Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI


DI PUSKESMAS……………….
KOTA MATARAM

Untuk memenuhi persyaratan Stase Holistik Nifas dan Menyusui

Disusun Oleh:
NURFITA SARI
P07124222026

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Stase Fisiologis Holistik Nifas dan Menyusui Asuhan Kebidanan
Nifas dan Menyusui di …………………….. Kota Mataram telah diperiksa dan disahkan
pada tanggal September 2022.

Mataram, September 2022

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

_________________________________ ____________________________
NIP. NIP.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Kehamilan Kunjungan Awal


1. Pengertian

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai
6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan
mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini
disebut involus (Maritalia, 2012).
Masa Nifas (puerperium) masa ini dimulai ketika 2 jam setelah mengeluarkan
plasenta dan berlanjut hingga 42 hari, pada umumnya berlangsung 6 minggu.
Puerperium adalah masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Rini &
Kumala, 2017).
Proses Involusi adalah proses pengembalian uterus setelah hamil dan
melahirkan sampai ke bentuk semula seperti sebelum hamil. Proses involusiidealnya
berlangsung selama 6 minggu pasca persalinan (Wahyuni & Nurlatifah, 2017).
Bila uterus pada ibu post partum mengalami kegagalan dalam involusi akan
menyebabkan sesuatu yang disebut Subinvolusio yang sering disebabkan oleh infeksi
dan tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak
berjalan normal atau terhambat. Bila subinvolusio tidak tertangani akan menyebabkan
perdarahan yang berlanjut atau Post partum haemorrhage hingga kematian (Mayasari
dkk, 2014).
2. Etiologi
Masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya ke induk telur
atau ovarium reproduksi wanita seperti sebelum hamil.
3. Fisiologi
Setelah plasenta dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah
plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira ± 2 jari di bawah pusat. Uterus menyerupai
suatu buah advokat gepeng berukuran panjang ± 15 cm, lebar ± 12 cm, dan tebal ± 10
cm. Sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Korpus
uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium yang dibungkus serosa dan
dilapisi desidua. Dinding anterior dan posterior menempel dengan tebal masing -
masing 4 - 5 cm. Oleh karena adanya kontraksi rahim, pembuluh darah tertekan
sehingga terjadi ischemia. Selama 2 hari berikut uterus tetap dalam ukuran yang sama
baru 2 minggu kemudian turun kerongga panggul dan tidak dapat diraba lagi diatas
symfisis dan memncapai ukuran normal dalam waktu 4 minggu (Anik Maryunani,
2009).
Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1 minggu kemudian
beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300 gram dan
segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang
banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah.
Setelah 2 hari persalinan desidua yang tertinggal dalam uterus berdeferensiasi
menjadi 2 lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik terkelupas keluar bersama
lochea sementara lapisan basalis tetap utuh menjadi sumber pembentukan
endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat kecuali tempat
plasenta. Seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga. Segera setelah
persalinan tempat plasenta kira - kira berukuran sebesar telapak tangan. Pada akhir
minggu kedua ukuran diameternya 2-4 cm. Setelah persalinan tempat plasenta terdiri
dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombus. Setelah kelahiran, ukuran
pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya
mendekati ukuran sebelum hamil.
Serviks dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang tipis, kolaps dan
kendur setelah kala II persalinan. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selama
beberapa hari setelah persalinan, portio masih dapat dimasuki 2 jari, sewaktu mulut
serviks sempit, serviks kembali menebal dan salurannya akan terbentuk kembali.
Miometrium segmen bawah uterus yang sangat tipis berkontraksi tetapi tidak sekuat
korpus uteri. Beberapa minggu kemudian segmen bawah menjadi isthmus uteri yang
hampir tidak dapat dilihat.
Vagina dan pintu keluar vagina akan membentuk lorong yang berdinding lunak
yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil. Rugae terlihat kembali pada minggu
ketiga, hymen muncul kembali sebagai potongan jaringan yang disebut sebagai
carunculae mirtiformis. Pada dinding kandung kencing terjadi edema dan hyperemia,
disamping itu kapasitasnya bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan
cairan intravesika (Anik Maryunani, 2009).
4. Tanda dan Gejala
Nifas ditandai dengan :
1) Adanya perubahan fisik
a) Uterus (Rahim)
Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena involusio 1 minggu
kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300
gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot
tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah (Anik
Maryunani, 2009). Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak
pembuluh darah yang mengalami trombus. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh
darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati
ukuran sebelum hamil (Saifuddin AB, 2010)
b) Serviks (Leher rahim)
Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari. Namun ada
juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk mulut serviks yang bulat
menjadi agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3-4 bulan.
c) Vagina
Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan kembali
seperti semula setelah 3-4 minggu.
d) Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut
sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otot-otot perut. Jika ada garis-
garis biru (striae) tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah
warna menjadi keputihan.
e) Payudara
Payudara yang membesar selama hamil dan menyusui akan kembali
normal setelah masa menyusui berakhir. Untuk menjaga bentuknya dibutuhkan
perawatan yang baik.
f) Kulit
Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga hiperpigmentasi
pada muka, leher, payudara dan lainnya akan menghilang secara perlahan-lahan.
2) Perubahan sistem pencernaan
Setelah proses persalinan, ibu nifas normal akan mengalami rasa lapar dan
haus karena pengaruh banyaknya energi tubuh yang terkuras pada saat melahirkan.
Apabila ibu nifas tidak merasa lapar maka beri motivasi untuk segera makan dan
minum pada jam pertama postpartum.
Jika setelah 2-3 jam postpartum, ibu tidak ingin/tidak dapat makan maka
amatilah apakah ada tanda-tanda bahaya lainnya, apakah ibu tampak sedih, marah
atau depresi, serta apakah ia memiliki keyakinan pada makanan tertentu sebagai
pantangan untuk dikonsumsi saat masa nifas (Anik Maryunani, 2009).
Pengaruh hormon progesteron yang mengalami penurunan pada masa nifas
menyebabkan timbulnya gangguan saat buang air besar, keinginan ini akan
tertunda hingga 2-3 hari setelah persalinan.
3) Perubahan sistem perkemihan
Pada saat persalinan, bagian terdepan janin akan menekan otot-otot pada
kandung kemih dan uretra yang mengakibatkan timbulnya gangguan pada sistem
perkemihan.
Segera setelah persalinan, kandung kemih akan mengalami overdistensi,
pengosongan yang tidak sempurna dan residu urin yang berlebihan akibat adanya
pembengkakan, kongesti dan hipotonik pada kandung kemih. Efek ini akan hilang
pada 24 jam pertama postpartum, apabila tidak hilang maka dicurigai terjadi
infeksi saluran kemih. Diuresis akan terjadi pada hari pertama hingga hari kelima
postpartum.
Hal ini terjadi karena pengaruh hormon estrogen yang mengalami
peningkatan pada masa kehamilan yang memiliki sifat retensi dan pada saat
postpartum kemudian keluar kembali bersama urin.
Beri motivasi pada ibu untuk berkemih dalam 2 atau 3 jam pertama setelah
melahirkan. Apabila setelah 4 jam pertama ibu nifas tidak buang air kecil/berkemih
maka periksa kandung kemihnya. Jika kandung kemihnya tidak penuh, motivasi
ibu untuk banyak minum air. Apabila kandung kemih penuh, tetapi ibu tidak dapat
berkemih maka dapat memasukkan kateter untuk membantu pengeluaran urin
(Anik Maryunani, 2009).
4) Perubahan sistem muskuluskeletal
Perubahan yang terjadi pada sistem muskuluskeletal yaitu perubahan pada
ligamen, diafragma latum dan ligamentum rotundum memerlukan waktu yang
cukup lama untuk kembali pulih karena pada saat kehamilan, kedua ligamentum ini
mengalami peregangan dan pengenduran yang cukup lama sehingga kondisi
ligamen tersebut pada saat nifas lebih kendur dibanding kondisi saat tidak hamil.
Hal ini akan berangsur-angsur pulih pada 6-8 minggu post partum.
Dinding abdomen mengalami peregangan pada saat kehamilan, peregangan
tersebut terjadi begitu lama karena besarnya kehamilan dan adanya serat-serat
elastik kulit yang terputus mengakibatkan pada masa nifas dinding abdomen
cenderung lunak dan kendur. Latihan/senam nifasa dapat membantu untuk
memulihkan kembali ligamen, dasar panggul, otot-otot dinding perut dan jaringan
penunjang lainnya (Anik Maryunani, 2009).
5) Perubahan sistem endokrin
Perubahan pada sistem endokrin secara fisiologis adalah terjadinya
penurunan kadar hormon strogen dan progesteron dalam jumlah yang cukup besar,
mengakibatkan terjadi peningkatan pada kadar hormon prolaktin dalam darah yang
berperan pada produksi air susu ibu (ASI). Neurohipofise posterior akan
mengeluarkan hormon oksitosin yang berperan dalam proses pengeluaran ASI dan
involusi uteri (Anik Maryunani, 2009).
6) Perubahan tanda vital
Perubahan yang terjadi pada tanda-tanda vital ditandai dengan perubahan
yang terjadi pada tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan. Segera setelah proses
persalinan denyut nadi mengalami sedikit peningkatan yang tidak melebihi 100
kali/menit dan kemudian mengalami penurunan menjadi 50-70 kali/menit sampai
menjadi normal (60-80 kali/menit) pada beberapa jam pertama postpartum.
Apabila ibu nifas mengalami takikardia (denyut nadi >100 kali/menit) menandakan
bahwa ada kecenderungan infeksi atau perdarahan postpartum lambat. Keadaan
pernafasan pada ibu nifas berada pada rentang normal.
Pada 24 jam pertama postpartum, suhu badan mengalami sedikit
peningkatan sekitar 0,5oC, tetapi masih dalam interval 37 o-38oC yang disebabkan
oleh kelelahan dan kehilangan cairan tubuh. Kemudian pada beberapa jam dalam
24 jam pertama postpartum, suhu tubuh akan kembali dalam batas normal.
Tekanan sistolik ibu nifas akan mengalami penurunan 15-20 mmHg yang biasa
disebut hipotensi ortostatik yaitu suatu keadaan hipotensi yang terjadi saat ada
perubahan posisi ibu dari posisi tidur ke posisi duduk (Anik Maryunani, 2009).
7) Perubahan sistem kardiovaskular
Pada persalinan terjadi proses kehilangan darah hingga 200-500 ml yang
menyebabkan adanya perubahan pada kerja jantung. Pada 2-4 jam pertama post
partum, akan terjadi diuresis secara cepat karena pengaruh rendahnya estrogen
yang mengakibatkan volume plasma mengalami penurunan. Pada dua minggu
postpartum, kerja jantung dan volume plasma akan kembali normal (Anik
Maryunani, 2009).
8) Perubahan hematologi
Peningkatan volume darah selama kehamilan dan volume cairan ibu selama
persalinan memengaruhi hadar hemoglobin, hematokrit dan kadar eritrosit pada
awal postpartum, penurunan volume darah dan peningkatan sel darah pada
kehamilan berhubungan dengan peningkatan hemoglobin dan hematokrit pada hari
ke-3-7 postpartum, dan pada 4-5 minggu postpartumkadar tersebut akan kembali
normal. Jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan
dan akan tetap meningkat dalam beberapa hari postpartum hingga 25.000-30.000
tanpa menjadi abnormal meski persalinan lama. Akan tetapi, potensial infeksi perlu
diwaspadai dengan adanya peningkatan pada sel darah putih (Anik Maryunani,
2009).
9) Involusio uterus dan pengeluaran lochea
Dengan involusio uteri, maka lapisan lapisan luar dari desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar
bersama-sama dengan sisa cairan, campuran antara darah yang dinamakan lochea.
Biasanya berwarna merah, kemudian semakin lama semakin pucat, dan berakhir
dalam waktu 3-6 minggu.
a) Lochea Rubra
Sesuai dengan namanya yang muncul pada hari pertama post partum sampai
hari ketiga. Warnanya merah yang mengandung darah dan robekan/luka pada
tempat perlekatan plasenta serta serabut desidua dan korion.
b) Lochea sanguinolenta
Warnanya kuning kecoklatan dan muncul pada hari ketiga sampai hari ketujuh.
c) Lochea Serosa
Berwarna kecoklatan, mengandung lebih sedikit darah, banyak serum, juga
lekosit. Muncul pada hari ketujuh sampai hari keempat belas.
d) Lochea Alba
Warnanya lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan mengandung leukosit,
selaput lendir servik serta jaringan yang mati. Timbulnya setelah hari keempat
belas. (Saifuddin AB, 2010)
10) Laktasi atau pengeluaran ASI
Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron menginduksi
perkembangan alveolus dan duktus laktiferus didalam payudara dan juga
merangsang produksi kolostrum. Namun produksi ASI akan berlangsung sesudah
kelahiran bayi saat kadar hormon estrogen dan progesteron menurun.
Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin, rangsangan
sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang produksi oksitosin yang
menyebabkan kontraksi sel mioepitel.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus
ke sinus lactiverus. Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya melahirkan
adalah kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan protein,
mineral, dan antibody daripada ASI yang telah mature. ASI yang mature muncul
kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah kelahiran (Anik Maryunani, 2009).
5. Aspek Psikologis Post Partum
Dibagi dalam beberapa fase yaitu (Anik Maryunani, 2009) :
1) Fase “Taking In”
a) Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini berlangsung selama 1-2
hari.
b) Ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan kontak dengan bayinya.
Ibu hanya memerlukan informasi tentang bayinya.
c) Ibu memerlukan makanan yang adekuat serta istirahat/tidur.
2) Fase “Taking Hold”
a) Fase mencari pegangan, berlangsung ±10 hari.
b) Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif.
c) Perhatian terhadap kemampuan diri untuk mengatasi fungsi tubuhnya seperti
kelancaran BAB, BAK, duduk, jalan dan lain sebagainya.
d) Ibu ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinya.
e) Timbul rasa kurang percaya diri.
3) Fase “Letting Go”
a) Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya.
b) Ibu mandapatkan peran dan tanggung jawab baru
c) Terjadi peningkatan kemandirian diri dalam merawat diri dan bayinya.
d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga dan bayinya
Ada yang membagi aspek psikologis masa nifas adalah sebagai berikut :
1) Fase Honeymoon
Yaitu fase setelah anak lahir dimana terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan
anak pada fase ini.
(a) Tidak memerlukan hal-hal yang romantis
(b) Saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
2) Bonding and Attachment
Menurut Nelson Attachment, bonding adalah dimulainya interaksi emosi sensorik
fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir. Menurut Nelson Attachment
adalah ikatan aktif yang terjadi antara individu.
3) Post Partum Blues
Adalah dimana wanita :
(a) Kadang-kadang mengalami kekecewaan yang berkaitan dan mudah
tersinggung dan terluka
(b) Nafsu makan dan pola tidur terganggu, biasanya terjadi di Rumah Sakit karena
adanya perubahan hormon dan perlu transisi.
(c) Adanya rasa ketidaknyamanan, kelelahan, kehabisan tenaga yang
menyebabkan ibu tertekan
(d) Dapat diatasi dengan menangis. Bila tidak teratasi dapat menyebabkan depresi.
(e) Dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan sebelumnya bahwa hal
tersebut diatas adalah normal (Anik Maryunani, 2009).
6. Tahapan Masa Nifas
Nifas terbagi menjadi tiga tahap :
1. Puerperium dini yaitu Kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah
40 hari.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Eny
Ratna Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010).
7. Prosedur Diagnostik
1) Anamnesa
a) Riwayat ibu:
(1) Tanggal dan tempat persalinan
(2) Penolong persalinan
(3) Jenis persalinan
(4) Masalah selama persalinan
(5) Nyeri
(6) Menyusui atau tidak
(7) Keluhan
b) Riwayat sosial ekonomi
c) Riwayat Bayi
(1) Menyusu atau tidak
(2) Keadaan tali pusat
(3) BAB dan BAK
(4) Tanda-tanda bahaya lainnya
(5) Pemeriksaan kondisi ibu, meliputi :
1. Pemeriksaan umum
 Tekanan Darah
 Nadi
 Suhu
 Respirasi
 Tanda anemia
 Oedema dan tanda thromboflebitis
 Refleks dan varices
2. Payudara
 Puting susu
 Nyeri tekan
 Abses
 Pengeluaran ASI
3. Abdomen (uterus)
 Tinggi Fundus Uteri
 Kontraksi uterus
 Kandung kemih
4. Vulva dan perineum
 Pengeluaran lochea
 Penjahitan laserasi atau luka episiotomy
 Hemoroid
5. Pemeriksaan Laboratorium ( Hb jika ada anemia antepartum atau
perdarahan).
8. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
a. Nutrisi dan cairan
Kebutuhan nutrisi postpartum merupakan kelanjutan dari nutrisi pada
masa kehamilan, yang diperlukan untuk kesehatan bayi baru lahir. Risiko
komplikasi pada ibu saat hamil, bersalin dan nifas dapat dicegah dengan
pemenuhan nutrisi yang adekuat pada masa kehamilan (Saifuddin AB, 2010)
Pada masa nifas, ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi tambahan
kalori sebesar 500 kalori/hari, menu makanan gizi nifas dianjurkan untuk
minum air minimal 3 liter/hari, mengkonsumsi suplemen zat besi minimal 3
bulan postpartum. Segera setelah melahirkan, ibu mengkonsumsi suplemen
vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000 IU dan melanjutkan mengkonsumsi
vitamin A pada 24 jam kemudian sebanyak 1 kapsul 200.000 IU (Kementrian
Kesehatan RI, 2013).
Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari The International Vitamin A
Consulative Group bahwa seluruh ibu nifas seharusnya menerima vitamin A
400.000 IU atau 2 kapsul dengan dosis 200.000 IU, dengan pemberian kapsul
pertama segera setelah lahir dan kapsul kedua diberikan 1 hari setelah
pemberian kapsul pertama dan tidak lebih dari enam minggu.
Asupan nutrisi ibu nifas memengaruhi kandungan nutrisi pada ASI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan nutrisi ibu menyusui lebih
tinggi dibandingkan kebutuhan nutrisi ibu yang tidak menyusui. Nutrisi yang
penting untuk disekresi ke dalam ASI antara lain asam dososahexaenoic
(DHA), Vitamin B2, Vitamin A, dan Vitamin D (Chen, 2012).
b. Ambulasi
Ibu nifas normal dianjurkan untuk melakukan gerakan meski di
tempat tidur dengan miring ke kiri atau ke kanan pada posisi tidur dan lebih
banyak berjalan. Ambulasi awal dengan melakukan gerakan ringan yang
diobservasi oleh petugas kesehatan kemudian meningkatkan intensitas
gerakkannya secara berangsur-angsur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
untuk mempercepat proses pemulihan tubuh ibu dan mengurangi terjadinya
tromboemboli, ibu nifas dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini (Anik
Maryunani, 2009).
Pada ibu nifas dengan komplikasi seperti anemia, penyakit jantung,
demam dan keadaan lain yang masih membutuhkan istirahat tidak dianjurkan
untuk melakukan ambulasi dini.
Bidan dapat megajarkan ibu nifas latihan dasar untuk pemulihan
kesehatan panggul dan otot perut berikut.
1. Ibu tidur dengan posisi terlentang dengan lengan disamping, tarik napas
dalam dengan sekaligus menarik otot perut bagian bawah kemudian tahan
napas sampai hitungan kelima lalu angkat dagu ke dada, ulangi cara ini
sebanyak 10 kali.
2. Pada posisi berdiri, kedua tungkai dirapatkan, tahan dan kencangkan otot
panggul dan pantat sampai hitungan kelima, ulangi cara ini sebanyak 3 kali
(Kemenkes RI, 2013).
c. Eliminasi
Segera setelah persalinan, ibu nifas dianjurkan untuk buang air kecil
karena kandung kemih yang penuh dapat mengganggu kontraksi uterus, dan
menimbulkan komplikasi yang lain misalnya infeksi. Pasien dengan pasca-
jahitan perineum cenderung takut untuk buang air kecil karena merasa nyeri
pada luka perineumnya. Bidan harus dapat mengidentifikasi dengan baik
penyebab yang terjadi apabila dalam waktu >4 jam ibu nifas belum buang air
kecil. Beri motivasi ibu untuk buang air kecil meski terasa sedikit nyeri pada
daerah luka perineumnya (Klein, 2012).
Ibu nifas dianjurkan buang air besar pada 24 jam pertama postpartum
bidan dapat menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi bahan makanan yang
banyak mengandung serat seperti buah dan sayur serta memperbanyak minum
air agar dapat memperlancar proses eliminasi.
d. Kebersihan diri
Ibu nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan dirinya dengan
membiasakan mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir sebelum
dan sesudah membersihkan bagian genetalianya, mengganti pembalut minimal
2 kali/hari atau saat pembalut mulai tampak kotor dan basah serta
menggunakan pakaian dalam yang bersih (Saifuddin AB, 2010)
Hendaknya mandi 2 kali/hari. Pada nifas normal, ibu dapat segera
mandi setelah pemantauan 2 jam postpartum.
e. Istirahat
Pada umumnya ibu nifas akan mengalami kelelahan setelah proses
persalinan. Bidan dapat menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup atau
tidur pada saat bayi sedang tidur. Motivasi keluarga untuk dapat membantu
meringankan pekerjaan rutin ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat pada
siang hari sekitar 2 jam dan di malam hari sekitar 7-8 jam (Saifuddin AB,
2010).
f. Seksual
Hubungan seksual sebaiknya dilakukan setelah masa nifas berakhir
yaitu setelah 6 minggu postpartum. Mengingat bahwa pada masa 6 minggu
postpartum masih terjadi proses pemulihan pada organ reproduksi wanita
khususnya pemulihan pada daerah serviks yang baru menutup sempurna pada
6 minggu postpartum (Anik Maryunani, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu nifas posthecting perineum
karena episiotomi cenderung menunda aktivitas seksualnya dibandingkan ibu
nifas posthecting karena ruptur spontan, hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan ambang nyeri pada perineum. Oleh sebab itu, sedapat mungkin
episiotomi dihindari pada ibu dengan persalinan normal.
g. Keluarga Berencana
Ibu nifas dianjurkan untuk menunda kehamilannya minimal 2 tahun
agar bayi memperoleh ASI selama 2 tahun. Penjarangan kehamilan juga
bermanfaat untuk kesehatan ibu. Perencanaan KB dapat ditentukan oleh
pasangan suami istri seperti pemilihan metode kontrasepsi yang akan
digunakan. Bidan sebaiknya memberikan informasi lengkap tentang jenis-jenis
kontrasepsi. Apabila masa subur telah kembali maka sebaiknya ibu
menggunakan kontrasepsi meskipun metode kontrasepsi memiliki resiko (Anik
Maryunani, 2009).
h. Perawatan payudara
Tujuan perawatan payudara adalah untuk menjaga kebersihan daerah
sekitar payudara sehingga tidak mengganggu proses pemberian ASI pada bayi.
Selama masa nifas, ibu dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan
payudaranya, terutama pada bagian puting susu karena pada bagian ini
biasanya bertumpuk sisa ASI yang kemudian akan mengering dan dapat
menyebabkan iritasi atau lecet pada puting susu. Begitu pula pada daerah
aerola, aerola dapat dibersihkan dengan menggunakan air atau sabun dengan
komposisi bahan yang lembut (Anik Maryunani, 2009).
9. Asuhan masa nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan, untuk deteksi
dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu
nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan
ketentuan waktu
Tabel 2.13 Kunjungan masa nifas.
KUNJUNGAN WAKTU ASUHAN
Kunjungan 6 jam – 48 a. Mencegah perdarahan masa nifas karena
Nifas 1 jam atonia uteri.
(KF 1) b. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bai
baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
pencegahan hipotermia
g. Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
Kunjungan 3 – 7 Hari a. Memastikan involusi uterus barjalan
Nifas 2 dengan normal, uterus berkontraksi dengan
(KF 2) baik, tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi dan perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Kunjungan 8 – 28 Hari a. Memastikan involusi uterus barjalan
Nifas 3 dengan normal, uterus berkontraksi
(KF 3) dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi dan perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat.
Kunjungan 29 – 2 Hari a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
Nifas 4 penyulit yang ia alami.
(KF 4) b. Memberikan konseling KB secara dini.
(Sumber : Kemenkes, 2020).
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas:
(Suherni, Perawatan Masa Nifas. 2010).
1) Kebersihan diri
a) Anjurkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan air dan
sabun di daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru
kemudian membersihkan daerah anus. Dibersihkan setiap kali setelah
selesai buang air kecil dan buang air besar.
b) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari
c) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dengan air mengalir
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kemaluan.
d) Jika ibu mempunyai luka operasi atau laserasi, tidak diperkenankan untuk
menyentuh daerah luka.
2) Istirahat
a) Anjurkan kepada ibu untuk beristirahat dengan cukup guna mencegah
kelelahan yang berlebihan. Ibu tidur pada saat bayinya juga tidur.
b) Sarankan ia kembali ke kegiatan rumah tangga biasa secara bertahap.
3) Latihan
a) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul,
kembali seperti keadaan sebelum hamil.
b) Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari akan sangat
membantu, seperti misalnya latihan kegel.
4) Gizi
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali
setelah selesai menyusui)
d) Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
hari pasca persalinan
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 IU).
5) Perawatan payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih
b) Menggunakan bra yang menyokong payudara
c) Rawat payudara bila bengkak atau lecet
6) Hubungan intim (suami istri)
Begitu darah merah sudah tidak lagi keluar, dan ibu tidak merasa ada
ketidaknyamanan, maka hubungan intim sudah dapat dimulai atau sesuai
dengan kepercayaan yang dianut ibu.
10. Prognosa dan Komplikasi
a) Prognosis
Masa nifas normal, jika involusio uterus, pengeluaran lochea, pengeluaran ASI
dan perubahan sistem tubuh, termasuk keadaan psikologis ibu normal.
(Saifuddin AB. 2010).
b) Komplikasi
Komplikasi pada masa nifas yang biasa terjadi adalah :
(i) Infeksi nifas
(1) Pengertian
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang terjadi
sesudah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 0 C atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan
mengecualikan 24 jam pertama.
(2) Tanda dan gejala
(a)Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang –
kadang perih saat kencing
(b)Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu
0
sekitar 38 C dan nadi di bawah 100 x / menit. Bila luka yang
terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,
0
demam bias naik sampai 39 – 40 C, kadang – kadang disertai
menggigil.
(3) Penanganan
Sebaiknya segera dilakukan kultur dari secret vagina dan serviks, luka
operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika
yang tepat. Berikan dosis yang cukup dan adekuat. Sambil menunggu
hasil laboratorium, berikan antibiotika spectrum luas. Pengobatan
mempertinggi daya tahan tubuh seperti infuse, transfuse darah, makanan
yang mengandung zat – zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan
lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai. (Ambarwati, E. 2010)
(ii) Kelainan atau gangguan pada mammae
(1)Mastitis
b) Pengertian mastitis
Infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu yang baru
pertama kali menyusui bayinya. Mastitis hampir selalu unilateral
dan berkembang setelah terjadi aliran susu. (Bobak, 2010).
c) Tanda dan gejala
 Bengkak, nyeri seluruh payudara / nyeri lokal
 Kemerahan pada seluruh payudara / hanya lokal
 Payudara keras dan berbenjol – benjol
 Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak
seperti pecah –pecah.
 Badan demam seperti terserang flu.
 Nyeri tekan pada payudara.
d) Penanganan
Mastitis bisa dihindari jika ibu yang baru melahirkan cukup banyak
istirahat dan biasa secara teratur menyusui bayinya agar payudara
tidak menjadi bengkak. Gunakan BH yang sesuai ukuran payudara,
serta usahakan untuk selalu menjaga kebersihan payudara dengan
cara membersihkan dengan kapas da air hangat sebelum dan
sesudah menyusui.
(2)Bendungan ASI
(a)Pengertian
Pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferus atau
oleh kelenjar - kelenjar air susu yang tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada putting susu.
(b)Tanda dan gejala
 Payudara bengkak, keras dan panas
 Nyeri bila ditekan
 Warnanya kemerahan
 Suhu tubuh sampai 38 0 C
(c)Penanganan
 Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
 Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
 Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan
kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri.
 Gunakan BH yang menopang
 Berikan paracetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan
menurunkan panas.
(3)Kelainan puting susu
(a) Pengertian
Sejenis kanker payudara yang pertama kali muncul sebagai luka
terbuka pada putting susu yang berkeropeng dan bersisik atau sebagi
cairan yang keluar dari putting susu.
(b) Tanda dan gejala
Kulit pada putting susu dan areola (darah berwarna coklat di
sekeliling putting susu) tampak merah dan meradang serta
membentuk keropeng dan borok, juga mengalami perdarahan. Luka
terbuka pada putting susu ini tidak sembuh – sembuh dan disertai
gatal – gatal dan perih, biasanya unilateral (hanya satu putting susu
yang terkena).
(c) Penanganan
 Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari putting yang
tidak sakit serta menghindari tekanan lokal pada putting dengan
cara merubah – rubah posisi menyusui. Untuk putting susu yang
sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
 Kelainan putting susu tersebut seharusnya sudah dapat diketahui
sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan
meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara,
kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan.
Perlu diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut dapat
dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui
dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan)
atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan sendok /
pipet / gelas.
(iii) Sub involusio
Pada sub involusi, proses mengecilnya uterus terganggu. Faktor –
faktor penyebabnya antara lain, tertinggalnya sisa plasenta didalam
rongga uterus, endometritis, adanya mioma uteri, dan sebagainya. Pada
peristiwa ini lokhia bertambah banyak dan tidak jarang terdapat pula
perdarahan. pada pemeriksaan bimanual ditemukan uterus lebih besar
dan lebih lembek daripada yang seharusnya sesuai dengan masa nifas.
Terapi sub involusi adalah pemberian ergometrin pre-os atau suntik
intramuscular. Pada sub involusio karena tertinggalnya sisa plasenta,
perlu dilakukan kerokan rongga rahim.
(iv) Perdarahan nifas sekunder
a) Pengertian
Terjadi setelah 24 jam pertama post partum, penyebab utama
perdarahan post partum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa
plasenta / membran.
b) Tanda dan gejala
(a) Perasaan lemah
(b) Mengantuk, menguap
(c) Pandangan kabur
(d) Pada pemeriksaan : tensi turun, nadi meningkat, nafas pendek.
(e) Penderita tampak anemis, jatuh dalam shok, kesadaran hilang dan
akhirnya meninggal.
c) Penanganan
(a) Perbaiki keadaan umum dengan memberi cairan dan darah
(b) Bila kontraksi uterus baik tetapi masih terjadi perdarahan,
dipikirkan kemungkinan perdarahan berasal dari robekan jalan
lahir, sisa plasenta, atau kelainan pembekuan darah.
(c) Bila setelah pemberian uterotonika kontraksi uterus masih belum
adekuat dan perdarahan masih terjadi, lakukan uterovaginal
tampon. Tampon ini bermaksud untuk :
 Merangsang uterus untuk berkontraksi
 Menutup pembuluh darah yang terbuka
 Tampon yang dipakai berukuran 10 cm x 10 cm
 Tampon diangkat setelah 24 jam. Bila waktu mengambil
tampon terjadi perdarahan, pengambilan ditunda selama 24
jam lagi.
(v) Tromboflebitis
(1) Pengertian
Yaitu invasi / perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti
aliran darah di sepanjang vena dan cabang – cabangnya.
Tromboflebitis didahului dengan thrombosis, dapat terjadi pada
kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas.
(2) Tanda dan gejala
(a) Pelvio tromboflebitis, nyeri terdapat pada perut bagian bawah
atau perut bagian samping, timbul pada hari ke 2 – 3 masa nifas
dengan atau tanpa panas, penderita tampak sakit berat dengan
gambaran karakteristik sebagai berikut :
 Menggigil berulang kali, menggigil terjadi sangat berat (30
– 40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan
kadang – kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita
hamper tidak panas.
 Suhu badan naik turun secara tajam (36,8 0C – 40 0C)
 Penyakit dapat berlangsung selama 1 – 3 bulan
3. Senam Nifas
1) Pengertian
Senam nifas adalah memberikan latihan gerak secepat mungkin agar otot
– otot yang mengalami penguluran selama kehamilan dan persalinan kembali
normal seperti sebelum hamil sehingga terhindar dari perasaan yang kurang
nyaman (Widia, 2015).
2) Manfaat senam nifas
a. Memperbaiki elastisitas otot – otot yang telah mengalami penguluran
b. Meningkatkan ketenangan dan memperlancar peredaran darah
c. Mencegah varises terutama pembuluh darah pada kaki
d. Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki
e. Mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil (Widia, 2015).
3) Jadwal senam nifas
Senam nifas dilakukan setiap hari.
4) Persyaratan senam nifas
a. Dilakukan setelah 6 jam post partum
b. Latihan dilakukan secara teratur
c. Menggunakan kasur dan bantal
5) Latihan senam nifas
a) Latihan hari pertama
a. Latihan pernafasan iga – iga
Tujuan :
(1) Untuk mendapatkan oksigen yang cukup
(2) Untuk memperlancar sirkulasi darah
Sikap
(1) Pakaian dilonggarkan pada daerah dada dan pinggang
(2) Tidur terlentang dengan satu bantal kecil di bawah lutut.
Kepalkan kedua tangan lalu letakkan pada iga – iga sebagai
perangsang.
Kegiatan
Keluarkan nafas dari mulut (tiup), sedangkan tangan menekan iga – iga
ke dalam sehingga rongga dada menegmpis. Selanjutnya tarik nafas
dari hidung dengan mulut tertutup dengan iga – iga mengembang serta
dorong kedua tangan ke samping luar.
Anjuran
Lakukan gerakan untuk 15 kali setiap pagi dan sore hari.
b. Latihan kontraksi otot perut dan otot pantat secara ringan
Tujuan :
(1) Mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil
(2) Mengurangi rasa sakit pada jahitan
(3) Membantu kontraksi rahim sehingga perdarahan cepat berhenti
Latihan 1
Sikap
 Tidur terlentang dengan satu bantal, kedua lutut lurus dan tangan
di samping bantal.
Kegiatan
 Angkat kepala dan bahu sehingga dagu menyentuh dada
Anjuran
 Lakukan 4 kali gerakan, lalu lanjutkan dengan latihan ke- 2
Latihan 2
Sikap
 Tidur terlentang dengan satu bantal, kedua lutut lurus dengan
tangan di samping bantal.
Kegiatan
 Bengkokkan lutut ke kiri lalu luruskan. Selanjutnya bengkokkan
lutut ke kanan lalu luruskan. Begitu terus secara bergantian.
Anjuran
 Lakukan 4 kali gerakan setiap sisi dan selanjutnya dilanjutkan
dengan latihan ke- 3
Latihan 3
Sikap
 Tidur terlentang dengan satu bantal, kedua kaki lurus. Satu kaki
ditumpangkan pada kaki lainnya
Kegiatan
 Tundukkan kepala, kerutkan pantat di dalam sehingga lepas dari
kasur atau matras lalu kempeskan perut sehingga punggung
menekan matras, selanjutnya lepaskan kembali.
Anjuran
 Lakukan untuk 15 kali gerakan setiap pagi dan sore hari. Setiap 3
kali gerakan berhenti sebentar.
b) Latihan hari kedua
Latihan hari kedua sama seperti pada hari pertama ditambah dengan
latihan berikut :
a. Latihan pernafasan iga – iga
Tujuan
Sikap :
 Pakaian dilonggarkan dan tidur terlentang dengan satu bantal
 Letakkan kedua telapak tangan di atas perut yaitu sekitar pusat
sebagai perangsang.
Kegiatan
 Tarik nafas dari hidung dengan mulut tertutup sehingga perut
tertarik atau mengembung ke atas mendorong kedua tangan
 Keluarkan nafas kuat – kuat sebanyak mungkin mulut (dengan
meniupkan udara) sambil menekan perut sehingga mengempis.
Anjuran
 Latihan 5 – 6 kali gerakan setiap latihan
b. Latihan otot perut
Tujuan
Sikap :
 Tidur terlentang dengan satu bantal, kedua lutut dibengkokan
setengah tinggi dan telapak kaki rata pada matras
Kegiatan
 Angkat kepala dan bahu perlahan – lahan sehingga dagu menempel
di dada lalu turunkan kembali dengan lambat.
 Atau lakukan dengang meletakkan tangan pada bahu sehingga
sekaligus melatih tangan.
Anjuran
 Lakukan untuk 5 kali gerakan pada pagi dan sore hari
c.Latihan otot dada
Tujuan
 Untuk memperlancar sirkulasi darah payudara
 Untuk memperlancar pangeluaran ASI
 Untuk mempertahankan bentuk payudara
Latihan 1
Sikap
 Duduk tegak atau berdiri, kedua tangan saling berpegangan pada
lengan bawah dekat siku. Angkat siku sejajar dengan bahu.
Kegiatan
 Pegang tangan erat – erat dan dorong jauh – jauh secara bersamaan
ke arah siku tanpa menggeser telapak tangan sampai otot dada teras
tertarik, lalu lepaskan.
Anjuran
 Lakukan gerakan ini 45 kali. Setiap 15 kali gerakan berhenti
sebentar. Latihan ini dilakukan setiap pagi dan sore hari.
Latihan 2
Sikap
 Berdiri dengan kedua tangan sehingga sejajar dengan kepala
Kegiatan
 Angkat tangan sehingga sejajar dengan kepala
Anjuran
 Lakukan gerakan ini 45 kali dan berhenti sebentar setiap 15 kali
gerakan
 Latihan untuk mengembalikan rahim ke bentuk semula
Tujuan
 Mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula dan mengurangi
rasa mules
Sikap
 Tidur tengkurap dengan dua bantal menyangga perut dan satu bantal
menyangga punggung kaki. Kepala menoleh ke samping kiri atau
kanan. Tangan di samping badan dengan siku sedikit dibengkokan.
Anjuran
 Lakukan satu kali setiap hari sampai tertidur.
d. Latihan sikap baik secara ringan
Tujuan
Mencegah badan menjadi bungkuk
Latihan 1
Sikap
 Tidur terlentang tanpa bantal dan tangan di samping badan
Kegiatan
 Kerutkan pantat, kempeskan perut sehingga bahu menekan kasur,
ulurkan leher dan lepaskan.
Anjuran
 Lakukan 5 kali gerakan setiap pagi dan sore hari.
Latihan 2
Sikap
 Posisi duduk atau berdiri, kedua tangan diletakkan di atas sendi
bahu.
Kegiatan
 Putar sendi ke arah depan, ke atas , ke belakang, ke bawah dan
seterusnya.
Anjuran
 Lakukan untuk 15 kali gerakan dan berhenti sebentar setiap gerakan.
Lakukan setiap kali selesai menyusui karena sikap waktu menyusui
yang membungkuk dan buah dada yang berat terisi ASI
4. Pelayanan Kesehatan Ibu Pasca Salin di FKTP
1) Pelayanan Pasca salin
Pelayanan pasca salin (ibu nifas dan bayi baru lahir) dalam kondisi normal tidak
terpapar covid-19 : kunjungan minimal dilakukan 4 kali.
2) Pelayanan KB Pasca persalinan diutamakan menggunakan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP), dilakukan dengan janji temu dan menerapkan protocol
kesehatan serta menggunakan APD yang sesuai dengan jenis pelayanan.
Tabel 2.14 Pelayanan Pasca Salin Berdasarkan zona
Jenis Pelayanan Zona Hijau Zona Kuning (Risiko
(Tidak Terdampak / Rendah), Orange
Tidak Ada Kasus) (Risiko Sedang), Merah
(Risiko Tinggi)
Kunjungan 1 : Kunjungan nifas 1 bersamaan dengan kunjungan
6 jam- 2 hari setelah neonatal 1 dilakukan di fasilitas pelayanan
persalinan kesehatan
Kunjungan 2 : Pada kunjungan nifas Pada kunjungan nifas 2,3
3-7 har setelah2,3 dan 4 bersamaan dan 4 bersamaan dengan
persalinan dengan kunjungan kunjungan neonatal 2 dan
Kunjungan 3 : neonatal 2 dan 3 : 3 : dilakukan melalui
dilakukan kunjungan media komunikasi/secara
8-28 setelah
rumah oleh tenaga daring, baik untuk
persalinan kesehatan didahului pemantauan maupun
dengan janji temu dan edukasi. Apabila sangat
Kunjungan 4:
menerapkan protocol diperlukan, dapat
29-42 Hari setelah kesehatan. Apabila dilakukan kunjungan
diperlukan, dapat rumah oleh tenaga
persalinan
dilakukan kunjungan kesehatan didahului oleh
ke fasyankes dengan janji temu dan menerapkan
didahului janji protocol kesehatan, baik
temu/teleregistrasi tenaga kesehatan maupun
ibu dan keluarga.
Sumber : Kemenkes, 2020

(2) Ibu nifas dengan status suspek, probable dan terkonfirmasi COVID-19 setelah
pulang ke rumah melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Kunjungan nifas
dilakukan setelah isolasi mandiri selesai.
(3) Ibu nifas dan keluarga diminta mempelajari dan menerapkan buku KIA dalam
perawatan nifas dan bayi baru lahir dikehidupan sehari-hari, termasuk
mengenali tanda bahaya masa nifas dan bayi baru lahir, harus segera
memeriksakan diri dan atau bayinya ke fasilitas pelayanan kesehatan.
(4) KIE yang disampaikan kepada ibu nifas kunjungan pasca salin :
c) Hygiene sanitasi dan organ genetalia
d) Kebutuhan gizi ibu nifas
e) Perawatan payudara dan cara menyusui
f) Istirahat, mengelola rasa cemas dan meningkatkan peran keluarga dalam
memantau kesehatan ibu dan bayinya.
1) KB Pasca persalinan : pada ibu suspek, pelayana KB selain AKDR pasca plasenta
atau sterilisasi bersamaan dengan section caesarea, dilakukan setelah pasien
dinyatakan sembuh.
B. Tinjauan asuhan kebidanan dengan nifas normal.
1. Asuhan Kebidanan Nifas 6 jam
Tanggal/Jam :
A. Data Subyektif
1) Keluhan Utama
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) keluhan utama perlu dikaji untuk
mengetahui masalah yang dialami ibu berkaitan dengan masa nifas, misalnya
merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.
Handayani dan Pujiastuti (2016) menyatakan bahwa hal yang perlu ditanyakan
pada klien yaitu keluhan utama yang dirasakan saat pengkajian meliputi apa,
sejak kapan, intensitas, dan hal-hal yang memperberat atau memperingan
keluhan yang dirasakan ibu.
2) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Sekarang
Menurut Marmi (2017) riwayat persalinan dikaji untuk mengetahui jenis
persalinan, ada atau tidak komplikasi pada saat persalinan, adanya komplikasi pada
masa nifas, plasenta lahir spontan atau tidak, ada atau tidaknya robekan perineum,
serta pada bayi dikaji tanggal lahir, BB, PB, apgar score, cacat bawaan, dan air
ketuban.
Handayani dan Pujiastuti (2016) menyatakan bahwa hal yang perlu dikaji
diantaranya adalah :
a. Kehamilan meliputi tahun kehamilan, hamil ke berapa, frekuensi ANC dan
keluhan / penyulit
b. Persalinan meliputi usia kehamilan, jenis persalinan, penolong persalinan,
IMD, jenis kelamin bayi, berat badan bayi, dan penyulit
c. Nifas meliputi ada atau tidaknya penyulit, ASI eksklusif, keadaan anak sekaran
hidup atau mati, usia, keadaan sehat/ sakit.
Riwayat ANC sangat penting diketahui untuk data masa nifas, sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari dkk (2016) di Puskesmas Tenggarang
Kabupaten Bandowoso yang menyatakan bahwa frekuensi ANC < 4 meningkatkan
risiko perdarahan pasca persalinan pada ibu masa nifas.
3) Pola Kehidupan Sehari-hari
a. Nutrisi
Hal yang perlu dikaji menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) yaitu
pola makan dan minum, frekuensi, banayaknya, jenis makanan, ada atau
tidaknya makanan pantangan. Ibu nifas perlu diet gizi yang baik dan lengkap
untuk membantu memulihkan kondisi fisik, meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi. Kebutuhan tambahan kalori ibu nifas sebanyak 500 kalori/
hari, kebutuhan cairan kurang lebih 3 liter/hari dan tambahan pil zat besi
selama 40 hari post partum, serta kapsul vitamin A 200.000 unit (IBI, 2016).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosalina dan Istiqomah (2013)
di Puskesmas Balowerti yang menyatakan adanya hubungan antara asupan
kalori dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas, hal ini menandakan
bahwa kebutuhan ibu selama masa nifas sangat mempengaruhi penyembuhan
atau pemulihan pada ibu .
b. Eliminasi
(1) Miksi
Marmi (2017) menyebutkan bahwa buang air kecil lebih baik
dilakukan secepatnya. Buang air kecil normal bila dapat BAK setiap 3-4
jam. Klien dianjurkan berkemih 6-8 jam post partum dan setiap 4 jam
setelahnya, karena kandung kemih yang penuh dapat mengganggu
kontraksi dan involusi uterus (IBI, 2016).
(2) Defekasi
Menurut Handayani dan Pujiastuti (2016) yang perlu dikaji adalah
waktu, frekuensi, konsistensi, dan keluhan BAB.
Ambarwati dan Wulandari (2010) menyatakan bahwa biasanya pada 2-
3 hari postpartum klien masih kesulitan dalam buang air besar. Agar dapat
buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diit teratur, minum
yang banyak, makanan cukup serat dan olahraga.
c. Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia, karena pada ibu nifas masih mengeluarkan
lochea (Ambarwati & Wulandari 2010). Apabila ibu kuat berjalan, membantu
ibu untuk mandi membersihkan tubuh, puting susu dan perineum, mengganti
pembalut minimal 2 x atau setiap habis berkemih (IBI, 2016).
d. Istirahat
Menurut Handayani dan Pujiastuti (2016) perlu ditanyakan pada ibu
mengenai waktu, lama, dan keluhan istirahat selama nifas. Ambarwati dan
Wulandari (2010) menambahkan, kurangnya istirahat pada ibu nifas akan
berpengaruh pada beberapa hal, seperti dapat mengurangi produksi ASI,
memperlambat proses involusi, memperbanyak adanya perdarahan, serta
menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.
e. Aktivitas
Mobilisasi perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya pembengkakan
akibat tersumbatnya pembuluh darah klien. Mobilisasi dilakukan secara
bertahap, karena mobilisasi yang dilakukan terlalu cepat dapat menyebabkan
ibu terjatuh, sedangkan mobilisasi yang terlambat juga bisa menyebabkan
gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah bisa tersumbat, dan terganggunya
fungsi otot (Marmi, 2017). Hal ini didukung oleh pendapat Ambarwati dan
Wulandari (2010) mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses
pengembalian alat-alat reproduksi.
f. Seksual
Ibu nifas boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6 minggu
persalinan. Hal ini dikarenakan pada masa tersebut semua luka akibat
persalinan telah sembuh dengan baik (Marmi, 2017). Menurut Handayani dan
Pujiastuti (2016) perlu ditanyakan mengenai sudah atau belum, frekuensi, dan
keluhan dalam berhubungan seksual selama nifas.
g. Pola Menyusui
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), pada saat satu jam pertama
kelahiran bayi harus mendapat kontak kulit dengan ibu untuk melakukan
inisiasi menyusui dini. Pola menyusui juga perlu dikaji mengenai kapan
pertama kali pemberian ASI, apakah ASI eksklusif atau tidak, frekuensi,
keluhan dan penyulit selama mensyusui (Handayani dan Pujiastuti, 2016).
h. Pola Konsumsi Zat Besi dan Vitamin A
Tablet tambah diberikan selama 40 hari postpartum. Minum kapsul
vitamin A (200.000 unit) segera setelah melahirkan agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASInya (Marmi, 2017). Tambahan zat besi
sangat penting pada masa menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan
sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel darah merah (Hb), sehingga daya
angkut oksigen mencukupi kebutuhan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4) Adat istiadat
Adanya pantangan makan makanan yang berasal dari daging, ikan, telur dan
goreng-gorengan, sangat merugikan klien karena menyebabkan pemulihan
kesehatannya mejadi terhambat dan juga akan mengurangi produksi ASI karena
volume ASI dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang kualitas dan kuantitasnya
cukup.(Sulistyawati, 2009). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Imasrani dkk (2013) di RW 01 Tlogo Indah Kecamatan Lowokwaru Malang yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pola makan seimbang dengan
prosuksi ASI ibu menyusui, hal ini dapat diketahui bahwa ibu nifas memang harus
mendapatkan makanan yang sesuai dengan kebutuhannya , dengan adanya
pantangan - pantangan maka akan merugikan ibu dan bayinya.
5) Data Psikososial
Data psikososial perlu dikaji untuk mengetahui respon ibu dan keluarga
terhadap bayinya. Biasanya ibu akan mengalami banyak perubahan
emosi/psikologis selama masa nifas hal ini biasa pada ibu nifas yang merupakan
proses penyesuaian diri menjadi seorang ibu (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Menurut Marmi (2017) menambahkan bahwa perhatian seorang ibu pada fase ini
yaitu fase taking in, perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya sendiri berlangsung
selama 1-2 hari. Dalam fase ini yang diperlukan oleh ibu adalah informasi
mengenai bayinya.
6) Data Pengetahuan
Data pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan
ibu tentang perawatan selama masa nifas sehingga akan menguntungkan ibu
selama berada pada masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Eldawati (2015) di Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang, menyatakan bahwa ibu nifas yang mempunyai tingkat pengetahuan
yang buruk hampir ¾ mempunyai perawatan masa nifas yang buruk, dalam hal ini
bidan bertugas untuk memberikan pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan yang
dibutuhkan oleh ibu agar ibu bisa mendapatkan pengetahuan yang cukup selama
masa nifas .
B. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum
Menurut Marmi (2017), perlu dikaji untuk mengetahui keadaan pasien secara
umum.
b) Suhu
Menurut Ambarwati & Wulandari (2010) peningkatan suhu badan yang
terjadi pada 24 jam pertama masa nifas disebabkan oleh adanya dehidrasi pada
ibu disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan.
Menurut Handayani (2016) dan Marmi (2017) pasca melahirkan suhu
tubuh ibu dapat naik kurang lebih 0,5˚C dari keadaan normal.
c) Nadi
Handayani dan Pujiastuti (2016) menyatakan bahwa nadi akan kembali
normal dalam beberapa jam setelah melahirkan, denyut nadi yang melebihi 100
kali per menit harus diwaspadai karena kemungkinan infeksi atau
perdarahan post partum. Denyut nadi normal orang dewasa sekitar
60-80x/menit, akan tetapi setelah melahirkan denyut nadi akan semakin cepat.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010)
d) Pernafasan
Menurut Handayani dan Pujiastuti (2016) dan Marmi (2017) frekuensi
pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16- 24 kali per menit. Pada ibu
nifas pernafasan lambat atau normal dikarenakan ibu dalam proses pemulihan
atau dalam keadaan istirahat (Marmi, 2017).
e) Tekanan Darah
Marmi (2017) menyatakan bahwa tekanan darah normal adalah sistolik
antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Setelah melahirkan tekanan
darah ibu biasanya tidak berubah.
2) Status Present
a) Muka : perlu dikaji ada edema atau tidak
b) Mata : dikaji konjungtiva berwarna merah muda atu pucat, sclera putih atau
tidak.
c) Leher : dikaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah
bening.
d) Dada : perlu dikaji irama jantung, adanya ronchi dan wheezing atau tidak
pada paru-paru.
e) Payudara : dikaji bentuk simetris atau tidak, putting susu menonjol atau tidak.
f) Punggung : perlu dikaji posisi tulang belakang normal atau tidak
g) Abdomen : dikaji ada bekas operasi atau tidak, konsistensi keras atau tidak, ada
benjolan atau tidak
h) Ekstremitas atas dan bawah : perlu dikaji ada tidaknya edema, varises,
kekakuan otot, dan reflek patella.
(Marmi, 2017).
3) Pemeriksaan Obstetri
a) Mamae
Marmi (2017) dikaji bentuk payudara simetris atau tidak, puting susu
menonjol atau tidak, dan ada atau tidaknya pengeluaran colostrum.
b) Abdomen
Marmi (2017) dan Handayani dan Pujiastuti (2016) menyatakan abdomen
perlu dikaji pada uterus untuk mengetahui TFU, bagaimana kontraksi uterus,
konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas normal TFU 2 jari di bawah
pusat kontraksinya baik, konsistensi keras dan posisi uterus di tengah.
c) Genetalia
Handayani dan Pujiastuti (2016) menyatakan pengeluaran pervaginam
pada hari 1-3 pasca persalinan keluar lochea rubra ciri-ciri dari lochea ini
adalah berwarna merah atau merah kecoklatan terdiri dari darah segar, sisa-
sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, dan
mekonium. Perlu pula dikaji keadaan perineum ibu : ada atau tidak oedema,
hematoma, bekas luka episiotomi/robekan, hecting. (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
C. Analisa Data
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), diagnose kebidanan ditegakkan
yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan keadan nifas.
Ny X Usia 20-35 tahun, P≤4 A0 dalam masa nifas 6 jam postparum fisiologis.
D. Penatalaksanaan
Pelaksanaan pada ibu nifas menurut IBI (2016)
1) Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah
2) Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila diperlukan
3) Beritahu ibu segera untuk menghubungi bidan bila ibu mengalami salah satu
tanda berikut :
a. Perdarahan berlebihan
b. Sekret vagina berbau
c. Demam
d. Nyeri perut hebat
e. Bengkak di tangan, wajah, tungkai
f. Sakit kepala atau pandangan kabur
g. Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan putting
4) Beritahu ibu cara menjaga kebersihan diri, seperti mengganti pembalut minimal 2
kali sehari, membersihkan alat kelamin setiap selesai buang air besar dan buang air
kecil, mencuci tangan dengan sabun sesudah membersihkan daerah kelamin, dan
waktu yang baik mulai melakukan hubungan intim kembali
5) Beritahu ibu tentang pentingnya istirahat dan cara mengatur istirahat dan tidur
6) Beritahu pada ibu mengenai pentingnya mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari,
diet seimbang (cukup protein, mineral, dan vitamin), minum minimal 3 liter/hari.
Minum suplemen besi diminum setidaknya selama 3 bulan pascasalin dan minum
suplemen vitamin A 1 kapsul 200.000 IU diminum segera setelah persalinan dan 1
kapsul 200.000 IU diminum 24 jam kemudian.
7) Memastikan bayi tetap hangat, mandikan bayi setelah suhu stabil, jaga kontak kulit
antara ibu dan bayi serta tutupi kepala bayi dengan topi.
2. Asuhan Kebidanan Pada Nifas 6 Hari
Tanggal/Jam :
A. Data Subyektif
1) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui masalah yang dialami ibu
berkaitan dengan masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Data Psikologis
Menurut Handayani dan Pujiastuti (2016) fase taking hold berlangsung dalam
tiga sampai sepuluh hari pasca melahirkan, menunjukkan bahwa ibu mengalami
kekhawatiran ibu terhadap ketidakmampuan dan tanggung jawab yang diberikan
pada ibu dalam merawat bayinya, ibu akan lebih sensitif yang menyebabkan ibu
mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan antara lain teknik komunikasi
yang baik, dukungan moril dari suami dan keluarga maupun dari bidan, pendidikan
kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
B. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum: perlu dikaji untuk mengetahui keadaan klien secara umum.
(Marmi, 2017).
b. Suhu badan : pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh akan
kembali normal. Kenaikan suhu >38° menandakan terjadinya infeksi.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010)
c. Denyut nadi : Nadi berkisar antara 60-80x/menit (Ambarwati dan Wulandari,
2010)
d. Tekanan darah : Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi
pada post partum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.
(Handayani dan Pujiastuti, 2016)
e. Pernafasan : Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar
20-30x/menit.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010)
2) Status Present
a. Mata perlu dikaji pada warna sklera dan konjungtiva, ada atau tidaknya
gangguan penglihatan, ada atau tidaknya kotoran/sekret (Sulistyawati, 2009).
b. Ekstremitas atas dan bawah: fungsi pergerakan baik, tidak ada oedem dan
varises, tidak ada cacat, keadaan baik (Marmi, 2017).
3) Status Obstetri
a. Mammae simetris, putting susu menonjol atau tidak, ASI sudah keluar (Marmi,
2017).
b. Abdomen : Pada ibu nifas minggu pertama, Tinggi Fundus Uteri teraba
pertengahan antara pusat dengan simfisis (Marmi, 2017).
c. Genetalia :
(1) Lochia sanguilenta : Muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan, berwarna
putih bercampur merah, merupakan sisa darah bercampur lender (Marmi,
2017).
(2) Keadaan perineum tidak oedema, tidak hematoma, tidak ada tanda-tanda
infeksi pada : bekas luka episiotomi/ robekan, hecting (Ambarwati dan
Wulandari, 2010)
C. Analisa Data
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus anak hidup,
umur ibu, keadaan masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Ny... umur ... tahun P ...A ...dalam masa nifas 6 hari fisiologis. Ny X Usia
20-35 tahun, P≤4 A0 dalam masa nifas 6 hari postparum fisiologis.
D. Penatalaksanaan
Pelaksanaan pada ibu nifas 6 hari menurut Marmi (2017) adalah sebagai berikut :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal,uterus berkontraksi dengan baik,
tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal
2) Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi dan perdarahan
3) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda
kesulitan menyusui
5) Memberikan konseling kepada ibu tentang perawatan bayi baru lahir
3. Asuhan kebidanan Pada Masa Nifas 2 Minggu
Tanggal/Jam :
A. Data Subyektif
Menurut Handayani dan Pujiastuti (2016) fase letting go merupakan fase dimana
ibu mulai menerima tanggung jawab dan peran barunya, berlangsung setelah 10 hari
pasca melahirkan, pada masa ini ibu mulai dapat beradaptasi dengan ketergantungan
bayinya, terjadi peningkatan perawatan bayi dan dirinya. Ibu memerlukan dukungan
dari keluarga terhadap perawatan bayinya.
B. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : perlu dikaji untuk mengetahui keadaan klien secara umum,
nifas yang normal biasanya baik (Marmi, 2017).
b. Suhu badan : pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh akan
kembali normal. Kenaikan suhu >38° menandakan terjadinya infeksi.
c. Denyut nadi : Nadi berkisar antara 60-80x/menit
d. Tekanan darah : Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi
pada post partum dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum
e. Pernafasan : Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar
20-30x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010)
2) Status Present
a. Mata perlu dikaji pada warna sklera dan konjungtiva, ada atau tidaknya
gangguan penglihatan, ada atau tidaknya kotoran/sekret (Sulistyawati, 2009).
b. Ekstremitas atas dan bawah: fungsi pergerakan baik, tidak ada oedem dan
varises, tidak ada cacat, keadaan baik (Marmi, 2017).
3) Status Obstetri
a. Mammae : perlu diperhatikan payudara simetris atau tidak, terdapat
pembengkakan payudara atau tidak, putting menonjol atau tidal, lecet atau
tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b. Abdomen : Pada ibu nifas dua minggu, Tinggi Fundus Uterus tidak teraba di
atas symphisis (Marmi, 2017).
c. Genetalia :
(1) Lochia serosa : lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada
hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum. (Ambarwati dan Wulandari, 2010)
(2) Keadaan perineum tidak oedema, tidak hematoma, tidak ada tanda-tanda
infeksi pada : bekas luka episiotomi/ robekan, hecting (Ambarwati dan
Wulandari, 2010)
C. Analisis Data
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus anak hidup, umur ibu,
keadaan masa nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Ny... umur ... tahun P ...A ...dalam masa nifas 2 minggu fisiologis. Ny X Usia 20 - 35
tahun, P≤4 A0 dalam masa nifas 2 minggu fisiologis.
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu nifas 2 minggu menurut Handayani dan
Pujiastuti (2016) antara lain :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal
2) Nilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3) Pastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan istirahat
4) Pastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda- tanda
penyulit
5) Ajarkan cara asuhan bayi, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari
6) Memberikan pendidikan kesehatan, konseling KB, dan mmemastikan ibu
menggunakn salah satu alat kontrasepsi pasca bersalin
a. MAL/Metode Amenorhea Laktasi
Menurut Affandi (2014) Metode Amenorrhea Laktasi bisa digunakan
selama 6 bulan pertama setelah melahirkan, sebelum mendapat haid. Efektifitas
MAL sangat tinggi sekitar 98% dapat digunakan dengan catatan harus benar-
benar ASI eksklusif.
b. Kontrasepsi Kombinasi
Menurut Affandi (2014) Untuk ibu menyusui dipakai sebelum 6-8 minggu
pasca persalinan,selama 6-8 hari pascapersalinan kontrasepsi kombinasi akan
mengurani ASI , dapat digunakan pada klien dengan riwayat preeclampsia atau
hipertensi pada kehamilan. Pada ibu yang memakai MAL pemakaian tunda
sampai 6 bulan, Pada ibu yang tidak menusui dapat dimulai 3 minggu pacsa
bersalin.
c. Kontrasepsi Progestin
Tidak berpengaruh terhadap ASI. Dapat digunakan sebelum 6 minggu
pascapersalinan, klien menyusui dapat menggunakan kontrasepsi progestin.
Jika menggunakan MAL, kontrsepsi progestin dapat ditunda samapi 6 bulan.
Jika tidak menyusui dapat segera dimulai. Jika tidak menyusui, lebih dari 6
minggu pascapersalinan atau sudah dapat haid, kontrasepsi progestin dapat
dimulai setelah yakin tidak ada kehamilan (Affandi,2014).
d. AKDR
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) tidak berpengaruh pada proses
menyusui. Dapat dipasang langsung pasca plasenta, sewaktu SC atau
pascapersalinan, selain itu insersi bisa ditunda sampai 4-6 miggu
pascapersalinan. Jika laktasi atau haid sudah dapat, insersi dilakukan sesudah
yakin tidak ada kehamilan.(Affandi, 2014).
e. Diafragma
Metode kontrasepsi menggunakan diafragma tidak berpengaruh terhadap
proses laktasi. Metode ini dapat digunakan setelah 6 minggu pascapersalinan
(Affandi,2014).
f. Kondom
Metode kontrasepsi menggunakan kondom tidak berpengaruh pada proses
laktasi, metode ini biasanya digunakan sebagai cara sementara sambil memilih
metode lain. Metode ini dapat digunakan setiap saat pascapersalinan (Affandi,
2014).
g. KB Ilmiah
Pemakaian tidak dianjurkan sampai siklus haid teratur , tidak ada pengaruh
terhadap laktasi (Affandi, 2014).
h. Koitus Interuptus
Dapat dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan atau tunggu sampai 6
minggu pasca persalinan, tidak ada pengaruh terhadap laktasi (Affandi, 2014).
i. Tubektomi
Dapat dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan atau tunggu sampai 6
minggu pasca persalinan, tidak ada pengaruh terhadap laktasi (Affandi,2014).
j. Vasektomi
Dapat dilakukan setiap saat , salah satu KB untuk Pria (Affandi,2014).
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Affandi Biran.2014.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari Diah.2010.Asuhan Kebidanan Nifas.Jogjakarta: Nuha
Medika.
Anik , Maryunani. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. Jakarta: TIM
Bobak, L. 2005. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Chen, Y., Li, G., Ruan, Y., Zou, L., Wang, X., & Zhang, W. 2013. An Epidemiological
Survey on Low Birth Weight Infants in China and Analysis of Outcomes of Full-Term
Low Birth Weight Infants. BMC Pregnancy and Childbirth, 13:242.
Eldawati, S. (2015). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas dengan Praktik Perawatan
Masa Nifas di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Bulan Januari-Maret 2015.
Jurnal: Universitas Diponegoro Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Handayani Esti dan Pujiastuti Wahyu. (2016). Asuhan Holistik Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta: Transmedika.
IBI. 2016. Ikatan Bidan Indonesia. Diakses tanggal 13 Maret 2019 melalui
https://www.ibi.or.id/id/article_view/a20150112004/definisi.html.
Ilmiah, Widia Shofa. 2015. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal Dilengkapi dengan Soal-
soal Latihan Pengarang. Jakarta : Nuha Medika
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Kemenkes. (2020). Pedoman bagi ibu hamil, ibu nifas dan bayi baru lahir selama social
distancing. Jakarta: Kemenkes RI.
Khumaira, Marsha. 2012. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka
Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Marmi. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mayasari dkk, (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Involusi Uterus (studi Kasus di
BPM Idroyani dan BPM Sri Pilih REtno Tahun 2014)
Rini danKumala. (2017). Panduan Asuhan Nifas Evedance Based Practice.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, dkk, 2009. Perawatan masa nifas, cetakan ketiga. Yogyakarta : Fitramaya.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
Wahyuni, N. and Nurlatifah, L. (2017) ‘Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Proses Involusi
Uterus Pada Masa Nifas Diwilayah Kerja Puskesmas Mandala Kabupaten Lebak
Propinsi Banten Tahun 2016’, Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan), 4(2), pp.
167–176. doi:10.36743/medikes.v4i2.83.

Anda mungkin juga menyukai