Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 5 SISTIM STOMATOGNATHY 1


MODUL 2 OKLUSI DAN ARTIKULASI

Disusun oleh : Kelompok 1


Khemal Ilham Renaldy

NIM. 1310015102

Devi Sarfina

NIM. 1310015105

Cynthia Clarissa

NIM. 1310015104

Irmawati

NIM. 1310015110

Jamilah Ibrahim

NIM. 1310015108

Aji Ayu N
NIM. 1310015097

Jumiati

NIM. 1310015109

Siti Nur Azizah


Shalahuddin Al Amin

NIM. 1310015113

Betrik Sefyana

NIM. 1310015120

Tutor : drg. Rosnaniar


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014

Oklusi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil) mengenai oklusi dan artikulasi.
Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap dengan
pertanyaan pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh kelompok kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami berterima kasih kepada drg. Rosnania
selaku tutor kami yang telah dengan sabar menuntun kami selama proses DKK.Terima kasih
pula kami ucapkan atas kerja sama rekan sekelompok di Kelompok 1. Tidak lupa juga kami
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari informasi
maupun membuat laporan DKK.
Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia oleh sebab itu,
kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai referensi atau perkembangan
pengetahuan.

Samarinda, April 2014


Hormat Kami,

Kelompok 1

Oklusi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. 2


Daftar Isi

........................................................................................................ 3

BAB 1 : Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 4
1.2. Tujuan ......................................................................................................... 4
1.3. Manfaat

.................................................................................................. 4

BAB 2 : Pembahasan
2.1. Step 1 : Identifikasi Istilah Asing ............................................................... 5
2.2. Step 2 : Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
2.3. Step 3 : Curah Pendapat ............................................................................. 6
2.4. Step 4 : Peta Konsep .................................................................................... 8
2.5. Step 5 : Learning Objective

...................................................................... 9

2.6. Step 6 : Belajar Mandiri ............................................................................. 9


2.7. Step 7 : Sintesis ........................................................................................... 9

BAB 3 : Penutup
3.1. Kesimpulan .................................................................................................. 17
3.2. Saran

......................................................................................................... 17

Daftar Pustaka
Oklusi

.................................................................................................. 18
3

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata yakni oc yang berarti ke
atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing). Jadi occlusion adalah closing up
atau menutup ke atas. Dengan demikian pengertian oklusi adalah berkontaknya gigi
geligi rahang atas dengan permukaan gigi geligi rahang bawah pada saat kedua rahang
tersebut menutup. Sedangkan artikulasi adalah berkontaknya gigi geliga pada saat
mandibular bergerak ke latral, protrusi, dan retrusive.
Oklusi gigi dan artikulasi merupakan salah satu unsur yang penting dalam
pengunyahan, estetika, dan berbicara. Apabila terjadi suatu kelainan atau maloklusi maka
akan menyebabkan masalah lain. Oleh karena itu, perawatan ortodonti yang dilakukan
sedini mungkin akan lebih baik daripada setelah terjadi anomali, sebab apabila telah
terjadi anomali perawatan memerlukan waktu, ketekunan dan biaya yang lebih. Oklusi
juga digunakan sebagai dasar dari prostodonsi, konservasi gigi.
Atas dasar pentingnya fungsi oklusi dan artikulasi tersebut, sangat penting bagi
pembelajaran mahasiswa kedokteran gigi sebagai bekal di masa mendatang karena
berhubungan dengan area kerja dokter gigi yaitu didalam rongga mulut.

1.2 TUJUAN

Tujuan kami adalah agar laporan ini berguna dalam pembelajaran tentang oklusi dan
artikulasi dan sebagai referensi bagi mahasiswa pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

1.3 MANFAAT

Pada pembahasan ini, mahasiswa akan memahami dan lebih mengerti tentang oklusi
itu apa serta memahami tentang artikulasi itu yg bagaimana serta perbedaannya, untuk
menjadi bekal bagi mahasiswa sebagai calon dokter gigi.

Oklusi

BAB 2
PEMBAHASAN

SKENARIO

Kok Bisa Mengunyah


Wati sedang makan dengan lahapnya sambal tempe buatan ibunya. Tiba-tiba dia berpikir
kenapa mulutnya dapat mengunyah makanan menjadi halus dan menelannya. Kenapa bisa
terjadi oklusi gigi-gigi maksila dengan gigi-gigi mandibula? Kenapa mandibula bisa
digerakkan ke dextra dan sinistra? Kenapa maksila dapat di protrusikan tanpa menyebabkan
sakit. Dia berpikir dalam hati dan menebak kenapa bisa terjadi hal itu tapi dia akan berusaha
mencari jawaban yang benar pada kuliah keesokan harinya.

2.1 IDENTIFIKASI ISTILAH ASING


Oklusi

: Berkontaknya gigi RA dan RB pada saat kedua rahang menutup.

Protrusi

: Gerak mendorong maxilla ke depan.

Mengunyah

: Pegolahan makanan menjadi bolus agar mudah ditelan dengan bantuan


gigi geligi dan jaringan penyangganya.

Gigi Maxilla

: Gigi rahang atas

Gigi Mandibula

: Gigi rahang bawah

Dextra

: Sisi sebelah kanan

Sinistra

: Sisi sebelah kiri

Artikulasi

: Kontak antara gigi geligi ketika mandibula bergerak.

2.2 STEP 2 (IDENTIIKASI MASALAH)


1.

Apa saja konsep dasar oklusi?

2.

Apa saja macam-macam oklusi?

3.

Apa saja fungsi oklusi?

4.

Bagaimana cara kerja organ dalam mulut pada saat pengunyahan sehingga makanan
mudah ditelan?

5.

Apa saja factor yang mempengaruhi gigi dan oklusi?

Oklusi

6.

Bagaimana oklusi itu dapat dikatakan normal?

7.

Mengapa bisa terjadi oklusi gigi geligi?

8.

Bagaimana mandibula bisa digerakkan ke dextra dan sinistra?

9.

Mengapa mandibula dapat diprotrusikan tanpa menyebabkan rasa sakit?

10. Apa yang terjadi pada oklusi apabila terdapat beberapa gigi yang tanggal/hilang?
11. Apa perbedaan oklusi dan artikulasi?
12. Apa saja penyebab maloklusi?

2.3 STEP 3 (CURAH PENDAPAT)


1. Konsep dasar oklusi
a. Oklusi seimbang : Apabila otot-otot (tarikan otot-otot pengunyahan dextra dan
sinistra) seimbang.
b. Oklusi morfologi : Dinilai dari bentuk gigi geligi (sesuai dengan syarat
baku/morfologinya).
c. Oklusi dinamis : Ditentukan oleh fungsi gigi geligi, otot, sendi dan jaringan
pendukungnya (tulang), persyarafan pada rahang (Maxilla dan Mandibula).
2.

Macam-macam oklusi
a. Oklusi ideal

: Posisi M1 RA dan RB dalam posisi sagital (sangat jarang

ditemukan).
b. Oklusi fungsional : Gerakan fungsional mandibula untuk berkontak antar gigi.
c. Oklusi normal

Oklusi statis

: Hubungan gigi RA dan RB dalam posisi tertutup/diam.

Oklusi dinamis :Hubungan gigi RA dan RB dengan mandibula lebih ke arah


lateral.
Ada 3 kurva :

- Kurva Wilson : Bocolingual


- Kurva Monsun : Incisal edge dan gabungan kurva Wilson dan
kurva Spee.
- Kurva Spee : Anterior-Posterior

Klasifikasi oklusi
- Intercuspa Contact Position (ICP) : Maximum gigi geligi dengan antagonis
- Retrusive Contact Position (RCP) : Maximum gigi geligi yang lebih posterior
Oklusi

- Protrusive Contact Position (PCP) : Maximum gigi geligi yang lebih anterior
- Working Side Contact Position (WSCP) : Maximum gigi geligi yang lebih ke lateral
Kontak selama oklusi
Bilateral Balance Oclusion

: Pada saat working side (keadaan kontak) dan balance side


juga berkontak.

Unilateral Balance Oclusion : Working side kontak, dan balance side tidak berkontak.
Mutualiq Balance Oclusion
3.

: Anterior kontak, Posterior tidak berkontak.

Fungsi Oklusi
a.

Fungsi Okusal :

Kontak antara gigi geligi saat mastikasi dan menelan.

b.

Parafungsi

Kontak yang terjadi saat mulut kosong.

c.

Disfungsi

: Gerak fungsional mandibula yang menimbulkan kelainan/gangguan


dari sistem mastikasi.

4.

Otot, TMJ, gigi Mandibula dan Maxilla, lidah, neuromuscular bekerja sama bergerak
untuk mengunyah makanan yang akan dihasilkan dari oklusi gigi geligi.

5.

Faktor yang mempengaruhi oklusi


a.

Genetik

b.

Otot mastikasi

c.

Pemeliharaan

d.

Trauma dan cidera

e.

Jaringan sekitar mulut

6.

Oklusi normal
a.

Lengkung gigi RA dan RB yang baik.

b.

Bentuk anatomis gigi yang baik.

c.

Tiap-tiap gigi harus punya titik kontak dengan gigi tetangga (interproksimal).

d.

Jaringan pendukung, TMJ yang baik

e.

Kurva space yang baik/normal.

f.

Kontak Proksimal.

7.

Karena peregerakan dari mandibula yang mengakibatkan kontaknya bagian oklusal


dan incisal dari setiap gigi.

Oklusi

8.

Karena ada otot disekitar mandibula yang berfungi untuk menggerakkan mandibula.
Juga karena ada TMJ dan ligament temporomandibular.

9.

Karena ada TMJ.

10.

Akan menyebabkan maloklusi dan terjadi elongasi pada gigi antagonisnya.

11.

Oklusi merupakan kontak dari sisi oklusal gigi, sedangkan artikulasi adalah oklusi yang
terjadi pada saat mandibula bergerak.

12.

Penyebab Maloklusi
a.

Kehilangan gigi

b.

Hereditas (genetic)

c.

Trauma

d.

Karies gigi yang tidak segera dirawat

2.4 KERANGKA KONSEP


ARTIKULASI

OKLUSI

OTOT
KONSEP
DASAR

POLA
GERAK
KONTAK

MACAM
OKLUSI

KLASIFIKASI

Oklusi

2.5 LEARNING OBJECTIVE


1. Mahasiswa mampu memahami otot-otot yang berperan dalam oklusi dan artikulasi.
2. Mahasiswa mampu memahami tentang oklusi.
3. Mahasiswa mampu memahami pola, gerak, dan kontak pada artikulasi.

2.6 BELAJAR MANDIRI


Pada tahap ini kami melakukan belajar mandiri sesuai dengan learning objectives yang
telah dirumuskan.

2.7 STEP 7 (SINTESIS)


1.

Otot-otot yang berperan dalam Oklusi dan Artikulasi


Otot yang berperan dalam oklusi dan artikulasi adalah m. masseter, m.pterygoideus

lateralis, m.pterygoideus medialis, m. temporalis, m. digastricus dan otot-otot tambahan


seperti m.mylohyoideus dan m.stylohyoideus.
-

M. masseter : berfungsi menggerakkan dan mengangkat mandibula

M. pterygoideus lateral : berperan pada saat gerak dan membuka mandibula.

M. temporalis : berfungsi

menarik rahang bawah ke atas dan kebelakang

selain itu juga merupakan elevator rahang bawah yang paling kuat
-

M. temporalis dan

m. masseter

: berfungsi membantu gigi geligi saling

berkontak pada oklusi normal.


-

M. temporalis dan m. pterygoideus medialis : berfungsi dalam gerakan

horizontal dan menentukan posisi mandibula saat beroklusi serta mengangkat


mandibulla dan juga mendorong ke depan dapat berperan menggeser rahang bawah ke
lateral
-

Oklusi

M. Digastrikus : berfungsi menutup mandibula

2. Oklusi
1. Oklusi Ideal
Oklusi ideal adalah konsep dasar berdasar pada morfologi gigi-gigi, tetapi
hampir tidak pernah ditemukan dan buka merupakan tujuan perawatan yag realistik
karenahanya beberapa pasien yang dengan 32 gigi pada oklusi yang sempurna pada
akhir perawatan ortodonti. Nilai oklusi ideal adalah standart teoritis untuk menilai
okllusi lain. Karena merupakan konsep teoritis berdasar anatomi gigi yang tidak
terabrasi, oklusi ideal tidak mempertimbangkan perubahan yang terjadi sejalan
dengan pertambahan umur.
2. Oklusi Normal
Oklusi normal memungkinkan variasi kecil dari okliso odeal yang secara
esstetik dan fungsional, memuaskan. Jadim oklusi normal meliputi ketidakteraturan
kecil dari susunan hubungan gigi. Malposisi dan malrelasi yang lebih parah antar
rahang disebut maloklusi.
KONSEP OKLUSI
1. Konsep Oklusi Seimbang
Konsep oklusi seimbang yang menyatakan suatu oklusi baik atau normal,
bila hubungan kontak antara geligi bawah dan geligi atas memberikan tekanan
yang seimbang pada kedua sisi rahang, baik dalam kedudukan sentrik maupun
eksintrik. Konsep ini lahir atas dasar pengamatan, bahwa suatu geligi tiruan
lengkap akan sstabil, bila terdapat keseimbangan kontak antara geligi pada sisi
kiri dan sisi kanan. Walaupun keadaan seimbang semacam ini ternyata tidak
pernah ditemukan pada geligi asli, ternyata fungsi kunyah tetap berlangsung
dengan baik.
2. Konsep Oklusi Morfologik
Yang penganutnya menilai baik-buruknya oklusi melalui hubungan antar
geligi bawah dengan lawannya dirahang atas pada saat geligi tersebut berkontak.
Jadi penilaian oklusi hanya dilihat dari segi morfologiknya saja. Konsep ini
banyak digunakan dala perawatan ortodonti.
3. Konsep Oklusi Dinamik/Individual/Fungsional
Efektivitas fungsional tak dapat ditentukan oleh hubungan antara tonjol dan
cekungangeligi semata. Karena ternyata hubungan oklusi yang diperbaiki
denganhanya melihat hubungan morfologik saja, hasilnya otomatis tidak
Oklusi

10

fisiologik dan fungsional. Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari
segokeserasian antara komponen-komponen yang berperan dalam proses
terjadinyakontak antar geligi tadi. Komponen-komponen ini antara lain ialah
geligi

dan

jaringan

penyangganya,

otot-oto

mastikasi

dan

sistem

neuromuskularnya, serta sendi temporomandibula. Bila semua struktur tersebut


berada dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik
maka oklusi tersebut dikatakan normal.
HUBUNGAN RAHANG ATAS DAN BAWAH
Hubungan rahang dapat ditinjau dari segi anatomi dan fungsional. Akan
dibahas aspek fungsional hubgunan rahang terutama yang ada kaitannya dengan
proses pembuatan GTSL.
Hubungan maksilo-mandibula bervariasi, karena itu penentuan posisi relatif
rahang bawah terhadap rahang atas sebagai dasar pembuatan protesa menjadi
sangan penting. Dalam hal ini dikenal dua macam kedudukan dasar yang dapat
dicapai mandibula sebagai berikut ini:
a) Posisi Istirahat Fisiologik
Pada posisi ini geligi atas dan bawah tidak saling berkontak, karena
mandibula berada dalam keadaan menggantung.
Otot-otot mastikasi berada dalam keadaan relaks, dan biasanya terjadi
ruang antara gigi-geligi atas dan bawah. Ruang ini disebut Ruang
Interoklusal dan bila dilihat dari arah sagital, tampak berbentuk pahat.
Beesar ruang ini, yang merupakan jarak pembukaan rahang pada saat istirahat,
berkisa antara 2-4 mm pada regio insisif. Adanya ruanga ini dibutuhkan untuk
kelancaran pengucapan suara.
Posisi Istirahat Fisiologik sangat dipengaruhi oleh kedudukan kepala
terhadap batang tubuh. Itulah sebabnya, posisi ini dikenal sebagai Posisi
Postural. Sebagai posisi normal, biasanya dipakai patokan ppada saat posisi
kepala berada dalam keadaan tegak dengan mata memandang lurus ke depan.

Oklusi

11

b)

Posisi Sentrik
Pada posisi ini, kedua kondil berada simetris dalam ceruknya, dengan

kontak maksimal antara geliggi atas dan bawah.


Selain itu, garis tengah mandibula berimpit dengan garis tengah wajah.
Kadang-kadang geligi atas dan bawah berada dalam kontak maksimum,
tetapi garis tengah wajah dan mandibula tak berimpit, kondisi seperti ini
disebut sebagai Kontak Maksimum Antar Tonjol.
c)

Relasi
Posisi

Sentrik
ini

semula

diartika

sebagai kedudukann paling mundur


yang dapat dicapai mandibula tetapi
otot-ototnya tidak dalam keadaan
tegang.

KONTAK

GIGI

KARENA

GERAKAN

MANDIBULA

DAPAT

DIKLASIFIKASIKAN SEBAGAI BERIKUT :


a) Intercupal Contact Position (ICP)
Kontak maksimum gigi geligi dengan antagonisnya
b) Returded Contact Position (RCP)
Kontak maksimal gigi geligi pada saat mandibula lebih ke posterior dari
ICP namun rahang bawah masih mampu bergerak secara terbatas ke
lateral
c) Protusif Contact Position (PCP)
Kontak gigi geligi anterior pada saat rahang bawah digerakkan ke anterior
d) Working Side Contact Position (WSCP)
Kontak gigi geligi pada saat rahang bawah ke lateral.

3.

Pola, Gerak, dan Kontak pada Artikulasi


Artikulasi antara gigi-gigi pertama kali diperkenalkan pada dokter gigi oleh
Bonwill (1887) yang sangat yakin bahwa faktor mekanis merupakan dasar semua
perawatan gigi. Bonwill adalah ahli yang memperkenalkan istilah artikulasi
untuk gigi-gigi yang berarti aksi yang menyeluruh sedangkan oklusi

adalah

hanya berupa gerak mengatup pada gigi dan bibir . Artikulasi umumnya
Oklusi

12

diterapkan untuk kontak yang terjadi antara tulang dengan kartilagonya dan tulang
yang berlawanan. Pada sistem mastikasi, artikulasi dikaitkan dengan kondilus
mandibula dan gigi geligi.
a. Pola Artikulasi
Sebelum mendeskripsikan pola artikulasi, sebaiknya diketahui terlebih dahulu
makna istilah artikulasi seimbang dan artikulasi bebas. Jelas bahwa istilah-istilah
tersebut mengacu pada kontak gigi pada rongga mulut yang kosong. Merupakan,
fungsi normal dari sistem mastikasi walaupun yang sebenarnya terjadi adalah
kebalikannya. Pola artikulasi umumnya bersifat individual dan bila tidak ada
interferensi, merupakan kontak antar gigi yang umumnya tidak kita sadari,
kebutuhan untuk menganalisis dan mengklasifikasikan pola artikulasi timbul jika
interferensi timbul. Dan mengakibatkan gangguan, juga bila harus dilakukan
restorasi serta penggantian.

Klasifikasi kelihatannya lebih bersifat teoritis dan

tidak berkaitan dengan fungsi alami tetapi sebenarnya merupakan acuan tentang apa
yang terjadi, apa yang diinginkan, dan apa yang membahayakan. Acuan tentang
gambaran anatomi yang memengaruhi pola artikulasi akan disertakan dan harus
dipertimbangkan ketika mengupayakan artikulasi bebas untuk pembuatan gigi
tiruan penuh lepasan. Meskipun demikian, jangan dilupakan bahwa gerak lateral
dan protrusi mandibula tidak hanya ditentukan oleh panduan insisal melainkan juga
oleh rotasi sumbu kondilus. Oleh karena itu, setiap gerak lateral dan protrusi dapat
dimodifikasi oleh komponen pembuka dan penutup mulut. Arah gerakan ini
umumnya memberikan tahanan yang lebih kecil terhadap artikulasi bebas. Kontak
bervariasi antara kontak tunggal dan kontak antara beberapa gigi dan antara kontak
satu segmen atau beberapa segmen.
b. Gerak Artikulasi
Terdapat empat gerak artikulasi yaitu:
Rertrusif
Gerak retrusif berlangsung dari kontak oklusi retrusi ke oklusi interkuspa dan
biasanya terbatas pada kontak pertama dari tonjol dan linger tonjol dua gigi molar
yang saling berlawanan pada setiap sisi rongga mulut (Thomson, 2007).

Oklusi

13

Arstad (1956) menjelaskan keausan gigi antara posisi interkuspa dan posisi
oklusi retrusi sebagai akibat kurang harmonisnya kedua posisi tersebut sehingga
dapat mengakibatkan pergeseran ke arah anterior .
Protusif
Gerak protusif berlangsung dari oklusi protusi menuju ke oklusi interpuspa dan,
didalam mulut dengan relasi rahang dan gigi kelas 1, biasanya terjadi kontak
kelompok antara gigi insisivus maksila dan mandibula di awal pergerakan ini
(Thomson, 2007).
Retrusif Lateral Kanan
Gerak ini berlangsung ketika mandibula bergerak dari sisi kanan saat terjadi
kontak antara gigig kaninus atas dan bawah (Thomson, 2007).
Retrusif Lateral Kiri
Gerak ini merupakan kebalikan dari gerak artikulasi lateral kanan (Thomson,
2007).

c. Kontak Artikulasi
Ada tiga kategori kontak artikulasi : artikulasi seimbang bilateral, artikulasi
seimbang unilateral dan bimbingan anterior.

Oklusi

14

Artikulasi Seimbang Bilateral


Selama gerak lateral
Sisi kerja : ridge cusp bukal mandibula akan membentuk kontak artikular dengan
ridge cusp bukal maksila ketiga ridge cusp lingual mandibula berkontak dengan ridge
cusp lingual maksila. Cusp maksila dan mandibula saling melintasi dengan
pengangkatan minimal dan perubahan relasi vertikal oklusal pada sisi kerja selama
gerakan ini.
Sisi non kerja : cusp bukal mandibula dan ridge triangular yang menghadap ke
oklusal akan membentuk kontak artikular dengan cusp lingual maksila dan ridge
triangular yang mengarah ke oklusal. Arah gerakan ini akan menyebabkan terbukanya
kontak pada segmen nonkerja yang berlawanan, yang dipengaruhi oleh lereng-lereng
ridge bersangkutan dan arah gerakan ke bawah dan ke dalam yang diikuti oleh sisi
kondilus yang berputar (Thomson, 2007).
Segmen anterior : cusp gigi caninus mandibula dan ridge cusp mesial bergeser di
sepanjang permukaan distal-lingual dari caninus maksila pada sisi kerja dan melintas
antara caninus dan ridge cusp premolar pertama. Insisivus sentral dan lateral pada sisi
kerja tetap berkontak. Pada sisi nonkerja, tidak terjadi kontak (Thomson, 2007).

Oklusi

15

Selama gerak protrusif


Segmen anterior : tepi insisial insisivus mandibula dan kaninus akan membentuk
kontak artikular dengan permukaan lingual insisivus dan kaninus maksila.
Segmen posterior : ridge cusp bukal dan lingual di sebelah mesial dari gigi-gigi
mandilbula akan membentuk kontak artikular dengan ridge cusp bukal dan lingual distal
dari gigi-gigi maksila (Thomson, 2007).
Artikulasi Seimbang Unilateral
Selama gerak lateral
Sisi kerja : kontak artikular sama seperti pada artikulasi seimbang bilateral.
Sisi non kerja : tidak ada kontak lateral (Thomson, 2007).
Selama gerak protusi
Segmen anterior : sama seperti pada artikulasi seimbang bilateral.
Sisi nonkerja : tidak ada kontak artikular (Thomson 2007).
Artikulasi Bimbingan Anterior
Selama gerak lateral
Sisi kerja : biasanya hanya terjadi kontak artikular antara gigi-gigi kaninus ketika
cusp mandibula bergeser di sepanjang permukaan lingual kaninus maksila yang
menghadap ke distal. Artikulasi ini membuat semua gigi yang tertinggal tidak saling
berkontak dan ketika mandibula bergerak ke posisi interkuspa, mandibula akan
berfungsi sebagai pembimbing (Thomson, 2007).
Sisi nonkerja : tidak ada kontak artikular.
Selama gerak protusif
Segmen anterior : kontak artikular sama seperti pada artikulasi seimbang bilateral
dan unilateral.
Segmen posterior : tidak ada artikulasi. Meskipun demikian, tidak jarang gerak
lateral pada gigi-gigi ini mengakibatkan kontak antara gigi-gigi insisivus lateral, gigi
caninus dan permukaan bukal bagian dalam dari ridge cusp bukal gigi premolar pertama.
Kesemuanya ini membuat bentuk fungsi kelompok yang termodifikasi (Thomson,
2007).

Oklusi

16

BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Oklusi ialah kontak bidang permukaan

gigi atau gigi-gigi di rahang bawah dengan

gigi atau gigi-gigi di rahang atas pada setiap posisi mandibula terhadap maksila.
Hubungan yang ideal pada gigi dapat diartikan pada kondisi morfologi dan fungsional
oklusi. Oklusi normal adalah posisi relatif anteroposterior dari molar pertama gigi
permanen yang digunakan untuk menetapkan hubungan lengkung gigi. Oklusi dikatakan
ideal apabila susunan gigi dalam lengkung rahang teratur dengan baik serta terdapat
hubungan yang harmonis antara gigi rahang atas dengan rahang bawah, hubungan
seimbang antar gigi, tulang rahang, terhadap tengkorak, dan otot sekitarnya yang dapat
memberikan keseimbangan fungsional sehingga memberikan estetika yang baik.
Sedangkan artikulasi adalah berkontaknya gigi geliga pada saat mandibular
bergerak ke latral, protrusi, dan retrusive. Artikulasi merupakan serangkaian proses
oklusi yang dinamis , biasa pada proses mastikasi.

3.2 SARAN
Sebagai mahasiswa kedokteran gigi disarankan harus memahami tentang oklusi dan
artikulasi karena merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan area kerja dari
dokter gigi. Contohnya adalah sebagai dasar dari perawatan ortodonsi, konservasi gigi,
prostodonsi.

Oklusi

17

DAFTAR PUSTAKA

Thomson, H. (2007). OKLUSI Ed.2. Jakarta: EGC.


H.W.Itjingningsih.1995.Anatomi Gigi. Jakarta :EGC
Gunandi, d. H., Burhan, d. L., Suryatenggara, d. F., Margo, d. A., & Setiabudi, d. I. (1995).
Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan (Vol. 2). (d. H. Gunandi, Penyunt.) Jakarta:
Hipokrates.
Houston, W., & Ph.D., D. F. (1993). Diagnosis Ortodonti. (D. D. Derrick, & D. L. RCS,
Penyunt.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Paulsen, F., & Waschke, J. (2012). Sobotta Anatomi Manusia (23 ed., Vol. 3). Jakarta: EGC.

Oklusi

18

Anda mungkin juga menyukai