Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 6 : FUNGSI SISTEM STOMATOGNASI

Skenario 2
Dosen Pembimbing :
drg. Amandia Dewi P. Shita, M.Biomed.
Disusun oleh :
1. Firdaus Izzah Radji (181610101152)
2. Indana Zulva (181610101153)
3. Kahfi Izza Tegar A. (181610101154)
4. Wellant Putra I. (181610101155)
5. Muhammad Irfan (181610101156)
6. M. Dodi Kuncoro Jati (181610101157)
7. Rheza Jihan S. N (181610101158)
8. Mohammad Naufal F (181610101159)
9. Arda Rahma Putri (181610101161)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat Nya
sehingga laporan ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penyusun juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dalam menyelesaikan laporan tutorial pada Skenario 2 : Oklusi, Blok 6 : Fungsi
Sistem Stomagtonasi
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan Tutor pada kelompok Tutorial
15, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Amandia Dewi P. Shita, M.Biomed. selaku Tutor pada kelompok
Tutorial 15, dan
2. Semua anggota Tutorial 15 yang telah berpatisipasi dalam proses
pembuatan laporan ini.
Dan harapan penyusun, semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman penyusun, penyusun yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Jember, 14 April 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Skenario ................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Kata Sulit ........................................................................................ 1
1.3 Identifikasi Masalah ............................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................2
2.1 Definisi Kata Sulit ................................................................................................. 2
2.2 Analisa Identifikasi Masalah ............................................................................. 2
2.3 Mapping ................................................................................................................. 7
2.4 Tujuan Pembelajaran ............................................................................................. 8
BAB III METODE ...................................................................................................... 9
3.1 Konsep dasar oklusi (seimbang, morfologi, dinamis) ............................................. 9
3.2 Oklusi normal dan oklusi ideal ............................................................................. 11
3.3 Faktor yang mempengaruhi oklusi normal .......................................................... 13
3.4 Oklusi statis dan oklusi dinamis............................................................................ 14
3.5 Hubungan mandibula terhadap maksila ............................................................... 17
3.6 Perbedaan antara oklusi sentris dan relasi sentris ................................................. 18
3.7 Klasifikasi maloklusi menurut angle..................................................................... 18
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 20
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21

ii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1. Oklusi Ideal .......................................................................................... 11


GAMBAR 2. Oklusi Dinamik .................................................................................... 16
GAMBAR 3. Klasifikasi Angle ................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario

Oklusi adalah hubungan kontak antara gigi geligi bawah dengan gigi geligi atas
waktu mulut ditutup. Oklusi dikatakan normal, jika susunan gigi dalam lengkung
gigi teratur baik, serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi atas dengan
gigi bawah, hubungan seimbang antara gigi dan tulang rahang terhadap tulang
tengkorak dan otot di sekitaraya, serta ada keseimbangan fungsional sehingga
memberikan estetika yang baik. Oklusi dari gigi geligi bukanlah suatu keadaan
yang statis, karena mandibula dapat bergerak dalam berbagai posisi yang disebut
sebagai keadaan yang dinamik

1.2 Identifikasi Kata Sulit


1) Oklusi
2) Lengkung gigi
3) Estetika
4) Keseimbangan fungsional
5) Statis
6) Dinamis
1.3 Identifikasi Masalah
1) Bagaimana ciri oklusi normal?
2) Apa saja Klasifikasi oklusi?
3) Faktor yang mempengaruhi terjadinya oklusi?
4) Hubungan antara maksila dan mandibula?
5) Apa saja pola oklusi?
6) Apa saja komponen yang berperan pada oklusi?
7) Apa saja yang menyebabkan perubahan pada oklusi?
8) Bagaimana susunan gigi yang baik?
9) Klasifikasi maloklusi

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kata Sulit


1) Oklusi : berkontaknya antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah saat
menutup dan secara langsung tanpa ada penghambat
2) Lengkung gigi : garis lengkung imajiner yang menghubungkan sederetan gigi
pada rahang atas dan rahang bawah
3) Estetika : nilai keindahan pada gigi manusia
4) Keseimbangan fungsional : oklusis gigi yang normal selama mandibula
melakukan gerakan sesuai fungsinya
5) Statis : kondisi dimana gigi geligi rahang atas dan rahang bawah dalam
keadaan mulut tertutup, tetap atau tidak bergerak (tidak menjalankan
fungsinya) atau bisa disebut hubungan kunyah gigi geligi dalam keadaan tidak
fungsi
6) Dinamis : hubungan gigi geligi RA dan RB dimana mandibula melakukan
gerakan kearah lateral, anterior dan posterior.
2.2 Analisa Identifikasi Masalah
1. Bagaimana ciri oklusi normal?

Ketika hubungan antara cusp, ridge dan groove tepat pada keserasian dan
komponen yang berperan seperti gigi dan jaringan pendukung yaitu otot, tmj,
dan neuro muskular dalam keadaan sehat dan siap menjalankan fungsinya
dengan baik. Arti lain yaitu ketika gigi tersusun rapi dan teratur mengikuti
garis kurva oklusi
- Hubungan yang tepat pada gigi M1 permanen pada bidang sagital
- Inklinasi mahkota gigi Insisivus yang tepat pada bidang sagital
- Tiap tiap lengkung gigi merupakan suatu curva yang berbentuk parabola
(lengkung gigi RA lebih besar dari RB) dalam lengkung gigi, setiap gigi
harus mempunyai titik kontak
- Ukuran gigi RA lebih besar dari RB

2
- Pada gigi susu, permukaan mesial gigi insisivus sentral atas dan bawah
satu garis satu sama lain pada garis median, selain itu pada gigi insisivus
sentral RA beroklusi dengan gigi insisivus sentral RB dan sepertiga
mesial mesio distal dari gigi insisivus lateral bawah
- Angulasi mahkota gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal, tidak
ada rotasi gigi gigi individual, bidang oklusal yang datar atau sedikit
melengkung.
- Kesimpulan : tiap gigi rahang atas berkontak dengan 2 gigi rahang
bawah kecuali insisivus
2. Apa saja Klasifikasi oklusi?

Oklusi ideal
Gigi geligi tersusun rapih dan sempurna dalam lengkung rahang. Keadaan
beroklusinya setiap gigi kecuali insisivus bawah sama RA, beroklusinya
dengan 2 gigi lengkung antagonisnya.
Oklusi sentrik
Posisi kontak maksila dari gigi geligi pada waktu mandibula dalam keadaan
sentrik. Kondilus rahang bawah berada pada posisi bilateral simeteris pada
lengkungnya
Oklusi normal
 Oklusi statik
Cusp fungsional gigi premolar berada pada posisi cusp to marginal, pada gigi
molar cusp to fossa. Menimbulkan relasi gigi anterior yaitu relasi overbite dan
overjet. Dimana overbite itu jarak vertikal insisal insisivus RA dan RB
normalnya obverbitenya itu 3-5 mm. Overjet adalah jarak horizontal insisisal
insisivus RA dan RB, biasanya normalnya 1.5 sampai 2.5 mm
 Oklusi dinamik
Oklusi yang terjadi akibat pergerakn mandibula yang tibul akibat bergeraknya
mandibula kesamping(lateral), kedepan (anterior), dan kebelakang (posterior)

3
3. Faktor yang mempengaruhi terjadinya oklusi?

 variasi genetik
 otot-otot
 jaringan sekitar RM
 perkembangan gigi geligi secara acak
 kebiasaan
 adanya gigi supernumerary
 adanya gigi mesiodens
 trauma
 pertumbungan dan perkembangan yg baik dari alat-alat pengunyah
 integritas atau hubungan yang baik dari gigi geligi
 hubungan yang baik dari TMJ

4. Hubungan antara maksila dan mandibula?

Disebut dengan relasi.


- relasi vertikal (dimensi vertikal istirahat dan dimensi vertikal oklusal)
- relasi horizontal (relasi eksentrik dan sentrik)
Sentrik : hubungan mandibula dan maksila yang menujukaan posisi
mandibula terletak 1-2 mm lebih kebelakang
Eksentrik : relasi mandibula dan maksila selain dari sentrik meliputi relasi
protrutif dan lateral
- relasi normal insisivus, incicors edge pada insisivus rahang bawah beroklusi
atau terletak dibawah singulum palatal I RA
- relasi normal pada caninus, oklusi C RA beroklusi pada ruang bukal antara C
RB dan P1 RB
- relasi molar, neutroklusi, distoklusi, dan mesioklusi. Dimana neutroklusi
adalah cusp Mesio-bukal M1 RA berkontak dengan cusp bukal groove M1
bawah dan cusp mesio-palatal M1 atas berkontak dengan sentral fossa gigi
M1 bawah. Distoklusi adalah kondisi diaman cusp mesio-bukal M1 atas

4
berada lebih mesial dari cusp bukal groove M1 bawah. Mesioklusi adalah
kondisi dimana cusp mesio-bukal M1 atas berada lebih ke distal cusp bukal
groove M1 bawah

5. Apa saja pola oklusi?

Bilateral Balanced Occlusion


Pada gigi geligi posterior pada kerja kontak dan sisi keseimbangan
keduanya dalam keadaan berkontak
Unilateral balanced occlusion
Pada gig geligi posterior pada kerjanya berkontak dan sisi keseimbangan
tidak berkontak. Ada yang menyebutkan keduanya tidak berkontak.
Mutually protected occlusion
Kontak ringan pada gigi geligi anterior, pada posteior ini tdk berkontak
Intercuspal contact posision (ICP)
Kontak gigi geligi secara maksimal dengan antagonisnya
Protrutif contact posision (PCP)
Kontak saat mandibula digerakkan kearah anterior
Working Side Contact Posisition (WSCP)
Maksudnya adalah kontak gigi RB digerakkan kearah lateral dan sisi
sebelahnya dari working side disebut Balancing Side Contact
Point(BSCP)
Retruded Contact Position (RCP)
Kontak maksimal gigi saat mandibula lebih ke posterior dari ICP namun
mandibula masih dapat bergerak terbatas kearah lateral

6. Apa saja komponen yang berperan pada oklusi?

Gigi dan jaringan pendukungnya


TMJ
Otot-otot mastikasi
Ligamen

5
Maksila dan mandibula

7. Apa saja yang menyebabkan perubahan pada oklusi?

atrisi : ke ausan gigi yang disebabkan oleh faktor fisiologi


abrasi : keausan gigi yang disebabkan oleh faktor mekanik
abfraksi : kondisi gig yang ditandai dengan retakan permukaan servikal
gigi. Disebabkan oleh beban mekanik pengunyahan yang terlalu besar
erupsi klinis dari M3
gigi rahang atas protrusi
gigi rahang bawah retrusi
gigi tanggal dan gangguan TMJ

8. Bagaimana susunan gigi yang baik?

relasi normal insisivus, incicors edge pada insisivus rahang bawah


beroklusi atau terletak dibawah singulum palatal I RA
relasi normal pada caninus, oklusi C RA beroklusi pada ruang bukal
antara C RB dan P1 RB
relasi molar, neutroklusi, distoklusi, dan mesioklusi. Dimana neutroklusi
adalah cusp Mesio-bukal M1 RA berkontak dengan cusp bukal groove
M1 bawah dan cusp mesio-palatal M1 atas berkontak dengan sentral fossa
gigi M1 bawah. Distoklusi adalah kondisi diaman cusp mesio-bukal M1
atas berada lebih mesial dari cusp bukal groove M1 bawah. Mesioklusi
adalah kondisi dimana cusp mesio-bukal M1 atas berada lebih ke distal
cusp bukal groove M1 bawah

6
9. Klasifikasi maloklusi

Klas 1 angle : dimana cusp meio-bukal M1 maksila jatuh pada groove


bukal M1 mandibula, cusp mesio-lingual M1 maksila jatuh pada fossa
oklusal mandibula dan dalam keadaan sentrik
Klas 2 angle: lengkung mandibula lebih ke distal daripada maksila. Cusp
mesio-bukal M1 maksila jatuh diantara cusp mesio-bukal M1 mandibula
dan distal P2. Cusp mesio-lingual M1 maksila jatuh pada mesial M1
mandibula
- Divisi 1 : ketika labioversi insisivus maksila
- Divisi 2 : ketika insisivus maksila mendekati hub. Antero-posterior atau
sedikit linguoversi
- Subdivisi: molar klass 2 muncul pada salah satu sisi lengkung rahang
Klas 3 angle : dimana lengkung mandibula dalam hubungan terhadap
maksila
- Pseudo : terjadi ketika ada pergeseran mandibula kearah anterior pada
fossa glenoid
- Subdivisi : terjadi pada pola oklusi unilateral

2.3 Mapping

OKLUSI

SISTEM GIGI GELIGI SISTEM SKELETAL SISTEM MUSKULAR

IDEAL NORMAL SENTRIK

DINAMIS STATIS

7
2.4 Tujuan Pembelajaran
Adapun L.O yang diperoleh dari pembahasan skenario 2 blok 6, yaitu :
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :
1) Konsep dasar oklusi (seimbang, morfologi, dinamis)
2) Oklusi normal dan oklusi ideal
3) Faktor faktor yang dapat mempengaruhi oklusi normal
4) oklusi statis dan oklusi dinamis
5) hubungan mandibula terhadap maksila
6) Perbedaan antara oklusi sentris dan relasi sentris
7) Klasifikasi maloklusi menurut angle

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Konsep dasar oklusi (seimbang, morfologi, dinamis)


Menurut Kamus Kedokteran Gigi, oklusi merupakan setiap kontak
antara gigi-geligi dari lengkung yang berlawanan dan biasanya mengacu
pada permukaan oklusal, serta hubungan statis antara gigi atas dan gigi
bawah selama interkuspasi (pertemuan tonjol gigi atas dan bawah secara
maksimal). Oklusi ideal yaitu keadaan beroklusinya setiap gigi, kecuali
insisivus sentral bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di
lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak
mengalami keausan. Sedangkan oklusi normal yaitu oklusi yang
memenuhi persyaratan fungsi dan estetis walau disertai adanya
ketidakteraturan pada gigi secara individu. Terjadi jika gigi atas dan
bawah tersusun dengan baik dan tonjol gigi posterior pas kedudukannya
dengan gigi bawah antagonisnya (Harty, F.J, Ogston, R, 2012). Dari aspek
sejarah perkembangannya, dikenal tiga konsep dasar oklusi yang sejauh
ini diajarkan dalam pendidikan kedokteran gigi. 1. Pertama, konsep oklusi
seimbang (balanced occlusion) yang menyatakan suatu oklusi baik atau
normal, bila hubungan antara kontak geligi bawah dan geligi atas
memberikan tekanan yang seimbang pada kedua rahang, baik dalam
kedudukan sentrik maupun eksentrik. 2. Kedua, konsep oklusi morfologik
(morphologic occlusion) yang penganutnya menilai baik-buruknya oklusi
melalui hubungan antar geligi bawah dengan lawannya dirahang atas pada
saat geligi tersebut berkontak. 3. Ketiga, konsep oklusi dinamik/
individual/ fungsional (dinamic)/individual/functional occlusion). Oklusi
yang baik atau normal harus dilihat dari segi keserasian antara
komponenkomponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antar
11 geligi tadi. Komponen-komponen ini antara lain ialah geligi dan
jaringan ini antara lain ialah geligi dan jaringan penyangganya, otot-otot

9
mastikasi dan sistem neuromuskularnya, serta sendi temporo mandibula.
Bila semua struktur tersebut berada dalam keadaan sehat dan mampu
menjalankan fungsinya dengan baik, maka oklusi tersebut dikatakan
normal (Gunadi, Haryanto A; dkk).
Oklusi merupakan fenomena kompleks yang terdiri dari gigi geligi,
ligamen periodontal, rahang, sendi temporomandibula, otot dan sistem
saraf. Oklusi memiliki 2 aspek. Aspek yang pertama adalam statis yang
mengarah kepada bentuk, susunan, dan artikulasi gigi geligi pada dan
diantara lengkung gigi, dan hubungan antara gigi geligi dengan jaringan
penyangga. Aspek yang kedua adalah dinamis yang mengarah kepada
fungsi sistem stomatognatik yang terdiri dari gigi geligi, jaringan
penyangga, sendi temporomandibula, sistem neuromuskular dan nutrisi.
Terdapat beberapa terminologi seperti “oklusi normal” dan “oklusi
ideal”. Istilah oklusi normal tidak terlalu penting dibandingkan kebutuhan
untuk mencapai fungsi oklusi yang efisien dan nyaman. Leroy Johnson
menggambarkan oklusi normal sebagai suatu kondisi oklusi yang
berfungsi secara harmonis dengan proses metabolik untuk
mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang berada dalam
keadaan sehat. Oklusi dikatakan normal jika: susunan gigi di dalam
lengkung gigi teratur dengan baik; gigi dengan kontak proksimal;
hubungan seimbang antara gigi dan tulang rahang terhadap kranium dan
muskular disekitarnya; kurva Spee normal; ketika gigi berada dalam
kontak oklusal, terdapat maksimal interdigitasi dan minimal overbite dan
overjet; cusp mesio-bukal molar 1 maksila berada di groove mesio-bukal
molar 1 mandibula dan cusp disto-bukal molar 1 maksila berada di
embrasure antara molar 1 dan 2 mandibula dan seluruh jaringan
periodontal secara harmonis dengan kepala dan wajah.
Perubahan terhadap oklusi normal terjadi pada kondisi kehilangan gigi,
destruksi substansi gigi, migrasi gigi dan sebagai akibatnya adalah
maloklusi.

10
Sedangkan oklusi ideal merupakan konsep teoretis dari struktur
oklusal dan hubungan fungsional yang mencakup prinsip dan karakteristik
ideal yang harus dimiliki suatu keadaan oklusi. Menurut Kamus
Kedokteran Gigi, oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya setiap gigi,
kecuali insisivus sentral bawah dan molar tiga atas, beroklusi
3.2 Oklusi normal dan oklusi ideal
Oklusi ideal merupakan konsep teoretis dari struktur oklusal dan
hubungan fungsional yang mencakup prinsip dan karakteristik ideal yang
harus dimiliki suatu keadaan oklusi. Menurut Kamus Kedokteran Gigi,
oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali insisivus
central bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung
antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami
keausan (Harty, F. J. Ogston, R. : 1995).

GAMBAR 1. Oklusi Ideal

Syarat lain untuk mendapatkan oklusi ideal antara lain: 1. Bentuk


korona gigi berkembang dengan normal dengan perbandingan yang tepat
antara dimensi mesio-distal atau buko-lingual. 2. Tulang, otot, jaringan
disekitar gigi anatomis mempunyai perbandingan yang normal. 12 3.
Semua bagian yang membentuk gigi geligi geometris dan anatomis, satu
dan secara bersama-sama memenuhi hubungan yang tertentu. 4. Gigi
geligi terhadap mandibula dan cranium mempunyai hubungan geometris
dan anatomis yang tertentu. Karena gigi dapat mengalami atrisi akibat

11
fungsi pengunyahan, maka bentuk gigi ideal jarang dijumpai (Gros,
Martin D. : 1991). Oklusi ideal dapat diperoleh apabila bentuk
hirroglyphics (cusp, ridge, dan groove) gigi geligi ideal, tetapi hal ini akan
sulit dicapai sebab dalam proses pemakaiannya seringkali gigi geligi
tersebut mengalami berbagai perubahan. Berbagai perubahan yang dapat
terjadi adalah : (a) atrisi yaitu keausan gigi yang disebabkan faktor
fisiologis misalnya gesekan antar gigi, (b) abrasi yaitu keausan gigi yang
disebabkan faktor mekanis misalnya cara menyikat gigi yang kurang
benar, (c) erosi yaitu ausnya gigi yang disebabkan hilangnya jaringangan
keras gigi yakni enamel karena proses kimiawi dan tidak melibatkan
bakteri (Walton, Richard E. : 2008).
Leory Johnson menggambarkan oklusi normal sebagai suatu kondisi
oklusi yang berfungsi secara harmonis dengan proses metabolik
untukmempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang berada dalam
keadaan sehat (Foster, T. D : 1997). Andrew (1972) menyebutkan enam
kunci oklusi normal yang berasal dari penelitian yang dilakukannya
terhadap 120 subyek yang oklusi idealnya memiliki enam ciri. Keenam
ciri tersebut adalah sebagai berikut : 1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi
molar pertama tetap pda bidang sagital. 2. Angulasi mahkota gigi-gigi
insisivus yang tepat pada bidang transversal. 3. Inklinasi mahkota gigi-
gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital. 4. Tidak adanya rotasi gigi-
gigi individual. 5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam
masingmasing lengkung gigi, tanpa celah maupun berjejal-jejal. 6. Bidang
oklusal yang datar atau sedikit melengkung (Foster, T. D : 1997). Andrew
memperkirakan bahwa jika satu atau beberapa ciri tidak tepat, hubungan
oklusal dari gigi geligi tidaklah ideal. Beberapa kriteria mengenai oklusi
fungsional yang ideal sudah diperkenalkan oleh Roth (1976). Berikut ini
adalah salinan dari konsep Roth, yang ditujukan terutama untuk
mendapatkan efisiensi pengunyahan maksimal yang konsisten dengan
beban traumatik minimal yang mengenai gigi-gigi dan jaringan

12
pendukung serta otot dan aparatus pengunyahan skeletal (Foster, T. D :
1997).
3.3 Faktor faktor yang dapat mempengaruhi oklusi normal
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan oklusi dibagi menjadi
dua kelompok yaitu faktor lokal dan faktor umum. Faktor lokal yang
memberikan pengaruh terhadap perkembangan oklusi antara lain posisi
perkembangan gigi yang berjejal (crowded), gigi supernumerary dan
hipodonsia. Faktor umum terdiri dari faktor skeletal, faktor otot dan faktor
dental.
1. Faktor Skeletal
Hubungan skeletal merupakan hubungan antero-posterior dari bagian
basal rahang bawah dan rahang atas dengan gigi-gigi pada keadaan
oklusi. Klasifikasi hubungan skeletal dibagi menjadi tiga, yaitu klas I,
klas II dan klas III skeletal (Foster, T.D., 2012). 14
2. Faktor Otot
Faktor otot dilihat dari bentuk dan fungsi otot yang mengelilingi gigi
dapat memberikan pengaruh terhadap erupsi gigi.
3. Faktor Dental
Faktor umum ketiga yang dapat mempengaruhi perkembangan oklusi
adalah hubungan ukuran mesiodistal gigi dan ukuran rahang tempat
terletaknya gigi tersebut. Bentuk dan ukuran mesiodistal gigi berperan
penting dalam menentukan ruang yang tersedia untuk gigi. Gigi geligi
harus memiliki cukup ruang dalam lengkung basal rahang agar dapat
erupsi tanpa berjejal atau bertumpuk. Hubungan skeletal dan faktor
otot dapat mempengaruhi ukuran lengkung rahang menjadi lebih besar
atau lebih kecil. Hal tersebut berpengaruh terhadap posisi gigi dalam
rongga mulut dan mengakibatkan terjadinya maloklusi gigi. (Foster,
T.D., 2012)
Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi dari oklusi normal
seperti :

13
 Faktor genetik
Misalnya :
o Adanya perkawinan campur antar ras dan suku bangsa yang
dapat menimbulkan berbagai macam variasi oklusi
o Adanya kelainan genetik
o Evolusi ukuran rahang manusia
 Kebiasaan buruk
o Aktivitas mengisap jari dan ibu jari sangat berkaitan dengan
otototot sekitar rongga mulut sehingga dapat menyebabkan
adanya gigitan depan terbuka (anterior openbite)
o Mengigit bibir
o Menjulurkan lidah, dan
o Mengigit kuku 15
 Trauma Prenatal : tekanan pada saat intrauterin Mekanisnya :
trauma gigi sulung  benih gigi permanen bergeser  kelainan
pertumbuhan gigi permanen  akar gigi permanen dan yang berada
didekatnya  erupsi diluar lengkung gigi
 Post natal : fraktur rahang dan gigi
3.4 oklusi statis dan oklusi dinamis
Oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas dan rahang
bawah dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi geligi
dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada oklusi statik, hubungan cusp
fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp to
marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa.
Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet)
dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit
(overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA
terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit
(overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal edge
RA. Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior

14
(premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp fungsional
gigi molar pada posisi cusp to fossa. Sedang pada hubungan gigi anterior
dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam
satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara
incisal edge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus
pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal
edge RB sampai incisal edge RA.
Oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB
pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral
(samping) ataupun kedepan (antero-posterior). Oklusi dinamik timbul
akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang
(posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering
disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja
(working side) yang ditunjukkan dengan adanya kontak antara cusp bukal
RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working
side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal
guidance), bukan pada balancing side. Oklusi dinamik timbul akibat
gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang
(posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering
disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja
(working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal
RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working
side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal
guidance), bukan pada balancing side.

15
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1) Intercupal Contact Position (ICP)
Adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya.
2) Retruded Contract Position (RCP)
Adalah kontak maksimal gigi geligi pada saat mandibula bergerak
lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara
terbatas ke lateral.
3) Protrusif Contact Position (PCP)
adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB digerakkan ke anterior.

4) Working Side Contact Position (WSCP)


adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakan ke lateral. Pada saat
rahang bawah digerakkan 17 ke lateral, maka sisi di sebelahnya
disebut dengan Balancing Side Contact Position (BSCP).

GAMBAR 2. Oklusi Dinamik

Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan


RB dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Bilateral balanced occlusion


Bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi keseimbangn, keduanya
dalam keadaan kontak;

16
2. Unilateral balanced occlusion
Bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi keseimbangan
tidak kontak
3. Mutually protected occlusion
Dijumpai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang pada gigi
posterior tidak kontak;
4. Tidak dapat ditetapkan
Bila tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi diatas.
Konsep oklusi dinamik ini menyatakan bahwa efektivitas fungsional
tak dapat ditentukan oleh hubungan hirroglyphics (cusp, ridge, dan
groove) saja, tetapi keserasian antara komponen yang berperan dalam
proses terjadinya kontak antara gig geligi tersebut. Komponen tersebut
adalah gigi geligi dan jaringan pendukungnya; otot mastikasi, sistem
neuromuskular, dan sendi temporomandibular (STM). Bila semua struktur
tersebut berada dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan fungsinya
dengan baik, maka oklusi tersebut dikatakan normal.
3.5 hubungan mandibula terhadap maksila
 Dimensi Vertikal Istirahat
Hubungan rahang atas (maksila) dan rahang bawah (mandibula) dalam
arah vertikal saat mandibula dalam kedudukan istirahat fisiologis.
 Dimensi Vertikal Oklusi
Hubungan rahang atas (maksila) dengan rahang bawah (mandibula)
dalam arah vertikal saat gigi geligi beroklusi.
Selisih antara dimensi vertikal istirahat dan oklusi disebut free way
space
 Relasi Sentrik
Hubungan mandibula terhadap maksila, yang menunjukkan posisi
mandibula terletak 1-2 mm lebih ke belakang dari oklusi sentris.

17
 Relasi Eksentrik
Relasi antara mandibula terhadap maksila selain relasi sentrik, meliputi
relasi protrutive dan relasi lateral.
3.6 Perbedaan antara oklusi sentris dan relasi sentris
Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu
mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi
bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi
mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak
antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah
bila terdapat gigi supra posisi ataupun overhanging restoration
(Harshanur, IW : 1992).
Definisi oklusi sentrik tidak bisa diterapkan untuk semua individu,
karena pada beberapa kasus seperti pada tahap akhir gigi geligi susu, atrisi
sudah mengurangi tinggi tonjol gigi-gigi sehingga permukaan oklusi
relatif datar. Syarat-syarat oklusi sentris : 1. Gigi atas dan bawah dalam
hubungan kontak maksimal dan tak bekerja. 2. Bibir menekan satu sama
lain. 3. Ujung lidah pada sepertiga insisal dan tengah dari gigi-gigi
insisivus atas dan bawah. 4. Otot-otot kunyah dalam keadaan kontraksi 5.
Ekspresi/tarikan muka harus kelihatan normal (Harshanur, IW : 1992).
Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila, yang
menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih kebelakang dari
oklusi sentris (mandibula terletak paling posterior dari maksila) atau
kondil terletak paling distal dari fossa glenoid, tetapi masih dimungkinkan
adanya gerakan dalam arah lateral. Pada keadaan kontak ini gigi-geligi
dalam keadaan Intercuspal Contact Position (ICP) atau dapat dikatakan
bahwa ICP berada pada posisi RCP (Thomson, Hamish : 2007).
3.7 Klasifikasi maloklusi menurut angle
a. Klas I (neutro occlusion) Hubungan anteroposterior rahang yang
normal dilihat dari molar satu tetap. Cusp mesio bukal molar satu
rahang atas berkontak dengan bukal molar satu rahang bawah, gigi

18
permanen caninus yang terletak di ruang tepi distal gigi permanen
caninus bawah
b. Klas II (disto occlusion) Rahang bawah sekurang kurangnya setengah
cusp lebih ke distal dari rahang atas. Cusp mesio bukal permanen
molar satu rahang atas terletak diantara cusp mesiobukal molar satu
rahang bawah, dan sisi distal molar dua rahang bawah
Divisi 1 : (insisivus pertama atas proklinasi, berhubungan adanya
overjet)
Divisi 2 : ( insisivus pertama atas retroklinasi, insisivus kedua atas
proklinasi, berhubungan adanya overbite yang dalam)

GAMBAR 3. Klasifikasi Angle

c. Klas III (mesio occlusion) Rahang bawah sekurang kurangnya setengah cusp
lebih ke mesial dari rahang atas, mesio bukal molar satu rahang atas
diantara sisi distal molar satu rahang bawah dan sisi mesial molar dua
rahang bawah. lengkung gigi bawah terletak lebih anterior dari rahang atas
 Klas III sejati : rahang bawah pindah dari posisi istirahat ke oklusi klas III
pada saat penutupan normal
 Klas III postural : gerak menutup mandibula menyebabkan I bawah
berkontak dengan I atas sebelum mencapai oklusi sentrik

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Oklusi merupakan setiap kontak antara gigi-geligi dari lengkung yang


berlawanan dan biasanya mengacu pada permukaan oklusal, serta hubungan
statis antara gigi atas dan gigi bawah selama interkuspasi (pertemuan tonjol
gigi atas dan bawah secara maksimal).
Oklusi ideal yaitu keadaan beroklusinya setiap gigi, kecuali insisivus
sentral bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung
antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan.
Sedangkan oklusi normal yaitu oklusi yang memenuhi persyaratan
fungsi dan estetis walau disertai adanya ketidakteraturan pada gigi secara
individu. Oklusi normal terbagi menjadi oklusi statis, oklusi dinamis, serta
oklusi sentris, dimana didalamnya mencangkup hubungan relasi gerakan
mandibula salah satu nya yakni relasi sentris.
Oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas dan rahang
bawah dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi geligi dalam
keadaan tidak berfungsi (statik).
Oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB
pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping)
ataupun kedepan (antero-posterior).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan oklusi dibagi
menjadi dua kelompok yaitu faktor lokal dan faktor umum.
klasifikasi Angle terbagi menjadi Klas 1 (Neutro Occlusion), Klas 2
(Disto Occlusion), dan Klas 3 (Mesio Occlusion).

20
DAFTAR PUSTAKA

Rickne C. Scheid, G. W. (2012). Woelfel Anatomi Gigi 8th Ed . Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Harty, F.J., dan Ogston, R., 2012, Kamus Kedokteran Gigi. Alih Bahasa: Narlan
Sumawinata dari “Concise Illustrated Dental Dictionary”. Jakarta: EGC

Foster, T. D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi Edisi ke 3. Jakarta: EGC

Harshanur, IW. 1992. Anatomi gigi. Jakarta : EGC

Gunadi, Haryanto A; dkk. 1994. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan
Jilid 2. Jakarta : Hipokrates.

Thomson, Hamish. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC

Harty, F. J. Ogston, R. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC

Gros, Martin D; Mahtews, J.D. 1991. Oklusi Dalam Kedokteran Gigi Restoratif.
Surabaya : Airlangga University Press.

Wangidjaja, d. I. (2013). Anatomi Gigi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Walton, Richard E. : 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai