Oleh:
Preseptor:
dr. Andi Friadi, Sp.OG (K)
PADANG
2019
0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan nikmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report Session yang
berjudul “Perawatan Luka Operasi dan Perawatan Nifas pada Pasien SC” sebagai
salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di bagian Obstetri dan
Ginekologi RSUP Dr M Djamil Padang Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Penyusunan Case Report Session ini merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr
M Djamil Padang Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Terima kasih penulis
ucapkan kepada dr. Andi Friadi Sp.OG (K) sebagai preseptor dalam kepaniteraan
klinik senior ini beserta seluruh jajarannya dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan Case Report Session ini.
Penulis menyadari bahwa Case Report Session ini jauh dari sempurna,
maka dari itu sangat diperlukan saran dan kritik untuk kesempurnaan Case Report
Session ini. Penulis berharap agar Case Report Session ini bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan terutama bagi penulis sendiri dan bagi teman-teman
dokter muda yang tengah menjalani kepaniteraan klinik. Akhir kata, semoga Case
Report Session ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan ………………………………………………………… 0
Kata Pengantar ……………………………………………………….. 1
Daftar Isi ……………………………………………………………… 2
2
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
yang besar, atau polihidramnion. Ketika proses involusi tidak berjalan seperti
semestinya, subinvolusi dapat terjadi. Subinvolusi dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan postpartum.3
6
b. Tempat Implantasi Plasenta
Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini
menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasenta site) sehingga
jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus mengalami nekrosis
dan lepas. Diameter rata-rata dari plasenta 18 cm, dengan cepat uterus
menurun diameternya menjadi 9 cm dari tempat melekatnya plasenta.
Plasental site, yang berukuran diameter 8-10 cm (3-4 inci), mengalami
penyembuhan melalui proses exfoliation (pelepasan jaringan yang mati).
Sesudah 2 minggu diameternya berkurang menjadi 3,5 cm. Biasanya jaringan
mengalami nekrosis dan lepas dalam waktu ± 6 minggu setelah melahirkan.3
7
kekuningan berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7
pascapersalinan.3
Jumlah darah berkurang pada hari keempat, ketika leukosit keluar
menandakan terjadinya proses penyembuhan. Warnanya berubah dari merah
menjadi pink atau sedikit cokelat. Lokia ini dikenal dengan lokia serosa. Lokia
serosa terdiri dari eksudat serosa, eritrosit, leukosit, dan mucus serviks. Cairan
ini seromukopurulen dan berbau khas. 10-15% wanita akan mengeluarkan
lokia serosa selama 6 minggu pascapersalinan.3
Setelah minggu 5-6, sekresi lokia menghilang yang menunjukkan bahwa
proses penyembuhan endometrium sudah hampir sempurna. Lokia yang
sangat berbau tidak sedap apalagi bila disertai dengan gejala sistemik berupa
tanda tanda infeksi menandakan adanya endometritis. Terdapat Lokia alba :
cairan putih, setelah 2 minggu. Lokia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk. Lokiostasis : lokia tidak lancar keluar.
e. Serviks
8
meregang selama persalinan. Pada minggu ketiga, vagina akan mengecil dan
timbul rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.
g. Perineum
Pada daerah perineum akan tampak goresan akibat regangan pada saat
melahirkan. Biasanya setelah melahirkan, perineum menjadi agak bengkak/
edema/ memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi.
Bila dilakukan episiotomi, proses penyembuhan luka episiotomi sama seperti
luka operasi lain.
h. Payudara
Payudara disiapkan untuk proses laktasi selama kehamilan. Payudara
dapat membengkak karena sistem vaskularisasi dan limfatik disekitar
payudara dan mengakibatkan perasaan tegang dan sakit. ASI tidak dihasilkan
hingga 3-4 hari pertama setelah melahirkan. Colostrum disekresikan dalam
beberapa hari pertama setelah melahirkan.4
9
4. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Segera setelah melahirkan, sistem pencernaan menjadi sangat aktif. Ibu
akan segera merasa haus dan lapar karena kehilangan energi selama
persalinan. Motilitas dari gastrointestinal yang menurun terjadi karena nyeri
pada perineum dan mobilisasi cairan, sehingga mengakibatkan terjadinya
konstipasi.3
10
72 jam setelah persalinan. Progesteron menjadi stabil kembali pada siklus
menstruasi pertama.5
Kadar estrogen dan progesteron serum mengalami penurunan dengan
segera sejak tiga hari postpartum dan mencapai nilai pra-kehamilan pada hari
ketujuh. Nilai tersebut akan menetap bila pasien memberikan ASI pada
bayinya, bila tidak memberikan ASI estradiol akan mulai meningkat dan
menyebabkan pertumbuhan folikel.5
Oksitosin akan meningkat selama fase ekspulsi dari masa persalinan.
Selama pascapersalinan, oksitosin melanjutkan fungsi sebelumnya yaitu
mempertahankan kontraksi uterus dengan berkontraksi selama sesi menyusui
dan sampai 20 menit setelah menyusui. Dengan kata lain, hormon ini akan
terus diproduksi bila ibu menyusui bayinya.5
11
Pada ibu postpartum, terdapat beberapa perubahan tanda-tanda vital, yaitu
perubahan suhu, nadi, tekanan darah, dan pernapasan.3
a. Suhu
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat hingga 38°C. Hal ini
diduga terjadi akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan
hormonal.
b. Nadi
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan
bradikardi 50-70 kali permenit dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah
melahirkan. Keadaan ini berhubungan dengan penurunan kerja jantung,
penurunan volume darah yang mengikuti pemisahan plasenta dan kontraksi
uterus, peningkatan stroke volume.
c. Tekanan Darah
Setelah melahirkan, terjadi penurunan tekanan intraabdominal yang
menyebabkan terjadinya dilatasi dari pembuluh darah yang mensuplai organ
viseral. Hal ini yang menyebabkan penurunan TDS 20 mmHg ketika ibu
bergerak dari posisi berbaring ke posisi duduk. Akibatnya, ibu merasa pusing
dan mungkin pingsan ketika ia berdiri. Hal ini disebut hipotensi ortostatik.
d. Pernafasan
Pernapasan normal yaitu antara 12-20 kali per menit seharusnya bisa
dipertahankan setelah persalinan.
12
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40
hari pascapersalinan.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.
2. Ambulasi2
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat
mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan
membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum terlentang di tempat
tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut:
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat
anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan,
mengganti pakaian, dan memberi makan.
d. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomis). Menurut
penelitian-penelitian yang seksama, early ambulation tidak mempunyai
pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal,
tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut,
serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.
3. Eliminasi
a. Buang Air Kecil2
Ibu diminta buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam
postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100
13
cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih
penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine)
pada ibu postpartum.
1) Berkurangnya tekanan intraabdominal
2) Otot-otot perut masih lemah
3) Edema dan uretra
4) Dinding kandung kemih kurang sensitif
b. Buang Air Besar2
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari
kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat
pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih
belum bisa BAB, maka dilakukan klisma.
4. Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk
tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu
post partum adalah sebagai berikut: 2
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah
disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk membersihkan
vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kemaluannya.
14
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.
Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan
secara rutin akan membantu mengurangi risiko terjadinya infeksi. Caranya
dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu
merasa takut pada kemungkinan jahitannya akan lepas, juga merasa sakit
sehingga perineum tidak dibersihkan atau dicuci. Cairan sabun atau sejenisnya
sebaiknya dipakai setelah buang air kecil atau buang air besar. Membersihkan
dimulai dari simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu
caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai
terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling
sedikit 4 kali sehari. Ibu diberitahu tentang jumlah, warna, dan bau lochea
sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kemaluannya. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.6
15
6. Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus
memenuhi syarat berikut ini:
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap.
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
16
uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, dan tidak ada tanda-tanda
perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,
dan perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
III 2 minggu PP a. Memastikan involusi uterus berjalan normal,
uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, dan tidak ada tanda-tanda
perdarahan abnormal.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,
dan perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
IV 6 minggu PP a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
penyulit yang ia alami
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini,
imunisasi, senam nifas, dan tanda-tanda
bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi
2.4.1 Definisi
Sectio Caesarea merupakan suatu tindakan pembedahan dengan cara
membuka dinding abdomen dan dinding rahim untuk melahirkan janin dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram dan usia janin
> 28 minggu yang dilakukan dengan cara melakukan suatu irisan pembedahan
yang akan menembus dinding abdomen pasien (laparotomy) dan uterus
(histerektomi) dengan tujuan untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Tindakan
operasi Sectio Caesarea dilakukan untuk mencegah kematian janin dan ibu karena
adanya suatu komplikasi yang akan terjadi kemudian bila persalinan dilakukan
secara pervaginam. 9
17
2.4.2 Indikasi Sectio Caesarea10,11
Berdasarkan American College of Obstetricians and Gynecologists ACOG), indikasi
dilakukannya seksio caesarea, yaitu :
Berasal dari Ibu
a. Riwayat SC sebelumnya
b. Lesi obstruktif pada saluran genital bagian bawah, termasuk keganasan,
kondiloma vulvovaginal, obstruksi septum vagina , dan leiomyoma dari
segmen uterus bawah yang mengganggu turunnya presentasi janin.
c. Kelainan pelvis yang menghalangi mengganggu turunnya presentasi janin
dalam persalinan.
d. Kondisi jantung tertentu
Indikasi Medis
a. Bayi dalam keadaan gawat, janin harus dilahirkan segera.
b. Plasenta berada di bagian dasar rahim atau menghalangi jalan lahir/
Abnormal plasenta : plasenta previa, plasenta akreta
c. Ibu dengan masalah kesehatan seperti jantung, tekanan darah tinggi atau
penderita HIV.
d. Ibu dengan panggul sempit/Abnormal labor : CPD
e. Kelainan letak janin
Pada kondisi ibu yang pernah melakukan Sectio Caesarea pada persalinan
sebelumnya, maka pada persalinan selanjutnya dilakukan Sectio Caesarea untuk
menghindari sobekan jalan lahir.
18
2.4.3 Jenis Sectio Caesarea12
Menurut Wiknjosastro (2007), Sectio Caesarea dapat diklasifikasikan
menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda
Merupakan jenis pembedahan yang paling banyak dilakukan
dengan cara menginsisi di segmen bagian bawah uterus. Beberapa
keuntungan menggunakan jenis pembedahan ini, yaitu perdarahan luka
insisi yang tidak banyak, bahaya peritonitis yang tidak besar, parut pada
uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri dikemudian hari tidak
besar karena dalam masa nifas ibu pada segmen bagian bawah uterus tidak
banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
19
dari infeksi puerperal, namun dengan adanya kemajuan pengobatan
terhadap infeksi, pembedahan Sectio Caesarea ini tidak banyak lagi
dilakukan karena sulit dalam melakukan pembedahannya.
2.4.4 Kontraindikasi Sectio Caesarea3
Dalam praktik obstetric modern sebenarnya tidak ada kontraindikasi untuk
persalinan Sectio Caesarea. Namun tindakan persalinan Sectio Caesarea jarang
diperlukan jika janin sudah mati atau terlalu premature untuk bisa hidup dan
ketika mekanisme pembekuan darah ibu mengalami gangguan serius, yaitu
dilakukan persalinan dengan insisi yang seminimal mungkin dengan melakukan
tindakan persalinan pervaginam yang lebih disukai untuk sebagian besar keadaan.
Karena pada saat ibu melakukan persalinan Sectio Caesarea, ibu kehilangan
sejumlah 500 ml darah bahkan lebih.
20
d. Sobeknya jahitan Rahim
Ada tujuh lapis jahitan yang dibuat saat operasi caesar, yaitu jahitan pada
kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan
luar rahim dan rahim. Jahitan rahim ini bisa sobek pada persalinan
berikutnya. Makin sering menjalani operasi caesar, makin besar resiko
terjadinya sobekan.
e. Masalah pernafasan
Bayi yang lahir melalui operasi caesar cenderung mempunyai masalah
pernafasan, yaitu nafas menjadi tidak teratur
21
cara yang steril. Luka harus dijaga tetap kering dan bersih, tidak boleh terdapat
bukti infeksi sampai ibu diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
b. Infeksi Luka
a. Tanda klinis: Nyeri, bengkak, kemerahan, panas dan bisa bernanah.
b. Tatalaksana
Buka luka jika dicurigai terdapat nanah. Bersihkan luka dengan cairan
desinfektan. Tutup ringan luka dengan kasa lembab. Ganti balutan setiap hari,
lebih sering bila perlu. Berikan antibiotik sampai sampai 48 jam bebas demam.
c. Mobilisasi
Mobilisasi segera, tahap demi tahap, sangat berguna untuk membantu
pemyembuhan pasien. Kemajuan mobilisasi bergantung pula pada jenis operasi
yang dilakukan dan komplikasi yang mungkin dijumpai.
Pasein yang mendapat anestesi spinal boleh duduk setelah 24 jam.akan
tetapi selama periode tersebut, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri, serta
boleh melipat kaki agar alirab darah menjadi lancar. Pada hari kedua, pasien
belajar berjalan dan apabila telah mampu berjalan ke kamar mandi, kateter urin
sudah dapat dilepas, dan pasien boleh pulang pada hari ketiga atau keempat.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli. Namun,
mobilisasi yang dilakukan terlalu dini dapat mempengaruhi penyembuhan luka
operasi. Jadi, mobilisasi secara teratur dan bertahap, serta diikuti dengan istirahat.
d. Memulangkan pasien
Perawatan 3-4 hari cukup untuk pasien. Diedukasi pasien untuk perawatan
luka mengganti kasa). Pasien diminta kontrol setelah 7 hari pasien pulang. Pasien
perlu segera datang kembali jika terdapat perdarahan, demam, nyeri perut
berlebihan.
e. Pelepasan jahitan
Jahitan fasia merupakan hal utama pada bedah abdomen. Pelepasan jahitan
kulit 5 hari seletah penjahitan.
22
1. Menjaga Kebersihan Diri
Ibu tidak perlu khawatir terhadap luka bekas irisan yang terkena air
karena akan aman selama luka ditutup kain kasa lembut yang diatasnya
dilapisi plester kedap air. Memang dulu pasien tidak boleh mandi karena
luka hanya ditutupi kain kasa. Namun sekarang dokter akan memakaikan
plester kedap air di atas kain kasa untuk mencegah terjadinya infeksi
karena terkena air.
2. Jangan Mengangkat Benda Berat
Usahakan untuk tidak mengangkat benda-benda yang berat karena
kegiatan ini bisa mengakibatkan tekanan pada bagian perut maupun
pinggang sehingga merasa sakit.
3. Makan Makanan Bergizi
Makanan bergizi yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan sangat
dianjurkan. Misalnya untuk mencegah sembelit, makanlah vit C, banyak
buah-buahan dan sayuran segar.
4. Merawat Bekas Sayatan
Biasanya, benang operasi terserap secara otomatis. Beberapa cara merawat
bekas sayatan operasi sebagai beikut :
a. Bagi ibu yang sudah bisa mandi tanpa diseka, sebaiknya mandi
dengan shower atau bersiram
b. Setelah mandi, segera keringkan bekas sayatan tersebut dengan
handuk yang lembut, kertas tisu atau kapas
c. Jangan memakai celana dalam yang pendek karena karet celana
akan menekan bekas sayatan sehingga akan terasa sakit
d. Keluar bekas sayatan menjadi bengkak kemerahan dan terasa sakit
segera periksakan ke dokter karena tanda-tanda ini menunjukan
terjadinya infeksi
23
listrik, atau gigitan hewan. Luka merupakan gangguan dalam kontinuitas sel-sel
kemudian diikuti dengan penyembuhan luka yang merupakan pemulihan dari
kontinuitas tersebut. Pengertian luka Sectio Caesarea adalah gangguan dalam
kontinuitas sel akibat dari pembedahan yang dilakukan untuk mengeluarkan janin
dan plasenta dengan cara membuka dinding perut dengan indikasi tertentu.
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel
24
luka. Prioritas fungsional dari fase inflamasi, yaitu menggalakkan
hemostasis, menyingkirkan jaringan mati, dan mencegah infeksi oleh
bakteri patogen terutama bakteria.
3) Fase Proliferatif
Fase ini merupakan fase yang ditandai dengan adanya proliferasi
epitel dan re-epitelisasi. Fase ini biasanya mengikuti dan mendahului fase
inflammatory. Pada dermis yang sedang dalam proses perbaikan,
fibroblast dan sel endotel merupakan jenis sel yang paling penting dan
mendukung adanya pertumbuhan kapiler, formasi kolagen dan formasi
jaringan granulasi pada area luka. Fibroblast menghasilkan kolagen yang
juga dihasilkan oleh glikosaminoglikan (GAG) dan proteoglikan yang
merupakan komponen terbesar pada extracellular matrix (ECM). adanya
proliferasi tersebut dan sintesis extracellular matrix (ECM), maka
penyembuhan luka memasuki fase akhir, yaitu fase remodeling.
4) Fase Remodeling
Fase ini merupakan fase akhir penyembuhan luka yang
berlangsung bertahun-tahun. Pada fase ini, terjadi regresi dari banyak
kapiler yang beru terbentuk, sehingga menyebabkan densitas vascular
pada jaringan luka kembali normal. Bekas luka akan tertutup oleh
kontraksi fisik melalui proses penyembuhan luka ini yang dimediasi oleh
contractile fibroblasts (myofibroblast) yang muncul pada luka.
25
3. Sintesis kolagen
Remodeling 1. Collagen remodeling
2. Maturase vaskuler dan regresi
1. Faktor Sistemik
26
meregulasi gen-gen yang berhubungan dengan regenerasi, produksi matriks,
penghambat protease, fungsi epidermal dan gen yang berhubungan langsung
dengan inflamasi.
b) Nutrisi
Pada saat proses penyembuhan luka, kebutuhan nutrisi meningkat sejalan
dengan adanya stress fisiologis yang akan menyebabkan defisiensi protein,
nutrisi kurang yang dapat menghambat sintesis kolagen dan adanya
penurunan fungsi leukosit.
c) Obesitas
Jaringan adiposa pada orang obesitas biasanya akan mengalami avaskuler
sehingga mekanisme pertahanan terhadap mikroba atau benda asing sangat
lemah dan mengganggu suplai nutrisi ke arah jaringan yang mengalami luka
sehingga proses penyembuhan luka akan terhambat.
d) Medikasi
Obat-obatan yang berpengaruh terhadap fungsi platelet atau pembekuan
darah, respon inflamasi dan proliferasi, seperti glukokortikoid steroid, obat
Anti-Inflamasi Non-Steroid (AINS) dan kemoterapi mampu mempengaruhi
penyembuhan luka.
2. Faktor Lokal
a) Oksigenasi
Kadar oksigen yang cukup sangat dibutuhkan untuk penyembuhan luka
yang optimal. Kejadian hipoksia akan menstimulasi penyembuhan luka,
seperti melepaskan growth factors dan angiogenesis, sedangkan oksigen
dibutuhkan untuk menjalankan proses penyembuhan.
b) Infeksi
27
c) Lingkungan Sekitar
28
tempat
insisi
29
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Umur : 27 tahun
MR : 01 06.67.70
Pasien datang dari PONEK IGD dengan G1P0A0H0 parturien aterm kala I fase
aktif + iskemik miokard anteroseptal.
• Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+) sejak 10 jam sebelum masuk rumah
sakit.
• Keluar lendir campur darah dari kemaluan (+) sejak 10 jam sebelum
masuk rumah sakit.
• Keluar air-air dari kemaluan (-).
• Keluar darah dari kemaluan (-).
• Gerak janin dirasakan aktif.
• HPHT : 14 Februari 2019
• Taksiran Persalinan 27 November 2019
• Dada berdebar-debar (-), sesak nafas (-)
• Pusing (-), mual (-), nyeri ulu hati (-)
• Riwayat menarche :
Usia pertama kali menstruasi usia 13 tahun, lama menstruasi 5-7 hari,
ganti pembalut 3x sehari.
30
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Tidak ada riwayat penyakit jantung, paru, hati, ginjal, diabetes dan
hipertensi.
• Tidak ada riwayat alergi obat
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan
kejiwaan.
Riwayat Perkawinan :
Riwayat Kehamilan/abortus/persalinan :
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
31
Perut : Status Obstetrikus
Punggung : tidak ditemukan kelainan
Genitalia : Status Obstetrikus
Anus : tidak diperiksa
Angg. Gerak : edema -/-
Status Obstetrikus
Abdomen :
Inspeksi : perut tampak membuncit
Palpasi : FUT = 32 cm
TBJ = 3.100 gram
DJJ = 156-163x/i
His : 2-3x dalam 20 detik selama 10 menit
NT(-), NL (-), DM (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU(+) normal
Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang, PPV(-)
VT : Pembukaan 6-7 cm, efficement100%, ketuban (+),
Kepala di hodge II-III.
Laboratorium
Hematokrit 36% 37 – 43
32
Diagnosa Kerja :
Tatalaksana :
Diagnosis:
Tatalaksana:
33
• Inj Vit. K 3x10 mg
• Pronalges supp II (k/p)
• ACC rawat HCU Kebidanan
Follow up hari 1
O/ KU Kes TD ND Nfs T
Kontraksi baik
P/
34
Dokumentasi
35
BAB 4
DISKUSI
Pada pemeriksaan, saat papila mammae ditekan, ASI belum keluar. Pasien
tidak tampak kesakitan saat dilakukan penekanan pada kedua papila mammae.
Selanjutnya pada pemeriksaan abdomen, teraba fundus uteri setinggi 2 jari
dibawah umbilikus. ASI tidak dihasilkan hingga 3-4 hari pertama setelah
melahirkan. Colostrum disekresikan dalam beberapa hari pertama setelah
melahirkan. Lokasi palpasi dari fundus uteri membantu untuk menentukan bahwa
involusi uterus berlangsung secara normal. Fundus dapat dipalpasi pada
pertengahan antara simfisis os pubis dan umbilikus. Dalam 12 jam, ukuran fundus
36
meningkat setinggi umbilikus atau di atas maupun di bawah umbilikus. Hal ini
menunjukkan bahwa colostrum dan ASI pasien tidak mengalami masalah dan
involusi uterus pasien berjalan normal sesuai dengan waktunya.3,8
Apabila luka operasi dibuka dan dilihat, nilai luka operasi apakah tenang dan
ditemukan atau tidaknya rembesan darah. Selanjutnya dilakukan inspeksi genitalia
dan tampak lokia rubra, tidak berbau, mengenai bagian tengah pembalut pasien.
Perdarahan aktif berwarna merah segar juga tidak ditemukan. Lokia rubra/kruenta
(merah kecoklatan) merupakan cairan bercampur darah segar, dengan partikel-
partikel kecil dari sisa-sisa penebalan dinding rahim (desidua) dan sisa-sisa
trofoblas/penanaman plasenta (selaput ketuban) serta mukus. Biasanya berbau
amis dan keluar sampai hari ke-3 atau ke-4 pascapersalinan. Sedangkan lokia
yang sangat berbau tidak sedap apalagi bila disertai dengan gejala sistemik berupa
tanda tanda infeksi menandakan adanya endometritis. Sehingga dapat diambil
kesimpulan darah yang keluar dari kemaluan pasien adalah darah fisiologis masa
nifas.3
Setelah pemeriksaan fisik dilakukan, edukasi mengenai masa nifas
diberikan pada pasien terkhusus pasien yang akan dipulangkan. Hal-hal penting
yang harus diinformasikan pada pasien yaitu ASI on demand, dimana pemberian
ASI tanpa batas waktu sesuai keinginan bayi. Apabila bayi sering tidur, ibu harus
membangunkan bayi dan memberikan rangsangan ringan pada mulut dan pipi
bayi sehingga bayi mau menyusu. Hal ini dilakukan setiap 2 jam oleh ibu. Dengan
tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6
bulan, bayi harus mulai diberikan makanan lunak, tetapi ASI dapat diteruskan
sampai usia 2 tahun. Selain itu pemberian ASI ekslusif ini juga bisa memberikan
efek kontrasepsi alami untuk 6 bulan pertama pada ibu yang dinamakan metode
laktasi amenorea.6 Tapi dikarenakan bayi Ny. YSM dirawat di bagian Perinatologi
tatalaksana disesuaikan dengan bagian Anak.
Pada hari ke-3 pasien juga dianjurkan untuk meningkatkan mobilisasi
untuk mempercepat penyembuhan luka operasi serta mencegah edema pada kaki
dan tidak perlu cemas luka operasi akan basah kembali jika pasien berjalan.
Namun perlu diingatkan pada pasien bahwa pasien belum diperbolehkan
37
mengangkat beban yang berat hingga minimal 3 bulan setelah operasi.
Selanjutnya pasien diwajibkan untuk mengganti duk setiap 6 jam sekali, untuk
mencegah perkembangan bakteri pada genitalia yang dapat berujung infeksi.6
Selanjutnya, pasien disarankan untuk mengonsumsi makanan mengandung
protein tinggi seperti ikan, putih telur, dan lain-lain dengan harapan luka operasi
dapat kering cepat. Perlu diberi tahu pada pasien mengenai mitos-mitos yang
sering disebutkan bahwa mengonsumsi telur ataupun ikan yang banyak dapat
memperlama penyembuhan luka operasi adalah salah. Selama pasien tidak ada
riwayat alergi makanan, penyakit diabetes melitus, kolesterol tinggi dan penyakit
lain yang membutuhkan diet khusus maka tidak ada pantangan makanan untuk
pasien. Pasien hipertensi dan DM (diet khusus). Akan tetapi pasien diberikan
informasi makanan yang sebaiknya lebih banyak dikonsumsi seperti sayur dan
buah yang kaya akan Vitamin C untuk penyembuhan luka operasi yang lebih
baik.8
Vitamin C pada proses penyembuhan luka berperan untuk meningkatkan
sistem imun pasien pasca section caesarea dan membantu proses sintesis pada
kolagen untuk proses penyembuhan luka. Vitamin C berperan dalaam
penyembuhan luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan gusi.
Higienitas diri ibu juga harus ditingkatkan agar tidak terjadi infeksi dalam masa
nifas, untuk mengganti pembalut minimal setiap sekali 6 jam walaupun pembalut
bersih, hal ini bertujuan untuk mencegah perkembangbiakan bakteri. Anjurkan
kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum. Mengajarkan ibu bagaimana
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
ke belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk
membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.5,8
Selanjutnya pasien dianjurkan untuk kembali memeriksakan diri 3 hari
sepulang dari rumah sakit, dengan kata lain pada hari ke-6 setelah operasi.
Kunjungan pada hari ke-6 dilakukan untuk memeriksa luka operasi, involusi
uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau cairan dan memastikan ibu menyusui bayi dengan baik serta tidak
38
memperlihatkan tanda-tanda komplikasi. Selain itu diberikan konseling pada ibu
mengenai perawatan pada bayi, tali pusat dan menjaga bayi tetap hangat.
Kunjungan dapat dilakukan di poliklinik kebidanan rumah sakit atau praktek
dokter. Edukasi mengenai pemasangan alat kontrasepsi sebaiknya dilakukan
dengan tujuan untuk memberi jarak pada kehamilan berikutnya. 1,3
Edukasi dan perawatan yang diberikan kepada ibu dalam masa nifas
bertujuan untuk meningkatkan kesejahtaraan fisik dan pisikologis bagi ibu dan
bayi, pencegahan dini dan pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu keasuhan
tenaga ahli jika perlu, mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta
meyakinkan ibu mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan
budaya yang khusus, imunisasi ibu terhadap tetanus dan mendorong pelaksanaan
metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan
pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.7
Tujuan perawatan luka adalah untuk mencegah infeksi, menilai kerusakan
yang terjadi pada struktur yang terkena dan untuk menyembuhkan luka. Waktu
normal penyembuhan luka operasi caesar lebih kurang 3 sampai 4 minggu, atau
lebih lama. Penting mengetahui perawatan luka caesar, karena infeksi akan
memperlama masa penyembuhan.
Prinsip pada perawatan luka bekas operasi Caesar adalah menjaga luka
tetap bersih dan kering dan mencegah infeksi untuk membantu mempercepat
proses penyembuhan luka dan mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat
infeksi bekas luka pasca operasi. Pada luka yang dibalut diperlukan evaluasi luka
agar tidak bernanah, dijaga agar tetap kering, dan saat pasien pulang ke rumah
perlu diberikan edukasi cara merawat luka bekas operasi agar tidak terjadi infeksi.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
41