Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

POSTNATAL CARE (PNC) DI RS HIKMAH SEJAHTERA


BELOPA

OLEH:
NAMA: YAKUB.B S.Kep
NIM: 032022067

CI LAHAN CI INSTITUTE

( ) ( )

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS
KURNIA JAYA PERSADA
TAHUN AKADEMIK
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep Ibu Post Partum 
A. Definisi Ibu Post Partum 
Ibu post partum adalah keadaan ibu yang baru saja melahirkan. Istilah post
partum adalah masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah melahirkan. Masa
post partum dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam
minggu, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali kekeadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi,
2017).
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan.
B. Etiologi
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan
retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahimterdiri dari tiga lapis otot
membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan
demikian terhindar dari perdarahan post partum 
Masa post partum dibagi menjadi 3:
a. Immadiate purperium  (0-24 jam – post partum)
b. Early purperium (1- 7 hari post partum)
c. Lete purperium (1 mg 6 mg post partum)
C. Tahap Postpartum
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut. 
a. Puerperium dini Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan,
serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
b. Puerperium intermediate Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alay-alat genetalia
yang lamanya sekitar 6- 8 minggu. b. Puerperium remote Waktu yang diperlukan
dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan
mempunyai kompilikasi. (Dewi & Sunarsih, 2018).
D. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Post Partum
1.  Uterus 
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses
kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm
dibawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promonorium sakralis.
Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama besar sewaktu usia kehamilan 16
minggu (kirakira sebesar jeruk asam) dan beratnya kira-kira 100 gr. (Dewi &
Sunarsih, 2012) Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kuran lebih 1
cm di atas umbilikus, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun
kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam pada hari postpartum keenam fundus normal akan
berada dipertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa
dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum. (Dewi & Sunarsih, 2017)
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melajirkan dan 350 gr (11 sampai
12 ons)2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus barada
didalam panggul sejati lagi. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr.
(Dewi & Sunarsih, 2017) 
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus prenatal bergantung
pada hiperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot dan hipertrofi sel-sel yang telah
ada. Pada masa postpartum penurunan kadar-kadar hormon ini menyebabkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Hal
inilah yang menjadi penyebab ukuran uterus yang sedikit lebih besar setelah
hamil. (Dewi & Sunarsih, 2017) Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk
kembali pada keadaan tidak hamil. 
Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen
plasenta dan infeksi. (Dewi & Sunarsih, 2017) Proses involusi uterus adalah
sebagai berikut. 
1.  Iskemia miometrium Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif
anemia dan menyebabkan serat otot atrofi. (Dewi & Sunarsih, 2017) 
2. Autolisis Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang
telah sempat mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima
kali dari semuala selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai
perusakan secara langsung jarinag hipertrofi yang berlebihan. Hal ini
disebebkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron. (Dewi &
Sunarsih, 2017) 
3. Efek oksitosin Poksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi oyot
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi
situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Penurunan
ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika
keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelvis. (Dewi & Sunarsih,
2017)
Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan perubahan-perubahan pada
miometrium. Pada miometrium terjadi perubahan–perubahan yang bersifat
proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui pembuluh getah bening.
(Dewi & Sunarsih, 2017)
Involusi Tempat Plasenta Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan
tempat dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak
tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya
sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas
plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. (Dewi &
Sunarsih, 2012)
b. Involusi Tempat Plasenta 
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan
kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini
mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2
cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas
plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
trombus. (Dewi & Sunarsih, 2017)
Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka
bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini desababkan karena luka ini
sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Dewi & Sunarsih,
2017) 
Segera setelah plasenta dan membran plasenta dikeluarkan, tempat
plasenta menjadi area yang menonjol, nodular, dan tidak beraturan. Konstriksi
vaskular dan trombus menyumbat pembuluh darah yanga ada dibawah tempat
plasenta tersebut. Kondisi ini menyebabkan homeostasis (untuk mengontrol
perdarahan pascapartum) dan menyebabkan beberapa nekrosis daerah
endometrium. Involusi terjadi karena adanya perluasan dan pertumbuhan ke arah
bawah endometrium tepi dan karena regenerasi endometrium dari kelenjar dan
stroma pada daerah desidua basalis. Kecuali pada tempat plasenta, yaitu proses
involusinya belum komplet sampai 6 hingga 7 minggu setelah pelahiran, proses
involusi di rongga yang lain komplet pada akhirnya minggu ketiga pascapartum.
(Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2017)
c. Perubahan Pada Servik 
Servik mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan
yang terdapat pada servik yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadaknan kontraksi, sedangkan
servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan
servik uteri terbentuk semacam cincin. Warna servik sendiri merah
kehitamhitaman karena penuh pembuluh darah. (Dewi & Sunarsih, 2017)
 Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat dilalui oleh 2
jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-reatak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan
lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis servikallis. Pada
servik terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan servik memanjang seperti
celah. Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium eksternum lebih besar
dan tetap terdapat retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama
pinggir sampingnya,. Oleh karena robekan ke samping ini terbentuklah bibir
depan dan bibir belakang pada servik. (Dewi & Sunarsih, 2017)
1. Lokia 
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat
daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau
yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda
pada setiap wanita. Sekret miskroskopik lokia terdiri atas eritrosit,
peluruhan desidua, sel epitel, dan bakteri. Lokia mengalami perubahan
karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu
dan warnanya di antaranya sebagai berikut. (Dewi & Sunarsih, 2017).
a. Lokia rubra/merah (kruenta) Lokia ini muncul pada hari pertama
sampai
hari ketiga masa postpartum sesuai dengan namanya, warnanya
biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta
dan serabut dari desidua dan chorion. Lokia ini terdiri atas sel desidua,
verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, dan sisa darah. (Dewi &
Sunarsih, 2017)
b. Lokia sanguinolenta Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5 hari
postpartum. (Dewi & Sunarsih, 2017).
c. Lokia serosa Lokia ini muncul pada hari le 5-9 postpartum. Warnanya
biasanya kekuninagan atau kecoklatan. Lokia ini terdiri atas lebih sedikit
darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan robekan
laserasi plasenta. (Dewi & Sunarsih, 2017).
d. Lokia alba 
Lokia ini muncul lebih dari hari ke-10 postpartum. Warnanya lebih
pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. (Dewi &
Sunarsih, 2017) Bila pengeluaran lokia tidak lancar,maka disebut
lochiastasis. Jika lokia tetap berwarna merah setelah 2 minggu ada
kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang
kurang sempurna yang sering disebabkan retroflexio uteri. Lokia
mempunyai suatu karakteristik bau yang tidak sama dengan sekret
menstrual. Bau yang paling kuat pada lokia dan harus dibedakan juga
dengan bau yang menandakan infeksi. (Dewi & Sunarsih, 2012) 
Lokia disekresikan dengan jumlah banyak pada awal jam
postpartum yang selanjutnya akan berkurang sejumlah besar sebagian
lokia rubra, sejumlah kesil sebagai lokia serosa, dan jumlah lebih
sedikit lagi lokia alba. Umumnya jumlah lokia lebih sedikit bila wanita
postpartum berada dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini
terjadi akibatpembuangan bersatu di vagina bagian atas manakala
wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar
manakala dia berdiri. Total jumlah rata-rata pembuanganlokia kira-kiara
8-9oz atau sekitar 240- 270 ml. (Dewi & Sunarsih, 2017)
d. Perubahan Payudara 
Perubahan progresif pada payudara selama kehamilan sebagai persiapan
laktasi. Lobulus payudara berkembang di bawah pengaruh stimulasi hormon
estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh plasenta dan saluran laktiferus
terus mengalami percabangan dan pelebaran. Hormon prolaktin yang dilepaskan
dari kelenjar hipofisis anterior, kortisol dari kelenjar adrenal maternal, laktogen
plasenta manusia, dan insulin, semua hormon yang jumlanya meningkat selama
gestasi, juga berperan pada perubahan payudara. Prolaktin memiliki peran utama
dalam memulai laktasi, tetapi kerjanya dihambat selama kehamilan akibat
tingginya kadar estrogen dan progesteron.(Reeder, Martin, & Koniak-Griffin,
2011) 
Pada bulan-bulan terakhir, sel-sel parenkim yang terdapat pada alveoli
payudara mengalami hipertropi dan menghasilkan kolostrum, suatu cairan encer
berwarna kuning. Penurunan kadar estrogen dan progesteron yang tiba-tiba pada
saat melahirkan dan pengeluaran plasenta tampaknya memiliki laktasi.(Reeder,
Martin, & Koniak-Griffin, 2017)

E. Adaptasi Psikologi Ibu Post Partum 


Pasca persalinan merupakan salah satu pengalaman yang akan dialami oleh
seorang ibu yang baru saja melahirkan terutama pada ibu yang pertama kalinya
melahirkan, pada perkembangan kondisi ibu sering mengalami terjadinya
peningkatan dan perubahan emosi dan psikologis yang disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu adanya penyesuaian pada lingkungan baru, harapan sosial untuk
berperilaku lebih baik, masalah dalam sekolah ataupun pekerjaan, dan serta
hubungan keluarga yang tidak harmonis, yang akan menyebabkan ibu usia muda
harus bisa beradaptasi dengan kehidupan barunya (Sarlito, 2018).
Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga yang memerlukan penyesuaian
bagi ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani,
perubahan tersebut berupa perubahan pada emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini
menjadi periode kerentanan pada ibu post partum, karena periode ini membutuhkan
peran professional kesehatan dan keluarga. Tanggung jawab ibu post partum akan
bertambah dengan adanya kehadiran bayi yang baru lahir. Ikatan antara ibu dan bayi
yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk
menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada
ibu pasca melahirkan agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa kasih sayang kepada
bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti merawat tali pusat, menyusui, mengganti
popok tetapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium, menimang sehingga
kasih sayang ibu dapat terus terjaga 
Menurut Hamilton (1995) dalam Sulistyawati (2019), ketika menjalani adaptasi
setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut : 
a. Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus
terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. 
b. Fase taking hold merupakan suatu periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu
berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan
untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini
merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan
pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas. 
c. Fase letting go merupakan periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi
butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya 
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu
akan percaya diri dalam menjalani peran barunya. 
F. Klasifikasi Masa Ibu Post Partum 
Menurut Hadijono (2018) Masa ibu post partum dibagi menjadi 3 bagian yaitu : 
1. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan 
2. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara
menyeluruh dengan lama 6-8 minggu 
3. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu
yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun
tahunan. 
G. Manifestasi Perubahan Diri Ibu Pada Masa Post Partum 
Menurut Bahiyatun (2018), perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu
setelah masa nifas/post partum adalah: 
a. Perubahan sitem reproduksi 
1.  Involusi uterus 
Involusi uterus adalah kembalinya uterus ke keadaan sebelum
hamil, baik dalam bentuk maupun posisi. Proses involusi uterus disertai
dengan penurunan tinggi fundus uteri (TFU). Pada hari pertama TFU
diatas simfisis pubis/ sekitar 12 cm. Proses ini terus berlangsung dengan
penurunan TFU 1 cm tiap harinya, sehingga pada hari ke-7 TFU sekitar 5
cm dan pada hari ke- 10 TFU tidak teraba di simfisis pubis.
2. Lokia 
Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4
minggu setelah post partum, perubahan lokia terjadi dalam 3 tahap: lokia
rubra, serosa dan alba.
3. Ovarium dan tuba falopi 
4. Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan progestern menurun
sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari sirkulasi
menstruasi. Pada saat inilah dimulai kembali proses ovulasi sehingga
wanita dapat hamil kembali. 
b. Perubahan sistem pencernaan 
Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan progestern menurun
sehingga menyebabkan nyeri ulu hati (Beartburn) dan konstipasi, terutama dalam
beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat
kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflex hambatan
defekasi karena adanya nyeri pada perineum akibat luka episiotomy.
c. Perubahan sistem perkemihan 
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada : 
1. Keadaan/status sebelum persalinan 
2. Lamanya partus kala II dilalui 
3.  Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan 
Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan
tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia dinding kandung kemih, akan
tetapi sering terjadi exstravasasi. extravasation, artinya keluarnya darah dari
pembuluh-pembuluh darah di dalam badan) ke mukosa.
d. Perubahan sistem endoktrin 
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus kadar HCG (hormone chrorionic
gonadhotropin) dan HPL (hormone plasenta lactogenic) secara berangsur turun
dan normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam urine
ibu hamil setelah 2 hari post partum. HPL tidak lagi terdapat dalam plasenta. 
e.  Perubahan sistem kardiovaskuler 
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala
3 ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari
pertama post partum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 post
partum. 
f. Perubahan sistem kematologi 
Leukosistosis terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar 15.000
selama persalinan.Peningkatan sel darah putih berkisar 25.000-30.000 yang
merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama. Hal ini dapat
meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan
darah serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2-3 hari post
partum konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total kehilangan
darah selama persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml (200 ml hilang saat
persalinan, 500-800 ml hilang pada minggu pertama post partum, dan 500 ml
hilang pada saat masa nifas). 
g. Perubahan tanda-tanda vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai
akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi
peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka
perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post
partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium),
pembengkakan payudara, dan lain-lain. 
H. Hal-Hal Yang Perlu di Perhatikan Ibu Pada Masa Post Partum 
a. Personal hygiene 
Kebersihan diri sangat penting dilakukan pada masa post partum, kondisi
ibu pasca melahirkan sangatlah rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting dilakukan yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi. Dan kebersihan wajib dilakukan pada area tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan yang sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha,
2018).
b. Istirahat 
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk
memulihkan kembali keadaan fisiknya setelah melahirkan. Keluarga disarankan
untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai
persiapan untuk merawat bayi salah satunya pada perawatan tali pusat nanti. 
c. Senam nifas 
Dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari
kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk
mempercepat pemulihan keadaan ibu. Senam nifas membantu untuk memperbaiki
sirkulasi darah, dan memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan,
memperkuat otot panggul dan membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca
melahirkan (Suherni, 2018).
Nama : NY.R
Umur : 30 tahun
Alamat : SULI
TMRS : 02/02/2023

Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds: Postpartum/masa nipas Hipertermia
-  klein mengatakan demam dan
merasa menggigil pada malam Aspek fisiologis
hari,. 
Do: Tanda-tanda vital
 Tubuh klien terab hangat
 Ttv:  Suhu tubuh meningkat
     TD: 110/90 mmHg berest engorgement
     S: 38.0 0 C
     Nadi:  82 x/m Dx: hipertermia
 RR: 23x/m

Ds: Postpartum/ masa nifas Nyeri Akut


- klien juga mengatakan nyeri
pada (vagina) postpartum Involusi uteri
persalianan normal dirasakan
sejak 1 hari yang lalu Involusi daerah implantasi
Do: plasenta serviks
 Klien nampak meringis
 P : Nyeri karena lesi pada Perubahan pada vagina
perineum kencang pada clitoris dan
 Q : terasa pedis hilang timbul labia
 R : Didaerah perineum S :
Skala nyeri 4 Luka perineum
  T : Nyeri dirasakan saat darah
keluar dari jalan lahir dan Nyeri
ketika mengejan saat BAK,
nyeri hilang saat darah tidak Dx: Nyeri akut
keluar, tidak mengejan dan
tidak banyak bergerak.
Ds: Postpartum Ketidakcukupan
- Klein mengatakan ASInya ASI
keluar sedikit dan anaknya Ekstrogen dan progesteron
rewel karena  tidak puas menurun
menyusu 
Do: Prolaktin meningkat
:
 Nampak  payudara Isapan bayi adekuat
membengkak ASI keluar
sedikit Oksitosin meningkat
 Bayi nampak rewel, saat
menyusu. Duktus dan alveoli
 Bayi nampak tidak puas kontraksi
menyusu. 
Tidak efektif
ASI tidak keluar

Dx: ketidakcukupan ASI

Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan  Intervensi  Rasiona
(NANDA) (NOC) (NIC) l 
Hipertermia b/d gejala Termoregulasi   Perawatan demam 
terkait penyakit (00007) Kriteria hasil:   Pantau suhu dan
ditandai dengan:   Hipertermia tanda- tanda vital  Untuk mengetahui
Ds: (4) lainnya keadaan umum
 klein mengatakan  Peningkatan klien, termasuk
demam dan suhu kulit (4)  Monitori warna suhu tubuh klien
merasa menggigil kulit dan suhu   Untuk mengetahui
pada malam adanya
hari,.   Berikan obat atau peningkatan suhu
Do: cairan  Iv tubuh
 Tubuh klien ( misalnya, agen  Untuk
terab hangat antibakteri, dan menurunkan suhu
 Ttv: agen anti tubuh
   menggil )
TD: 110/90 mmHg  Dorong
S: 38.0 0 C komsumsi cairan
Nadi:  82 x/m
  RR: 23x/m  Konsumsi cairan
dapat 
 Fasilitasi menstabilkan suhu
istirahat, tubuh. 
terapkan
pembatasan
akttivitas, jika  Istirahat yang
diperlukan cukup dapat
menstabilkan
kebugaran tubh 
Nyeri akutb/d agen Tingkat nyeri Manajemen nyeri 
cedera fisik (00132) Kriteria hasil:  Lakukan
ditandai dengan:   Nyeri yang pengkajian  Pengkajian nyeri 
Ds: dilaporkan (4) nyeri dapat membantu
- klien juga mengatakan  Panjangnya komprehensif kita dalam
nyeri pada (vagina) episode nyeri yang meliputi mengetahui
postpartum persalianan (4) lokasi, durasi, kualitas nyeri
normal dirasakan sejak  Ekspersi nyeri kualitas,beratny pada pasien
1 hari yang lalu wajah (4) a nyeri  Pemberian
Do:  Pastikan analgesik dapat
 Klien nampak perawatan membantu dalam
meringis analgesic bagi meringankan
 P : Nyeri karena lesi pasien gejala nyeri
pada perineum dilakukan dengan dosis
Q : terasa pedis hilang dengan yang sesuai
timbul pemantauan  Komuniasi yang
R : Didaerah perineum S yang ketat  baik dapat
: Skala nyeri 4  Gunakan membantu kita
T : Nyeri dirasakan strategi dalam
saat darah keluar dari komunikasi mendapatkan
jalan lahir dan ketika terapeutik untuk informasi yang
mengejan saat BAK, mengetahui baik
nyeri hilang saat pengalaman  Untuk mencegah
darah tidak keluar, nyeri dan meningkatnya
tidak mengejan dan sampaikan kualitas nyeri
tidak banyak penerimaan  Agar pasien
bergerak. pasien terhadap mampu
nyeri mengendalikan
 Kurangi faktor- nyeri dengan
faktor yang baik dan benar
dapat
mencetuskan
atau
meningkatkan
nyeri.
 Ajarlan prinsip-
prinsip
manajemen
nyeri

Ketidakcukupan ASI Keberhasilan Konseling laktasi  


b/d volume ASI yang menyusui:  Diskusikan  Untuk menghindari
dikeluarkan kurang dari maternal teknik untuk pembekakan
diharapkan (00216) Kriteri hasil : menghindari payudara pada ibu
ditandai dengan:   Posisi atau menyusi 
Ds: nyaman meminimalkan  Untuk menghindari
- Klein mengatakan ASInya selama pembesaran dan penumpukan sisa
keluar sedikit dan menyusui rasa tidak ASI yang
anaknya rewel karena  (4) nyaman terkai menyebabkan
tidak puas menyusu   Payudara beberapa hal munculnya bakteri
Do: penuh misalnya sering yang dapat tertelan
 Nampak  sebelum memberikan air oleh bayi saat
payudara menyusui susu, pijat menyusui
membengkak (4) payudara,kompr  Untuk menghindari
ASI keluar  Pengeluara es hangat, penyumbatan ASI
sedikit n ASI (4) mengeluarkan  Sebagai alternatif
 Bayi nampak  Puas air susu, es bantuan saat ibu
rewel, saat dengan diaplikasikan sedang sibuk atau
menyusu. proses setelah menyusui pengeluaran ASI
 Bayi nampak menyusui ( atau memompa sedikit
tidak puas 4)   Instruksikan ibu
menyusu. untuk melakukan
perawatan puting
susu
 Instruksikan
adanya tanda,
gejala dan
strategi
manajemen jika
terdapat
penyumbatan
saluran ASI/
flugged ducts,
mastitis,  dan
infeksi
kandidiasis
 Diskusikan
pilihan untuk
mengeluarkan
air susu, meliputi
pemompaan
(ASI) non listrik
(tangan dan
manual) dan
pemompaan
elektrik  (misal:
satu atau dobel,
pompa ASI
elektrik untuk
ibu dengan bayi.

Implementasi dan evaluasi keperawatan 


Tanggal/ DX.kep implementasi Evaluasi (SOAP)
jam
03/02/2023 Hipertermia b/d Perawatan demam  13: 00
09: 00 gejala terkait  Memantau suhu dan S: klein mengatakan demam
penyakit tanda- tanda vital dan merasa menggigil pada
(00007)  lainnya malam hari,. 
H: Ttv: O: tubuh klien teraba hangat
TD:110/90 mmHg Ttv:
S: 38.0 0 C TD:110/90 mmHg
Nadi:  82 x/m S: 38.0 0 C
 RR: 23x/m Nadi:  82 x/m
09:05  Memonitori warna  RR: 23x/m
kulit dan suhu 
H: tubuh teraba  hangat A: Hipertermia
09:10
 memberikan obat atau P: masalah belum teratasi,
cairan  Iv ( misalnya, lanjutkan implementasi (1,
agen antibakteri, dan 2,3, 4)
agen anti menggil )  Memantau suhu dan
H: klien dianjurkan untuk tanda- tanda vital
mengonsumsi air lainnya
09:15 maksimal 8- 10 gelas  Memonitori warna kulit
perhasi dan suhu 
 Mendorong komsumsi  memberikan obat atau
10:20 cairan cairan  Iv ( misalnya,
H: konsumsi air 8-10 agen antibakteri, dan
gelas perhari agen anti menggil )
 Memfasilitasi istirahat,  Mendorong komsumsi
terapkan pembatasan cairan
akttivitas, jika  Memfasilitasi istirahat,
diperlukan terapkan pembatasan
H: klien dianjurkan akttivitas, jika
istirahat yang cukup diperlukan
maksimal 8 jam per24
jam
Nyeri akut b/d Manajemen nyeri  13:30
10:30 agen cedera  melakukan pengkajian S: klien mengatakan masih
biologis (00132) nyeri komprehensif nyeri pada (vagina)
yang meliputi lokasi, O: klien nampak meringis
durasi, P : Nyeri karena lesi pada
kualitas,beratnya nyeri perineum
H: P : Nyeri karena lesi Q : terasa pedis hilang timbul
pada perineum R : Didaerah perineum S :
Q : terasa pedis hilang Skala nyeri 4
timbul T : Nyeri dirasakan saat
R : Didaerah perineum S : darah keluar dari jalan
Skala nyeri 4 lahir dan ketika
T : Nyeri dirasakan saat mengejan saat BAK,
darah keluar dari jalan nyeri hilang saat darah
lahir dan ketika tidak keluar, tidak
mengejan saat BAK, mengejan dan tidak
nyeri hilang saat darah banyak bergerak.
10:40
tidak keluar, tidak A: nyeri Akut
mengejan dan tidak P: masalah belum teratasi,
banyak bergerak. lanjutkan intervensi
10:50  memastikan perawatan (1,2,3,4)
analgesic bagi pasien  melakukan pengkajian
dilakukan dengan nyeri komprehensif yang
pemantauan yang ketat  meliputi lokasi, durasi,
 menggunakan strategi kualitas,beratnya nyeri
komunikasi terapeutik  memastikan perawatan
untuk mengetahui analgesic bagi pasien
pengalaman nyeri dan dilakukan dengan
sampaikan penerimaan pemantauan yang ketat 
10:55
pasien terhadap nyeri  menggunakan strategi
H:klien mengonsumsi komunikasi terapeutik
obat paracetamol tanlet untuk mengetahui
 mengurangi faktor- pengalaman nyeri dan
faktor yang dapat sampaikan penerimaan
mencetuskan atau pasien terhadap nyeri
meningkatkan nyeri  mengurangi faktor-faktor
H: menganjurkan yang dapat mencetuskan
untuk tidak terlalu atau meningkatkan nyeri
banyak gerak untuk
menghindari nyeri.

Konseling laktasi 14:00


Ketidakcukupan  Mendskusikan teknik S: Klein mengatakan ASInya
11:00
ASI b/d volume untuk menghindari atau keluar masih sedikit dan
ASI yang meminimalkan anaknya rewel karena 
dikeluarkan pembesaran dan rasa tidak puas menyusuh
kurang dari tidak nyaman terkai O: - Nampak  payudara
diharapkan beberapa hal misalnya membengkak ASI
(00216 sering memberikan air keluar sedikit
susu, pijat  Bayi nampak rewel,
payudara,kompres saat menyusu.
hangat, mengeluarkan A: Ketidakcukupan ASI
air susu, es P: masalah belum teratasi
diaplikasikan setelah lanjutkan intervensi
menyusui atau (1,2,4)
memompa  diskusikan teknik untuk
H: telah diajarkan menghindari atau
teknik kompres air meminimalkan
hangat untuk pembesaran dan rasa
melancarkan tidak nyaman terkai
pengeluaran asi, dan beberapa hal misalnya
juga cara pijat sering memberikan air
payudara untuk susu, pijat
mengeluarkan asi payudara,kompres
 Menginstruksikan ibu hangat, mengeluarkan
untuk melakukan air susu, es
perawatan puting susu diaplikasikan setelah
11:10
H: ibu bersedia menyusui atau
membersihkan puting memompa
susu tiap kali selesai  Instruksikan ibu untuk
menyusui melakukan perawatan
 Menginstruksikan puting susu
adanya tanda, gejala  Diskusikan pilihan untuk
dan strategi manajemen mengeluarkan air susu,
jika terdapat meliputi pemompaan
penyumbatan saluran (ASI) non listrik (tangan
ASI/ flugged ducts, dan manual) dan

11:20 mastitis,  dan infeksi pemompaan elektrik 


kandidiasis (misal: satu atau dobel,
H: klien bersedia pompa ASI elektrik
melaporkan bila ada untuk ibu dengan bayi
tanda-tanda infeksi H: klien bersedia
kandidiasis memompa ASI untuk
 Mendiskusikan pilihan memenuhi kebutuhan
untuk mengeluarkan air bayi
susu, meliputi
pemompaan (ASI) non
listrik (tangan dan
manual) dan
pemompaan elektrik 
(misal: satu atau dobel,
pompa ASI elektrik
untuk ibu dengan bayi
H: klien bersedia
memompa ASI untuk
memenuhi kebutuhan
bayi

Tanggal/ DX.kep implementasi Evaluasi (SOAP)


jam
04/02/2023 Hipertermia b/d Perawatan demam  13: 00
09: 00 gejala terkait  Memantau suhu dan S: klein mengatakan
penyakit tanda- tanda vital demam berkurang dan
(00007)  lainnya merasa sudah tidak
H: Ttv: meniggil dimalam hari.
TD:110/90 mmHg O: tubuh klien teraba
09:05
S: 37.8 0 C hangat
Nadi:  82 x/m Ttv: TD:110/90 mmHg

09:10  RR: 23x/m S: 37.8 0 C


 Memonitori warna kulit Nadi:  82 x/m
dan suhu   RR: 23x/m
H: tubuh teraba  hangat
 memberikan obat atau A: Hipertermia
cairan  Iv ( misalnya, P: masalah mulai teratasi,
agen antibakteri, dan pertahankan intervensi
agen anti menggil ) (1, 2, 4)
09:15 H: klien dianjurkan untuk  Memantau suhu dan
mengonsumsi air tanda- tanda vital
maksimal 8- 10 gelas lainnya
perhasi  Memonitori warna kulit
10:20
 Mendorong komsumsi dan suhu 
cairan  memberikan obat atau
H: konsumsi air 8-10 cairan  Iv ( misalnya,
gelas perhari agen antibakteri, dan
 Memfasilitasi istirahat, agen anti menggil )
terapkan pembatasan  Mendorong komsumsi
akttivitas, jika cairan
diperlukan  Memfasilitasi istirahat,
H: klien dianjurkan terapkan pembatasan
istirahat yang cukup akttivitas, jika
maksimal 8 jam per24 diperlukan
jam
Nyeri akut b/d Manajemen nyeri  13:30
10:30 agen cedera  melakukan pengkajian S: klien mengatakan nyeri
biologis (00132) nyeri komprehensif mulai berkurang  pada
yang meliputi lokasi, (vagina)
durasi, O: nyeri sudah berkurang
kualitas,beratnya nyeri saat BAK ataupun
H: nyeri sudah berkurang keluar darah, skala 3
saat BAK ataupun A: nyeri Akut
keluar darah P: masalah mulai,
 memastikan perawatan intervensi (1,2,3,4)
10:40
analgesic bagi pasien  lakukan pengkajian
dilakukan dengan nyeri komprehensif
pemantauan yang ketat  yang meliputi lokasi,
 menggunakan strategi durasi,
komunikasi terapeutik kualitas,beratnya nyeri
untuk mengetahui  pastikan perawatan
pengalaman nyeri dan analgesic bagi pasien

10:50 sampaikan penerimaan dilakukan dengan


pasien terhadap nyeri pemantauan yang ketat 
H:klien mengonsumsi  gunakan strategi
obat paracetamol tanlet komunikasi terapeutik
 mengurangi faktor- untuk mengetahui
faktor yang dapat pengalaman nyeri dan
mencetuskan atau sampaikan penerimaan
meningkatkan nyeri pasien terhadap nyeri
H: menganjurkan  kurangi faktor-faktor
untuk tidak terlalu yang dapat
banyak gerak untuk mencetuskan atau
menghindari nyeri. meningkatkan nyeri
10:55

Konseling laktasi 14:00


11:00 Ketidakcukupan  Mendskusikan teknik S: Klein mengatakan
ASI b/d volume untuk menghindari ASInya keluar masih
ASI yang atau meminimalkan sedikit dan anaknya
dikeluarkan pembesaran dan rasa rewel karena  tidak
kurang dari tidak nyaman terkai puas menyusuh
diharapkan beberapa hal misalnya O: - Nampak  payudara
(00216 sering memberikan air membengkak ASI
susu, pijat keluar sedikit
payudara,kompres  Bayi nampak rewel,
hangat, mengeluarkan saat menyusu.
air susu, es A: Ketidakcukupan ASI
diaplikasikan setelah P: masalah belum teratasi
menyusui atau lanjutkan intervensi
memompa (1,2,4)
H: telah diajarkan  diskusikan teknik untuk
teknik kompres air menghindari atau
hangat untuk meminimalkan
melancarkan pembesaran dan rasa
pengeluaran asi, dan tidak nyaman terkai
juga cara pijat beberapa hal misalnya
payudara untuk sering memberikan air
mengeluarkan asi susu, pijat
 Menginstruksikan ibu payudara,kompres
untuk melakukan hangat, mengeluarkan
perawatan puting susu air susu, es
H: ibu bersedia diaplikasikan setelah
11:10
membersihkan puting menyusui atau
susu tiap kali selesai memompa
menyusui  Instruksikan ibu untuk
 Menginstruksikan melakukan perawatan
adanya tanda, gejala puting susu
dan strategi  Diskusikan pilihan
manajemen jika untuk mengeluarkan air
terdapat penyumbatan susu, meliputi
saluran ASI/ flugged pemompaan (ASI) non
ducts, mastitis,  dan listrik (tangan dan
11:20
infeksi kandidiasis manual) dan
H: klien bersedia pemompaan elektrik 
melaporkan bila ada (misal: satu atau dobel,
tanda-tanda infeksi pompa ASI elektrik
kandidiasis untuk ibu dengan bayi
 Mendiskusikan pilihan H: klien bersedia
untuk mengeluarkan memompa ASI untuk
air susu, meliputi memenuhi kebutuhan
pemompaan (ASI) non bayi
listrik (tangan dan
manual) dan
pemompaan elektrik 
(misal: satu atau dobel,
pompa ASI elektrik
untuk ibu dengan bayi
H: klien bersedia
memompa ASI untuk
memenuhi kebutuhan
bayi

Tanggal/ DX.kep implementasi Evaluasi (SOAP)


jam
05/02/2023 Hipertermia b/d Perawatan demam  13: 00
09: 00 gejala terkait  Memantau suhu dan S: klein mengatakan sudah
penyakit tanda- tanda vital tidak demam dan
(00007)  lainnya menggigil
H: Ttv: O: tubuh klien teraba
TD:120/80 mmHg normal 
09:05
S: 37.0 0 C Ttv: TD:120/80 mmHg
Nadi:  82 x/m S: 37.00 C

09:10  RR: 22x/m Nadi:  82 x/m


 Memonitori warna kulit  RR: 22x/m
dan suhu 
H: tubuh teraba  hangat A: Hipertermia teratasi
 memberikan obat atau P: masalah teratasi
cairan  Iv ( misalnya,
agen antibakteri, dan
agen anti menggil )
09:15 H: klien dianjurkan untuk
mengonsumsi air
maksimal 8- 10 gelas
perhasi
10:20
 Mendorong komsumsi
cairan
H: konsumsi air 8-10
gelas perhari
 Memfasilitasi istirahat,
terapkan pembatasan
akttivitas, jika
diperlukan
H: klien dianjurkan
istirahat yang cukup
maksimal 8 jam per24
jam
Nyeri akut b/d Manajemen nyeri  13:30
10:30 agen cedera  melakukan pengkajian S: klien mengatakan sudah
biologis (00132) nyeri komprehensif tidak nyeri saat
yang meliputi lokasi, berkemih maupun
durasi, keluar darah
kualitas,beratnya nyeri O: klien nampak rileks
H: nyeri sudah berkurang A: nyeri Akut teratasi
saat BAK ataupun P: masalah teratasi  
keluar darah
 memastikan perawatan
10:40
analgesic bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat 
 menggunakan strategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan

10:50 sampaikan penerimaan


pasien terhadap nyeri
H:klien mengonsumsi
obat paracetamol tanlet
 mengurangi faktor-
faktor yang dapat
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
H: menganjurkan
untuk tidak terlalu
banyak gerak untuk
menghindari nyeri.
10:55
Konseling laktasi 14:00
Ketidakcukupan  Mendskusikan teknik S: Klein mengatakan
11:00
ASI b/d volume untuk menghindari atau ASInya sudah mulai
ASI yang meminimalkan lancar.
dikeluarkan pembesaran dan rasa O: - Nampak  payudara
kurang dari tidak nyaman terkai membengkak ASI
diharapkan beberapa hal misalnya keluar mulai banyak 
(00216 sering memberikan air  Bayi sudah tidak rewel
susu, pijat A: Ketidakcukupan ASI
payudara,kompres teratasi
hangat, mengeluarkan P: masalah teratasi
air susu, es pertahankan intervensi
diaplikasikan setelah (1,2)
menyusui atau  diskusikan teknik untuk
memompa menghindari atau
H: telah diajarkan meminimalkan
teknik kompres air pembesaran dan rasa
hangat untuk tidak nyaman terkai

11:10 melancarkan beberapa hal misalnya


pengeluaran asi, dan sering memberikan air
juga cara pijat susu, pijat
payudara untuk payudara,kompres
mengeluarkan asi hangat, mengeluarkan
 Menginstruksikan ibu air susu, es
untuk melakukan diaplikasikan setelah
11:20 perawatan puting susu menyusui atau
H: ibu bersedia memompa
membersihkan puting  Instruksikan ibu untuk
susu tiap kali selesai melakukan perawatan
menyusui puting susu
 Menginstruksikan
adanya tanda, gejala
dan strategi manajemen
jika terdapat
penyumbatan saluran
ASI/ flugged ducts,
11:30
mastitis,  dan infeksi
kandidiasis
H: klien bersedia
melaporkan bila ada
tanda-tanda infeksi
kandidiasis
 Mendiskusikan pilihan
untuk mengeluarkan air
susu, meliputi
pemompaan (ASI) non
listrik (tangan dan
manual) dan
pemompaan elektrik 
(misal: satu atau dobel,
pompa ASI elektrik
untuk ibu dengan bayi
H: klien bersedia
memompa ASI untuk
memenuhi kebutuhan
bayi
DAFTAR PUSTAKA
Achsin, A., Rusli, N., Ahmad, T.R., Musdah, M., Syahrul, R & Sri’ah, A.L. 2018. Untukmu
ibu Tercinta. Bogor : Prenada 
Almatsier, S. 2018. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Pelajar 
Anggraeni, A. C. 2017. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta : Graha Ilmu
 Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. 2018. Maternity Nursing. Edisi 4. Jakarta :
EGC 
Sarlito. 2018. Gizi dan Kesehatan. Malang : Bayu Media Chumbley, Jane. 2006. Menyusui.
Jakarta : Erlangga 
Cuningham, F.G., Norman, F.G., Kenneth, J.L., Larry, C.G., John, C.H., & Katharine, D.W.
2017. Obstetri 
Bahiyatun, Volume 1. Jakarta : EGC Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2017.
Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rajawali Pers 
Marmi, V.N.L & Tri, S. 2018. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta Salemba Medika 
Dewi & Sunarsih, 2018. Petunjuk Lengkap untuk Orang Tua. Jakarta : Raja 
Grafindo Gibney, M.J., Barrie, M.M., John, M.K., & Leonore, A. 2019. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai