Anda di halaman 1dari 40

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2020


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSA

NIFAS DALAM PERSPEKTIF MEDIS, BIOETIKA DAN ISLAM

Disusun Oleh :

Nurul Amaliyah, S.Ked.


10542 0571 14

Pembimbing :
DR. dr. H. Nasrudin A. M, Sp. OG (K), MARS.

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Obstetri Dan Ginekologi

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Nurul Amaliyah, S.Ked.


Stambuk : 10542 0571 14
Judul Laporan kasus : Nifas dalam perspektif Medis, Bioetika dan Islam

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar

Makassar, Agustus 2020


Pembimbing

DR. dr. H. Nasrudin A. M, Sp. OG (K), MARS.


DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................1

Lembar Pengesahan .....................................................................................2

Daftar Isi ....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1.
A. Definisi ...............................................................................................5
B. Tahapan Masa Nifas..............................................................................6
C. Fisiologi Nifas ....................................................................................8
D. Nifas dalam perspektif Medis ..............................................................15
E. Nifas dalam perspektif Islam...............................................................21
F. Nifas dalam perspektif Bioetika...........................................................28
BAB III PENUTUP ...................................................................................37

1.
2.
Daftar Pusaka .......................................................................................38
BAB 1
PENDAHULUAN

Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang


pada sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi. Pada
akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah
lengkap. Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang pasti terjadi dan
menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal. Namun, beberapa
studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang
yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui dan dapat
berlangsung dalam waktu lama.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Hal tersebut
menilik capaian penurunan AKI di beberapa negara Asean. AKI di negara-negara
Asean sudah menempati posisi 40-60 per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan di
Indonesia berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 masih
menempati posisi 305 per 100 ribu kelahiran hidup.
Masa nifas merupakan proses fisiologis, sehingga bagaimana upaya yang
dilakukan supaya kondisi yang fisiologis tidak jatuh ke keadaan patologis adalah
dengan memberikan perawatan dan penanganan yang tepat pada wanita setelah
melahirkan.1
Pengetahuan menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis
pada masa puerperium adalah sangat penting jika dokter menilai status kesehatan
ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang
diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas
pascapartum dalam jangka panjang dan faktor-faktor yang berhubungan
dengannnya seperti obstetrik, anestesi dan faktor sosial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran.
Namun secara populer, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya
saat terjadi involusi kehamilan. Adaptasi ibu terhadap kehamilan belum
menghilang seluruhnya pada minggu ke – 6 pospartum. 2
Masa nifas (Peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama
masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu. 3
Peurperium adalah suatu masa dari akhir kala ke – 3 hingga alat – alat
kandungan kembali seperti pra hamil. Peurperium dimulai ketika plasenta keluar
dan berakhir pada minggu ke – 6. 4

B. Tahapan Masa Nifas


Nifas dibagi menjadi 3 periode : 2
A. Immediate postpartum yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari
B. Early postpartum yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genitalia yang
lamanya 6 – 8 minggu
C. Late postpartum adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu – minggu,
bulanan atau tahunan. 2
C. Fisiologi Nifas
Masa nifas merupakan masa yang ditandai dengan banyak perubahan
fisiologis pada tubuh ibu. Walaupun sedikit tetapi komplikasi yang serius bisa
terjadi pada ibu setelah melahirkan.3
 Vagina dan perineum
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan suatu
saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya
berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae
( lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan ) timbul kembali pada minggu ketiga.
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering
dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering
terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin
harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat dengan
pemeriksaan spekulum. Pada perineum terjadi robekan pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan
perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala
janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada
11 sirkumferensia suboksipito bregmatika. Bila ada laserasi jalan lahir atau
luka bekas episiotomi lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik.3
 Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan
kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam
dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.3
 Uterus
 Pembuluh darah
Pada saat kehamilan terdapat peningkatan aliran darah uterus
masif yang penting untuk mempertahankan kehamilan, yang
disebabkan oleh hipertrofi dan remodelling pada semua pembuluh
darah pelvis. Setelah proses melahirkan, diameter pembuluh darah
berkurang kira-kira ke ukuran sebelum kehamilan.3
 Segmen serviks dan Uterus Bagian Bawah
Selama persalinan, batas serviks bagian luar yang berhubungan
dengan ostium externum biasanya mengalami laserasi terutama di
bagian lateral. Pembukaan serviks berkontraksi secara perlahan dan
selama beberapa hari setelah persalinan masih sebesar 2 jari. Diakhir
minggu pertama, pembukaan serviks menyempit, serviks menebal, dan
kanalis endoservikal kembali terbentuk. Ostium externum tidak dapat
kembali sempurna ke keadaan sebelum hamil. Bagian tersebut tetap
agak lebar dan secara khas, cekungan di kedua sisi pada tempat
laserasi jadi permanen.
Segmen uterus bagian bawah menipis secara nyata mengalami
konstraksi dan retraksi, namun tidak sekuat pada corpus uteri. Selama
beberapa minggu berikutnya, segmen bawah yang sebelumnya
merupakan substruktur tersendiri yang cukup besar untuk
mengakomodasi kepala bayi, berubah menjadi isthmus uteri yang
hampir tidak terlihat yang terletak diantara corpus dan ostium
internum.3
 Involusi Uterus
Sesaat setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang
berkontraksi tersebut terletak sedikit dibawah umbilikus. Bagian
tersebut sebagian besar terdiri dari miometrium yang ditutupi oleh
serosa dan dilapisi oleh desidua basalis. Dinding posterior dan anterior
dalam jarak yang terdekat, masing-masing tebalnya 4 sampai 5 cm.
Pada saat post partum, berat uterus kira-kira menjadi 1.000 g.
Selama nifas, terjadi destruksi dan dekonstruksi yang luar biasa
pada uterus. Dua hari setelah persalinan, uterus mulai berinvolusi, dan
pada minggu pertama beratnya sekitar 500 g. Pada minggu kedua
beratnya sekitar 300 g. Sekitar 4 minggu setelah melahirkan, uterus
kembali ke ukuran sebelum hamil yaitu 100 g atau kurang. Jumlah sel
otot mungkin tidak berkurang cukup besar. Akan tetapi ukuran
masing-masing sel menurun secara bermakna dari 500-800µm kali 5-
10 µm saat aterm menjadi 50-90 µm kali 2,5-5 µm pascapartum.

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi Lahir Setinggi umbilikus 1000 gram
Plasenta lahir 2 jari dibawah u mbilikus 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Tabel 1. Tinggi Fundus Uterus dan berat uterus menurut masa involusi2
Gamabar 1. Tinggi Fundus Uteri

Karena pemisahan plasenta dan membran meliputi lapisan


yang seperti spons, maka desidua basalis tidak meluruh. Desidua tetap
mempunyai variasi ketebalan yang jelas, mempunyai tampilan ireguler
berupa penonjolan yang kasar, dan diinfiltrasi oleh darah terutama
pada perlekatan plasenta.
 Nyeri Setelah Melahirkan
Pada primipara, uterus cendrung tetap berkontraksi secara
setelah melahirkan. Akan tetapi, pada multipara uterus sering
berkontraksi kuat pada interval tertentu dan menimbulkan nyeri setelah
melahirkan yang mirip dengan nyei saat persalinan tetapi lebih ringan.
Biasanya nyeri setelah melahirkan berkurang pada hari ketiga setelah
melahirkan.3

 Lokia
Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Cairan lokia tersebut terdiri dari eritrosit,
potongan jaringan desidua, sel epitel dan bakteri. 1,2,3
- Lokia rubra (cruenta) :
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca
persalinan.
- Lokia sanguinolenta :
Berwarna merah kuning, berasa darah dan lendir, hari ke3-7
pasca persalinan.
- Lokia serosa :
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pascapersalinan.
- Lokia alba :
Campuran leukosit dan penurunan kandungan cairan, lokia
berwarna putih atau putih kekuningan. Terjadi setelah 2 minggu.3

 Regenerasi Endometrium
Dalam dua atau tiga hari setelah persalinan, desidua yang
tersisa berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Lapisan superfisial menjadi
nekrotik dan menjadi nekrotik dan meluruh masuk kedalam lokia.
Lapisan basal yang berdekatan dengan dengan miometrium tetap utuh
dan merupakan sumber endometrium baru. Endometrium tumbuh dari
proliferasi sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat
interglandular.
Regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada
tempat perlekatan plasenta. Dalam waktu seminggu, permukaannya
itutupi oleh epitelium, dan Sharman menemukan endometrium yang
kembali sempurna pada semua spesimen biopsi yang diambil pada
hari ke-6 di bangsal.2
 Involusi Tempat Perlekatan Plasenta
Pengeluaran lengkap tempat perlekatan plasenta memerlukan
waktu sampai 6 minggu. Segera setelah pelahiran, tempat perlekatan
plasenta kira-kira seukuran telapak tangan, kemudian ukurannya
mengecil dengan cepat. Pada akhir minggu kedua, diameternya sekitar
3-4 cm.3
 Saluran Kemih
Setelah melahirkan, Vesica Urinaria mengalami peningkatan kapasitas
dan relatif tidak sensitif teradap tekanan intravesika, sehingga bisa
mengakibatkan ovedistensi, pengosongan yang tidak sempurna dan residu urin
yang berlebihan. Hal ini harus diwaspadai karena adanya residu urin dan
bakteriuria pada vesika urinaria yang mengalami trauma dapat mengakibatkan
terjadinya infeksi. Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali ke
keadaaan sebelum hamil dalam 2 sampai 8 minggu setelah melahirkan.3
 Peritoneum dan Dinding Abdomen
Ligamentum latum dan rotundum memerlukan waktu yang cukup
lama untuk pulih dari perengangan dan pelonggaran yang terjaadi selama
kehamilan. Sebagai akibat dari ruptur serat elastik pada kulit dan distensi
uterus pada kehamilan, maka dinding abdomen masih tetap lunak dan flaksid.
Beberapa minggu dibutuhkan untuk kembali menjadi normal.3
 Payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan diatas otot
dada, merupakan perubahan dari kelenjar keringat. Payudara dewasa beratnya
sekitar 00 gram, sedangkan pada waktu hamil payudara membesar, mencapai
600 gram dan pada ibu menyusui mencapai 800 gram.4
a. Kolostrum
Setelah melahirkan, payudara mulai mensekresi kolostrum yaitu
suatu cairan berwarna kuning tua yang mengandung mineral, asam
amino dan lebih banyak protein terutama globulin dan sedikit lemak dan
glukosa. Cairan ini biasanya keluar dua jam setelah melahirkan. Sekresi
berlanjut selama 5 hari, dengan berubah secara perlahan menjadi air
susu matang selama 4 minggu berikutnya. Kolostrum mengandung
antibodi dan imunoglobulin A yang dapat memberikan perlindungan
bagi neonatus terhadap paxgbn\togen enterik. Faktor pertahanan tubuh
lainnya yang ditemukan di kolostrum dan susu mencakup komplemen,
makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperoksidase, dan lisozim. 3
b. ASI
Air susu ibu merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan
karbohidrat-mineral. Ibu yang menyusui dapat mengeluarkan 600 ml
susu perhari, dan berat badan ibu sewaktu hamil tidak memengaruhi
kuantitas atau kualitasnya. ASI mengandung asam amino esensial yang
berasal darah dan asam amino non-esensial sebagian berasal dari darah
atau disintesis di kelenjar mammae. Sebagian besar protein susu
mengandung α-laktalbumin, β-laktaglobulin, dan kasein. Asam lemak
disintesis di alveoli dari glukosa dan disekresikan melalui apokrin.
Semua vitamin kecuali vitamin K ditemukan pada ASI dalam jumlah
yang berbeda. Kandungan vitamin D pada ASI rendah sekitar 22 IU/mL
sehingga diperlukan suplementasi bagi neonatus..
Whey atau serum susu pada ASI memiliki kandungan Interleukin-
6 yang besar dan berhubungan dengan produksi IgA lokal oleh
payudara. Pada ASI juga ditemukan prolaktin dan epidermal growth
factor (EGF). EGF tidak dihancurkan oleh enzim proteolitik lambung
sehingga dapat diabsorbsi unntuk mendukung pertumbuhan dan
pematangan mukosa usus neonatus.3
c. Laktasi
Pada saat hamil, payudara membesar karena pengaruh berbagai
hormon seperti estrogen, progesteron, Human Placental Lactogen dan
prolaktin. Selama kehamilan ASI biasanya belum keluar karena masih
dihambat oleh estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca
persalinan, kadar estrogen turun dengan drastis sehingga mulai terjadi
sekresi ASI. 5
Ada dua refleks yang sangat penting dalam proses laktasi, aitu
refleks prolaktin dan refleks oksitosin. Kedua reflek ini bersumber dari
perangsangan puting susu akibat isapan bayi5 :
- Refleks Prolaktin
Didalam papilla mammae banyak terdapat ujung saraf
peraba. Bila ini dirangsang, maka akan timbul rangsangan
menuju hipotalamus selanjutnya ke hipofisis anterior, sehingga
kelenjar ini memgeluarkan prolaktin. Hormon prolaktin
memegang peranan utama dalam produksi ASI pada alveolus.
Dengan demikian semakin sering rangsangan penyusuan maka
akan semakin banyak pula produksi ASI.
- Refleks Oksitosin
Rangsangan yang berasal dari papilla mammae diteruskan
sampai ke hipofisis posterior akibatnya terjadi pengeluaran
oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu konttraksi otot polos
yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI
dipompa keluar.

 Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,
volume darah kembali kapada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
haemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen
mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya
masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung
cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus
dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulansi dini.

 Sistem Gastrointestinal / Pencernaan


Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, dikarenakan
kurangnya makanan berserat selama proses persalinana dan adanya rasa takut dari
ibu karena perineum sakit, terutama jika terdapat luka perineum. Namaun
kebanyakan kasus sembuh secara spontan, dengan adanya ambulasi dini dan
dengan mengonsumsi makanan yang berserat. Jika tidak, dapat diberikan
supositoria biskodil per rektal untuk melunakan tinja. Defakasi harus terjadi
dalam 3 hari post partum.
Kerapkali dibutuhkan 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadar progesterone menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus
bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema.

 Sistem Hematologi
a. Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum,
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih
mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah.
b. Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000
selama persalinan dan tetap tinggi dalam beberapa postpartum. Jumlah sel
darah putih normal rata – rata pada wanita hamil kira – kira 12000/mm 3.
Selama 10 – 12 hari setelah persalinan umumnya bernilai antara 20000 –
25000/mm3. Sel darah putih, bersama dengan peningkatan normal pada kadar
sedimen eritrosit, mungkin sulit diinterpretasikan jika terjadi infeksi akut pada
waktu ini.
c. Factor pembekuan, yakni suatu aktivasi factor pembekuan darah terjadi
setelah persalinan. Aktivasi ini, bersamaan dengan tidak adanya pergerakan,
trauma atau sepsis, yang mendorong terjadinya tromboemboli. Keadaan
produksi tertinggi dari pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran dari
tempat plasenta

 Sistem Endokrin
a. Hormon placenta
Hormon placenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan
sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
b. Hormone pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang
tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan
LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler( minggu ke-3) dan
LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga di
pengaruhi oleh faktor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini
bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
d. Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat
dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.

e. Sistem Muskuloskeletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4- 8 jam post partum.
Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat proses involusi.
Tulang – tulang sendi dan ikatan – ikatan sendi saat kehamilan
secara gradual kembali ke posisi normal selama 3 bulan. Otot – otot
prut dan dasar panggul secara gradual juga kembali seperti semula
melalui pelatihan pasca melahirkan.

f. Sistem integument
1) Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan
berkurangnya hiperpigmentasi kulit.
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.

D. Nifas dalam perspektif Medis


Masa nifas adalah masa setelah lahirnya hasil konsepsi sampai pulihnya organ
reproduksi seperti sebelum hamil. Proses pemulihan kesehatan pada masa nifas
merupakan hal yang sangat penting bagi ibu setelah melahirkan, sebab selama
masa kehamilan dan persalinan terjadi perubahan fisik, terutama organ
reproduksi.4 perubahan dapat terjadi secara fisiologis ataupun patologis pada ibu
setelah melahirkan. Keadaan patologi pada ibu setelah melahirkan dapat
membahayakan jiwa apabila tidak tertangani dengan baik.

 Patologi Nifas
1. Sub-involusi uterus
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya
retardasi involusi, proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas
kembali ke bentuk semula. Proses ini disertai pemanjangan masa
pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang berlebihan atau iregular
dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada pemeriksaan
bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih lunak dibanding normal
untuk periode nifas tertentu. Penyebab sub – involusi yang telah diketahui
antara lain retensi pemotongan plasenta dan infeksi panggul.
Gangguan pada proses involusi uterus. Nomalnya uterus terus
mengecil oleh kontrasi rahim dari 1000 gram setelah bersalin menjadi 40-
60 gram pada 6 minggu kemudian.
Pengobatan dapat diberikan ergonovine atau methylergonnovine
(Methergine) 0,2 mg setiap 3-4 jam selama 24-48 jam, namun cara kerja
nya masih dipertanyakan Bila ada sisa plasenta makan dilakukan kuretase.

2. Perdarahan postpartum sekunder


Pendarahan yang terjadi dalam 24 jam sampai 12 minggu setelah
melahirkan. Faktor penyebab terjadinya perdarahan, yaitu :
- Sub-involusi
- Retensi Plasenta
- Mioma uteri
- Endometritis peurperalis
- Perdarahan luka
Apabila terdapat retensi plasenta maka penangannya bisa di kuretase.
Perdarahan uterus yang serius kadang terjadi 1 sampai 2 minggu pada
masa nifas. Perdarahan paling sering terjadi disebabkan involusi
abnormal tempat melekatnya plasenta, namun dapat pula disebabkan
oleh retensi sebagian plasenta. Biasa bagian plasenta yang tertinggal
mengalami nekrosis tanpa deposit fibrin, dan pada akhirnya
membentuk Polyp Placenta. Apabila serpihan polip terlepas dari
miometrium, perdarahan hebat dapat terjadi.

3. Kelainan Pada Payudara


 Puting yang terbenam
Puting yang terbenam setelah melahirkan dapat dicoba ditarik dengan
menggunakan nipple puller beberapa saat sebelum bayi disusui.
 Puting lecet
Puting lecet biasanya terjadi karena perlekatan ibu-bayi sewaktu
menyusui tidak benar. Sering kali juga dapat disebabkan oleh infeksi
candida. Pada keadaan puting susu yang lecet, maka dapat dilakukan cara
seperti dibawah ini :
- Periksa apakah perlekatan ibu-bayi salah
- Periksa apakah terdapa infeksi oleh Candida berupa kulit
merah, berkilat dan terasa sakit
- Ibu terus memberikan ASI apabila luka tidak begitu sakit.
Kalau sangat sakit, ASI dapat diperah
- Olesi puting susu dengan ASI dan dibiarkan kering
- Jangan mencuci daerah aerola dan puting dengan sabun
 Mastitis
Mastitis merupakan infeksi parenkimal kelenjar mamae
komplikasi antepartum yang jarang namun terkadang ditemui pada
masa nifas dan menyusui. Gejala mastitis supuratif jarang muncul
sebelum akhir minggu pertama postpartum dan seperti lazimnya belum
muncul sebelum minggu ke 3 atau ke empat. Gejala klinis mastitis
biasanya infeksi unilateral dan terdapat bengkak pada payudara. Gejala
ini biasanya disertai dengan demam dan takikardi. Payudara menjadi
kerasa dan kemerahan serta nyeri.
Mastitis yang tidak segera diobati akan menyebabkan abses
payudara yang bisa pecah ke permukaan kulit dan menimbulkan borok
yang besar.
Penanganan pada mastitis :
- Penyusuan bayi dihentikan pada payudara yang terkena
mastitis
- Antibiotik jenis penisilin dengan dosis tinggi, sambil
menunggu hasil pembiakan dan uji kepekaan air susu,
- Berikan kompres air hangat pada payudaraa
 Galatokel
Walaupun jarang terjadi ASI dapat berkumulasi di satu atau
lebih lobus mamae akibat penyumbatan duktus oleh sekret yang
mengental. Jumlahnya biasanya terbatas, namun sekret berlebih dapat
terjadi akibat masa berfluktuasi yang mungkin menimbulkan gejala –
gejala penekanan. Galaktokel dapat sembuh spontan ataupun dengan
aspirasi.
 Gangguan Sekresi
Terdapat variasi individual yang cukup mencolok dalam umlah
ASI yang disekresikan, yang tidak tergantung pada kesehatan ibu
secara umum dan perkembangan kelenjar payudara.
- Tidak ada air susu (agalaksia)
- Air susu sedikit keluar (oligogalaksia)
- Air susu keluar berlebihan (poligalaksia)
4. Breast Fever
Selama 24 jam pertama setelah sekresi laktasi, tidak jarang payudara
meregang, menjadi keras dan bernodul – nodul. Temuan ini mungkin
disertai peningkatan suhu badan sesaat. Demam pada masa nifas yang
disebabkan oleh pembengkakan payudara merupakan hal yang umum.

5. Infeksi nifas
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup peradangan alat-alat
genitalia dalam masa nifas. Kuman-kuman yang sering menyebabkan
infeksi nifas :
- Streptococcus haemoliticus aerob
Masuk secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dar penderita lain, alat-alat yang tidak steril, dll.
- Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen dan banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit
- Escherichia coli
Sering berasal dari vesika urinaria dan rektum. Biasanya
mengaibatkan infeksi terbatas.
Pengobatan infeksi nifas :
- Segera lakukan kultur dari sekret vagina, luka operasi, dan
darah serta uji resistensi untuk mendapatkan antibiotika
yang tepat
- Selama menunggu hasil kultur maka berikan antibiotika
spektrum luas

6. Depesi Ringan
Beberapa pasien menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah
melahirkan. Depresi ringan sesaat, atau postpartum blues tersebut paling
mungkin terjadi sebagai akibat sejumlah faktor. Penyebab – penyebab
yang menonjol adalah3 :

1. Kekecewaan emosional yang mengikuti kegirangan bercampur rasa


takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan
2. Rasa nyeri pada awal masa nifas
3. Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan setelah
melahirkan pada kebanyakan rumah sakit
4. Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayi setelah
meninggalkan rumah sakit
5. Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi

Pada sebagian besar kasus, terapi yang efektif terkadang tidak lebih
dari sekedar antisipasi, pemahaman, dan rasa aman. Gangguan ringan ini akan
hilang dengan sendirinya dan biasanya membaik setelah 2 atau 3 hari,
meskipun terkadang menetap hingga 10 hari. Begitu depresi postpartum
menetap, atau bertambah buruk, perlu diberikan perhatian khusus untuk
mencari gejala – gejala depresi. Pada sebuah studi di Parkland Hospital,
didapatkan bahwa gejala – gejala depresi telah muncul sejak kehamilan pada
50 persen wanita yang mengalami depresi postpartum. Hal ini menunjukan
bahwa depresi postpartum merupakan manifestasi suatu kelainan depresif
yang mendasarinya3,6.

 Perawatan masa Nifas


 Perawatan Vulva atau Perineum.
Perineum yang dilalui seorang bayi umumnya mengalami
peregangan, lebam, dan trauma. Akibat normalnya bisa terasa ringan,
bisa juga tidak. Rasa sakit pada perineum akan semakin parah jika
perineum robek atau disayat pisau bedah. Seperti semua luka baru, area
episiotomi atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh selama
7 hingga 10 hari. Rasa nyeri saja selama masa ini tidak menunjukkan
adanya infeksi, kecuali jika nyeri sangat parah.
Tujuan perawatan vulva atau perineum adalah untuk menjaga
kebersihan dan mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum
maupun dalam uterus serta penyembuhan luka perineum.
Rasa nyeri dan tidak nyaman di area perineum dapat diatasi dengan
menggunakan kompres dingin pada area perineum setiap 2 jam sekali
selama 24 jam pertama sesudah melahirkan. Kompres hangat, duduk di
dalam air hangat atau menggunakan lampu pemanas selama 20 menit, 3
kali sehari juga dapat digunakan untuk meredakan ketidaknyamanan.
Menghindari tekanan di area perineum dengan berbaring miring dan
menghindari posisi duduk atau berdiri yang lama juga bisa membantu
mengatasi ketidaknyamanan perineum. Sering melakukan latihan Kegel
sesudah melahirkan akan merangsang peredaran darah di daerah
perineum, mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kebugaran
otot.
Infeksi di area perineum juga bisa terjadi jika perineum tidak
dirawat dengan baik. Cara melakukan perawatan perineum atau vulva
yaitu dengan mengganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam dan
meletakkannya dengan baik sehingga tidak bergeser. Pada saat
memasang pembalut haruslah dari muka ke belakang agar tidak terjadi
penyebaran bakteri dari anus ke vagina. Setelah ibu selesai BAK atau
BAB, ibu dapat mengalirkan atau membilas area perineum dengan air
hangat atau cairan antiseptik, kemudian mengeringkannya dengan kain
pembalut atau handuk dengan cara ditepuk-tepuk tetap dari arah muka ke
belakang.
 Mobilisasi
Sebagian besar wanita dapat melakukan ambulasi dini setelah efek
obatobatan yang diberikan saat melahirkan telah hilang. Aktivitas
tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus,
kandung kemih, sirkulasi, dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu
mencegah pembentukan bekuan (trombosis) pada pembuluh tungkai dan
membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat
dan tidak tergantung.
Selain itu, ibu juga membutuhkan penyembuhan tubuhnya dari
persalinan mereka. Oleh karenanya, ibu dianjurkan untuk melakukan
aktivitas secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas mereka, dan
untuk istirahat sebelum mereka menjadi keletihan.
Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas atau sembuhnya luka. Jika tidak ada
kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu dua jam
setelah persalinan normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi
darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea). Mobilisasi haruslah
dilakukan bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan
ke kiri, lalu Universitas Sumatera Utara menggerakkan kaki. Selanjutnya
ibu dapat mencoba untuk duduk di tepi tempat tidur. Kemudian, ibu bisa
turun dari ranjang dan berdiri.
 Diet
Diet harus mendapat perhatian dalam nifas karena makanan yang
baik mempercepat penyembuhan ibu, makanan ibu juga sangat
mempengaruhi air susu ibu. Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup
kalori, serta banyak mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan. Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat
seperti saat hamil. Pedoman umum yang baik adalah empat porsi setiap
hari dari empat kelompok makanan dasar yaitu makanan harian, daging
dan makanan yang mengandung protein, buah dan sayuran, roti dan biji-
bijian. Ibu yang menyusui perlu mengkonsumsi protein, mineral dan
cairan ekstra. Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak
dalam dietnya setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk mengkonsumsi
multivitamin dan suplemen zat besi.
Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25 % yaitu
untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga
kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500
kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan
aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta
sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi
syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur,
tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol,
nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang
seimbang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pembangun,
pengatur dan pelindung.
 Eliminasi Urin
Kebanyakan wanita mengalami sulit buang air kecil selama 24 jam
pertama setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih
mengalami trauma atau lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh
janin sehingga ketika sudah penuh tidak mampu untuk mengirim pesan
agar mengosongkan isinya. Nyeri pada area perineum bisa menyebabkan
refleks kejang pada uretra sehingga buang air kecil menjadi sulit. Edema
perineum juga bisa mengganggu buang air kecil. Sejumlah faktor
psikologis juga dapat menghambat buang air kecil seperti takut nyeri,
kurangnya privasi, malu atau tidak nyaman menggunakan pispot rumah
sakit atau membutuhkan bantuan ke toilet. Hal ini dapat diatasi dengan
memperbanyak minum, bangun dari tempat tidur dan berjalan segera
setelah melahirkan akan membantu mengosongkan kandung kemih.
Tetapi sebaliknya, setelah seminggu persalinan, umumnya wanita
sering buang air kecil dalam jumlah banyak. Ini terjadi karena cairan
tubuh yang berlebih akibat kehamilan mulai dikeluarkan. Hal ini dapat
diatasi dengan latihan Kegel yang dapat membantu mengembalikan
kebugaran otot dan kendali terhadap aliran air kemih. Adapun cara
melakukan tehnik Kegel yaitu dengan posisi berbaring, otot-otot sekitar
kemaluan dikencangkan sambil menguncupkan anus seperti menahan
buang air kecil. Ini ditahan selama 2-3 detik , kemudian dilepaskan.
Latihan kegel sebaiknya dilakukan sebanyak 10 kali dan dilakukan 2-3
kali sehari.
 Defekasi
Pola defekasi atau buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah
melahirkan. Tapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena
kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan.
Hal ini disebabkan karena sewaktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu
mempengaruhi pristaltik usus. Pengeluaran cairan yang lebih banyak
pada waktu persalinan juga mempengaruhi terjadinya konstipasi.
Fungsi defekasi dapat diatasi dengan mengembalikan fungsi usus
besar yaitu dengan memakan makanan yang dapat merangsang gerakan
usus besar seperti buah dan sayur-sayuran. Meminum sari buah dapat
membantu melunakkan feces. Gerakan usus juga akan aktif dengan
melakukan mobilisasi dini seperti bangun dari tempat tidur ataupun jalan-
jalan. Biasanya bila penderita tidak buang air besar sampai dua hari
sesudah bersalin dapat ditolong dengan pemberian obat-obatan laxatif per
oral atau per rektal.
 Perawatan Payudara
Payudara secara natural akan mengeluarkan ASI ketika ibu
melahirkan. Untuk 24-72 jam pertama sesudah melahirkan, payudara
akan mengeluarkan kolostrum, yaitu suatu cairan kuning jernih yang
merupakan susu pertama untuk bayi. Air susu yang lebih matang akan
muncul antara hari kedua sampai kelima. Pada saat ini payudara akan
membesar (penuh, keras, panas, dan nyeri), yang dapat menimbulkan
kesulitan dalam menyusui. Menyusui dengan interval waktu yang sering
akan dapat mencegah pembengkakan payudara atau membantu
meredakannya
Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan puting susu merupakan
suatu hal amat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap
hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan
mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu
mencegah akumulasi dan masuknya bakteri baik ke puting maupun ke
mulut bayi. Salep atau krim khusus dapat digunakan untuk mencegah
pecah-pecah pada puting.
Bila puting menjadi pecah-pecah proses menyusui ditangguhkan
sampai puting tersebut sembuh. ASI dikeluarkan secara manual atau
menggunakan pompa ASI elektrik, disimpan dan kemudian diberikan
pada bayi, terus menyusui dengan puting pecah-pecah dan perdarahan
dapat mengarah pada matitis.
 Pemeriksaan Setelah Persalinan
Di Indonesia ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin
baru boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita
dengan persalinan normal hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan
kembali 6 minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan
persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian.
Pemeriksaan fisik yang umum mencakup pemeriksaa panggul yang
dilakukan untuk menilai pemulihan. Pada kunjungan ini juga dilakukan
pemeriksaan umum (TD, nadi, keluhan, dan sebagainya). Keadaan umum
(suhu badan, selera makan, dan sebagainya). Payudara (ASI, puting
susu), dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum, serta sekret yang
keluar, seperti lokia, fluor albus dan keadaan alat-alat kandungan.

E. Nifas dalam perspektif Islam


 Definisi Nifas
Nifas menurut bahasa berarti melahirkan. Adapun menurut Syara’,
Nifas ialah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita setelah
melahirkan, dan sebelum melampaui 15 hari dan malam dari lahirnya anak.
Permulaan nifas itu di mulai dari keluarnya darah, bukan dari keluarnya anak.
Darah yang keluar bersama bayi atau sebelum melahirkannya, tidak dihukumi
darah nifas, tetapi termasuk darah istihadlat atau darah rusak (darah penyakit).
Sedangkan para ulama memaparkan defisi nifas antara lain:
o Imam Syafi’i : Nifas adalah darah yang keluar mengiringi kelahiran atau
setelahnya.
o Mazhab Hanafi : Nifas adalah darah yang keluar dari Rahim setelah
kelahiran yang banyak jumlahnya meskipun keluar secara terputus-putus
atau sebagian-sebagian, bukan yang keluar sedikit-sedikit.
o Imam Maliki : Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan
karena melahirkan, baik bersamaan dengannya maupun sesudahnya,
meskipun antara dua bayi kembar.
o Imam Hambali : Nifas adalah darah yang dilepaskan oleh Rahim dengan
sebab melahirkan, baik bersamaan, setelahnya, atau sebelumnya dua atau
tiga hari yang diikuti dengan proses kelahiran
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan darah yang keluar
setelah melahirkan itu disebut nifas, jika jarak antara melahirkan dan keluar
darah tidak melebihi 15 hari 15 malam. Jika melebihi 15 hari 15 malam
maka darah yag keluar disebut darah haid, jika memenuhi syarat haid. Jika
tidak memenuhi darah haid maka darah tersebut disebut darah istikhadoh.

 Hukum-hukum Nifas
Hukum nifas pada prinsipnya sama dengan hukum-hukum haid, kecuali
dalam beberapa hal berikut:
a. Iddah
Dihitung dengan terjadinya talak, bukan dengan nifas. Sebab, jika talak
jatuh sebelum istri melahirkan iddahnya akan habis karena melahirkan
bukan karena nifas. Sedangkan talak jatuh setelah melahirkan, maka ia
menunggu sampai haid lagi.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

‫ت يَتَ َربَّصْ َن بَِأنفُ ِس ِه َّن ثَ ٰلَثَةَ قُر ُٓو ٍء‬


ُ َ‫َو ْٱل ُمطَلَّ ٰق‬

“Wanita-wanita yang dicerai hendaklah menahan diri (menunggu)


tiga kali quru’…” (Qs. al-Baqarah: 228)

Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, yang dimaksud


‘quru‘ adalah haid, dan inilah pendapat yang lebih kuat, insyaa Allah.
Oleh karena itu, masa iddah dihitung berdasarkan haid, bukan nifas.
Sebab, jika suami menceraikan istrinya sebelum melahirkan, masa
iddahnya habis karena melahirkan, bukan karena nifas. Adapun jika
suami menceraikan istrinya setelah melahirkan, maka masa iddahnya
adalah sampai sang istri mendapat 3 kali haid.
b. Masa Ila
Masa haid termasuk hitungan masa ila’, sedangkan masa nifas tidak. Ila’
yaitu jika seorang suami bersumpah tidak akan menggauli istrinya
selamalamanya, atau selama lebih dari empat bulan. Apabila dia
bersumpah demikian dan si istri menuntut suami menggaulinya, maka
suami diberi masa empat bulan dari saat bersumpah. Setelah sempurna
masa tersebut, suami diharuskan menggauli istrinya, atau menceraikan
atas permintaan istri. Dalam masa ila’ selama empat bulan bila si wanita
mengalami masa nifas, tidak dihitung terhadap sang suami, dan
ditambahkan atas empat bulan selama masa nifas.
c. Baligh
Masa baligh terjadi dengan haid, bukan nifas. Karena seorang wanita
tidak mungkin bisa hamil sebelum haid, maka masa baligh seorang
wanita terjadi dengan datangnya haid yang mendahului kehamilan.

 Masa Waktu Nifas


Jangka waktu nifas yang paling sedikit ialah satu percikan darah
(Lahdzoh) atau setetes (Majjah), yang umunya terjadi ialah 40 hari, dan masa
yang paling lama ialah 60 hari.
sebagaimana diriwayatkan dari Ummu Salamah, dimana ia berkata :
“Pada masa Rasulullah, para wanita yang sedang menjalani masa nifas
menahan diri selama empat puluh hari atau empat puluh malam.”(HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi).
Apabila wanita yang bernifas melebihi 40 hari atau 60 hari dalam
mazhab syafi’i maka darah tersebut dianggap sebagai darah istihadhah.
Sedangkan menurut Syeikh Taqiyyudin dalam risalahnya, nifas tidak ada
batas minimal maupun maksimalnya. Andaikata ada seorang wanita
mendapati darah lebih dari 40, 60, dan berhenti maka itu adalah darah nifas.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa masa waktu
nifas batas minimalnya 40 hari dan dan batas maksimalnya yaitu 60 hari.

 Larangan Bagi Perempuan Yang Sedang Nifas Menurut Islam


Selama masa nifas suami dilarang melakukan hubungan. Larangan ini
dapat dimengerti karena selama nifas baru saja mengalami perubahan-
perubahan fisiologis. Bila wanita yang nifas itu telah berhenti pendarahannya
sebelum 40 hari, wajib ia mandi janabah, sholat atau puasa, dan ia boleh
bersenggama dengan suaminya. Namun, walaupun sudah diperbolehkan
sebaiknya jangan dilakukan terlebih dahulu, sebab menurut ahli kesehatan
pulihnya kandungan wanita yang melahirkan ialah setelah enam atau delapan
minggu.
Beberapa larangan bagi perempuan ketika nifas adalah sebagai
berikut:
a. Sholat
Kewajiban salat gugur pada perempuan yang sedang mengalami haid
atau nifas, baik itu salat wajib maupun salat sunah. Penyebab
larangannya adalah syarat sah salat adalah suci dari hadas, sedangkan
perempuan yang sedang haid atau nifas dalam keadaan yang tidak suci
sampai darahnya berhenti dan mandi janabah. Rujukannya adalah hadis
yang diriwayatkan Mu'dzah bahwa ada seorang wanita bertanya kepada
Aisyah, “Apakah kami perlu mengqada salat kami ketika suci?” Aisyah
menjawab "Apakah engkau seorang Haruriah?" Dahulu kami
mengalami haid di masa Nabi masih hidup, namun beliau tidak
memerintahkan kami untuk mengqadanya. Atau Aisyah berkata, “Kami
pun tidak mengqadanya,” (H.R. Bukhari). Berdasarkan hadis di atas,
perempuan yang tidak mendirikan salat karena halangan haid atau nifas
tidak diperintahkan untuk menqada salat, kendati salat yang
ditinggalkan merupakan salat wajib lima waktu.
b. Berpuasa
Perempuan yang sedang haid atau nifas tidak boleh melakukan puasa,
baik itu puasa Ramadan atau puasa sunah. Jikapun dilaksanakan, maka
puasanya tidak diterima oleh Allah SWT. Dasarnya adalah pertanyaan
Mu'adzah juga kepada Aisyah RA: "Kenapa gerangan wanita yang haid
mengqada puasa dan tidak mengqada salat?" Maka Aisyah menjawab,
"Apakah kamu dari golongan Haruriyah? Aku [Mu'adzah] menjawab,
"Aku bukan Haruriyah, namun aku hanya bertanya."
Aisyah menjawab, "Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami
diperintahkan untuk mengqada puasa dan tidak diperintahkan untuk
mengqada salat,” (H.R. Muslim). Berdasarkan hadis di atas, perbedaan
larangan salat dan puasa bagi perempuan haid atau nifas adalah
kewajiban qada untuk puasa wajib di luar Ramadan, sedangkan salat
tidak disyariatkan mengqadanya. Qadha puasa dilakukan sejumlah hari
ketika wanita tersebut haid.
c. Jimak atau berhubungan intim Menyetubuhi wanita pada kemaluannya
tidak diperbolehkan berdasarkan kesepakatan ulama dan menurut
kesehatan juga tidak baik.
Hal ini sesuai dengan firman Allah swt :
۟ ُ‫ك َعن ْٱلم ِحيض ۖ قُلْ هُ َو َأ ًذى فَٱ ْعتَزل‬
‫وا ٱلنِّ َسٓا َء فِى‬ ِ ِ َ ِ َ َ‫َويَ ْسـَٔلُون‬
‫طهُرْ َن ۖ فَِإ َذا تَطَهَّرْ َن فَْأتُوهُ َّن ِم ْن‬
ْ َ‫ْٱل َم ِحيض ۖ َواَل تَ ْق َربُوهُ َّن َحتَّ ٰى ي‬
ِ
‫ين‬ َ ِ‫ْث َأ َم َر ُك ُم ٱهَّلل ُ ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ٱلتَّ ٰ َّوب‬
َ ‫ين َوي ُِحبُّ ْٱل ُمتَطَه ِِّر‬ ُ ‫َحي‬

‘Mereka bertanya kepadamu tentang haidh, katakanlah, ‘Itu adalah


kotoran. Maka itu, jauhilah perempuan saat haidh. Jangan kalian dekati
mereka hingga mereka suci. Kalau mereka telah suci, maka datangilah
mereka dari jalan yang Allah perintahkan kepadamu. Sungguh, Allah
menyukai orang yang bertobat dan orang yang bersuci,’’ (Surat Al-
Baqarah ayat 222). 
“Kamu boleh melakukan apa saja dengan mereka (istrimu yang sedang
haid/nifas) kecuali berhubungan intim.” (H.R. Muslim)
d. Mengerjakan thawaf
Perempuan haid atau nifas dilarang melakukan tawaf untuk
mengelilingi Ka'bah. Rujukannya adalah riwayat ketika Aisyah RA
mengalami menstruasi saat sedang berhaji, Nabi Muhammad bersabda
padanya, "Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang
berhaji selain dari melakukan tawaf di Ka’bah hingga engkau suci
kembali,” (H.R. Bukhari dan Muslim).
e. Bercerai
Diharamkan bagi suami menceraikan istrinya yang sedang haid atau
nifas.
Hal ini sesuai dengan firman Allah swt :

۟ ‫ۖ ٰيََٓأيُّهَاـ ٱلنَّب ُّى َذا طَلَّ ْقتُ ُم ٱلنِّ َسٓا َـء فَطَلِّقُوهُ َّن لِ ِع َّدتِ ِه َّن َوَأحْ ص‬
َ‫ُوا ْٱل ِع َّدة‬ ‫ِ ِإ‬
yang artinya, “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu
maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat
(menghadapi) iddahnya (dengan wajar).” (Qs. ath-Thalaq: 1)

F. Nifas dalam perspektif Bioetika


Prinsip-prinsip bioetika pada dasarnya merupakan penerapan prinsip-prinsp
etika dalam bidang kedokteran dan kesehatan. Bioetika kedokteran merupakan salah
satu etika khusus dan etika sosial dalam kedokteran yang memenuhi kaidah
praksiologik (praktis) dan filsafat moral (normatif) yang berfungsi sebagai pedoman
(das sollen) maupun sikap kritis reflektif (das sein), yang bersumber pada 4 kaidah
dasar moral (kaidah dasar bioetika-KDB) beserta kaidah turunannya. Kaidah dasar
moral bersama dengan teori etika dan sistematika etika yang memuat nilai-nilai dasar
etika merupakan landasan etika profesi luhur kedokteran.
Beauchamp dan Childress menguraikan empat kaidah dasar (basic moral
principle) dan beberapa rules dibawahnya. Keempat kaidah dasar tersebut adalah: 12

 Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang


ditujukan ke kebaikan pasien;
 Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere”
atau “above all do no harm”,
 Prinsip autonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,
terutama hak autonomi pasien (the rights to self determination),
 Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan
dalam mendistribusikan sumberdaya (distributive justice).

1. Autonomy yaitu prinsip yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi


pasien dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk memutuskan suatu
prosedur medis. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed
consent. Pasien harus dihormati secara etik, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa
dibutuhkan pasien yang dapat berkomunikasi dan pasien yang sudah dewasa
untuk dapat menyetujui atau menolak tindakan medis.
Pada wanita yang telah melahirkan (nifas) yang ingin menggunakan alat
kontrasepsi AKDR, melalui informed consent pada saat ANC, pasien dapat di
berikan penjelasan tentang kelebihan dan kekurangan setiap jenis AKDR,
kemudian mengusulkan jenis AKDR yang sesuai dengan kondisi pasien, dan
menberikan kebebasan pasien untuk memilih dan berhak menyetujui dan
menolak tindakan medis tersebut.
Autonomy menyaratkan bahwa pasien harus terlebih dahulu menerima dan
memahami informasi yang akurat tentang kondisi mereka, jenis tindakan medik
yang diusulkan, risiko, dan juga manfaat dari tindakan medis tersebut.

2. Non-maleficence (tidak merugikan) adalah prinsip menghindari terjadinya


kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk
keadaan pasien. Pernyataan kuno First do no harm, tetap berlaku dan harus
diikuti.  Dokter haruslah memilih tindakan yang paling kecil resikonya. “Do no
harm” merupakan point penting dalam prinsip non-maleficence.
Prinsip ini diterapkan pada pasien dimana dilakukan tindakan jika setelah
melahirkan ibu mengalami perdarahan berlebih yang dapat menganggu
kondisi ibu dan mengancam jiwa maka dapat diberikan tindakan sesuai
kondisi pasien.
3. Beneficence yaitu prinsip moral mengutamakan tindakan yang ditujukan ke
kebaikan pada pasien atau penyediaan keuntungan dan menyeimbangkan
keuntungan tersebut denga risiko dan biaya. Dalam beneficence tidak hanya
dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi
baiknya (manfaat) lebih besar dari pada sisi buruknya (mudharat). Dan
memandang pasien tidak saja menguntungkan dokternya, serta
meminimalisasikan akibat buruk. Point utama dari
prinsip beneficence sebenarnya lebih menegaskan bahwa seorang dokter harus
mengambil langkah atau tindakan yang lebih banyak dampak baiknya daripada
buruknya sehingga pasien memperoleh kepuasan tertinggi.
Dalam hal ini dokter telah melakukan yang terbaik kepada pasien
dalam upaya dan meminimalisasikan akibat buruk dengan melakukan
peninjauaan berupa pemeriksaan obstetri dan pemeriksaan USG dan
pemeriksaan laboratorium sebelum ibu melahirkan. Sehingga dokter dapat
memantau resiko yang akan terjadi setelah melahirkan.
Prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu tindakan untuk
kepentingan pasiennya dalam usaha untuk membantu mencegah atau
menghilangkan bahaya atau hanya sekedar mengobati masalah-masalah
sederhana yang dialami pasien.
4. Justice atau keadilan adalah prinsip moral yang mementingkan faimess dan
keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya atau
pendistribusian dari keuntungan, biaya dan risiko secara adil dimana seorang
dokter wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan
kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik,
agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, dan kewarganegaraan
tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter terhadap pasiennya. Dalam hal
ini, dokter dilarang membeda-bedakan pasiennya berdasarkan tingkat ekonomi,
agama, suku, kedudukan sosial, dsb.
Pada ibu yang telah melahirkan, dokter memberikan edukasi tentang
perawatan mandiri selama nifas dirumah, dan menyarankan pasien untuk
kontol kembali sesuai jadwal yang telah diberikan. Hal ini berlaku pada secara
universal artinya dokter memberikan prosedur yang sama pada semua sesuai
dengan protab yang ada tanpa membedakan SARA, status sosial, dan
sebagainya.
Secara kaidah bioetik islam juga didapatkan lima kaidah dasar yang meliputi
Kaidah Niat (Qaidah Niyyat), Kaidah Kepastian (Qaidah al yaqiin), Kaidah Kerugian
(Qaidah al dharar), Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah al Masyaqqat), Kaidah
Kebiasaan (Qoidah al urf).
Sementara itu Kaidah Dasar Bioetika Islam meliputi:
1. Kaidah Niat (Qaidah Niyyat)
Prinsip ini meminta dokter agar berkonsultasi dengan hati nuraninya.
Terdapat banyak masalah mengenai prosedur dan keputusan medis yang tidak
diketahui orang awam. Seorang dokter dapat saja melakukan suatu prosedur
dengan alasan yang mungkin masuk akal dari sudut pandang luar, namun
sesungguhnya memiliki niatan berbeda dan tersembunyi.
2. Kaidah Kepastian (Qaidah al yaqiin).
Tidak ada yang benar-benar pasti (yaqiin) dalam ilmu kedokteran, artinya
tingkat kepastian (yaqiin) dalam ilmu kedokteran tidak mencapai standar yaqiin
yang diminta oleh hukum. Meskipun demikian diharapkan dokter dalam
mengambil keputusan medis, mengambil keputusan dengan tingkat probabilitas
terbaik dari yang ada (evidencebased medicine). Termasuk pula dalam hal
diagnosis, perawatan medis didasarkan dari diagnosis yang paling mungkin.
Pastinya dalam hal pengambilan tindakan medis dokter spesialis telah melihat
segala kemungkinan yang terjadi sebelum melakukan tindakan medis.
3. Kaidah Kerugian (Qaidah al dharar)
a. Intervensi medis untuk menghilangkan al dharar (luka, kerugian, kehilangan
hari-hari sehat) pasien.
b. Tidak boleh menghilangkan al dharar dengan al dharar yang sebanding (al
dharar la yuzaal bi mitslihi)
c. Keseimbangan antara kerugian vs keuntungan. Pada situasi intervensi medis
yang diusulkan memiliki efek samping, diikuti prinsip bahwa pencegahan
penyakit memiliki prioritas yang lebih tinggi ketimbang keuntungan dengan
nilai yang sama, dar’an mafasid awla min jalbi al mashaalih. Jika
keuntungan memiliki kepentingan yang jauh lebih tinggi daripada kerugian,
maka mendapatkan keuntungan memiliki prioritas yang lebih tinggi. Dalam
kasus ini, petugas medis telah memaksimalkan keuntungan yang dapat
diperoleh pasien dibanding kerugiannya yaitu dengan dilakukannya tindakan
kuretase.
d. Keseimbangan antara yang dilarang vs. diperbolehkan. Dokter kadang
dihadapkan dengan intervensi medis yang memiliki efek yang dilarang
namun juga memiliki efek yang diperbolehkan. Petunjuk hukum adalah
bahwa yang dilarang memiliki prioritas lebih tinggi untuk dikenali jika
keduanya muncul bersamaan dan sebuah keputusan harus diambil, idza
ijtima’a al halaal wa al haram ghalaba al haraam al halaal.
e. Pilihan antara dua keburukan. Jika dihadapkan dengan dua situasi medis
yang keduanya akan menyebabkan kerugian dan tidak ada pilihan selain
memilih salah satu dari keduanya, dipilih yang kurang merugikan, ikhtiyaar
ahwan al syarrain. Suatu hal yang merugikan dilakukan untuk mencegah
munculnya kerugian yang lebih besar, al dharar al asyadd yuzaalu bi al
dharar al akhaff . Dengan cara yang sama, intervensi medis yang memiliki
kepentingan umum diutamakan di atas kepentingan individu, al mashlahat al
aamah muqoddamat ala al mashlahat al khassat. Individu mungkin harus
mendapatkan kerugian untuk melindungi kepentingan umum, yatahammalu
al dharar al khaas il dafi u al dharar al aam.
4. Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah al Masyaqqat)
a. Kebutuhan melegalisir yang dilarang. Dalam kondisi yang menyebabkan
gangguan serius pada kesehatan fisik dan mental, jika tidak segera
disembuhkan, maka kondisi tersebut memberikan keringanan dalam
mematuhi dan melaksanakan peraturan dan kewajiban syari’ah. Dalam kasus
ini, segala bentuk gangguan serius yang dapat terjadi pada pasien harus
segera di minimalisir untuk menjaga kesehatan fisik maupun mental pada
pasien.
b. Batas-batas prinsip kesulitan: dalam melanggar syari’ah tersebut tidak
melewati batas batas yang diperlukan (secukupnya saja).
c. Aplikasi sementara dari prinsip kesulitan. Adanya suatu kesulitan tidak
menghilangkan secara permanen hak-hak pasien yang harus direkompensasi
dan dikembalikan pada keadaan semula seiring dengan waktu; kesulitan
melegalisir sementara dari tindakan medis yang melanggar, berakhir setelah
kondisi yang menyulitkan tadi berakhir. Dengan kata lain, jika hambatan
telah dilewati, tindakan medis yang dilarang kembali menjadi terlarang.
d. Delegasi: mendelegasikan tugas kepada orang lain untuk melakukan
tindakan yang membahayakan adalah tindakan yang ilegal.
5. Kaidah Kebiasaan (Qoidah al urf)
Dalam prinsip ini, standar yang diterima secara umum, seperti standard
operational procedure (SOP/Protap) untuk perawatan klinis dianggap sebagai
hukum dan diperkuat oleh syari’ah. Terkait dengan kasus tersebut, pasien telah
menerima upaya yang proporsional dalam tindakan medis dan telah sesuai
dengan SOP/Protap yang telah ada.
BAB III
PENUTUP
 Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran.
Namun secara populer, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu
berikutnya saat terjadi involusi kehamilan. Adaptasi ibu terhadap kehamilan
belum menghilang seluruhnya pada minggu ke – 6 pospartum.
 Masa nifas merupakan proses fisiologis, sehingga bagaimana upaya yang
dilakukan supaya kondisi yang fisiologis tidak jatuh ke keadaan patologis
adalah dengan memberikan perawatan dan penangan yang tepat sesuai kondisi
pasien
 Dilihat dari pandangan Islam ibu yang telah melahirkan (sedang masa nifas)
sudah di ataur dalam Al-quran dan hadits tentang hukum dan larangan pada
ibu di masa nifasnya
 Dalam segi bioetika, terdapat empat kaidah dasar yang harus dimiliki oleh
seorang dokter yang baik, yaitu : Prinsip beneficience, non maleficence,
autonomi, dan justice

DAFTAR PUSTAKA

1. Rullynil N T, Evareny L, Ermawati, 2014, Pengaruh Senam Nifas terhadap


Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Post Partum di RSUP DR. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.
2. Cunningham F, Leveno K, Bloom S.2012. Masa Nifas, dalam William
Obstetrics, edisi ke-23 volume 1, New York : McGraw-Hill.
3. Mochtar R, 2011, Masa Nifas, dalam Sinopsis Obstetri, edisi ke-3, Jakarta :
EGC, : 87-9
4. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, 2013, Masa Nifas, dalam William
Obstetrics, edisi ke-23 volume 1, New York : McGraw-Hill, : 674-89
5. Winknjosastro H. Ilmu Kebidanan Edisi IV,cetakan lima. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2016.
6. Kamaludiningrat A.M, Mufdilah, Hayati.L.I, Satriyandari. Y, 2012, Kebidanan
Dalam Islam. Yogyakarta. Quantum Sinergis Media.
7. Khoerunnisa N R, 2019, Bimbingan Fiqh Wanita pada Pasien Pasca Melahirkan
di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
8. Hasan, Riffat. Teologi Perempuan dalam Tradisi Islam. dalam Ulumul Qur'an,
Vol.1,1410
9. Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2016. Bandung. Departement Agama RI.
10. Samil. R.S, 2010, Etika Kedokteran Indonesia, Penerbit Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai