SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 23 tahun dibawa ke IGD oleh beberapa orang penolong
dengan kondisi tidak sadarkan diri setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Dari
pemeriksaan dokter didapatkan epidural hematom dan harus dilakukan operasi
segera. Karena tidak ada keluarga yang bisa dihubungi dokter langsung mengambil
tindakan operasi namun nyawa pasien tetap tidak bisa diselamatkan. Beberapa jam
kemudian datang orang tua korban dan menuntut Rumah Sakit atas kematian
putranya.
KATA SULIT
KATA/KALIMAT KUNCI
1. Laki-laki 23 tahun
PERTANYAAN
1
3. Pada kondisi apa saja informed consent diperlukan?
10. Jelaskan dasar hukum atau tindakan dokter yang menangani pasien tanpa
persetujuan keluarga!
2
PEMBAHASAN
1. Penyebab utama kematian pasien bisa saja karena perburukan dari Epidural
Hematom yang dialaminya. Epidural Hematom dapat menimbulkan adanya
reflex babinski positif bilateral serta postur deserebrasi preoperasi
memperburuk prognosis. Kematian biasanya disebabkan henti nafas akibat
herniasi unkal yang menyebabkan penekanan pada batang otak.1
3
seperti mengangguk. Pasien juga tidak memberikan penolakan, dengan
demikian, dianggap pembesihan luka tadi disetujui oleh pasien
4. Pengertian Malpraktik
Malpraktik atau mal- practice berasal dari kata “mal” yang berarti buruk.
Sedang kata “practice” berarti suatu tindakan atau praktik. Dengan demikian
secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu tindakan medik “buruk” yang
dilakukan dokter dalam hubungannya dengan pasien.4
4
kelalaian dokter. Se- dangkan pada Undang-Undang No. 29 Tahun 2004,
khususnya pada Pasal 84 dikatakan se- bagai pelanggaran disiplin dokter.4
5. Jenis-jenis malpraktik :2
a) Duty To Use Due Care (Kewajiban). Tidak ada kelalaian jika tidak ada
kewajiban untuk mengobati. Hal ini berarti harus ada hubungan hukum
antara pasien dan dokter/ rumah sakit. Dengan adanya hubungan hukum,
maka implikasinya adalah bahwa sikap-tindak dokter (atau tenaga medis
lainnya) di rumah sakit tersebut harus sesuai dengan standar pelayanan
medis agar pasien jangan sampai menderita cedera karenanya.
5
Walaupun seorang dokter atau rumah sakit dituduh telah berlaku lalai,
tetapi jika tidak sampai menimbulkan luka/cedera/kerugian
(Damage/Injury/Harm) kepada pasien, maka ia tidak dapat dituntut
ganti-kerugian. Istilah Injury tidak saja dalam bentuk fisik, namun
kadangkala juga termasuk dalam arti gangguan mental yang hebat.
6
d) Kerugian tersebut disebabkan tindakan di bawah standar
1) Cara langsung
7
i. Kerugian umum (general damages), termasuk kehilangan
pendapatan yang akan diterima, kesakitan dan penderitaan (loss
of future earnings and pain and suffering)
ii. Kerugian khusus (special damages), kerugian financial nyata
yang harus dikeluarkan seperti biaya pengobatan.
8
2) Cara tidak langsung
Perkara pidana
9
Perkara perdata
Perkara Administrasi
10
yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum
administrasi.5,6,7,8,9,10
Perkara Disiplin
b) Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lainyang memiliki
kompetensi sesuai.
11
h) Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate
information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik
kedokteran.
12
q) Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan atau etika profesi.
13
Perkara Etik
14
Berdasarkan pembuktian malpraktek yang bisa dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Maka upaya penyelesaiannya diusahakan
diselesaikan oleh pihak Rumah Sakit dalam hal ini baik MKEK dan MKDKI
yang ditingkat cabang masing-masing sebelum aduan dilaporkan ke jalur
hukum karena akan sulit dalam penyelesaian walaupun memang berdasarkan
keputusan MKEK dan MKDKI yang bersangkutan tidak bersalah. Karena
keputusan dari MKEK dan MKDKI belum memliki pengaruh hukum yang
kuat bagi yang terduga malpraktik.5,6,7,8,9,10
15
tidak oleh MKEK dan MKDKI dibawah IDI. Dari hasil sidang yang
dilakukan tersebut diupayakan di selesaikan dalam lingkup internal Rumah
sakit. Jika terdapat pelanggaran berat bisa ditindak lanjuti ke jalur hukum,
melalui proses peradilan yang ada. Adapun sanki dari hukum bisa berupa
administratif ataupun perdata dan pidana.5,6,7,8,9,10
16
dokter tidak mungkin menunda tindakan atau mempermasalahkan
informed consent, sebab jika terlambat akan membahayakan kondisi pasien
atau dikenal dengan zaakwarneming (perbuatan sukarela tanpa kuasa) diatur
dalam Pasal 1354 KUH Perdata.11
11. Setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuan dari pasien (informed
consent). Hal itu telah diatur sebagai hak pasien dalam UU N0.23/1992
tentang Kesehatan pasal 53 ayat 2 dan Peraturan Menteri Kesehatan
No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis. Dalam keadaan gawat
darurat dimana harus segera dilakukan tindakan medis pada pasien yang tidak
sadar atau tidak didampingi sehingga tidak perlu persetujuan dari siapapun
(Pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989). Dalam hal
persetujuan tersebut dapat diperoleh dalam bentuk tertulis, maka lembar
persetujuan tersebut harus disimpan dalam berkas rekam medis.2
12. Dokter tidak melakukan informed consent karena dalam skenario termaksud
kasus gawat darurat yaitu epidural hematom yang merupakan suatu
perdarahan tang terjadi diruang epidural yang nantinya akan menekan batang
otak dan akan merusak pusat pernapasan, dll. Dimana jika tidak segera
17
ditangani lebih lanjut akan menimbulkan komplikasi yang lebih parah
nantinya.4
18
Daftar Pustaka
19
12. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes Republik Indonesia
No.585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 1989.
20