Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN POST

PARTUM DI RUANG PERAWATAN BOUGENVILLE RSUD

SAWERIGADING KOTA PALOPO

Nama mahasiswa : sri dewi

NIM : 032022017

CI lahan CI institusi

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS INSTITUSI KESEHATAN

DAN BISNISKURNIA JAYA PERSADA PALOPO

TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Ibu Post Partum 


A. Definisi Ibu Post Partum 
Ibu post partum adalah keadaan ibu yang baru saja melahirkan. Istilah post
partum adalah masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah melahirkan. Masa
post partum dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam
minggu, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali kekeadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi,
2017).
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan.
B. Etiologi
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahimterdiri dari tiga lapis otot
membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan
demikian terhindar dari perdarahan post partum 
Masa post partum dibagi menjadi 3:
a. Immadiate purperium  (0-24 jam – post partum)
b. Early purperium (1- 7 hari post partum)
c. Lete purperium (1 mg 6 mg post partum)
C. Tahap Postpartum
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut. 
a. Puerperium dini Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan,
serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
b. Puerperium intermediate Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alay-alat genetalia
yang lamanya sekitar 6- 8 minggu. b. Puerperium remote Waktu yang diperlukan
dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan
mempunyai kompilikasi. (Dewi & Sunarsih, 2018).
D. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Post Partum
1.  Uterus 
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses
kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm
dibawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promonorium sakralis.
Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama besar sewaktu usia kehamilan 16
minggu (kirakira sebesar jeruk asam) dan beratnya kira-kira 100 gr. (Dewi &
Sunarsih, 2012) Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kuran lebih 1
cm di atas umbilikus, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun
kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam pada hari postpartum keenam fundus normal akan
berada dipertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa
dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum. (Dewi & Sunarsih, 2017)
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melajirkan dan 350 gr (11 sampai
12 ons)2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus barada
didalam panggul sejati lagi. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr.
(Dewi & Sunarsih, 2017) 
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus prenatal bergantung
pada hiperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertrofi sel-sel yang telah
ada. Pada masa postpartum penurunan kadar-kadar hormon ini menyebabkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Hal
inilah yang menjadi penyebab ukuran uterus yang sedikit lebih besar setelah
hamil. (Dewi & Sunarsih, 2017) Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk
kembali pada keadaan tidak hamil. 
Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen
plasenta dan infeksi. (Dewi & Sunarsih, 2017) Proses involusi uterus adalah
sebagai berikut. 
1.  Iskemia miometrium Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif
anemia dan menyebabkan serat otot atrofi. (Dewi & Sunarsih, 2017) 
2. Autolisis Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang
telah sempat mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima
kali dari semuala selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai
perusakan secara langsung jarinag hipertrofi yang berlebihan. Hal ini
disebebkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron. (Dewi &
Sunarsih, 2017) 
3. Efek oksitosin Poksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi oyot
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi
situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Penurunan
ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika
keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelvis. (Dewi & Sunarsih,
2017)
Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan perubahan-perubahan pada
miometrium. Pada miometrium terjadi perubahan–perubahan yang bersifat
proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui pembuluh getah bening.
(Dewi & Sunarsih, 2017)
Involusi Tempat Plasenta Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan
tempat dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak
tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya
sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas
plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. (Dewi &
Sunarsih, 2012)
b. Involusi Tempat Plasenta 
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan
kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini
mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2
cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas
plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
trombus. (Dewi & Sunarsih, 2017)
Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka
bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini desababkan karena luka ini
sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Dewi & Sunarsih,
2017) 
Segera setelah plasenta dan membran plasenta dikeluarkan, tempat
plasenta menjadi area yang menonjol, nodular, dan tidak beraturan. Konstriksi
vaskular dan trombus menyumbat pembuluh darah yanga ada dibawah tempat
plasenta tersebut. Kondisi ini menyebabkan homeostasis (untuk mengontrol
perdarahan pascapartum) dan menyebabkan beberapa nekrosis daerah
endometrium. Involusi terjadi karena adanya perluasan dan pertumbuhan ke arah
bawah endometrium tepi dan karena regenerasi endometrium dari kelenjar dan
stroma pada daerah desidua basalis. Kecuali pada tempat plasenta, yaitu proses
involusinya belum komplet sampai 6 hingga 7 minggu setelah pelahiran, proses
involusi di rongga yang lain komplet pada akhirnya minggu ketiga pascapartum.
(Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2017)
c. Perubahan Pada Servik 
Servik mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan
yang terdapat pada servik yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadaknan kontraksi, sedangkan
servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
servik uteri terbentuk semacam cincin. Warna servik sendiri merah
kehitamhitaman karena penuh pembuluh darah. (Dewi & Sunarsih, 2017)
 Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat dilalui oleh 2
jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-reatak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan
lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis servikallis. Pada
servik terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan servik memanjang seperti
celah. Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium eksternum lebih besar
dan tetap terdapat retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama
pinggir sampingnya,. Oleh karena robekan ke samping ini terbentuklah bibir
depan dan bibir belakang pada servik. (Dewi & Sunarsih, 2017)
1. Lokia 
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat
daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau
yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda
pada setiap wanita. Sekret miskroskopik lokia terdiri atas eritrosit,
peluruhan desidua, sel epitel, dan bakteri. Lokia mengalami perubahan
karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu
dan warnanya di antaranya sebagai berikut. (Dewi & Sunarsih, 2017).
a. Lokia rubra/merah (kruenta) Lokia ini muncul pada hari pertama
sampai
hari ketiga masa postpartum sesuai dengan namanya, warnanya
biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta
dan serabut dari desidua dan chorion. Lokia ini terdiri atas sel desidua,
verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, dan sisa darah. (Dewi &
Sunarsih, 2017)
b. Lokia sanguinolenta Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5 hari
postpartum. (Dewi & Sunarsih, 2017).
c. Lokia serosa Lokia ini muncul pada hari le 5-9 postpartum. Warnanya
biasanya kekuninagan atau kecoklatan. Lokia ini terdiri atas lebih sedikit
darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan robekan
laserasi plasenta. (Dewi & Sunarsih, 2017).
d. Lokia alba 
Lokia ini muncul lebih dari hari ke-10 postpartum. Warnanya lebih
pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. (Dewi &
Sunarsih, 2017) Bila pengeluaran lokia tidak lancar,maka disebut
lochiastasis. Jika lokia tetap berwarna merah setelah 2 minggu ada
kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang
kurang sempurna yang sering disebabkan retroflexio uteri. Lokia
mempunyai suatu karakteristik bau yang tidak sama dengan sekret
menstrual. Bau yang paling kuat pada lokia dan harus dibedakan juga
dengan bau yang menandakan infeksi. (Dewi & Sunarsih, 2012) 
Lokia disekresikan dengan jumlah banyak pada awal jam
postpartum yang selanjutnya akan berkurang sejumlah besar sebagian
lokia rubra, sejumlah kesil sebagai lokia serosa, dan jumlah lebih
sedikit lagi lokia alba. Umumnya jumlah lokia lebih sedikit bila wanita
postpartum berada dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini
terjadi akibatpembuangan bersatu di vagina bagian atas manakala
wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar
manakala dia berdiri. Total jumlah rata-rata pembuanganlokia kira-kiara
8-9oz atau sekitar 240- 270 ml. (Dewi & Sunarsih, 2017)
d. Perubahan Payudara 
Perubahan progresif pada payudara selama kehamilan sebagai persiapan
laktasi. Lobulus payudara berkembang di bawah pengaruh stimulasi hormon
estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh plasenta dan saluran laktiferus
terus mengalami percabangan dan pelebaran. Hormon prolaktin yang dilepaskan
dari kelenjar hipofisis anterior, kortisol dari kelenjar adrenal maternal, laktogen
plasenta manusia, dan insulin, semua hormon yang jumlanya meningkat selama
gestasi, juga berperan pada perubahan payudara. Prolaktin memiliki peran utama
dalam memulai laktasi, tetapi kerjanya dihambat selama kehamilan akibat
tingginya kadar estrogen dan progesteron.(Reeder, Martin, & Koniak-Griffin,
2011) 
Pada bulan-bulan terakhir, sel-sel parenkim yang terdapat pada alveoli
payudara mengalami hipertropi dan menghasilkan kolostrum, suatu cairan encer
berwarna kuning. Penurunan kadar estrogen dan progesteron yang tiba-tiba pada
saat melahirkan dan pengeluaran plasenta tampaknya memiliki laktasi.(Reeder,
Martin, & Koniak-Griffin, 2017)

E. Adaptasi Psikologi Ibu Post Partum 


Pasca persalinan merupakan salah satu pengalaman yang akan dialami oleh
seorang ibu yang baru saja melahirkan terutama pada ibu yang pertama kalinya
melahirkan, pada perkembangan kondisi ibu sering mengalami terjadinya
peningkatan dan perubahan emosi dan psikologis yang disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu adanya penyesuaian pada lingkungan baru, harapan sosial untuk
berperilaku lebih baik, masalah dalam sekolah ataupun pekerjaan, dan serta
hubungan keluarga yang tidak harmonis, yang akan menyebabkan ibu usia muda
harus bisa beradaptasi dengan kehidupan barunya (Sarlito, 2018).
Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga yang memerlukan penyesuaian
bagi ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani,
perubahan tersebut berupa perubahan pada emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini
menjadi periode kerentanan pada ibu post partum, karena periode ini membutuhkan
peran professional kesehatan dan keluarga. Tanggung jawab ibu post partum akan
bertambah dengan adanya kehadiran bayi yang baru lahir. Ikatan antara ibu dan bayi
yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk
menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada
ibu pasca melahirkan agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa kasih sayang kepada
bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti merawat tali pusat, menyusui, mengganti
popok tetapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium, menimang sehingga
kasih sayang ibu dapat terus terjaga 
Menurut Hamilton (1995) dalam Sulistyawati (2019), ketika menjalani adaptasi
setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut : 
a. Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus
terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. 
b. Fase taking hold merupakan suatu periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu
berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan
untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini
merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan
pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas. 
c. Fase letting go merupakan periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi
butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya 
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu
akan percaya diri dalam menjalani peran barunya. 
F. Klasifikasi Masa Ibu Post Partum 
Menurut Hadijono (2018) Masa ibu post partum dibagi menjadi 3 bagian yaitu : 
1. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan 
2. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara
menyeluruh dengan lama 6-8 minggu 
3. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu
yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun
tahunan. 
G. Manifestasi Perubahan Diri Ibu Pada Masa Post Partum 
Menurut Bahiyatun (2018), perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu
setelah masa nifas/post partum adalah: 
a. Perubahan sitem reproduksi 
1.  Involusi uterus 
Involusi uterus adalah kembalinya uterus ke keadaan sebelum
hamil, baik dalam bentuk maupun posisi. Proses involusi uterus disertai
dengan penurunan tinggi fundus uteri (TFU). Pada hari pertama TFU
diatas simfisis pubis/ sekitar 12 cm. Proses ini terus berlangsung dengan
penurunan TFU 1 cm tiap harinya, sehingga pada hari ke-7 TFU sekitar 5
cm dan pada hari ke- 10 TFU tidak teraba di simfisis pubis.
1. Lokia 
Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4
minggu setelah post partum, perubahan lokia terjadi dalam 3 tahap: lokia
rubra, serosa dan alba.
1. Ovarium dan tuba falopi 
2. Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan progestern menurun
sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari sirkulasi
menstruasi. Pada saat inilah dimulai kembali proses ovulasi sehingga
wanita dapat hamil kembali. 
b. Perubahan sistem pencernaan 
Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan progestern menurun
sehingga menyebabkan nyeri ulu hati (Beartburn) dan konstipasi, terutama dalam
beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat
kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflex hambatan
defekasi karena adanya nyeri pada perineum akibat luka episiotomy.
c. Perubahan sistem perkemihan 
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada : 
1. Keadaan/status sebelum persalinan 
2. Lamanya partus kala II dilalui 
3.  Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan 
Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan
tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia dinding kandung kemih, akan
tetapi sering terjadi exstravasasi. extravasation, artinya keluarnya darah dari
pembuluh-pembuluh darah di dalam badan) ke mukosa.
d. Perubahan sistem endoktrin 
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus kadar HCG (hormone chrorionic
gonadhotropin) dan HPL (hormone plasenta lactogenic) secara berangsur turun
dan normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam urine
ibu hamil setelah 2 hari post partum. HPL tidak lagi terdapat dalam plasenta. 
e.  Perubahan sistem kardiovaskuler 
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala
3 ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari
pertama post partum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 post
partum. 
f. Perubahan sistem kematologi 
Leukosistosis terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar 15.000
selama persalinan.Peningkatan sel darah putih berkisar 25.000-30.000 yang
merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama. Hal ini dapat
meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan
darah serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2-3 hari post
partum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total kehilangan
darah selama persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml (200 ml hilang saat
persalinan, 500-800 ml hilang pada minggu pertama post partum, dan 500 ml
hilang pada saat masa nifas). 
g. Perubahan tanda-tanda vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai
akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi
peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka
perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post
partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium),
pembengkakan payudara, dan lain-lain. 

H. Hal-Hal Yang Perlu di Perhatikan Ibu Pada Masa Post Partum 


a. Personal hygiene 
Kebersihan diri sangat penting dilakukan pada masa post partum, kondisi
ibu pasca melahirkan sangatlah rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting dilakukan yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi. Dan kebersihan wajib dilakukan pada area tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan yang sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha,
2018).
b. Istirahat 
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk
memulihkan kembali keadaan fisiknya setelah melahirkan. Keluarga disarankan
untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai
persiapan untuk merawat bayi salah satunya pada perawatan tali pusat nanti. 
c. Senam nifas 
Dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari
kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk
mempercepat pemulihan keadaan ibu. Senam nifas membantu untuk memperbaiki
sirkulasi darah, dan memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan,
memperkuat otot panggul dan membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca
melahirkan (Suherni, 2018).
FORMAT PENGKAJIAN POSTNATAL KEPERAWATAN MATERNITAS

Nama Mahasiswa : NIM :


Tempat Praktek : Tgl :

1.DATA
UMUM
Inisial
: Ny. L Inisial suami : Tn. O
klien
Usia
: 31 Tahun Usia suami : 25 Tahun

Status
perkawina : Kawin Status Perkawinan : Kawin
n
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Petani

Pendidika : SMA Pedidikan : SMA


n
Agama
: Islam

Suku
:-
bangsa
Alamat
: Buntu Batu

...........................................................................................
...........
A.Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Yang lalu
No Tahun Tipe Penolong Jenis BB Keada Komplik
persali kelam lahir an asi nifas
nan in bayi
saat
lahir
1.2004 Normal Bidan P 2900 Sehat Tidak
ada
2008 Normal Bidan P 3000 Sehat Tidak
ada
2011 Normal Bidan P 2850 sehat Tidak
ada

Pengalaman menyusui : ada Berapa lama: -

B.Riwayat Kehamilan Saat Ini


1. Berapa kali periksa hamil : 2 kali
2. Masalah kehamilan : Mual dan muntah

C.Riwayat Persalinan Riwayat Ginekologi


1.Jenis persalinan :
Normal a.i (atas indikasi) : .........
Tanggal/jam : 30-09-2022/ Jam :
12.30 wita

2.Jenis kelamin bayi : L , BB 3090 gr , PB 50 cm, A/S: 7/8


3.Perdarahan
: ± 100 cc

4.Masalah dalam : tidak ada


persalinan
D.Riwayat Ginekologi
1.Masalah ginekologi : Tidak ada
2.Riwayat KB : Suntik 3 Bulan

II. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


A.Status Obstetri : P4 A 3 H0 Bayi rawat gabung : Ya
Jika tidak, alasannya : -
B.Keadaan umum : Baik kesadaran : Compos mentis
BB 60 kg TB 157 Cm
Tanda vital : TD: 130/ 90 mmHg Nadi : 78 x/menit
S: 36,7 oC RR: 20 x/menit
C.Kepala
Leher
1.Kepala : warna rambut hitam, tidak teraba adanya bejolan.
: Mata simetris kiri dan kanan, fungsi penglihatan
2.Mata
baik
: Hidung tampak simetris, tidak tampak adanya
3.Hidung secret, tidak ada sinus dan polip, fungsi penciuman
baik.
: Bibir dan mukosa mulut tampak lembab, tidak
4.Mulut tampak adanya stomatitis.
5. Telinga : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak
ditemukan peradangan,fungsi pendengaran baik.
6. Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar
thyroid,fungsi menelan membaik.
7. Masalah khusus : Tidak ada

D.Dada
1. Jantung : Ictus cordis tidak tampak dan teraba, bunyi jantung I dan II
murni, tidak ada bunyi jantung tambahan atau mur-mur irama regular.
2. Paru : Simetris kiri dan kanan pergerakan dinding dada normal, tidak
ada nyeri tekan, bunyi nafas vesikuler terdengar disemua lapang paru.
3. Payudara : Bentuk payudara simetris kiri dan kana, warna sekitar areola
hitam kecoklatan, produksi ASI banyak, tidak ada kelainan pada payudara,putting
susu menonjol, payudara terasa padat.
4. Putting susu : Puting susu menonjol
5. Pengeluaran ASI : Produksi ASI banyak
6.Masalah khusus : Tidak ada :
E. Abdomen
1. Involusi uterus : Nampak penurunan tinggi fundus uteri 1 cm diatas pusat
2. Kandung kemih : kosong
3. Fungsi pencernaan : Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pola BAB
4. Masalah khusus : Tidak ada
F. Perineum dan genital
1. Vagina : integritas kulit : Nampak robekan pada vagina Edema: tidak ada
Memar : tidak ada Hematom : tidak ada
2. Perineum : utuh
Tanda :R: : tidak
REEDA kemerahan

E : bengkak :tidak

E:
: tidak
echimosis
D:
: tidak
discharge
A: : tidak
approximate
Kebersihan: Nampak bersih
3. Lokia
Jumlah : tidak terhitung
Jenis/
: merah segar
warna
Konsistensi : berlendir

4. Hemoroid : tidak ada

: tidak ada
Derajat Lokasi : tidak ada
Berapa lama : -Nyeri/tidak : tidak ada
5.Masalah khusus : tidak ada
G. Eksremitas
1. Eksremitas atas : Edema: tidak
2. Eksremitas : Nyeri : tidak
Varises : tidak, lokasi: -
Tanda Homan (Homan’s Sign) : -
3. Masalah khusus : tidak ada
H.Eliminasi
1. Urine : Kebiasaan BAK: 4-5 kali sehari
BAK saat ini : BAK baik, Kandung kemih kosong
BAB : Kebiasaan BAB: 1x dalam sehari
BAB saat ini : normal Konstipasi : tidak
I. Istirahat dan Kenyamanan
1. Pola tidur : Kebiasaan : tidak ada, lama: 7 jam, frekuensi: 2x dalam sehari
Pola tidur saat ini : normal
2. Keluhan ketidaknyamanan : tidak ada , lokasi : tidak ada
J. Mobilisasi dan latihan
1. Tingkat : Klien mengatakan mampu bergerak seperti
mobilisasi biasanya
2.Latihan senam : Senam nifas

3.Masalah khusus : tidak ada

K. Nutrisi dan Cairan

1.Asupan nutrisi : nafsu makan: baik

2.Asupan cairan : 1500 cc


3.Masalah khusus : tidak ada

L .Keadaan Mental
1. Adaptasi psikologis : baik
2. Penerimaan terhadap bayi : Baik
3. Masalah khusus : Tidak ada
M. Kemampuan Menyusui : baik
N. Obat- obatan : Cefotaxime dan Ketorolac
O. Keadaan umum ibu
Tanda vital : TD: 130/90 mmHg Nadi: 78 x/ menit
S : 36,7oC RR : 20 x/ menit
P.Jenis Persalinan : SC dengan Ruptur uteri
Q.Proses
Persalinan : Kala 4 : 2 jam jam : -
Kala 4 : berlangsung selama 2 jam Kala jam
R. Komplikasi persalinan : Ibu: Tidak ada Janin: Tidak ada
S. Lamanya ketuban pecah : Kondisi ketuban : utuh dan jernih
Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds: Postpartum/masa nipas Risiko Infeksi
-  klein mengatakan nyeri pada luka
jahitan Aspek fisiologis
Do: Jahitan perineum
 Luka nampak kemerahan dan Resiko invasi bakteri
masih nampak basah Dx: Risiko Infeksi
 Luka nampak bersih dan
tertutup
 Ttv: 
     TD: 110/90 mmHg
     S: 36.50 C
     Nadi:  82 x/m
 RR: 23x/m
Ds: Postpartum/ masa nifas Nyeri Akut
- klien juga mengatakan nyeri
pada (vagina) postpartum Involusi uteri
persalianan normal dirasakan
sejak 1 hari yang lalu Involusi daerah implantasi
Do: plasenta serviks
 Klien nampak meringis
 P : Nyeri karena lesi pada Perubahan pada vagina
perineum
kencang pada clitoris dan
 Q : terasa pedis hilang timbul
 R : Didaerah perineum S : labia
Skala nyeri 4
  T : Nyeri dirasakan saat darah
Luka perineum
keluar dari jalan lahir dan
ketika mengejan saat BAK,
nyeri hilang saat darah tidak Nyeri
keluar, tidak mengejan dan
tidak banyak bergerak. Dx: Nyeri akut
Intervensi keperawatan
SDKI SLKI SIKI Rasional 
Resiko infeksi b/d derajat infeksi Observasi:  Mengetahui
gangguan menurun.  Monitor tanda tindakan yang akan
integritas kulit Kriteria Hasil: gejala infeksi lokal dilakukan
 Demam dan sistemik terapuetik
menurun Terapeutik  Mencegah resiko
 Kemerahan  Batasi jumlah infeksi
menurun pengunjung  Mencuci tangan
 Nyeri  Berikan perawatan dapat mencegah
menurun kulit pada daerah resiko infeksi
 Bengkak edema  Memberikan
menurun  Cuci tangan penjelasan agar
Kadar sel darah sebelum dan pasien mengetahui
putih membaik sesudah kontak tanda dan gejala
dengan pasien dan infeksi
lingkungan pasien  Agar pasien dapat
 Pertahankan teknik memeriksakondisi
aseptik pada pasien luka
berisiko tinggi  Agar pasien dapat
Edukasi meningkatkan
 Jelaskan tanda dan asupan cairan
gejala infeksi  Pasien dapat
 Ajarkan cara mencegah
memeriksa luka terjadinya infeksi
 Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Nyeri akut b/d Tingkat nyeri Manajemen nyeri 
agen cedera fisik Kriteria hasil:  Lakukan  Pengkajian nyeri 
(00132) ditandai  Nyeri yang pengkajian nyeri dapat membantu kita
dengan:  dilaporkan komprehensif dalam mengetahui
Ds: (4) yang meliputi kualitas nyeri pada
- klien juga  Panjangnya lokasi, durasi, pasien
mengatakan nyeri episode kualitas,beratnya  Pemberian analgesik
pada (vagina) nyeri (4) nyeri dapat membantu
postpartum  Ekspersi  Pastikan dalam meringankan
persalianan nyeri wajah perawatan gejala nyeri dengan
normal dirasakan (4) analgesic bagi dosis yang sesuai
sejak 1 hari yang pasien dilakukan  Komuniasi yang baik
lalu dengan dapat membantu kita
Do: pemantauan yang dalam mendapatkan
 Klien nampak ketat  informasi yang baik
meringis  Gunakan strategi  Untuk mencegah
 P : Nyeri komunikasi meningkatnya
karena lesi terapeutik untuk kualitas nyeri
pada mengetahui  Agar pasien mampu
perineum pengalaman nyeri mengendalikan nyeri
Q : terasa pedis dan sampaikan dengan baik dan benar
hilang timbul penerimaan pasien
R : Didaerah terhadap nyeri
perineum S :  Kurangi faktor-
Skala nyeri 4 faktor yang dapat
T : Nyeri dirasakan mencetuskan atau
saat darah keluar meningkatkan
dari jalan lahir dan nyeri.
ketika mengejan  Ajarkan prinsip-
saat BAK, nyeri prinsip
hilang saat darah manajemen nyeri
tidak keluar, tidak
mengejan dan
tidak banyak
bergerak.

V. Implementasi dan evaluasi keperawatan 


Tanggal/ DX.kep implementasi Evaluasi (SOAP)
jam
01/01/2023 Resiko Perawatan luka 08: 00
09: 00 infeksi b/d - Memberikan S:
gangguan perawatan insisi pada - Klien mengatakan nyeri
integritas bekas jahitan pada pada bekas jahitan
kulit perineum, yang perineum
diperlukan O:
- Menganjurkan pasien - Nampak adanya luka
atau anggota keluarga jahitan, nampak
pada prosedur kemerahan dan basah
09:05 perawatan luka - TTV
- Mengajurkan pasien TD: 110/90 mmHg
dan keluarga untuk      S: 36.50 C
09:10
mengenal tanda dan      Nadi:  82 x/m
gejala infeksi  RR: 23x/m
A: Resiko Infeksi
P: Masalah belum teratasi
Lanjutkan intervensi di rumah
- Memberikan
pearwatan insisi pada
bekas jahitan pada
perineum, yang
diperlukan
- Menganjurkan pasien
atau anggota keluarga
pada prosedur
perawatan luka
- Mengajurkan pasien
dan keluarga untuk
mengenal tanda dan
gejala infeksi

Nyeri akut Manajemen nyeri  08:00


10:30 b/d agen  melakukan pengkajian S: klien mengatakan masih
cedera nyeri komprehensif yang nyeri pada (vagina)
biologis meliputi lokasi, durasi, O: klien nampak meringis
(00132) kualitas,beratnya nyeri P : Nyeri karena lesi pada
H: P : Nyeri karena lesi pada perineum
perineum Q : terasa pedis hilang timbul
Q : terasa pedis hilang timbul R : Didaerah perineum S :
R : Didaerah perineum S : Skala nyeri 4
Skala nyeri 4 T : Nyeri dirasakan saat darah
T : Nyeri dirasakan saat darah keluar dari jalan lahir dan
keluar dari jalan lahir dan ketika mengejan saat
ketika mengejan saat BAK, nyeri hilang saat
BAK, nyeri hilang saat darah tidak keluar, tidak
darah tidak keluar, tidak mengejan dan tidak
mengejan dan tidak banyak bergerak.
banyak bergerak. A: nyeri Akut
10:40
 memastikan perawatan P: masalah belum teratasi,
analgesic bagi pasien lanjutkan intervensi
dilakukan dengan dirumah
10:50 pemantauan yang ketat   melakukan pengkajian
 menggunakan strategi nyeri komprehensif yang
komunikasi terapeutik meliputi lokasi, durasi,
untuk mengetahui kualitas,beratnya nyeri
pengalaman nyeri dan  memastikan perawatan
sampaikan penerimaan analgesic bagi pasien
pasien terhadap nyeri dilakukan dengan
H:klien mengonsumsi obat pemantauan yang ketat 
paracetamol tanlet  menggunakan strategi
10:55
 mengurangi faktor-faktor komunikasi terapeutik
yang dapat mencetuskan untuk mengetahui
atau meningkatkan nyeri pengalaman nyeri dan
H: menganjurkan untuk sampaikan penerimaan
tidak terlalu banyak gerak pasien terhadap nyeri
untuk menghindari nyeri.  mengurangi faktor-faktor
yang dapat mencetuskan
atau meningkatkan nyeri
08:50 Hambatan - Mengintruksikan pasien 8:00
mobilitas fisik bagaimana menggunakan S:
b/d nyeri postur tubuh dan mekanika - Klien mengatakan susah
tubuh yang baik ketika bergerak dan berjalan
09:00 beraktivitas O:
- Memposisikan {pasien} - Klien nampak sulit
09:10 sesuai dengan kesejajaran bergerak
tubuh yang tepat - TD : 120/80 mmHg
09:20 - Mendorong pasien untuk S : 36,50C
terlibat dalam perubahan N : 80 x/i
posisi P : 20 x/i
- Jangan menempatkan pasien A: Hambatan
pada posisi yang bisa Mobilitas fisik
meningkatkan nyeri. P: Masalah belum teratasi,
Lanjutkan intervensi dirumah
- Mengintruksikan pasien
bagaimana menggunakan
postur tubuh dan mekanika
tubuh yang baik ketika
beraktivitas
- Memposisikan {pasien}
sesuai dengan kesejajaran
tubuh yang tepat

Tanggal/ DX.kep implementasi Evaluasi (SOAP)


jam
02/01/2023 Resiko Perawatan luka 08: 00
09: 00 infeksi b/d - Memberikan pearwatn S:
gangguan insisi pada luka, yang - Klien mengatakan
integritas diperlukan sudah tidak nyeri
dan luka mengering
kulit - Memeriksa luka setiap
O:
kali perubahan balutan
09:05 - Nampak adanya
- Menganjurkan pasien atau luka jahitan dan
anggota keluarga pada nampak membaik
- TD:110/90 mmHg
09:10 prosedur perawatan luka
S : 36,50C
- Mengajurkan pasien dan
N : 80 x/i
keluarga untuk mengenal
P : 20 x/i
tanda dan gejala infeksi
A: Resiko
Infeksi tidak
terjadi
P: Masalah teratasi

Nyeri akut b/d Manajemen nyeri  S: klien mengatakan


10:30 agen cedera  melakukan pengkajian nyeri sudah tidak nyeri saat
biologis komprehensif yang meliputi berkemih maupun
(00132) lokasi, durasi, keluar darah
kualitas,beratnya nyeri O: klien nampak rileks
H: nyeri sudah berkurang saat A: nyeri Akut teratasi
BAK ataupun keluar darah P: masalah teratasi  
 memastikan perawatan
analgesic bagi pasien
dilakukan dengan
10:40
pemantauan yang ketat 
 menggunakan strategi
komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri
dan sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
H:klien mengonsumsi obat
10:50
paracetamol tanlet
 mengurangi faktor-faktor yang
dapat mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
H: menganjurkan untuk tidak
terlalu banyak gerak untuk
menghindari nyeri.

DAFTAR PUSTAKA
Achsin, A., Rusli, N., Ahmad, T.R., Musdah, M., Syahrul, R & Sri’ah, A.L. 2018. Untukmu
ibu Tercinta. Bogor : Prenada 
Almatsier, S. 2018. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Pelajar 
Anggraeni, A. C. 2017. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta : Graha Ilmu
 Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. 2018. Maternity Nursing. Edisi 4. Jakarta :
EGC 
Sarlito. 2018. Gizi dan Kesehatan. Malang : Bayu Media Chumbley, Jane. 2006. Menyusui.
Jakarta : Erlangga 
Cuningham, F.G., Norman, F.G., Kenneth, J.L., Larry, C.G., John, C.H., & Katharine, D.W.
2017. Obstetri 
Bahiyatun, Volume 1. Jakarta : EGC Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2017.
Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rajawali Pers 
Marmi, V.N.L & Tri, S. 2018. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta Salemba Medika 
Dewi & Sunarsih, 2018. Petunjuk Lengkap untuk Orang Tua. Jakarta : Raja 
Grafindo Gibney, M.J., Barrie, M.M., John, M.K., & Leonore, A. 2019. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai