:

1) Putting susu yang pendek/terbenam

Bila ditemui kasus ibu dengan putting susu terbenam, dilakukan:

a) Usahakan putting menonjol keluar dengan cara menarik putting susu

dengan jari telunjuk dan jari jempol.

b) Menggunakan pompa putting susu atau dengan jarum suntik 10 ml

(disesuaikan dengan ukuran putting ibu) yang telah dimodifikasi supaya

putting susu keluar.

2) Putting susu lecet

Berikut penanganan pada putting susu lecet:

a) Mencari penyebab puting susu lecet (posisi menyusui yang

salah,candidiasis atau dermatitis).

b) Obati penyebab putting susu lecet terutama perhatikan posisi menyusui.

c) Jika keadaan luka tidak begitu sakit dan parah, ibu tetap dianjurkan

memberikan ASI atau istirahatkan putting susu yang sakit 1 x 24 jam,

tetapi sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan.

d) Setelah terasa membaik, dianjurkan mulai menyusui kembali mula-mula

dengan waktu yang lebih singkat.

e) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas.


7. Menjaga Kehangatan Bayi

Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK)

merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur dengan

melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact

dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Selain dari pada

itu, Perawatan Metode Kanguru (PMK) mempermudah pemberian ASI, sehingga

meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI.

Berikut ini adalah cara Perawatan Metode Kanguru (PMK):

a) Cara memegang atau memposisikan bayi

1) Peluk kepala dan tubuh bayi dalam posisi lurus

2) Arahkan muka bayi ke puting payudara ibu

3) Ibu memeluk tubuh bayi, bayi merapat ke tubuh ibunya

4) Peluklah seluruh tubuh bayi, tidak hanya bagian leher dan bahu

b) Cara melekatkan bayi

1) Sentuhkan puting payudara ibu ke mulut bayi

2) Tunggulah sampai bayi membuka lebar mulutnya

3) Segerah arahkan puting dan payudara ibu ke dalam mulut bayi

c) Tanda-tanda posisi dan pelekatan yang benar:

1) Dagu bayi menempel ke dada ibu

2) Mulut bayi terbuka lebar

3) Bibir bawah bayi terposisi melipat ke luar

4) Daerah areola payudara bagian atas lebih terlihat daripadaareola payudara

bagian bawah

5) Bayi menghisap dengan lambat dan dalam, terkadangberhenti.

B. TINJAUAN TEORI KEBIDANAN

1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah

Kesehatan ibu dan anak yang khususnya dilakukan oleh bidan di dalam memberikan

asuhan kebidanan terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Manajemen kebidanan


adala proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan Tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,

ketrampilan dan rangkaian keputusan uang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan

menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari bidan kepada kliennya

yang merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk

memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan dan Langkah-langkah yang

disusun secara sistematis untuk mendapatkan data-dat, memberikan pelayanan yang

benar sesuai dengan keputusan Tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat.(Afrida &

Aryani, 2022)

2. Tahapan dalam Manajemen Kebidanan

Proses manajemen terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang dimulai dari

pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Tahapan dalam proses asuhan

kebidanan ada 7 langkah, yaitu:

1) Langkah 1 Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang

diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap seperti, riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya, meninjau catatan terbaru

atau catatan selanjutnya, meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan

hasil studi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi Langkah pertama overlap dengan

Langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut), karena data

yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

diagnostik lain.(Afrida & Aryani, 2022)

Pengkajian ibu post partum berfokus pada status fisiologis dan psikologis ibu,

tingkat kenyamanannya, kurangnya pengetahuan terkait dengan kesiapan untuk

belajar, perilaku bonding, serta penyesuaian terhadap transisi yang diperlukan untuk

menjadi ibu. Selain ibu, bayi bayi juga perlu dikaji mengenai penyesuaian fisiologis

bayi terhadap lingkungan di luar Rahim, kenormalan fisik, serta kemampuan orang

tua dalam memenuhi kebutuhan bayi.(Hutabarat et al., 2022)

Adapun pengumpulan data meliputi :

1) Pengkajian fisik
a) Pemeriksaan umum

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital

2) Pemeriksaan Fisik secara sistematis (head to toe)

(Afrida & Aryani, 2022)

3) Pemeriksaan obsteri

meliputi : abdomen, kandung kemih, uterus, lochea (warna, banyak),

pemeriksaan perinium (edema, inflamasi, hematoma, push, luka bekas

episiotomy, kondisi jahitan, ada tidaknya hemoroid, pemeriksaan ekstremitas

(varises, refleks,dll).(Saragih, 2023)

2) Langkah 2 Mengidentifikasi diagnosis atau masalah aktual

Pada langkah ini dilakukan identifikasi/interpretasi yang benar terhadap

diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis aktual terhadap klien.

(Afrida & Aryani, 2022).

Setiap ibu dan keluarga mengantisipasi perawatan postpartum di rumah, karena

itu mereka akan memiliki respon yang unik. Setelah menganalisa data dengan cermat

bidan dapat menegakkan data yang akan menjadi pedoman dalam menerapkan

Tindakan. Diagnosis yang relevan untuk ibu post partum yang dirawat di rumah

adalah sebagai berikut :

a) Kurangnya pengetahuan tentang tanda-tanda komplikasi

b) Pengetahuan yang tidak adekuat mengenai menyusui yang tidak efektif

c) Keletihan yang berhubungan dengan kurangnya istirahat

d) Kurang pengetahuan/ ketrampilan dan harapan yang tidak realistis dalam peran

menjadi orang tua.

(Hutabarat et al., 2022)

3) Langkah 3 Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada Langkah ini mengidentifikasi maslah atau diagnose potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnose potensial lain yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, jika memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil


melakukan pengamatan terhadap klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila

diagnosis atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. (Afrida & Aryani, 2022)

interpretasi data dasar yang akan dilakukan adalah beberapa data yang ditemukan

pada saat pengkajian post partum, seperti :

a) Diagnosis : post partum hari pertama fisiologis

b) Masalah : Kurang informasi. (Saragih, 2023)

4) Langkah 4 Penetapan kebutuhan/ tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya Tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama tim. . (Afrida & Aryani, 2022)

Bidan melakukan perannya sebagai penolong dan pengajar dalam mempersiapkan ibu

dan keluarganya pada masa postpartum.(Hutabarat et al., 2022)

5) Langkah 5 Intervensi/ Perencanaan tindakan asuhan kebidanan

Pada Langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh Langkah-

langkah. Langkah ini merupakan kelanjutan menajemen terhadap diagnosis atau

masalah yang telah teridentifikasi.(Manado, 2022)

6) Langkah 6 Implementasi/ pelaksanaan asuhan

Pada Langkah keenam ini direncanakan asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada Langkah ke-5, dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan bidan dan Sebagian

lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan yang lain.(Manado, 2022)

7) Langkah 7 Evaluasi

Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan yakni dengan melakukan

evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi

sebagai bagian dari proses yang dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai kondisi atau kebutuhan

klien.(Renee, 2017)

B. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Dengan SOAP

Menurut (Asih & Risneni, 2016) pendokumentasian asuhan kebidanan dengan SOAP,

yaitu:
1) Subyektif

Pengkajian yang diperoleh dengan anamnesis, berhubungan dengan masalah dari

sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung

dengan diagnosis.

2) Obyektif

Data berasal dari observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium, dan pemeriksaan diagnostik lainnya.

3) Assesment

Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subyektif dan

obyektif.

4) Planning

Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan akan disusun

berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang bertujuan untuk mengusahakan

tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraan

pasien

I. Pengkajian

Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk nilai kepada pasien secara

keseluruhan, antara lain:

1. Identitas Pasien

a. Nama

Nama merupakan identitas khusus yang membedakan seseorang dengan orang

lain.Hendaknya klien dipanggil sesuai dengan nama panggilan yang biasa

baginya atau yang disukainya agar ia merasa nyaman serta lebih mendekatkan

hubungan interpersonal bidan dengan klien.(Widatiningsih, 2017)

b. Umur

Untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi atau tidak. Untuk

mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi atau tidak. Pada penelitian yang

dilakukan oleh (Hadi & Fairus, 2014) didapatkan hasil uji statistic yaitu terdapat
hubungan antara umur ibu dengan kembalinya uterus didapatkan p value 0,022

artinya ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian kembalinya uterus ibu.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Martasubrata (1987

dalam Martini, 2012) bahwa umur mempengaruhi proses involusi uterus. Pada

umur kurang dari 20 tahun elastisitas otot rahim belum maksimal dikarenakan

organ reproduksi belum matang, sedangkan usia diatas 35 tahun sering terjadi

komplikasi saat sebelum dan setelah kelahiran dikarenakan elastisitas otot rahim

sudah menurun, menyebabkan kontraksi uterus tidak maksimal. Umur 20-35

tahun merupakan masa yang sangat ideal untuk terjadinya proses involusi yang

baik. Hal ini disebabkan karena faktor elastisitas dari otot uterus dalam kondisi

vitalitas yang prima sehingga kontraksi otot dan kembalinya alat- alat kandungan

juga semakin cepat karena proses regenerasi dari sel-sel alat kandungan yang

sangat bagus pada usia-usia tersebut.

c. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses melalui pengajaran atau pelatihan yang

mampu meningkatkan perkembangan mental, emosional dan intelektual

individu. (Sari Priyanti, 2020)

Penelitian yang dilakukan oleh (Hanifah1 et al., 2023) menyebutkan karakteristik

ibu post partum dalam penelitian ini sebagian besar berusia 20-35 tahun

(73,3%), berpendidikan SMA (50,0%) dan tidak bekerja (80,0%). Tingkat

pengetahuan ibu post partum tentang perawatan luka perineum sebagian

besar adalah baik (56,7%). Lama penyembuhan luka perineum ibu post

partum sebagian besar adalah cepat (73,3%). Analisis bivariat diperoleh p

value sebesar 0,008 (p < 0,05). Kesimpulan: Ada hubungan antara pengetahuan

ibu post patum tentang perawatan luka perineum dengan lama penyembuhan

luka di RSU Islam Klaten.

d. Agama

Tanyakan pilihan agama klien dan sebagai praktik terkait agama yang harus

diobservasi. (Marmi, 2011)

e. Pekerjaan
Pekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu kelelahan secara tidak langsung

dapat menyebabkan involusi dan laktasi terganggu sehingga masa nifas pun jadi

terganggu pada ibu nifas normal. (Marmi,2017)

Penelitian yang dilakukan oleh (Sihombing, 2018) didapatkan hasil uji statistik

hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif diperoleh nilai p

value = 0,005 < 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu

dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Hinai Kiri .

Pekerjaan merupakan salah satu kendala ibu untuk memberikan ASI Eksklusif

kepada bayinya. Status pekerjaan diduga menjadi kaitan dengan pola pemberian

ASI. Bekeja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi

karena ibu meninggalkan tumah sehingga waktu pemberian ASI berkurang.

f. Alamat

Memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang ditempuh pasien menuju

pelayanan kesehatan,serta mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.

(Widatiningsih, 2017)

1. Data Subyektif

Data subjektif yang didapatkan melalui anamnesa kepada ibu dan keluarganya serta

melihat dokumen persalinan yang ada di tempat persalinan (Rukiyah dkk, 2010:161).

a. Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas,

misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada

perinium. Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu setelah melahirkan.

(Marmi, 2014)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Parulian et al., 2016) kepada 20 ibu

post partum hari ke-1 pada 0–2 jam setelah partus yang mengalami nyeri kontraksi

uterus. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengobservasi nyeri yang dirasakan

oleh ibu post partum, menggunakan lembar observasi dengan skala nyeri Numeric
Rating Scale (NRS). Nyeri kontraksi uterus meningkat secara bermakna setelah

bayi keluar, diakibatkan oleh keluarnya hormon oksitosin yang dilepas oleh

kelenjar hipofisis sehingga dapat memperkuat dan mengatur kontraksi uterus. Rasa

sakit (after pain) seperti mulas-mulas disebabkan karena kontraksi uterus yang

berlangsung 2–4 hari post partum, sehingga ibu perlu mendapatkan pengertian

mengenai nyeri yang dirasakan.

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan yang lalu

Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis

seperti : Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi masa nifas

ini .

2) Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui kemungkinana danya penyakit yang diderita saat ini yang

ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya

3) Riwayat kesehatan keluarga

Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap

gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga

yang menyertainya. (Sulistyawati, 2013a)

c. Riwayat Obstetrik

Menurut Sulistyawati (2013) riwayat obstetri meliputi :

Riwayat Haid

Menarche

Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita Indonesia

umumnya mengalami menarche sekitar usia 12 tahun sampai 16 tahun.

Siklus

Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami dengan

menstruasi berikutnya,dalam hitungan hari.Biasanya sekitar 21 sampai 32 hari.

Volume
Jawaban yag diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif, namun kita dapat

kaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai

berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.

Keluhan

Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami

menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan atau jumlah darah

yang banyak

d. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

1) Mengkaji riwayat kehamilan yang lalu untuk mengetahui apakah ada

gangguan seperti perdarahan, muntah yang sangat sering, toxaemia

gravidarum.

2) Mengkaji riwayat persalinan yang lalu untuk mengetahui apakah persalinan

spontan atau buatan, aterm atau premature, perdarahan, ditolong oleh sipa

(bidan, dokter)

3) Mengkaji nifas yang lalu untuk mengetahui adakah panas atau perdarahan,

bagaimana laktasinya.

4) Mengkaji keadaan anak untuk mengetahui jenis kelamin, hidup atau tidak,

kalau meninggal umur berapa dan sebabnya meninggal, berat badan waktu

lahir. (Marmi, 2014)

e. Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,

berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana

KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. (Sulistyawati, 2013a)

 Pola kebutuhan sehari-hari

1) Pola Nutrisi

Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus

untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan laktasi.Ibu

menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa +700 kalori pada 6

bulan pertama kemudian +500 kalori bulan selanjutnya. (Marmi, 2014)


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Endah & Rizkyana, 2014) didapatkan

hasil pvalue 0.0000 dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pola nutrisi ibu post

partum dengan penyembuhan luka jahitan perineum di Puskesmas Bajulmati tahun

2014. Proses penyembuhan luka jahitan perinwum memerlukan nutrisi terutama

protein untuk membantu proses penggantian jaringan yang mati atau rusak dengan

jaringan yang baru dengan jalan regenerasi. Pada dasarnya menu makanan untuk ibu

nifas,tidak banyak berbeda dari menu sebelum nifas. Ibu nifas dianjurkan untuk:

makan dengan diet berimbang, cukup, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

mineral, mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada bulan

pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400 kalori. Asupan cairan 3

liter/hari, 2 liter di dapat dari air minum dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah

sayur,buah dan makanan yang lain, mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari

selama 40 hari, mengkonsumsi vitamin A 200.000 IU. Pemberian vitamin A dalam

bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan

tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak.

2) Pola Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi

frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi

frekuensi, warna jumlah. Miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4

jam.Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter uretra tertekan oleh kepala

janin dan spasme oleh iritasi muskulo springter ani selama persalinan, atau

dikarenakan oedem kandung kemih selama persalinan.Ibu diharapkan dapat BAB

sekitar 3-4 hari post partum. (Marmi, 2014)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Ermiati et al., 2009) didapatkan hasil

pvalue 0.017 dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pola eliminasi dengan luka

perineum ibu post partum. Rasa nyeri dan ketakutan akibat trauma pada perineum

seperti episiotomi dan laserasi akan menyebabkan keterlambatan dalam berkemih.

Pemberian air hangat pada perineum meningkatkan suplai darah ke jaringan yang

luka dan memberikan rasa relaksasi yang akan menstimulasi saraf sensorik, yang
akhirnya akan menstimulasi refleks berkemih. Pada saat persalinan terjadi trauma

pada uretra dan kandung kemih akibat penekanan kepala janin. Dinding kandung

kemih mengalami hiperemis dan edema, uretra, dan meatus externa juga

mengalami edema.Trauma yang terjadi pada otot-otot perkemihan menyebabkan

gangguan pada refleks dan keinginan berkemih.

3) Pola istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan

kembali keadaan fisiknya. (Sulistyawati, 2013a)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Fatmawati, R., & Hidayah, 2019)

didapatkan rerata tidur siang 67,14±24,37 menit dan tidur malam 424,6±50,77 menit.

Hasil ini menunjukkan pola tidur siang ibu nifas adalah 1 jam lebih 25 menit dan

tidur malam selama 7 jam 45 menit. Data hasil penelitian menunjukkan pola tidur

siang ibu nifas termasuk dalam kategori normal dalam rentang 1-2 jam dan tidur

malam 7-8 jam serta ada peningkatan jam tidur.

Pada masa postpartum, ibu membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup. Istirahat

sangat penting untuk ibu menyusui, serta untuk memulihkan keadaannya setelah

hamil dan melahirkan. (Bahiyatun, 2009). Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui

minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam dan siang

(Sulistyawati, 2009). Kurang istirahat atau tidur pada ibu postpartum akan

mengakibatkan kurangnya suplai ASI, memperlambat proses involusi uterus, dan

menyebabkan ketidakmampuan merawat bayi serta depresi.(Laura et al., 2015)

4) Pola personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apabila pasien mempunyai kebiasaan yang kurang baik

dalam perwatan kebersihan dirinya, maka badan harus dapat memberikan bimbingan

mengenai cara perawatan kebersihan diri dan bayinya sedini mungkin.(Sulistyawati,

2013a)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Tulas et al., 2017) diperoleh hasil uji

Chi-Square dengan p value 0.001 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara perawatan luka perineum dengan perilaku personal hygiene pada pasien ibu

post partum di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado.Perilaku personal


hygiene (kebersihan diri) dapat memperlambat penyembuhan, hal ini dapat

menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman. Adanya benda asing,

pengelupasan jaringan yang luas akan memperlambat penyembuhan luka dan

kekuatan regangan luka menjadi tetap rendah. Perawatan perineum yang tidak benar

dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea dan lembab akan sangat

menunjang perkembangbiakan bakteri yang menyebabkan infeksi pada perineum.

Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat ke saluran kandung kemih

ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi kandung

kemih maupun jalan lahir.

5) Pola Kebiasaan

Dikaji untuk mengetahui apakah pola kebiasaan yang merugikan kesehatan ibu

seperti merokok dan memakai obat-obatan yang tidak dianjurkan. (Saifudin, 2014)

a. Merokok

Akan mengurangi hormon prolaktin di dalam tubuh ibu menyusui, sehingga

menurunkan produksi ASI. Dan apabila produksi ASI berkurang secara tidak

langsung akan memicu peluang untuk early weaning atau menyapih terlalu dini

Merokok pada ibu menyusui perlu dihindarai karena dapat menyebabkan

perubahan hormonal, metabolism dan status zat gizi dalam tubuh. Penelitian

santos-silva et al (2011) dengan subjek penelitian tikus menunjukkan peningkatan

trigliserida dan laktosa ASI. Induknya mengalami penurunan insulin, trigliserida,

leptin dan very low density Lipoprotein yang dapat berakibat gangguan metabolic

pada keturunan.

Pada ASI yang dihasilkan oleh ibu yang merokok ditemukan terdapat

kandungan nikotin yang parallel dengan bau rokok yang tercium dari ASI. Selain

paparan dini dari nikotin pada bayi paparan rasa ASI yang dihasilkan dapat

berpengaruh pada preferensi bayi setelah beranjak dewasa. Pada penelitian Haris

(2016) ditemukan bahwa bayi dengan ibu menyusui yang merokok memiliki

kemungkinan jadi perokok pula pada usia dewasa.(Anggraeny et al., 2017)


Asumsi peneliti yang dilakukan pada penelitian Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kurangnya Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Di Wilayah

Kerja Puskesmas Lubuk Basung Tahun 2020 menyebutkan bahwa asap rokok

mengandung sekitar 7.000 bahan kimia yang terdiri dari partikel dan gas yang

dapat mengganggu klancaran produksi ASI pada ibu menyusui. Keberadaan

perokok pasif lebih besar terpapar asap rokok dai pada perokok aktif. Oleh karena

itu ibu-ibu yang dalam masa menyusui untuk menghindari asap rokok darin

perokok aktif. Hubungan Keberadaan Perokok Pasif dengan Produksi ASI pada

Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Basung Kabupaten Agam

Tahun 2020. Menurut asumsi peneliti, adanya pengaruh keberadaan perokok pasif

dengan kelancaran produksi ASI, karena perokok pasif 6 kali lebih besar terpapar

asap rokok dari perokok aktif. Oleh karena itu diharapkan kesadaran para suami,

keluarga yang lainnya untuk tidak merokok berdekatan dengan keluarga yang

tidak merokok. Dan kesadaran para ibu menyusui yang seharusnya menghindar

ketika ada orang yang merokok jugamasih kurang dengan membiarkan tetap

ditempat dengan bahaya paparan asap rokok.Agar masyarakat khususnya pada

orangtua perlu mengetahui dan menerapkan faktor-faktor yang memperngaruhi

kelancaran produksi asi salah satunya perawatan payudara dan keberadaan

perokok pasif.(Armalini, R Nisa, 2020)

b. Konsumsi Jamu

Jamu yang menjadi pantangan untuk dikonsumsi adalah jamu yang terbuat dari

bahan sintetik dan merupakan jamu adukan. Karena jamu adukan yang cenderung

kental dan keruh akan mempengaruhi jalannya ASI sekaligus membuat ASI

keruh, yang tentunya tidak baik bagi proses menyusui.

c. Konsumsi alkohol

Ibu yang mengkonsumsi alkohol selama massa nifas akan berpengaruh pada

produksi ASI. Menurut penjelasan Roger W. Harms, M.D, spesialis kandungan

dari Mayo Clinic apabila masa menyusui seoran ibu tetapi mengkonsumsi
alkohol, maka alkohol tersebut dapat masuk ke dalam ASI, dengan konsentrasi

yang sama seperti yang ditemukan di dalam aliran darah

d. Konsumsi Obat

Apakah ibu yang menyusui yang sedang tidak diperbolehkan minum obat?

Beberapa obat memang tidak dapat masuk melalui ASI, sehingga memiliki

kemungkinan berpengaruh terhadap Kesehatan bayi. Namunh al tersebut

bukanlah alas an bagi ibu menyusui untuk berhenti memberikan ASI.Karena

banyak obat-obatan lainnya yang dapat menjadi alternatif di bawah pengawasan

dokter

e. Berpuasa

Penelitian Tigas et al (2002) menunjukkan bahwa pada ibu menyusui yang tidak

makan-minum dalam jangka waktu pendek (selama 24 jam) maka terjadi

peningkatan kebutuhan glukosa sebagai sumber energi sebesar 33% dengan

adanya produksi ASI. Peningkatan itu difasilitasi dengan peningkatan tingkat

glikogenolisis, bukan dengan peningkatan gluconeogenesis dan lipolysis maupun

dengan penurunan produksi ASI. Oleh karena itu berpuasa dalam jangka pendek

aman untuk keluaran ASI, karena tubuh memiliki respon fisiologis yang dapat

mengkompensasi jeda waktu saat tubuh tidak memperoleh asupan makanan.

(Anggraeny et al., 2017)

6) Riwayat psikososial spiritual

Untuk mengetahui bagaimana keadaan mental dan kepercayaan yang digunakan ibu

dalam menjalani masa nifas ini, dan respon keluarga terhadap ibu dan bayinya.

(Saifudin, 2014)

Suami merupakan du-kungan pertama dan utama dalam memberikan dukungan sosial

kepada istri sebelum pihak lain yang memberikan. Hal ini karena suami adalah orang

pertama yang menyadari adanya perubahan fisik dan psikis diri pasangannya.

Kepuasan dalam hubungan suami istri terhadap kebutuhan pasangannya terutama

suami kepada istri dapat membantu mempercepat penyesuaian diri terhadap peran

barunya sebagai ibu. Besarnya manfaat yang dirasakan individu terhadap hubungan

pernikahannya dan berpengaruh positif terhadap kesehatan psikologis inilah yang


dinamakan sebagai kepuasan pernikahan. Penelitian yang dilakukan oleh

(Oktaputrining et al., 2018) didapatkan hasil (p) = 0,001 yang berarti ada hubungan

yang sangat signifikan antara dukungan sosial dan kepuasan pernikahan dengan

kecenderungan post partum blues. Dukungan yang diberikan berupa perhatian,

komunikasi dan hubungan emosional yang hangat sangat penting untuk mengurangi

gejala munculnya post partum blues. Kepuasan pernikahan menjadi faktor utama

dalam membantu seorang ibu melewati proses adaptasi dalam proses pasca

melahirkan. Seorang suami yang memberikan perhatiannya dengan membantu

merawat bayi, memandikan, dll serta ikut bangun dimalam hari mampu membantu

pencegahan dari timbulnya gejala post partum blues.

2. Data Obyektif

a. Kondisi Umum

1) Keadaan Umum/Kesadaran

Untuk mengetahui keadaan ibu, secara umum nifas normal biasanya baik.

(Marmi, 2017:180)

2) Suhu

Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada

umumnya disebabkan oleh dehidrasi dan meningkatnya metabolisme tubuh

pada saat persalinan. Tetapi umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh

kembali normal. Kenaikan suhu umunya terjadi pada masa nifas sekitar 0,5 ℃

dari keadaan normal, bila suhu mencapai >38℃ perlu dicurigai terhadap

kemungkinan terjadinya infeksi. (Maritalia, 2014)

3) Nadi

Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas 100 x/menit pada masa

nifas mengindikasikan adanya suatu infeksi. (Maritalia, 2014)

4) Pernafasan

Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal yaitu sekitar

20-30x/menit. (Maritalia, 2014)

Tekanan darah
Pada beberapa kausu ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan

ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit

lain yang menyertainya dalam 2 bulan postpartum. (Maritalia, 2014)

b. Pemeriksaan Fisik

Menurut (Marmi, 2014) pemeriksaan fisik meliputi :

1) Kepala

Muka: Kelopak mata: ada edema atau tidak, Konjungtiva: merah muda atau

pucat Skelra: putih atau tidak. Mulut dan gigi: Lidah bersih, gigi: tidak ada

karies.

2) Leher

Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak. Kelenjar getah bening ada

pembesaran atau tidak.

3) Dada

Jantung: irama jantung teratur, paru-paru; ada ronchi dan wheezing atau tidak.

4) Punggung dan pinggang

Posisi tulang belakang: normal atau tidak.

5) Genitalia

Pemeriksaan pengeluaran lochea, warna, bau danjumlahnya, Hematoma vulva

(gumpalan darah), gejala yang palingjelas dan dapat diidentifikasi dengan

inspeksi vagina dan serviksdengan cermat, lihat kebersihan pada genitalia ibu,

ibu harus selalumenjaga kebersihan pada alat genitalianya karena pada masa

nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkenan infeksi.

6) Extremitas atas dan bawah

a) Edema: ada atau tidak

b) Kekakuan otot dan sendi: ada atau tidak

c) Kemerahan: ada atau tidak

d) Varices: ada atau tidak

e) Reflek patella: kanan, kiri +/- normalnya +

f) Reflek lutut negatif pada hypovitaminase B1 dan penyakit urat syaraf

g) Tanda hooman: +/- bila ditemukan rasa nyeri.(


c. Pemeriksaan Obstetri

1) Payudara: bentuk simetris atau tidak, putting susu menonjol atau tidak,

pengeluaran colostrum. (Marmi, 2014)

2) Abdomen

Bekas luka operasi untuk mengetahui apakah pernah SC atau operasi lain.

Konsistensi: keras atau tidak benjolan ada atau tidak; Pembesaran (liver): ada

atau tidak (Marmi, 2014)

Tabel 2.2 Involusi uteri

Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Plasenta lahir 2 Jari dibawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat- 500 gram

simfisis

2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram

simfisis

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

(Setyorini et al., 2023)

3. Asessment

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup,

umur ibu, dan keadaan nifas.

Data dasar meliputi :

1) Data subjektif

Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak,

keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.

2) Data objektif

Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang

pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital.

b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.

Data dasar yang meliputi :

1) Data subjektif

Data yang didapat dari hasul anamnesa pasien

2) Data objektif

Data yang didapat dari hasil pemeriksaan pasien

c. Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi diagnosa potensial atau masalah potensial yang mungkin akan

terjadi. Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,

pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap bila

hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali

dalam hal ini. (Sulistyawati, 2013a)

d. Antisipasi tindakan segera

Pada langkah ini dilakukan tindakan segera oleh bidan atau dokter atau untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim yang lain sesuai

dengan kondisi klien. (Marmi, 2014)

4. Pelaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan

keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan scara efektif dan efisien.

(Rukiyah, 2013)

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, meliputi; keadaan umum, kesadaran, tekanan

darah, nadi, suhu, respirasi, kandung kemih,tinggi TFU, dan pengeluaran pervaginam

a. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup seperti tidur siang sangat diperlukan ibu

untuk memulihkan tenaga ibu.

Dari hasil penelitian tentang gambaran pola tidur ibu nifas dapat disimpulkan bahwa

paling lama tidur siang ibu nifas 120 menit dan tidur malam 520menit dengan rerata

1 jam 25 menit dan tidur malam 7 jam 47,5 menit. (Fatmawati et al., 2019)
b. Memberitahu ibu tentang gizi yang seimbang agar kebutuhan bayi pada masa laktasi

bisa terpenuhi dan tidak ada makanan yang dipantang

c. Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat agar tidak mengompresnya dengan

menggunakan alkohol atau betadine

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Rostarina & Hadi, 2021) mengenai Efektivitas

Perawatan Tali Pusat Dengan Metode Terbuka, Kolostrum dan Asi Pada Bayi Baru

Lahir Terhadap Lamanya Pelepasan Tali Pusat di Klinik Bidan Praktek Mandiri

Jakarta Selatan. menunjukkan nilai p-value yaitu 0,023 (<alpha = 0,05). Terdapat

perbedaan atau pengaruh waktu pelepasan berdasarkan jumlah jam pada kelompok

metode ASI dan kelompok metode terbuka. Menjadi masukan dan menambah

wawasan bagi perawat dan ibu serta masyarakat untuk meningkatkan perawatan tali

pusat bayi baru lahir untuk mencegah infeksi dan kompikasi yang mungkin muncul

d. Memberitahu untuk menjaga kehangatan bayi dengan selalu memakaikan selimut

dan topi pada bayi untuk mencegah hipotermia

e. Memberitahu ibu tentang pemberian ASI eksklusif karena dapat menambah

kekebalan tubuh bagi bayi

f. Memberitahukan ibu untuk tidak membubuhkan ramuan pada luka perinium

g. Memberitahukan ibu untuk cukup air putih sebanyak 14 gelas pada 6 bulan pertama

pasca salin daan 12 gelas pada 6 bulan berikutnya

h. Memberitahukan ibu untuk menjaga kebersihan diri termasuk kebersihan daerah

kemaluan, ganti pembalut sesering mungkin

i. Melakukan aktivitas fisik selama 30 menit dengan intensitas ringan sampai sedang

frekuensi 3-5 kali dalam seminggu

j. Bagi ibu yang bersalin secara section cesaria maka harus menjaga kebersihan luka

bekas operasi, Latihan fisikdapat dilakukan 3 (tiga) bulan pasca melahirkan.

k. Memberitahukan ibu untuk melakukan stimulasi komunikasi dengan bayi sedini

mungkin Bersama suami dan keluarga

l. Memberitahukan ibu untuk berkonsultasi dengan Nakes untuk pelayanan KB pasca

persalinan

m. Memberikan KIE tanda bahaya ibu nifas :


- Perdarahan melalui jalan lahir

- Demam lebih dari 2 hari

- Keluar cairan berbau dari jalan lahir

- Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab

- Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit

- Bengkak di wajah, tangan dan kaki atau sakit kepala hebat dan kejang-kejang

Apabila menjumpai salah satu tanda diatas untuk segera dating ke Fasyankes

(RI & JICA, 2022)

n. Mendokumentasikan semua asuhan kebidanan


DAFTAR PUSTAKA

Afrida, B., & Aryani, N. (2022). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita,

dan Anak Prasekolah. Penerbit NEM.

Anggraeny, O., Ayuningtyas, & Ariestiningsih, D. (2017). Gizi Prakonsepsi, Kehamilan, dan

Menyusui. Universitas Brawijaya Press.

Aritonang, J., & Simanjuntak, Y. (2021). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Disertai Kisi-Kisi Soal Ujian Kompetensi. In Grup Penerima CV Budi Utama.

Armalini, R Nisa, S. (2020). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KURANGNYA PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS LUBUK BASUNG TAHUN 2020.

Aulia, D., Solehati, T., & Sukmawati, S. (2023). Intervensi Perawatan Luka Perineum Dengan

NaCl 0,9% Untuk Penyembuhan Pasca Episiotomi: Studi Kasus. Nursing Sciences Journal,

7(2), 9–17. https://doi.org/10.30737/NSJ.V7I2.4874

Bahiyatun. (2009a). Buku-Ajar-Asuhan-Kebidanan-Nifas-Normal-2009_Library-Stikes-

Pekajangan-2014.Pdf: Vol. 1. Bahiyat.

Bahiyatun. (2009b). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal: Vol. 1. Bahiyat. EGC.

Endah, E., & Rizkyana, S. (2014). HUBUNGAN POLA NUTRISI IBU POST PARTUM

DENGAN PENYEMBUHAN LUKA JAHITAN PERINEUM DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS BAJULMATI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2014. 3(1), 49–58.

Erlin Novitasari, Wardana, K. E. L., Natalia, M. S., Nurahmawati, D., Rochkmana, M. J.,

Yuliana, W., Destriani, S. N., Dewi, M. M., Solama, W., Apriani, L. A., Destariyani, E.,

Widiani, N. N. A., & Susianti. (2023). Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi

Baru Lahir (N. Sulung (ed.)). PT GLOBAL EKSEKUTIF TEKNOLOGI.


Ermiati, Rustini, Rachmawati, Y., & N., I. S. (2009). Efektivitas bladder training terhadap fungsi

eliminasi Buang Air Kecil (BAK) pada ibu postpartum spontan. Maj Obstet Ginekol

Indones, 32 No 4, 206–211.

Fatmawati, R., & Hidayah, N. (2019). (2019). Gambaran Pola Tidur Ibu Nifas. Journal Infokes,

9(2), 44–47.

Fatmawati, R., Hidayah, N., Iii, D., & Surakarta, M. (2019). GAMBARAN POLA TIDUR IBU

NIFAS. Infokes: Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan Informatika Kesehatan, 9(2), 44–47.

https://doi.org/10.47701/INFOKES.V9I2.832

Hadi, Y., & Fairus, M. (2014). Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Involusi Uterus Pada

Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang Lampung Utara. Jurnal Kesehatan

Metro Sai Wawai, VII(2), 1–7.

Hanifah1, D., Putriningrum3, R., Pengetahuan, H., Post, I., Tentang, P., Luka, P., Dengan, P.,

Penyembuhan, L., Rsu, L., & Klaten, I. (2023). Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum

Tentang Perawatan Luka Perineum Dengan Lama Penyembuhan Luka Rsu Islam Klaten.

Hutabarat, V., Sitepu, A., Jeniawaty, Argaheni, N., & Kasanah, U. (2022). Buku Ajar Nifas S1

Kebidanan Jilid III. Mahakarya Citra Utama Group.

Kaparang, M., Danaz, Amir, Suprapti, & Lontaan. (2023). BUNGA RAMPAI ASUHAN

KEBIDANAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI. Media Pustaka Indo.

Laura, D. de, Misrawati, & Woferst, R. (2015). EFEKTIFITAS AROMATERAPI LAVENDER

TERHADAP KUALITAS TIDUR IBU POSTPARTUM. 2(2).

Lestari, S., Wijayanti, K., & Santoso, B. (2022). Potensi Hydrogel Daun Sirih Merah Terhadap

Percepatan Penyembuhan Luka Perinium dan penurunan pertubuhan bakteri

stapphylococcus aureus pada Ibu Postpartum. Pustaka Rumah C1nta.

Manado, T. P. P. B. S. M. M. (2022). Modul Konsop Kebidanan. Guepedia.

Maritalia, D. (2014). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Pustaka Pelajar.

Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Pustaka Pelajar.


Marmi. (2014). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Pustaka Pelajar.

Mertasari, N., & Sugandi. (2023). Asuhan Masa Nifas dan Menyusui. RajaGrafindo Persada.

https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Masa_Nifas_dan_Menyusui/

9zrdEAAAQBAJ?

hl=id&gbpv=1&dq=perubahan+hormon+ibu+nifas&pg=PA18&printsec=frontcover

Niam, F., Wijayanti, L, & Kristianti, S. (2022). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG

KB PASCA SALIN DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB

LITERATURE REVIEW. https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/akper/article/view/19170

Oktaputrining, D., C., S., & Suroso, S. (2018). Post Partum Blues: Pentingnya Dukungan Sosial

Dan Kepuasan Pernikahan Pada Ibu Primipara. Psikodimensia, 16(2), 151.

https://doi.org/10.24167/psiko.v16i2.1217

Parulian, T. S., Sitompul, J., & Oktrifiana, A. N. (2016). Pengaruh Teknik Effleurage Massage

terhadap Perubahan Nyeri pada Ibu Postpartum. Jurnal Kesehatan, 1–9.

Rahmawati, E., Nurhidayati, S., Mustari, R., & Yanti, L. (2023). Asuhan Kebidanan Pada Ibu

Nifas. Global Eksekutif Teknologi.

Renee, M. (2017). Teknik Dokumentasi Kebidanan. Teknik Dokumentasi, 18(teknik

dokumentasi kebidanan), 22.

RI, K., & JICA. (2022). BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK. Kementrian Kesehatan RI.

Rini, S., & Kumala, F. (2017). Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice.

Deepublish.

Rukiyah, A. Y. (2013). Asuhan Kebidanan III (Nifas). Trans Info Media.

Saifudin. (2014). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saragih, R. (2023). ASUHAN KEBIDANAN PASCA PERSALINAN & MENYUSUI. Rena Cipta

mandiri.

Sari, L. P., Aji, S. P., Kusuma, D. C. R., Puspita, R., Nurvitasari, R. D., Novianti, Suriati, I.,
Saleh, U. K. S., Elfina, Heyrani, Argaheni, N. B., Satria, E., & Epi, A. (2022). ASUHAN

KEBIDANAN NIFAS NORMAL. PT. Global Eksekutif Teknologi.

Sari Priyanti, Dian Irawati, & Agustin Dwi Syalfina. (2020). Frekuensi Dan Faktor Risiko

Kunjungan Antenatal Care. Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal of Midwifery),

6(1), 1–9.

Setyorini, D., Putri, K., Danti, R., & Putri, R. (2023). Bungan rampai keperawatan maternitas

dan keluarga berencana. PT KIMHSAFI ALUNG CIPTA.

Sihombing, S. (2018). Hubungan Pekerjaan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pemberian Asi Ekslusif

Di Wilayah Kerja Puskesmas Hinai Kiri Tahun 2017. Midwife Journal, 5(01), 40–45.

Soetrisno, Cahyanto, B., Novika, R., & Nurinasari, H. (2023). DUKUNGAN PSIKOKURATIF

MASA NIFAS & MENYUSUI. Rena Cipta Mandiri.

Sulistyawati, A. (2013a). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Salemba Medika.

Sulistyawati, A. (2013b). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Salemba Medika.

Tulas, V., Kundre, R., & Bataha, Y. (2017). Hubungan Perawatan Luka Perineum Dengan

Perilaku Personal Hygiene Ibu Post Partum Di Rumah Sakit Pancaran Kasih Gmim

Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 104712.

Wahyuningsih. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Panduan Persiapan

Praktikum Keperawatan. In CV Budi Utama.

Widatiningsih, S. dan C. H. T. D. (2017). Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan. Trans Medika.

Wulandari, M., Setiarini, T., Tatangindatu, M., & Rambi, C. (2023). KEPERAWATAN

MATERNITAS - Google Books.

Yuliana, W., & Hakim, B. (2020). Emodemo Dalam Asuhan Kebidanan Masa Nifas. yayasan

ahmar cedikia indonesia.


BAB III

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS FISIOLOGIS

PADA NY Y USIA 21 TAHUN P1A0 NIFAS 6 JAM FISIOLOGIS

DI PUSKESMAS GRABAG II

Pengkajian

Tanggal : 18 November 2023

Jam : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Nifas Puskesmas Grabag II

A. IDENTITAS

Identitas Pasien Penanggung Jawab : Suami

Nama : Ny. Y Nama : Tn. A

Umur : 21 tahun Umur : 25 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa

Alamat : Lebak Alamat : Lebak

B. DATA SUBYEKTIF

1) Alasan Datang

Ibu dalam masa nifas setelah melahirkan bayinya pada pukul 04.00 WIB pada

tanggal 18 November 2023

2) Keluhan Utama

Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya setelah proses persalinan

3) Riwayat Kesehatan

a. Dahulu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis,

sifilis, TBC, HIV/AIDS dan penyakit menurun seperti hipertensi, jantung,

DM, asma
b. Sekarang

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis,

sifilis, TBC, HIV/AIDS dan penyakit menurun seperti hipertensi, jantung,

DM, asma

c. Keluarga

Ibu mengatakan dikeluarga suami maupun ibu tidak pernah menderita

penyakit menular seperti hepatitis, sifilis, TBC, HIV/AIDS dan penyakit

menurun seperti hipertensi, jantung, DM, asma

4) Riwayat Obstetri :

a) Riwayat Haid

(1) Menarche : 12 tahun

(2) Siklus : 28 hari

(3) Warna darah : merah tua

(4) Nyeri haid : tidak ada

(5) Lama : 6 hari

(6) Banyaknya :

hari 1-2, ganti pembalut 2x, sedikit – penuh

hari 3-4, ganti pembalut 3x, penuh – ½ penuh

hari 5-6, ganti pembalut 2x, ½ penuh – sedikit

b) Riwayat Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan, persalinan dan nifas yang pertama

c) Riwayat Persalinan Sekarang

Paritas : 2 Abortus : 0

Tempat persalinan : PKM Grabag II Ditolong oleh : Bidan

Jenis persalinan : Spontan

Masalah dalam persalinan : tidak ada

Keadaan Plasenta : Utuh,lengkap

Kedaan tali pusat : Baik

Keadaan bayi : sehat usia 6 jam

Tanggal/jam lahir : 18 November 2023/ 07.15 WIB


Apgar score : 9-9-10

BB :2800 gr, PB : 47 cm LK: 31 cm, LD: 30 cm

Kelainan bawaan : tidak ada

5) Riwayat KB

6) Pola Pemenuhan Kebutuhan Setelah Melahirkan

a) Pola Nutrisi

Makan

 Makan pokok : 1x

 Komposisi :

 Nasi : 1 piring sedikit

 Lauk : 1 potong sedang

Jenisnya : telur, tempe

 Sayuran : 1 mangkuk sayur

Jenis sayuran : buncis

 Buah : jeruk

 Camilan : roti

Keluhan : tidak ada

2) Minum

Jumlah total 3 gelas jenis : air putih dan teh hangat

b) Pola Eliminasi

Buang Air Kecil

 Frekuensi : 1 x warna kekuningan dan jernih

 Keluhan/masalah : tidak ada keluhan

Buang Air Besar

 Frekuensi : setelah persalinan belum BAB

 Keluhan/masalah : tidak ada keluhan

c) Pola Persnoal Hygiene

Ibu belum mandi setelah melahirkan, sudah berganti pakaian dan

menggunakan pembalut maternity

d) Hubungan Seksual

Ibu belum melakukan hubungan sesksual setelah melahirkan

e) Istirahat/ Tidur
Ibu istirahat setelah persalinan dan duduk sambil menyusui bayinya

f) Aktivitas Fisik dan Olahraga

Ibu sudah miring kanan kiri, duduk dan sesekali berjalan ke kamar kecil

g) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan

 Merokok : Tidak

 Minuman beralkohol : Tidak

 Obat-obatan : Tidak

 Jamu : Tidak

h) Pola menyusui

Ibu melakukan IMD, menyusui setiap bayi menginginkan, ASI sudah keluar

7) Riwayat Psikososial Spiritual

a. Riwayat Perkawinan

 Status perkawinan : menikah, Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 1

tahun

 umur waktu menikah : 20 tahun.

 Hubungan dengan suami : baik

b. Keinginan hamil ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga;

Respon & dukungan keluarga terhadap nifas ini : baik

c. Keluarga sangat mendukung ibu dalam mengurus rumah dan bayi

Mekanisme koping (Cara pemecahan masalah)

Pemecahan masalah diselesaikan secara musyawarah

d. Ibu tinggal serumah dengan : suami dan anak pertama

e. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami

f. Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri.

g. Orang terdekat ibu :Ibu dari klien dan suami

h. Yang menemani ibu bersalin : suami dan keluarga

i. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan nifas :tidak ada

j. Penghasilan perbulan

Penghasilan suami dan istri cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

cukup

k. Praktik agama yang berhubungan dengan nifas : Berdoa selepas sholat


l. Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan

ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh nakes wanita maupun pria

ibu menerima diperiksa daerah genetalia;

Tingkat pengetahuan ibu

 Hal-hal yang sudah diketahui :

Ibu sudah mengetahui cara mengurangi perdarahan

 Hal-hal yang belum diketahui :

Kebutuhan masa nifas

C. DATA OBYEKTIF

1) Pemeriksaan Fisik :

a) Pemeriksaan Umum

(1) KU : baik (4) Nadi : 80x/menit

(2) Kesadaran : composmentis (5) Suhu : 36,5o C

(3) TD : 110/80 mmHg (6) RR : 22x/menit

b) Status Present

(1) Kepala : simetris, rambut bersih, berwarna hitam, tidak ada

ketombe, rambut tidak rontok dan tidak ada benjolan

(2) Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih

(3) Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada kelainan bentuk

(4) Mulut : bibir simetris & bersih, tidak ada caries gigi dan

ginggivitis, tonsil tidak ada tanda radang (bengkak, kemerahan)

(5) Telinga : simetris, tidak ada serumen berlebih, pendengaran baik

(6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada

pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada bendungan vena jugularis

(7) Ketiak : simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran

kelenjar limfe

(8) Dada : detak jantung teratur (reguler), tidak ada bunyi wheezing

dan ronchi, suara nafas vesikuler


(9) Perut : cembung, terdapat pembesaran abdomen, tidak ada massa

abnormal, tidak nyeri tekan, tidak ada luka bekas operasi

(10) Ekstremitas atas & bawah : simetris, tidak ada oedem, tidak ada

varises, kapiler refil <2 detik, turgor kenyal

(11) Reflek Patella : +2 / +2

(12) Punggung : tidak ada kelainan tulang belakang

(13) Anus : tidak ada haemoroid

c) Status Obstetrik

(a) Muka : simetris, tidak odema, tidak pucat

(b) Mamae : mamae membesar, kolostrum dan ASI sudah keluar

sedikit, hiperpigmentasi areola

(c) Abdomen : perut cembung, ada striae gravidarum dan linea nigra, ada

kontraksi kuat, uterus globuler

TFU : 3 jari dibawah pusat Kandung kemih : Kosong

Kontraksi : baik

(d) Genetalia : lochea rubra, kotor oleh lendir dan darah, sedikit lecet di

perineum,tidak terdapat laserasi dalam perineum

2) Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

D. ANALISA

1) Diagnosa Kebidanan

Ny. Y usia 21 tahun P1A0 6 jam postpartum dalam masa nifas fisiologis

2) Masalah : Tidak ada

3) Diagnosa Potensial : Tidak ada

4) Kebutuhan : Tidak ada

E. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 18 November 2023

1) Pukul 13.30 WIB


Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dalam keadaan normal

dan sehat.

Hasil : ibu merasa lega mendengar hasil pemeriksaan

2) Pukul 13.35 WIB

Menjelaskan kepada ibu terkait keluhan yang dialami ibu merupakan suatu

proses yang alami yaitu proses kembalinya uterus (rahim) pada kondisi sebelum

hamil.

Hasil : ibu mengerti dan tidak khawatir lagi

3) Pukul 13.38 WIB

Menjelaskan kepada ibu tentang kebutuhan pada masa nifas yaitu :

- Mobilisasi secara bertahap dimulai dari miring kanan dan kiri, dilanjut

duduk dan berdiri kemudian jalan secara perlahan.

- Istirahat cukup, jika bayi tidur sebaiknya ibu ikut beristirahat. Karena

kurangnya istirahat dapat mempengaruhi produksi ASI, memperlambat

proses kembalinya uterus (rahim), dan dapat menyebabkan depresi.

- Mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, makanan yang

mengandung karbohidrat seperti nasi, kentang dan ketela; protein hewani

seperti susu, daging, ikan; protein nabati seperti tempe dan kacang-

kacangan; zat besi seperti hati, daging merah dan bayam; vitamin yang

terkandung dalam buah-buahan; serta kebutuhan minum pada ibu menyusui

pada 6 bulan pertama yaitu > 8 gelas/hari.

- Meminum tablet zat besi yang diminum sehari sekali sampai hari ke 40

nifas; minum vit A yang diminum 1x24 jam dan setelah 1x24 jam,

mengonsumsi antibiotik untuk mencegah infeksi.

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran dari bidan

4) Pukul 13.40 WIB

Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah perineum

yaitu dibersihkan dengan air bersih dari atas ke bawah, mengganti pembalut

setiap 4 jam sekali, setelah BAB dan BAK serta pastikan daerah kemaluan tidak

lembab.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran dari bidan

5) Pukul 13.45 WIB

Menjelaskan kepada ibu tentang ASI Eksklusif dan cara memperbanyak produksi

ASI, diantaranya:

- ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya di beri ASI saja, tanpa tambahan

cairan/makanan sampai umur 6 bulan.

- Manfaat ASI Ekslusif yaitu ASI sebagai nutrisi, ASI sebagai daya tahan

tubuh, ASI meningkatkan kecerdasan, ASI meningkatkan jalinan kasih

saying, penghematan biaya obat – obatan, tenaga, sarana keseharan,

menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas.

- Bayi menyusu secara on demand atau setiap 2 jam sekali serta menyusui

selama 0 – 15 menit pada masing – masing payudara.

- Pastikan bayi menyusu dengan posisi yang baik

- Menyusui bayinya di tempat yang tenang dan nyaman

- Ibu istirahat yang cukup serta mencukupi kebutuhan nutrisinya.

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran dari bidan

6) Pukul 13.50 WIB

Memberikan terapi

- Fe xxx 1x1

- Vit C x 1x1

- Vitamin A 200.000 IU 1x

- Amoxilin x 3x1

Hasil : Ibu bersedia minum obat

7) Pukul 13.52 WIB

Memberitahu ibu, kunjungan ulang ke bidan 3 hari kemudian yaitu tanggal 16

November 2023 atau jika ada keluhan.

Hasil : Ibu bersedia untuk kunjungan ulang

8) Pukul 13.55 WIB

Mendokumentasikan hasil tindakan sesuai SOAP

Hasil : Sudah didokumentasikan dengan SOAP dalam RM, Register, Buku KIA
Magelang, 18 November 2023

Pembimbing Klinik Praktikan

Sidem Rahayu,S.Tr.Keb.Bdn. Riwin Kusminarti


NIP. 197703182007012006 NIM. P1337424823026

Mengetahui,
Pembimbing Prodi

Nuril Nikmawati, S.Kp.Ns, M.Kes


NIP. 19700429 199403 2 001
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini akan menjelaskan kesenjangan yang ada dengan cara
membandingkan teori yang ada dengan praktek yang dilakukan dilahan. Dalam
menjelaskan kesenjangan tersebut menggunakan langkah-langkah dalam manajemen
kebidanan yaitu pengkajian data subyektif, obyektif, analisa dan penatalaksanaan.

A. Subyektif
Berdasarkan pengkajian tanggal 18 November 2023 asuhan kebidanan pada Ny. Y
usia 21 tahun dengan asuhan ibu nifas telah dilakukan. Langkah awal dilakukan
pengkajian yang meliputi data subyektif dan data obyektif melalui anamnesa langsung
pada ibu dan beberapa pemeriksaan. Berdasarkan identitas ibu diketahui bahwa ibu
bernama Ny. Y berusia 21 tahun, suku bangsa Jawa, beragama Islam, pendidikan
terakhir SMA, pekerjaan ibu yaitu IRT, dan beralamat di Grabag II.
Dari data subyektif juga ditemukan umur ibu nifas 21 tahun merupakan umur yang
sehat untuk melakukan reproduksi. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Hadi &
Fairus, 2014) didapatkan hasil uji statistic yaitu terdapat hubungan antara umur ibu
dengan kembalinya uterus didapatkan p value 0,022 artinya ada hubungan antara umur
ibu dengan kejadian kembalinya uterus ibu. Umur 20-35 tahun merupakan masa yang
sangat ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik. Hal ini disebabkan karena
faktor elastisitas dari otot uterus dalam kondisi vitalitas yang prima sehingga kontraksi
otot dan kembalinya alat- alat kandungan juga semakin cepat karena proses regenerasi
dari sel-sel alat kandungan yang sangat bagus pada usia-usia tersebut. Umur ibu dalam
kasus ini merupakan kategori ideal dalam reproduksi dan tidak ada kesenjangan antara
teori dengan umur ibu.
Keluhan utama Ny. Y yaitu mengatakan masih merasa mulas. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (Parulian et al., 2016) kepada 20 ibu post partum hari
ke-1 pada 0–2 jam setelah partus yang mengalami nyeri kontraksi uterus. Penelitian ini
dilakukan dengan cara mengobservasi nyeri yang dirasakan oleh ibu post partum,
menggunakan lembar observasi dengan skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS). Nyeri
kontraksi uterus meningkat secara bermakna setelah bayi keluar, diakibatkan oleh
keluarnya hormon oksitosin yang dilepas oleh kelenjar hipofisis sehingga dapat
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus. Rasa sakit (after pain) seperti mulas-mulas
disebabkan karena kontraksi uterus yang berlangsung 2–4 hari post partum. Kontraksi
pada uterus yang kuat akan mempengaruhi involusi uterus. Rasa nyeri atau afterpaints
ini terjadi ketika ibu menyusui karena produksi ASI menimbulkan pelapasan oksitosin
yang merangsang uterus untuk berontraksi. Hal yang dialami oleh ibu dengan masa
nifas 6 jam merupakan hal yang fisiologis atau normal. Dalam hal ini keluhan utama
ibu sesuai dengan jurnal mengenai after pain pada ibu nifas dan tidak ditemukan
kesenjangan.

B. Obyektif
Menurut teori (Handayani & Pujiastuti, 2016) kenaikan suhu setelah melahirkan
kurang lebih 0,5ºC dari keadaan normal, nadi kembali dalam keadaan normal beberapa
jam setelah melahirkan, biasanya tekanan darah tidak ada perubahan signifikan sistolik
anatara (90-120 mmHg) dan diastolik (60-80 mmHg) dan pada umumnya pernafasan
normal kurang lebih 16-24 kpm. Pada kasus Ny. Y dengan 6 jam nifas tanda-tanda vital
dalam batas normal. Tensi darah 110/70 mmHg, Suhu 36,5ºC, Nadi 80 x/menit dan
pernafasan 22 x/menit.
Pada pemeriksaan fisik menurut teori lochea pada hari 1-2 yaitu lochea rubra
berwarna merah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa
verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Tinggi fundus uteri berada pada 2 jari dibawah
pusat (Maritalia, 2014). Pada kasus Ny.K masa nifas 6 jam lochea berwarna merah
segar, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi kuat, kandung kemih kosong
pengeluaran pervaginam ±50 cc. Pada pemeriksaan ini tidak ada kesenjangan antara
teori dengan pemeriksaan fisik ibu nifas.
C. Analisa
Menurut (Rukiyah, 2013) Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,
pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap bila hal
tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini.
Analisa yang didapat dari hasil pengkajian data subyektif dan data obyektif pada Ny.
Y adalah Ny. Y P1A0 umur 30 tahun, nifas 6 jam fisiologis.
D. Pelaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. Y yaitu memberitahukan hasil
pemeriksaan meliputi Tekanan Darah, Nadi, Suhu, dalam kasus ini didapat hasil
pemeriksaan ibu dalam keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori (Marmi, 2016 ).
Pada kasus Ny. Y dijelaskan terkait keluhan yang dialami ibu merupakan suatu
proses yang alami yaitu proses kembalinya uterus (rahim) pada kondisi sebelum hamil
yaitu setelah placenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi dan
retraksi otot-ototnya. Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Mules-mules
sesudah persalinan merupakan akibat dari kontraksi uterus yang biasanya berlangsung
2-3 hari postpartum. Selama dua jam pertama setelah melahirkan, kontraksi uterus
menjadi teratur dan kuat, khususnya pada wanita multipara. Kekuatan kontraksi
miometrium yang terjadi cukup kuat, tekanan intrauterine jauh lebih besar dibanding
sewaktu persalinan (Sukma et al., 2017).
Ny. Y diminta untuk memenuhi kebutuhan pada masa nifas yaitu mobilisasi secara
bertahap dimulai dari miring kanan dan kiri, dilanjut duduk dan berdiri kemudian jalan
secara perlahan. Istirahat cukup, jika bayi tidur sebaiknya ibu ikut beristirahat. Karena
kurangnya istirahat dapat mempengaruhi produksi ASI, memperlambat proses
kembalinya uterus (rahim), dan dapat menyebabkan depresi. Mengkonsumsi makanan
dan minuman yang bergizi, makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi,
kentang dan ketela, protein hewani seperti susu, daging, ikan, protein nabati seperti
tempe dan kacang-kacangan, zat besi seperti hati, daging merah dan bayam, vitamin
yang terkandung dalam buah-buahan, serta kebutuhan minum pada ibu menyusui pada
6 bulan pertama yaitu >8 gelas/hari. Meminum tablet zat besi yang diminum sehari
sekali sampai hari ke 40 nifas; minum vit A yang diminum 1x24 jam dan setelah 1x24
jam (Sukma et al., 2017).
Pada asuhan atau penatalaksanaannya, Ny. Y diminta untuk menjaga kebersihan diri
dan alat genitalia yaitu dibersihkan dengan air bersih dari atas ke bawah, mengganti
pembalut setiap 4 jam sekali, setelah BAB dan BAK serta pastikan daerah kemaluan
tidak lembab.
Ny. Y dianjurkan tetap memberikan ASI secara Eklsklusif pada bayinya, tanpa
tambahan cairan/makanan sampai umur 6 bulan. Menurut (Syamsiah, 2011) ASI
memiliki banyak manfaat, baik bagi ibu maupun bagi bayinya. Komposisi ASI sesuai
dengan kebutuhan bayi yaitu berisi energi, protein, lemak dan laktosa.

Pembimbing Institusi Praktikan

Nuril Nikmawati, S.Kp.Ns, M.Kes Riwin Kusminarti


NIP. 19700429 199403 2 001 NIM. P 1337424823026

Anda mungkin juga menyukai