Anda di halaman 1dari 23

Clinical Science Session

HERNIA INGUINALIS

Oleh :
Feby Febriatama 1840312202

Preseptor :
dr. Fauzil, Sp.B

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RST REKSODIWIRYO
PADANG
2019

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari

dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia

dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi

anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll.1

Sekitar 80-90% hernia ditemukan pada laki-laki dan 10% pada perempuan.1

Hampir 75% dari hernia abdominalis merupakan hernia ingunalis.2Sebesar 60%

hernia terjadi pada sisi kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dan sebesar 15% terjadi

bilateral.3

Tahun 2004 di Indonesia, hernia inguinalis menempati urutan ke-8 dengan

jumlah 18.145 kasus.4 Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,

jumlah kasus hernia inguinalis yang dirawat inap pada tahun 2010 - 2011 yaitu 410

kasus. Ini merupakan jumlah dari kasus hernia inguinalis yang terjadi di 6 rumah

sakit yang ada di Sulawesi Tengah. Rumah Sakit Umum Anutapura Palu merupakan

rumah sakit yang memiliki jumlah kasus hernia inguinalis yang dirawat inap periode

2010 – 2011 terbanyak yaitu 269 kasus.5

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk memahami serta menambah pengetahuan tentang

hernia inguinalis.

2
1.3 Batasan Masalah

Batasan penulisan ini membahas mengenai epidemiologi, etiologi dan

patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan

prognosis hernia inguinalis.

1.4 Metode Penulisan

Penulisanini menggunakan metode penulisan tinjauan kepustakaan merujuk

pada berbagai literatur.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis merupakan lintasan oblik yang berada pada dinding

abdomen bawah. Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis

internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis otot

transversa abdominis. Anulus ini berbentuk U dan berada 1,25 cm di atas ligamentum

inguinal, di tengah antara simfisis pubis dan spina iliaka anterior suprior. Di medial

bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguninalis

eksternus yang merupakan bagian terbuka dari aponeurosis otot oblikus eksternus

abdominis. Anulus ini atapnya adalah aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis

dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Anulus ini merupakan celah

berbentuk segitiga yang terletak 1,25 cm di atas tuberkulus pubik.3,6,7

Gambar 1. Anatomi kanalis inguinalis

4
Gambar 2. Lokasi terjadinya hernia

2.2 Definisi Hernia Inguinalis

Secara umum, hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Semua hernia terjadi melalui celah

lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh

peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.10 Berdasarkan

letaknya, hernia diberi nama sesuai lokasi anatominya, seperti hernia inguinal,

diafragma, umbilikalis, femoralis, dan lain-lain. Meskipun hernia dapat terjadi di

berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada

umumnya daerah inguinal.8,11 Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis

lateralis dan hernia ingunalis medialis.12

5
Tipe Deskripsi Hubungan Dibungkus Onset biasanya pada

dengan oleh fascia waktu

vasa spermatica

epigastrica interna

inferior

Hernia Penojolan melewati Lateral Ya Kongenital

ingunalis cincin inguinal dan dan bisa pada

lateralis biasanya merupakan waktudewasa.

kegagalan penutupan

cincin ingunalis interna

pada waktu embrio

setelah penurunan testis

Hernia Keluarnya langsung Medial Tidak Dewasa

ingunalis menembus fascia dinding

medialis abdomen

Tabel 1.Perbandingan Antara HIL dan HIM

Hernia Inguinalis Lateralis disebut lateralis karena menonjol dari perut di

lateral pembuluh epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui

dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia

lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong.

6
Gambar 3. Hernia Inguinalis Lateralis

Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol

langsung ke depan melalui segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi ligamentum

inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi

otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia

transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus abdominis

yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi

lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke

skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.

Hernia directa tidak begitu sering seperti hernia indirecta; kurang lebih 15 %

dari seluruh hernia inguinalis dan biasanya bilateral. Biasanya terjadi pada laki-laki

berusia lebih dari 40 tahun, jarang terjadi pada wanita dan terjadi sebagai akibat

kelemahan otot-otot abdomen bagian depan, yang disertai peninggian tekanan

intraabdominal. Kantong hernia terdiri dari peritoneum dan fascia transversalis.

Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan peninggian tekanan

intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigoum Hasselbach. Oleh

7
karena itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki tua. Hernia ini

jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin

terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kandung kemih. Kadang

ditemukan defek kecil di m. oblikus internus abdominis, pada segala usia, dengan

cincin yang kaku dan tajam yang sering menyebabkan strangulasi.

Kantung hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu

segitiga Hesselbach; menonjol secara langsung; dan kantung hernia ini tidak

mengandung aponeurosis otot obliqus ekstemus. Hanya pada keadaan yang jarang,

hernia ini sedemikian besarnya sehingga mendesak keluar melalui anulus super-

fisialis dan turun ke dalam skrotum. Kandung kemih sering menjadi komponen

sliding dari kantung hernia direk.

Gambar 4. Hernia Inguinalis Medialis

8
2.3 Epidemiologi

Hernia lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan rasio 4-

8:1. Tidak terdapat predileksi ras pada hernia inguinalis.13 Hampir 75% dari hernia

abdominalis merupakan hernia ingunalis.2, 12


Sebesar 60% hernia terjadi pada sisi

kanan, sebesar 20-25% di sisi kiri, dansebesar 15% terjadi bilateral.3Tahun 2004 di

Indonesia, hernia inguinalis menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus.4

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado Periode Agustus 2012 – Juli 2014 didapatkan pasien hernia inguinalis

lateralis sebanyak 146 pasien dengan distribusi pada bulan Agustus-Desember tahun

2012 sebanyak 35 pasien (24,0%), tahun 2013 sebanyak 59 pasien (40,4%) dan bulan

Januari-Juli tahun 2014 sebanyak 52 pasien (35,6%).1

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, jumlah kasus

hernia inguinalis yang dirawat inap pada tahun 2010 - 2011 yaitu 410 kasus. Ini

merupakan jumlah dari kasus hernia inguinalis yang terjadi di 6 rumah sakit yang ada

di Sulawesi Tengah. Rumah Sakit Umum Anutapura Palu merupakan rumah sakit

yang memiliki jumlah kasus hernia inguinalis yang dirawat inap periode 2010 – 2011

terbanyak yaitu 269 kasus.14 Pada tahun 2012, jumlah kasus hernia inguinalis yang

dirawat inap di Sulawesi Tengah yaitu 270 kasus. Sedangkan jumlah kasus hernia

inguinalis yang dirawat inap di kota Palu pada tahun 2012 yaitu 244 kasus.15

Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik penderita hernia

inguinalis yang dirawat inap di RSU Anutapura Palu tahun 2012, Berdasarkan umur,

jumlah pasien tertinggi menderita hernia inguinalis, yaitu pada kelompok umur > 60

tahun sebanyak 28 orang (35%), dan yang terendah adalah pada kelompok 11-20

tahun yaitu sebanyak 1 orang (1,2%). Berdasarkan pekerjaan, jumlah pasien

9
terbanyak memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 23 orang (28,8%), yang

kedua yaitu petani sebanyak 22 orang (27,5%) dan yang terendah adalah pada

pekerjaan pelajar dan anggota DPR yaitu masing-masing sebanyak 1 orang (1,2%).

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah pasien hernia inguinalis yang terbanyak berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 79 orang (98,8%), sedangkan yang terendah adalah jenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 1 orang (1,2 %). Berdasarkan klasifikasi hernia

menurut jalur keluarnya organ, jenis yang terbanyak diderita oleh penderita hernia

inguinalis adalah HIL (D) sebanyak 43 orang (53,8 %), dan yang terendah adalah

HIM (D) dan HIL bilateral yaitu masingmasing sebanyak 1 orang (1,2%).4

2.4 Etiologi dan Patogenesis

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat.

Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus

internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain

itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang

sudah terbuka cukup lebar itu. Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat

mencegah terjadinya hernia inguinalis antara lain, kanalis inguinalis yang berjalan

miring, struktur otot oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis

ketika berkontraksi, dan fasia transversa kuat yang menutupi trigonum Hesselbach

yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan mekanisme ini menyebabkan

terjadinya hernia. Faktor yang dipandang berperanadalah peninggian tekanan di

dalam rongga abdomen, adanya prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan

dinding abdomen karena usia.10,16

Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami

proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena

10
daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang

menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk – batuk kronik, bersin

yang kuat dan mengangkat barang – barang berat, mengejan. Kanal yang sudah

tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena

terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.17,18,19

Dinding abdomen normal memiliki cukup tenaga untuk menahan tekanan

intraabdomen yang tinggi dan mencegah pembentukan hernia. Hernia diketahui

terjadi akibat tingginya tekanan intraabdomen akibat konstipasi, batuk kronis, dan

obesitas, tetapi beberapa studi menunjukan bahwa tingginya tekanan intraabdomen

bukan faktor terbesar yang menyebabkan hernia, melainkan faktor kolagen. Hernia

merupakan penyakit yang diakibatkan ketidakseimbangan tipe kolagen I dan III. Hal

ini didukung bukti histologis dan hubungan antara hernia dan penyakit lain yang

berhubungan dengan kolagen.20Penyakit kolagen seperti Sindrom Ehlers-Danlos juga

berhubungan dengan peningkatan insiden hernia. Studi belakangan juga menemukan

hubungan antara konsentrasi matriks ekstraseluler dan pembentukan hernia.2

Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Ukuran defek dapat

bervariasi, mungkin sangat kecil atau sangat luas. Defek kecil dengan dinding yang

kaku akan membuat isi hernia terperangkap, sehingga mencegah pergerakan isi

hernia keluar masuk secara bebas dan meningkatkan risiko komplikasi.

11
Gambar 5. Bagian-bagian dari hernia

Isi hernia bisa berupa jaringan dari rongga ekstraperitoneal seperti vesika

urinaria pada hernia ingunalis medial atau direk. Jika hernia meluas maka

peritoneum bisa juga tertarik kedalam isi hernia bersama struktur intraperitoneal

seperti usus atau omentum, dikenal sebagai sliding type hernia inguinal.

Pada umumnya ketika peritoneum berada dalam dibawah otot abdomen yang

lemah, tekanan memakasa peritoneum melewati defek dan masuk ke jaringan

subkutan membentuk kantong. Kantong ini akan membawa usus dan omentum

melalui defek. Pada kebanyakan kasus, organ intraperitoneal dapat bergerak bebas

keluar masuk hernia yang disebut hernia reducible/reponible, tetapi jika terbentuk

adhesi atau defeknya kecil, usus dapat terperangkap dan tidak dapat kembali ke

rongga peritoneum, disebut hernia irreducibel/irreponibel dengan komplikasi yang

tinggi.

Bagian tersempit dari kantong pada defek dinding abdomen disebut leher

kantong. Ketika jaringan terperangkap didalam hernia, leher sempit ini bertindak

sebagai cincin kontraksi yang menghambat aliran balik vena dan meningkatkan

tekanan didalam hernia, sehingga menyebabkan ketegangan dan memicu nyeri. Jika

hernia berisi usus maka akan menyebabkan obstruksi secara total atau parsial dan

menunjukan gejala ileus obstruksi. Jika tekanan meningkat, darah arteri tidak dapat

12
masuk ke hernia dan isi hernia menjadi iskemik bahkan infark, sehingga dikatakan

hernia telah mengalami strangulasi. Dinding usus akan perforasi, melepaskan agen

infeksius, meracuni usus ke dalam jaringan dan kembali ke rongga peritoneal,

sehingga menimbulkan nekrosis/gangren. Risiko strangulasi tinggi pada hernia yang

memiliki leher kecil dan kaku. Istilah inkarserata tidak didefinisikan secara jelas dan

digunakan untuk menggambarkan hernia yang irreducible/irreponibel yang

berkembang ke arah strangulasi.20

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi dari hernia inguinal yaitu: adanya benjolan di selakangan,

benjolan bisa hilang atau timbul dan mengecil, timbul bila menangis, mengejan saat

defekasi, mengangkat benda berat dan dapat ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau

mual muntah bila terjadi komplikasi.10 Pada hernia strangulasi, dimana aliran darah

ke isi hernia terganggu akantimbul rasa tegang, bengkak, panas, memerah pada

daerah sekitar benjolan, dan tanda-tanda inflamasi, selain itu perasaan sakit akan

bertambah hebat.10

2.6 Diagnosis

Diagnosis hernia inguinal biasanya ditegakkan melalui riwayat ada benjolan

yang hilang timbul di inguinal yang dikonfirmasi melalui pemeriksaan fisik.21

2.6.1 Anamnesis

Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.

Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan,

dimana lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan

urutan kejadiannya, adanya faktor yang memperberat dan memperingan

keluhan, adanya keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam

13
diagnosis. Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi

hernia.10 Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah

inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi manual ke dalam kavitas

peritonealis, tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka

biasanya hernia muncul lagi.

Pada hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di

lipat paha yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan

menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada

biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri

viseral karena renggangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus

masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul

kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau

gangren.10

2.6.2 Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Adanya benjolan pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi

berdiri dan posisi berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga

benjolan dapat dilihat.10 Pembengkakan yang timbul mulai dari regio

inguinalis dan mencapai labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu

merupakan hernia inguinalis lateralis. Kalau pembengkakan yang terlihat

kemudian berada di atas lipatan inguinal dan berjalan miring dan lateral atas

menuju ke medial bawah, maka pembengkakan tersebut adalah hernia

inguinalis lateralis. Tetapi kalau pembengkakan itu kelihatannya langsung

14
muncul ke depan, maka kita berhadapan dengan hernia inguinalis

medialis.19,17

b. Palpasi

Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya,

dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Untuk menentukan

jenis hernianya, ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan,

diantaranya:

 Finger test

Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk

hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari

tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic cord dan permukaan

volar jari menghadap ke dinding ventral scrotum. Dengan menyusuri

spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari tersebut masuk

melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat dipastikan selanjutnya

akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila terdapat hernia inguinalis

lateralis, terasa impuls pada ujung jari, bila hernia inguinalis medialis

maka teraba dorongan pada bagian samping jari.

 Silk Glove Sign

Jika dilakukan perabaan pada kantong hernia dengan cara menggesek dua

lapis kantong hernia, maka akan terasa seperti sensasi gesekan dua

permukaan sutera.

 Tes Visibel

Pasien disuruh untuk mengedan, dan perhatikan benjolan yang keluar.

Dikatakan hernia inguinalis lateralis apabila benjolan keluar dari lateral

15
dan berbentuk lonjong. Apabila benjolan yang keluar langsung ke bagian

depan dan berbentuk bulat, maka itu disebut hernia inguinalis medial.

c. Auskultasi

Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi

hernia berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat

obstruksi usus.17

d. Perkusi

Jika isi kantung hernia adalah gas, maka akan terdengar bunyi timpani.17

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

Tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk penilaian pasien

dengan suspek hernia inguinal dan atau hidrokel. Pemeriksaan pencitraan

umumnya juga tidak dibutuhkan untuk pemeriksaan hernia inguinal.8,9

Meskipun begitu, ultrasonografi (USG) dapat bermanfaat pada pasien

tertentu.8 Penggunaan USG dapat dilakukan untuk membedakan antara

hidrokel dan hernia inguinal. Pada hidrokel, akan ditemukan gambaran

kantong yang terisi cairan. Namun, pada hernia inguinal inkarserata, USG

tidak lagi sensitif untuk membedakan dua kondisi tersebut.8

Selain USG, herniografi juga dapat digunakan dengan cara

menyuntikkan kontras larut air ke dalam kavum peritoneum melalui injeksi

infraumbilikal dengan bantuan fluoroskopi. Kontras yang dimasukkan akan

menuju ke kantung hernia dengan bantuan gravitasi. Selanjutnya, dilakukan

foto inguinal pada menit ke-5, 10, dan 45 secara serial. Herniografi dapat

dilakukan untuk memeriksa hidrokel, hernia inguinalis kontralateral, dan

membedakan antara hernia inguinalis dengan hernia femoralis.22

16
2.7 Differential Diagnosis

Diagnosis banding hernia inguinalis adalah:23

Perbedaan Hernia Hidrocele Lipoma Orcitis

Inguinalis

Pole atas (-) (+) (+) (+)

Bila Benjolan Benjolan tetap Benjolan Benjolan

mengejan membesar membesar membesar

Warna Sewarna kulit Sewarna kulit Sewarna kulit Sewarna

kulit

Fluktuasi (-) (+) (+) (-)

pseudofluktuatif

2.8 Penatalaksanaan

a. Konservatif

Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif sehingga dapat

kambuh lagi. Reposisi adalah suatu usaha atau tindakan untuk memasukkan

atau mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritoneum atau abdomen

secara hati-hati dan dengan tekanan yang lembut dan pasti.Reposisi ini

dilakukan pada hernia inguinalis yang reponibel dengan cara memakai kedua

tangan. Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai dengan pintunya

(leher hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan tangan

yang lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu tersebut.10

17
b. Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis

yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.10 Pada

herniotomi, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.

Kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian

direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Pada hernioplasti, dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus

dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih

penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.

Dikenal berbagai metode hernioplasti, seperti memperkecil anulus inguinalis

internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa,

dan menjahitkan pertemuan otot transversus internus abdominis dan otot

oblikus internus abdominis, yang dikenal dengan nama conjoint tendon, ke

ligamentum inguinale Pouparti menurut metode Bassini, atau menjahitkan

fasia transversa, otot transversus abdominis, dan otot oblikus internus

abdominis ke ligamentum Cooper pada metode Lotheissen-Mc Vay.

Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama diperkenalkan

tahun 1887. Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar

lipat paha dengan cara mendekatkan muskulus oblikus internus abdominis,

muskulus transversus abdominis, dan fasia transversalis ke traktus iliopubik

dan ligamentum inguinale. Teknik ini dapat diterapkan baik pada hernia direk

maupun indirek.

18
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik

herniotomi Bassini adalah terdapatnya renggangan berlebihan pada otot-otot

yang dijahit.

Pada tahun 1980-an dikenalkan suatu teknik operasi bebas regangan, yaitu

teknik hernioplasti bebas renggangan menggunakan mesh, dan sekarang

teknik ini banyak dipakai. Pada teknik ini digunakan mesh prostesis untuk

memperkuat fasia transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis

tanpa menjahitkan otot-otot ke ligamentum inguinale.10

2.9 Komplikasi

Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi

hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel, ini dapat terjadi

kalau isi hernia terlalu besar atau terdiri dan omenturn, organ ekstra peritoneal

(hernia geser atau hernia akreta). Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa

benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi

hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.

Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Jepitan

cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada

pemulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam

hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan

jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah

jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi

transudat berupa serosanguinus. Kalau isi hernis terdiri dari usus, dapat terjadi

19
perforasi yang dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi

hubungan dengan rongga perut.10

Pada pasien dewasa. tingkat komplikasi dari herniorafi inguinal yang terbuka

berbeda antara 1% sampai 26% dengan banyak laporan yang tersusundari 7% sampai

I 2%. Kira-kira 700 ribu herniorafi inguinal yang terjadi setiap tahunnya, komplikasi

yang muncul kira-kira 10% dari orang-orang ini memiliki sebuah masalah yang

cukup besar.24

Infeksi luka merupakan masalah yang sering dihadapi. Sebuah infeksi yang

lebih dalam dapat berdampak dalarn kernunculan kembali hernia. Kandung kemih

dapat luka dengan cara saat dasar saluran inguinal dibentuk kembali dan dilakukan

untuk hernia pangkal paha. Jika rnungkin melukai testis,vasdeferens, pembuluh

darah atau syaraf’ illiohypogastrik, illioinguinal

Komplikasi intra operatif meliputi rnelukai atau pembedahan struktur sperma,

luka vaskular mernproduksi pendarahan, mengganasnya sakit atau pengharnbatan

syaraf-syaraf, luka visceral (biasanya perut atau kandung kemih). Komplikasi

sistemik setelah operasi berhubungan dengan suatu prosedur khusus dalam

kemunculannya.

2.10 Prognosis

Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isikantong

hernia.Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit

pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi hernia

umumnya dapat diatasi.25

20
KESIMPULAN

Hernia adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah

yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Hernia diberi nama sesuai lokasi

anatominya, seperti hernia inguinal, diafragma, umbilikalis, femoralis, dan lain-lain.

Hampir 75% dari hernia abdominalis merupakan hernia ingunalis. Hernia

ingunalisdibagimenjadiduayaitu Hernia IngunalisLateralis (HIL) dan Hernia

IngunalisMedialis (HIM). Sebesar 60% hernia terjadi pada sisi kanan, sebesar 20-

25% di sisi kiri, dan sebesar 15% terjadi bilateral.

Hernia inguinalis disebabkan karena defek/lemahnya dinding rongga perut,

baik terjadi secara kongenital maupun didapat. Faktor yang dipandang berperan

adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga

abdomen, dan kelemahan dinding abdomen karena usia. Hernia inguinalis dapat

bersifat reponible, irreponible, inkerserata, dan strangulata. Gejala utama hernia

ingunalis adalah adanya benjolan/bengkak di lipat paha, kadang disertai pula dengan

nyeri. Pada hernia strangulata dapat timbul rasa tegang, bengkak, panas, memerah

pada daerah sekitar benjolan, dan tanda-tanda inflamasi, selain itu perasaan sakit

akan bertambah hebat.

Terapi hernia inguinalis dapat berupa konservatif dan operatif, yaitu berupa

herniotomi, hernioplasti, dan lainnya. Komplikasi dapat timbul hernia strangulata,

nekrosis usus, perforasi menyebabkan fistel, dan peritonitis. Prognosis tergantung

dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong hernia.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Claudia G. Rawis, dkk. Pola Hernia Inguinalis Lateralis di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado Periode Agustus 2012 – Juli 2014; Jurnal e-Clinic (eCl),
Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015.
2. Rasjad C. Hernia. In: Sjamsuhidayat R, Jong WD, editors. Buku Ajar Ilmu
Bedah (Edisi ke-3). Jakarta: EGC, 2010; p. 619-29.
3. Luthfi A, Thalut K. Dinding perut, hernia, retroperitoneum, dan omentum.
Dalam (Sjamsuhidajat R, Karnadiharja W, Prasetyono TOH, et al, ed) Buku Ajar
Ilmu Bedah edisi 3. Hal. 615-41. 2007. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Mayasari I & Ahram A. Karakteristik Penderita Hernia Inguinalis yang Dirawat
Inap di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2012. Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako. 2012
5. Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Profil Rumah Sakit Umum Anutapura
Palu. RSU. Palu: Anutapura. 2012
6. Aru W, Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III (Edisi V). Jakarta:
Interna Publishing. 2009.
7. Sherman V, Macho JR, Brunicardi FC. Inguinalis hernias. In: Brunicardi FC,
Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, et al, editors.
Schwartz’s Principles of Surgery (9th ed.). New York: McGraw-Hill
Companies, 2010; p. 1305-42
8. Ellis H. The abdomen and pelvis. Dalam Clinical Anatomi: A revision and
applied anatomy for clinical students, 11th ed. Hal. 51-64. USA: Blackwell
Publishing Ltd.2006
9. Kingsnorth AN, Giorgobiani G, Bennett DH. Hernias, umbilicus, and abdominal
wall. Dalam (Williams NS, Bulstrode CJK, O’Connel PR, ed.) Bailey and
love’s: Short Practice of Surgery 25th ed. Hal. 968-90. 2008. London: Edward
Arnold Ltd.
10. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi III.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 619-628
11. Seibert A., MD. Understanding hernia – the basic on April 18, 2012. (online
journal diakses pada Februari 2018)

22
12. Townsend, Courtney M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery (17th ed.).
Philadelphia: Elsevier Saunders, 2004; p. 1199-217)
13. Hebra A. Pediatric hernias. Tersedia dari:
http://emedicine.medscape.com/article/932680-overview#a6. Diunduh pada
Februari 2018
14. Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Profil Rumah Sakit Umum Anutapura
Palu. RSU. Palu: Anutapura. 2012.
15. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Data Keadaan Morbiditas Pasien
Rawat Inap Rumah Sakit. Dinkes. Palu. 2012.
16. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR. Schwartz’s Principle of Surgery, Edisi
ke-10. New York : Mc Graw Hill. 2010
17. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317
18. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356
19. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.
Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
20. Petroze RT, Groen RS, Niyonkuru F. Estimating operative disease prevalence in
low income country results of nationwide population survey surgery. 2012.
21. American College of Surgeons. Pediatric hernia inguinal and femoral repair.
Tersedia dari: http://www.facs.com. Diunduh pada Februari 2018
22. Glick, P.L., & Boulanger, S.C. Inguinal Hernias and Hydroceles. In A.G. Coran,
N.S. Adzick, & T.M. Krummel, Pediatric Surgery .2012. (pp. 985-1001).
Philadelphia, USA: Elsevier Saunders.
23. Bailey and love’s: Short Practice of Surgery 25th ed. Hal. 968-90. 2008.
London: Edward Arnold Ltd.
24. Sabiston and Lyerly, Text Book of Surgery The Biological Basis of Modern
Surgical Practice, 15nd ed, 1.219- 1.232, W. B, Saunders Company,
London.1997.
25. Cameron, J. L, Terapi Bedah Mutakhir, edisi IV, 709- 713, Binarupa Aksara,
Jakarta. 1997.

23

Anda mungkin juga menyukai