MIKROORGANISME
https://www.youtube.com/watch?v=KJrTN9D6PSY
GLIKOLISIS
2) DEKARBOKSILASI OKSIDATIF ASAM PIRUVAT
• Dekarboksilasi oksidatif asam piruvat berlangsung di dalam
mitokondria dan merupakan reaksi kimia yang mengawali siklus
krebs.
• Dalam peristiwa ini terjadi perubahan asam piruvat menjadi molekul
asetil-KoA. Asetil KoA merupakan senyawa berkarbon dua. Dalam dua
peristiwa ini juga dihasilkan satu molekul NADH untuk setiap
pengubahan molekul asam piruvat menjadi asetil-KoA.
DEKARBOKSILASI OKSIDATIF ASAM PIRUVAT
3) SIKLUS KREBS (DAUR ASAM SITRAT)
• Kondisi aerob dalam organisme berlangsung pada dua tahapan berikutnya,
yaitu siklus krebs dan transpor elektron.
• Pada organisme eukariotik, proses ini berlangsung pada matriks dalam
mitokondira sedangkan pada prokariotik, berlangsung dalam sitoplasma.
• Siklus krebs merupakan tahap ketiga dalam respirasi aerob yang mempunyai
tiga fungsi, yaitu menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta membentuk
kembali oksaloasetat. Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus krebs
selanjutnya. Dalam siklus krebs, dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP
4) TRANSPOR ELEKTRON
• Pada dasarnya, transpor elektron merupakan peristiwa pemindahan elektron.
• Elektron tersebut berasal dari NADH dan FADH dari suatu substrat ke
substrat lain secara berantai disertai pembentukan ATP melalui proses
Fosforilasi oksidatif.
• Fosforilasi oksidatif merupakan proses penambahan gugus posfat anorganik
ke molekul ADP.
• Dalam transpor elektron, yang menjadi penerima elektron terakhir adalah
oksigen sehingga pada akhir peristiwa ini terbentuk O.
• NADH dan FADH dalam transpor elektron berfungsi sebagai senyawa
pereduksi yang menghasilkan ion hidrogen.
• Setiap molekul NADH yang memasuki rantai transpor elektron akan
menghasilkan 3 molekul ATP, dan setiap molekul FAD akan menghasilkan 2
molekul ATP.
B. Respirasi Anaerob (Fermentasi)
• Fermentasi adalah proses pembebasan energi tanpa oksigen.
• Ciri-ciri dari fermentasi adalah:
• 1. Terjadi pada organisme yang tidak membutuhkan oksigen bebas.
• 2. Tidak terjadi penyaluran elektron ke siklus krebs dan transpor elektron.
• 3. Energi (ATP) yang terbentuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan
respirasi aerob yaitu 2 molekul ATP setiap mol glukosa.
• 4. Jalur yang ditempuh ialah glikolisis dan pembentukan alkohol (fermentasi
alkohol) dan pembentukan asam laktat.
• 5. Menghasilkan produk berupa asam-asam organik, alkohol dan gas.
• 6. Organisme anaerobik juga menghasilkan energi, yaitu melalui reaksi-reaksi
yang disebut fermentasi yang menggunakan bahan organik sebagai donor dan
akseptor elektron.
FOTOSINTESIS
• Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan
karbohidrat yang dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang
mengandung zat hijau daun atau klorofil.
• Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang
berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis bakteri.
• Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon
dioksida dan air serta bantuan energi cahaya matahari.
• Terjadi pada algae, tumbuhan dan beberapa prokariotik:
• Terdiri atas 2 reaksi utama: Photophosphorylation (reaksi terang) dan
fiksasi karbon dioksida (reaksi gelap)
Reaksi terang terjadi Pemecahan air (H2O) menjadi ion Hidrogen
(H+) dan molekul air menggunakan energi cahaya, menghasikan
O2, ATP, dan NADP H2. Reaksi gelap terjadi pengikatan
karbondioksida (CO2) dan kombinasikan dengan ion hidrogen (H+)
sehingga membentuk gula.
FOTOSINTESIS
• Pada kelompok bakteri dapat dibedakan atas: anoxygenic dan oxygenic
photosynthesis.
• a. Anoxygenic Photosynthesis yaitu proses fotosintesis yang tidak
menghasilkan O2 dan H2S berperan sebagai donor elektron. Fungsi
utama adalah menghasilkan ATP melalui cyclic photophosphorylation
• b. Oxygenic photosynthesis Proses fotosintesis yang menghasilkan O2
dan H2S berperan sebagai donor elektron. Fungsi umum menghasilkan
NADPH dan ATP untuk fiksasi karbon.
Jalur-jalur Fermentasi
Organisme dan Produk Fermentasi
HIDROGEN SULFIDA (H2S)
• H2S adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar dan berbau
seperti telur busuk.
• Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan
organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di rawa,
dan saluran pembuangan kotoran.
• Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan
gas alam.
• Hidrogen sulfida juga dikenal dengan nama sulfana, sulfur hidrida, gas
asam (sour gas), sulfurated hydrogen, asam hidrosulfurik, dan gas
limbah (sewer gas). IUPAC menerima penamaan "hidrogen sulfida" dan
"sulfana"; kata terakhir digunakan lebih eksklusif ketika menamakan
campuran yang lebih kompleks.
• Produksi H2S oleh bakteri adalah melalui proses reduksi sulfat dan
kandungan sulfur organik pada kotoran dalam kondisi anaerob.
• Pembentukan H2S yang lain adalah melalui elemen sulfur dan
senyawa yang mengandung sulfur kemudian kontak dengan material
organik dengan temperatur tinggi.
• Polutan pencemar udara yang berasal dari sektor sampah salah
satunya yaitu hidrogen sulfida (H2S). Gas tersebut berasal dari proses
dekomposisi sampah.
• Gas H2S tersebut jika menyebar ke udara akan menurunkan kualitas
udara di lingkungan sekitarnya.
• H2S bersifat racun bagi tubuh dan juga memiliki bau busuk sehingga
secara estetika tidak dapat diterima. Jadi, penumpukan sampah yang
membusuk tidak dapat dibenarkan.
• Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek
yang langsung dan tidak langsung.
• Yang dimaksud efek langsung adalah efek yang disebabkan oleh kontak
langsung dengan sampah tersebut. Misalnya, sampah beracun, sampah
korosif terhadap tubuh, teratogenik dan lain-lain.
• Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses
pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah.
• Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara
fakultatif, dan secara anaerobik apabila oksigen telah habis.
• H2S lebih banyak dan lebih cepat diabsorbsi melalui inhalasi daripada
lewat paparan oral, sedangkan pada kulit H2S yang terserap hanya dalam
jumlah sangat kecil.
• Gas ini bersifat korosif terhadap metal dan menghitamkan berbagai
material.
• H2S ini sering terdapat di udara pada lapisan bagian bawah dan ditemukan
di sumur atau saluran air buangan.
• Biasanya H2S ini ditemukan dengan gas beracun lain seperti metana
(CH4) dan karbon dioksida (CO2).
• H2S dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan manusia, terutama
jika terpapar melalui udara. Paru-paru dapat dengan cepat menyerap gas
H2S ini. Oleh karena itu, sistem pernapasan merupakan organ yang paling
sensitif bila terkena paparan H2S.
• Gas H2S dengan konsentrasi 500 ppm, dapat menyebabkan kematian,
edema pulmonary dan asphyxiant.
• Hidrogen sulfida termasuk dalam golongan asphyxiant karena efek
utamanya adalah melumpuhkan pusat pernapasan, sehingga kematian
disebabkan oleh terhentinya pernapasan.
• Sebuah penelitian di Finlandia menyebutkan terdapat dampak kronis
berupa batuk, infeksi pada saluran pernapasan dan sakit kepala pada
paparan H2S dengan konsentrasi 2,3 μg/m3 , 24 μg/m3 dan 152 μg/m3
maksimum selama 24 jam (Parti-Pellinen dkk, dalam Sianipar, 2009).
Keluhan pernapasan yang diteliti pada penelitian ini meliputi batuk, sesak
nafas dan gatal tenggorokan.
• Pada umumnya, pada konsentrasi 0,0005 sampai dengan 0,3 ppm, manusia
dapat dengan mudah mengenali bau H2S. Bila konsentrasi yang ditemukan
lebih tinggi akan menyebabkan seseorang kehilangan kemampuan
penciuman. H2S dilepaskan dari sumbernya terutama sebagai gas dan
menyebar di udara pada lapisan bawah, dekat dengan manusia. Gas ini
dapat bertahan di udara rata-rata 18 jam sampai 3 hari. Selama rentang
waktu tersebut, H2S bisa berubah menjadi sulfur dioksida (SO2).