Anda di halaman 1dari 17

BAHAN KULIAH

Pertemuan
MIKROBIOLOGI FARMASI
iV
METABOLISME DAN REPRODUKSI BAKTERI

Muthia Miranda Zaunit, S.Pd., M.Si.

Tujuan Perkuliahan :

1. Mahasiswa mampu memahami tentang metabolisme bakteri


2. Mahasiswa mampu memahami tentang Perkembangbiakan/reproduksi bakteri

A. Metabolisme Bakteri

Mahluk hidup memerlukan energi yang diperoleh dari proses metabolisme. Metabolisme
terjadi pada semua mahluk hidup termasuk kehidupan bakteri. Metabolisme merupakan
serentetan reaksi kimia yang terjadi dalam sel hidup. Dalam metabolisme ada dua fase yaitu
katabolisme dan anabolisme. Katabolisme adalah respirasi seluler di mana glukosa dan bahan
bakar organik yang lain dipecah menjadi karbon dan air dengan membebaskan energi. Energi
yang diperoleh disimpan dalam molekul-molekul organik dan digunakan untuk melakukan kerja
dari sel. Sebaliknya, anabolisme merupakan serangkaian reaksi-reaksi kimia yang membutuhkan
energi untuk membentuk molekul-molekul besar dari molekul-molekul yang lebih kecil,
misalnya pembentukan protein dari asam amino. Bila dalam suatu reaksi menghasilkan energi
maka disebut reaksi eksergonik dan apabila untuk dapat berlangsungnya suatu reaksi diperlukan
energi reaksi ini disebut reaksi endergonik. Untuk mempercepat laju reaksi-reaksi dalam tahapan
metabolisme diperlukan enzim-enzim tertentu pada setiap tahapan reaksi.
Gambar 1. Skema metabolisme

1. Anabolisme

Anabolisme adalah penyusunan senyawa kimia sederhana menjadi senyawa kimia atau
molekul kompleks. Pada peristiwa ini diperlukan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam
reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya
digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih
kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan
dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk. Energi yang
digunakan dalam anabolisme dapat berupa energi cahaya atau energi kimia. Anabolisme yang
menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang
menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.

a. Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang
dilakukan oleh tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil.
Selain tumbuhan berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah
algadan beberapa jenis bakteri. Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara,
karbon dioksidadan airserta bantuan energi cahaya matahari.Terjadi pada algae, tumbuhan dan
beberapa prokariotik: Terdiri atas 2 reaksi utama: Photophosphorylation (reaksi terang) dan
fiksasi karbon dioksida (reaksi gelap).

❖ Photophosphorylation (Reaksi terang)


Pada reaksi terang, cahaya mengenai klorofil a yang menyebabkan elektron tereksitasi
sehingga mempunyai energi lebih tinggi. Dalam satu rangkaian reaksi kimia, energi
tersebut akan diubah menjadi ATP dan NADPH. Air akan terurai dan melepaskan
oksigen sebagai satu produk reaksi. ATP dan NADPH akan digunakan untuk membuat
karbohidrat pada reaksi gelap.
❖ Fiksasi Karbon Dioksida (Reaksi Gelap)
Fiksasi karbon dikenal sebagai reaksi gelap. Enam molekul gas asam arang masuk ke
dalam sel melalui stomata dan akan diikat oleh ribulosa bifosfat (RuBP). RuBP
merupakan suatu senyawa berkarbon 5 yang akan diubah menjadi satu molekul gula.
Peristiwa ini terjadi di dalam stroma dan telah diperkenalkan oleh Melvin Calvin
sehingga selanjutnya dikenal dengan siklus calvin

Bakteri dapat dibedakan atas:


❖ Anoxygenicdan oxygenic photosynthesis.
Anoxygenic Photosynthesis : Proses fotosintesis yang tidak menghasilkan O2 dan H2S
berperan sebagai donor elektron. Anoxygenic photosynthesis ditemukan pada: Green
sulfur bacteria (e.g. Chlorobium), Green nonsulfur bacteria (e.g. Chloroflexus), Purple
sulfur bacteria (e.g. Chromatium), Purple nonsulfur bacteria (e.g. Rhodobacter).
❖ Oxygenic photosynthesis : Proses fotosintesis yang menghasilkan O2 dan H2S berperan
sebagai donor elektron. Ditemukan pada Cyanobacteria (blue-green algae) dan organisme
eukariotik yang memiliki kloroplas. Donor electron adalah H2O: teroksidasi membentuk
O2. Melalui 2 fotosistem yaitu PSI dan PSII.Fungsi umum menghasilkan NADPH dan
ATP untuk fiksasi karbon.
Gambar 2. fotosintesis

b. Kemosintesis

Kemosintesis adalah konversi biologis dari satu atau lebih molekul yang mengandung
karbon (biasanya karbon dioksida atau metana) dan nutrien menjadi bahan organik menggunakan
oksidasi senyawa anorganik (misalnya, gas hidrogen, hidrogen sulfida) atau metana sebagai
sumber energi, bukannya sinar matahari seperti dalam fotosintesis. Kemoautotrof, organisme
yang mendapatkan karbon melalui kemosintesis, secara filogenetik beragam, tetapi juga
kelompok yang mencakup taksa yang penting dalam biogeokimia termasuk proteobacteria
gamma dan epsilon pengoksidasi belerang, Aquificae, arkea metanogenik dan bakteri
pengoksidasi besi neutrofilik.

Banyak mikroorganisme di wilayah lautan yang gelap menggunakan kemosintesis untuk


menghasilkan biomassa dari molekul karbon tunggal. Dua kategori dapat dibedakan. Di tempat
langka di mana molekul hidrogen (H2) tersedia, energi yang tersedia dari reaksi antara CO2 dan
H2 (mengarah pada produksi metana, CH4) dapat cukup besar untuk mendorong produksi
biomassa. Alternatif lain, di sebagian besar lingkungan samudera, energi untuk kemosintesis
berasal dari reaksi di mana zat seperti hidrogen sulfida atau amonia teroksidasi. Ini dapat terjadi
dengan atau tanpa kehadiran oksigen.
Gambar 3. Venenivibrio stagnispumantis mendapatkan energi dengan mengoksidasi gas
hidrogen.

2. Katabolisme

Katabolisme adalah reaksi pemecahan/pembongkaran senyawa kompleks menjadi


senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan menghasilkan energi yang dapat digunakan
organisme untuk melakukan aktivitasnya. Fungsi reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan
energi dan komponen yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme.

a. Respirasi

Respirasi merupakan proses disimilasi, yaitu proses penguraian zat yang membebaskan
energi kimia yang tersimpan dalam suatu senyawa organik. Dalam proses ini, terjadi
pembongkaran suatu zat makanan sehingga menghasilkan energi yang diperlukan oleh
organisme tersebut. Saat molekul terurai menjadi molekul yang lebih kecil, terjadi pelepasan
energi, reaksinya disebut eksorgenik. Respirasi merupakan salah satu dari reaksi katabolik.

Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen bebas, respirasi dibedakan atas dua macam,
yaitu:

❖ Respirasi aerob,yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen bebas.


Pada proses ini, oksigen merupakan senyawa penerima hidrogen akhir.
❖ Respirasi anaerob, yaitu respirasi yang tidak membutuhkan oksigen bebas.
Pada proses ini, senyawa seperti asam piruvat dan asetaldehid berfungsi sebagai penerima
hidrogen terakhir.

Respirasi secara aerob, terjadi didalam sitoplasma dan berlangsung melalui empat tahap,
yaitu:

1) Glikolisis
Glikolisis merupakan pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa membutuhkan
oksigen. Proses glikolisis terdiri atas 10 tahap, yaitu:
Tahap 1: Glukosa yang masuk kedalam sel mengalami fosfolirasi dengan bantuan enzim
heksokinase dan menghasilkan glukosa 6-fosfat. Untuk keperluan ini ATP diubah
menjadi ADP agar diperoleh energi.
Tahap 2: Glukosa 6-fosfat diubah oleh enzim fosfoglukoisomerase menjadi bentuk
isomernya berupa fruktosa 6-fosfat.
Tahap 3: Dengan menggunakan energi hasil perubahan ATP menjadi ADP, fruktosa 6-
fosfat diubah oleh enzim fosfofruktokinase menjadi fruktosa 1,6-bifosfat
Tahap 4: Enzim aldolase mengubah fruktosa 1,6-bifosfat menjadi dihidroksiaseton fosfat
dan gliseraldehida fosfat.
Tahap 5: Terjadi perubahan reaksi bolak balik antara dihidroksi aseton fosfat dengan
gliseraldehid fosfat sehingga akhirnya hanya gliseraldehid fosfat saja yang digunakan
untuk reaksi berikutnya.
Tahap 6: Melalui bantuan enzim triosofosfat dehidrogenase, terjadi perubahan dari
gliseraldehid fosfat menjadi 1,3-bifogliserat. Dalam tahap ini juga terjadi transfer
elektron sehingga NAD berubah menjadi NADH, serta pengikatan fosfat anorganik dari
sitoplasma.
Tahap 7: Terjadi perubahan dari 1,3-bifogliserat menjadi 3-fosfogliserat dengan bantuan
enzim fosfogliserokinase. Pada tahap ini juga terjadi pembentukan dua molekul ATP
dengan menggunakan gugus fosfat yang sudah ada pada reaksi sebelumnya.
Tahap 8: Terjadi perubahan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat karena enzim
fosfogliseromutase memindahkan gugus fosfatnya.
Tahap 9: Terjadi pembentukan fosfoenol piruvat (PEP) dan 2-fosfogliserat dengan
bantuan enzim enolase, sekaligus juga terjadi pembentukan 2 molekul air.
Tahap 10: Terjadi perubahan fosfoenol piruvat (PEP) menjadi asam piruvat dengan
enzim piruvatkinase, serta terjadi pembentukan 2 molekul ATP Dengan demikian, pada
akhir glikolisis akan dihasilkan 2 molekul asam piruvat yang berkarbon 3, 2 ATP dan 2
NADH dari setiap perubahan 1 molekul glukosa.

2) Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat Dekarboksilasi oksidatif asam piruvat


berlangsung didalam mitokondria dan merupakan reaksi kimia yang mengawali siklus
krebs. Dalam peristiwaini terjadi perubahan asam piruvat menjadi molekul asetil-KoA.
Asetil KoA merupakan senyawa berkarbon dua. Dalam dua peristiwa ini juga dihasilkan
satu molekul NADH untuk setiap pengubahan molekul asam piruvat menjadi asetil-KoA.

3) Siklus Krebs (Daur Asam Sitrat) Kondisi aerob dalam organisme berlangsung pada
dua tahapan berikutnya, yaitu siklus krebs dan transpor elektron. Pada organisme
eukariotik, proses ini berlangsung pada matriks dalam mitokondira sedangkan pada
prokariotik, berlangsung dalam sitoplasma.

4) Transpor Elektron Pada dasarnya, transpor elektron merupakan peristiwa pemindahan


elaktron dari . Elektron tersebut berasal dari NADH dan FADH dari suatu substrat ke
substrat lain secara berantai disertai pembentukan ATP melalui proses Fosforilasi
okeidatif. Fosforilasi oksidatif merupakan proses penambahan gugus posfat anorganik ke
molekul ADP. Dalam transpor elektron, yang menjadi penerima elektron terakhir adalah
oksigen sehingga pada akhir peristiwa ini terbentuk O.NADH dan FADH dalam transpor
elektron berfungsi sebagai senyawa pereduksi yangmenghasilkan ion hidrogen. Setiap
molekul NADH yang memasuki rantai transpor elektron akan menghasilkan 3 molekul
ATP, dan setiap molekul FAD akan menghasilkan 2 molekul ATP.
Gambar 4 . Skema proses respirasi aerob

Metabolisme tidak terlepas dari peranan enzim. Olehkarena itu, pada bahasan ini juga
dipelajari tentang enzim. Enzim merupakan substansi yang ada dalam sel dalam jumlah yang
amat kecil dan mampu menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan
proses-proses seluler dan kehidupan. Nama lain dari enzim adalah fermen; nama enzim berasal
dari bahasa Yunani yang berarti “dalam ragi”.Keseluruhan bagian enzim yang disebut
holoenzimtersusun atas dua komponen utama, yaitu komponen protein (apoenzim) dan
komponen nonprotein (gugus prostetik).

Fungsi enzim sangat ditentukan oleh gugus apoenzimnya karena pada bagian tertentu
merupakan tempat melekatnya substrat dan sekaligus tempat mereksikan substrat. Bagian pada
gugus protein yang berfungsi sebagai pusatkatalitik enzim disebut sisi aktif. Komponen
nonprotein (gugus prostetik) dibedakan menjadi gugus kofaktor dan koenzim. Gugus kofaktor
tersusun atas zat anorganik yang umumnya berupa logam, misalnya Cu, Fe, Mn, Zn, Ca, K dan
Co. Gugus koenzim merupakan senyawa organik nonprotein yang tidak melekat erat pada bagian
protein enzim, contohnya NAD, NADP dan koenzim A.

Ada dua tipe enzim, yaitu eksoenzim atau enzim ekstraseluler atau enzim di luar sel dan
endoenzim atau enzim intraseluler atau enzim di dalam sel. Fungsi utama dari eksoenzim adalah
melangsungkan perubahan-perubahan pada nutrien di sekitarnya sehingga memungkinkan
nutrien tersebut memasuli sel; dengan mengambil zat makanan yang ada di sekeliling sel.
Misalnya, enzim amilase menguraikan zat pati menjadi unit-unit gula yang lebih kecil.
Sedangkan fungsi endoenzim untuk mensintesis bahan seluler dan menguraikan nutrien untuk
menyediakan energi yang dibutuhkan oleh sel, misalnya heksokinase mengkatalisis fosforilase
glukosa dan heksosa (senyawa-senyawagula sederhana) di dalam sel.

Sebagai molekul zat yang mempunyai peranan besar dalam metabolisme, enzim memiliki
beberapa sifat penting, di antaranya sebagai berikut:

1) Enzim adalah Suatu Protein Ini terbukti karena enzim di dalam larutan membentuk
suatu koloid. Keadaan ini akan memungkinkan luasnya permukaan enzim sehingga
bidang aktivitasnya juga besar.
2) Bekerja Secara Khusus (Spesifik)Enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi
tertentu dan tidak dapat mempengaruhi reaksi lainnya. Sebagai contoh: di dalam usus
rayap terdapat protozoa yang menghasilkan enzim selulase sehingga rayap dapat
hidup dengan makan kayu karena dapt mencerna selulosa (salah satu jenis
karbohidrat/polisakarida). Sebaliknya manusia tidak dapat mencerna kayu, meskipun
mempunyai enzim amilase, yaitu enzim yang dapat mencerna amilum/pati (yang juga
merupakan jenis polisakarida). Enzim amilase dan selulase masing-masing bekerja
secara khusus.
3) Enzim sebagai Katalisator. Artinya sebagai zat yang mampu mempercepat reaksi
kimia, tetapi enzim tidak ikut bereaksi. Dengan demikian, enzim tidak diperlukan
dalam jumlah yang banyak. Dalam jumlah sedikit saja enzim telah menyelenggarakan
suatu perubahan zat yang beribu-ribu kali lebih berat daripada berat molekulnya
sendiri. Contohnya, sebuah molekul enzim katalase mampu mengubah 5 juta molekul
H2O2 tanpa enzim itu mengalami perubahan.
4) Dapat digunakan Berulang Kali. Enzim dapat digunakan berulang kali karena enzim
tidak berubah pada saat terjadi reaksi. Meskipun dalam jumlah sedikit, adanya enzim
dalam suatu reaksi yang dikatalisirnya akan mempercepat reaksi, karena enzim yang
telah bekerja dalam reaksi tersebut dapat digunakan kembali.
5) Rusak oleh Panas. Enzim adalah suatu protein yang dapat rusak oleh panas disebut
denaturasi. Kebanyakan enzim rusak pada suhu di atas 50°C. Reaksi kimia akan
meningkat dua kali lipat dengan kenaikan suhu sebesar 10°C. Kenaikan suhu di atas
suhu 50°C tidak dapat meningkatkan reaksi yang dikatalisir oleh enzim, tetapi justru
menurunkan atau menghentikan reaksi tersebut. Hal ini disebabkan enzimnya rusak
sehingga enzim tersebut tidak dapat bekerja. Demikian juga pada suhu rendah, suhu
rendah tidak merusak enzim tetapi hanya tidak aktif saja.
6) Dapat Bekerja Bolak-Balik
Umumnya enzim dapat bekerja secara bolak-balik. Artinya, suatu enzim dapat
bekerja menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain dan sebaliknya
dapat pula bekerja menyusun senyawa-senyawa itu menjadi senyawa semula. Pada
tumbuhan, proses fotosintesis menghasilkan glukosa. Apabila glukosa yang
dihasilkan dalam jumlah banyak, maka glukosa tersebut diubah dan disimpan dalam
bentuk pati. Pada saat diperlukan, misalnya untuk pertumbuhan, pati yang disimpan
sebagai cadangan makanan tersebut diubah kembali menjadi glukosa.Penghambatan
umpan balik (Feedback Inhibition)Penumpukan produk akhir menghambat kerja
enzim pertama dalam rangkaian reaksi tersebut sehingga produksi enzim selanjutnya
ditunda

B. Reproduksi Bakteri

Bakteri merupakan makhluk uniseluler. Bakteri, seperti makhluk hidup lainnya,


melakukan reproduksi untuk mempertahankan spesiesnya. Kemampuan organisme bereproduksi
merupakan satu karakter yang membedakan makhluk hidup dengan makhluk tak-hidup. Dimana
keberlangsungan kehidupan didasarkan pada reproduksi.

Reproduksi Bakteri ialah perkembang-biakan bakteri. Bakteri bereproduksi dengan dua


cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan pembe
lahan sel (biner melintang), sedangkan reproduksi seksual dilakukan dengan cara transformasi,
transduksi, dan konjugasi.
1. Reproduksi seksual bakteri

Proses pembiakan cara seksual berbeda dengan eukariota lainnya. Sebab, dalam proses
pembiakan tersebut tidak ada penyatuan inti sel sebagaimana biasanya pada eukarion, yang
terjadi hanya berupa pertukaran materi genetika (rekombinasi genetik).

a. Konjugasi

Konjugasi adalah pemindahan materi gen dan suatu sel bakteri ke sel bakteri lain secara
langsung melalui jembatan konjugasi. Mula-mula, kedua sel bakteri berdekatan, kemudian
membentuk tonjolan atau struktur jembatan yang menghubungkan kedua sel tersebut.Transfer
kromosom maupun transfer plasmid akan terjadi melalui jembatan konjugasi. Sel yang
mengandung materi gen rekombinan kemudian memisah dan terbentuklah dua sel bakteri dengan
sifat baru (sifat rekombinan). Contoh bakteri yang mampu berkonjugasi antara lain Salmonella
typhidan Pseudomonas sp. Transfer kromosom dapat pula terjadi melalui pilus seks, seperti yang
terjadi pada Escherichiacoli. Konjugasi bakteri sering dianggap sebagai setara dengan reproduksi
bakteri generatif atau kawin karena melibatkan pertukaran materi genetik.

Selama konjugasi sel donor menyediakan unsur genetik konjugatif atau mobilizable yang
paling sering berupa plasmid atau transposon. Kebanyakan plasmid konjugatif memiliki sistem
yang memastikan bahwa sel penerima sudah tidak mengandung unsur yang sama. Informasi
genetik yang ditransfer sering bermanfaat untuk penerima. Manfaat mungkin termasuk resistensi
antibiotik, toleransi xenobiotik atau kemampuan untuk menggunakan metabolit baru. Plasmid
menguntungkan tersebut dapat dianggap endosymbiontsbakteri. Diketahui bahwa bakteri mampu
berlekatan satu sama lain untuk pertukaran gen dengan bantuan Fili. Sel yang memiliki fili
disebut bakteri jantan dan sel yang menerima perlekatan fili disebut bakteri betina. Fili tersebut
disintesis oleh suatu genyang terdapat pada plasmid bakteri, yaituplasmid F (Fertilisasi).
Mekanisme kerjanya yaitu: fililel jantan bertemu dengan reseptornya di membran luar
sangbetina.

Kemudian fili mengalami pemendekan (retraksi) atau depolimerisasi sehingga kedua sel
semakin mendekat dan akhirnya membran luar kedua sel bersentuhan. Akibatnya, peptidoglikan
dan membran sel kedua sel melakukan penyatuan sementara pada daerah, sehingga
menghasilkan sebuah lubang untuk proses transfer DNA dari sel jantan (donor) ke sel betina
(resepien). Jadi transfer DNA terjadi melalui titik kontak, tidak melalui fili. DNA dari sel jantan
berpindah ke dalam sel betina secara replikatif.

Oleh karena itu, setelah proses konjugasi selesai, sel jantan tidak kehilangan DNA.
Setelah konjugasi selesai kedua sel berpisah kembali dan jumlah sel tidak bertambah (setelah
konjugasi tidak dihasilkan anak sel). Oleh karena itu, proses konjugasi ini disebut juga sebagai
proses atau mekanisme seksual yang tidak reproduktif. Faktor- faktor yang berpengaruh pada
proses konjugasi antara lain; faktor F, adanya fili donor dan adanya resepien.

Gambar 5. Konjugasi pada bakteri

b. Transduksi

Proses transfer gen bakteri melalui perantara virus dinamakan transduksi. Virus yang
menyerang bakteri disebut bakteriofage (fage). Fenomena ini pertama ditemukan oleh Lederberg
dan Zinder pada tahun 1952. Fage terdiri dari dua jenis yang memiliki siklus hidup berbeda,
yaitu fage virulen dan fage temperate. Kedua fase ini berkaitan dengan cara virus mentransduksi
bakteri.

Fage virulen adalah fage yang dengan segera lisis dan mematikan inangnya. Sedangkan
fage temperate hidup di dalam inangnya dalam waktu tertentu tanpa mematikannya. Profage
adalah fage yang DNAnya terintegrasi (bergabung) dengan kromosom inang. Fage yang dapat
melakukan transduksi sehingga menyebabkan rekombinasi adalah fage temperate. Hal tersebut
dikarenakan fage temperate dapat membuat bakteri tetap hidup sebagai bakteri lisogenik atau
sebagai profage. Fage virulen tidak dapat menjadi profage karena selalulisis.

Pada waktu DNA fage dikemas di dalam pembungkusnya untuk membentuk bakteri-
bakteri fage baru, DNA fage tersebut dapat membawa sebagian dari DNA bakteri yang telah
menjadi inangnya. Selanjutnya, bila fage menginfeksi bakteri lainnya, maka fage akan
memasukkan DNA-nya yang mengandung sebagian dari DNA bakteri inang sebelumnya.
Dengan demikian, fage tidak hanya memasukkan DNA-nya sendiri ke dalam sel bakteri yang
diinfeksinya, tetapi juga memasukkan DNA dari bakteri lain yang ikut terbawa pada DNA fage.
Jadi, secara alami fage memindahkan DNA dari satu sel bakteri ke bakterilainnya.

c. Transformasi

Transformasi diperkenalkan oleh Frederick Griffith pada tahun 1982, berdasarkan


penelitian bahwa suatu bakteri dapat melepaskan fragmen DNA-nya ke dalam suatu medium
yang kemudian akan masuk ke dalam sel bakteri yang lain dalam kultur tersebut. yang
menemukan bahwa ada dua tipe bakteri dari jenis Streptococcus pneumoniae, yang tidak
berbahaya dapat ditransformasi menjadi sel-sel penyebab pneumonia dengan cara mengambil
DNA dari medium yang mengandung sel-sel strain patogenik yang mati.

Transformasi ini terjadi ketika sel nonpatogenik hidup mengambil potongan DNA yang
kebetulan mengandung alel untuk patogenisitas (gen untuk suatu lapisan sel yang melindungi
bakteri dari sistem imun inang) alel asing tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kromosom
bakteri menggantikan alel aslinya untuk kondisi tanpa pelapis. Proses ini merupakan rekombinasi
genetik – perputaran segmen DNA dengan cara pindah silang (crossing over). Sel yang
ditransformasi ini sekarang memiliki satu kromosom yang mengandung DNA, yang berasal dari
dua sel yang berbeda. Tipepatogen yang memiliki kapsul polisakarida disebut smooth dan tipe
non-patogen tanpa kapsul yang disebut tipe rought.

Transformasi adalah ekspresi materi genetik asing yang masuk melalui dinding sel. Pada
dasarnya dinding sel berfungsi melindungi sel dari masuknya benda-benda asing termasuk DNA,
tapi dalam kondisi tertentu, dinding sel ini bisa memiliki semacam celah atau lubang yang bisa
dimasuki DNA. Sebetulnya ada lebih dari 1% spesies bakteri mampu melakukan transformasi
secara alami, dimana mereka memproduksi protein-protein tertentu yang dapat membawa DNA
menyeberangi dinding sel. Sedangkan di laboratorium, bakteri diubah menjadi kompeten (istilah
untuk bakteri yang siap bertransformasi), misalnya dengan mendinginkannya pada larutan yang
mengandung kation divalen seperti Ca2+ untuk membuat dinding sel menjadi permeable dan
dapat dilalui oleh DNA plasmid.

Proses transformasi berlangsung dalam beberapa tahap yaitu tahap pertama dimana
molekul DNA rantai ganda berikatan pada reseptor yang terdapat dipermukaan sel. Perikatan ini
bersifat reversible. Selanjutnya tahap kedua adalah pengambilan DNA donor yang bersifat
irreversible. Pada saat ini DNA donor menjadi resisten terhadap enzim DNAase di dalam
medium. Kemudian tahap ketiga yakni konversi molekul DNA donor yang berupa rantai ganda
menjadi molekul rantai tunggal melalui degradasi nukleotida terhadap salah satu rantai. Lanjut
ke tahap keempat, integrasi (insersi kovalen) seluruh atau sebagian unting tunggal DNA donor
tersebut kedalam kromosom resipien. Terakhir tahap kelima yaitu segregasi dan ekspresi
fenotipik gen donor yang telah terintegrasi.

Gambar 6 . Transformasi dan transduksi bakteri


2. Reproduksi aseksual

Reproduksi aseksual disebut juga reproduksi vegetatif (tidak kawin). Terjadi dengan 3
cara yaitu : Pembelahan Biner Melintang, Pertumbuhan Tunas, dan Fragmentasi.

a) Pembelahan Biner Melintang

Proses ini paling umum dijumpai pada kebanyakan bakteri. Pembelahan biner melintang
adalah suatu proses reproduksi aseksual, setelah permukaan dinding sel melintang, maka sebuah
sel tunggal membelah menjadi dua sel. Masing-masing sel baru disebut sel anak. Pada proses
pembelahan selnya, mengakibatkan terbentuknya dua organisme baru.

Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut.

1. Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus.
2. Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dindingmelintang.
3. Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yangidentik.

Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri
yang tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk koloni.
Gambar 7. Pembelahan biner

Keterangan Gambar :

(1) Replikasi DNA danelongasi.


(2) Dinding sel membran plasmamembelah.
(3) Septum terbentuk dan DNAterpisah.
(4) Sel terpisah menjadi 2 (pemisahan sel menjadi dua) dan setiap sel
mengulangi proses.

b) Pertumbuhan Tunas

Untuk metode pertumbuhan tunas, pada sel bakteri reproduksi dimulai dengan tumbuh
dan berkembangnya sebuah tonkolan kecil pada salah satu ujung sel. Tunas ini mereplikasi
genom, tumbuh membesar, menjadi sel anakan, dan pada akhirnya memisahkan diri dari sel
induknya untuk menjadi bakteri baru.
Gambar 8. Pembentukan tunas bermula dari pertumbuhan bagian sel ke arah luar yang terus
membesar hingga menyamai sel induk, dan akhirnya memisahkan diri menjadi sel baru

c) Fragmentasi

Selama dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, bakteri umumnya akan
melakukan reproduksi melalui metode fragmentasi. Protoplasma bakteri mengalami
kompartementalisasi membentuk gonidia. Setelah kondisi lingkungan mulai menguntungkan,
gonidia ini kemudian menjadi bakteri baru dengan replikasi genom pada setiap fragmennya.

Gambar 9. Bakteri berfilamen (seperti Actinomycetes) melakukan reproduksi dengan


menghasilkan konidiospora (spora reproduktif) yang tumbuh menjadi individu baru.
Actinomycetes memproduksi spora pada bagian ujung filamen sel.

Anda mungkin juga menyukai