Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Sistem Stomatognati”.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik
dari segi isi maupun penulisan. Untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan pembuatan makalah ke depannya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Banda Aceh, 08 April 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................1
Daftar Isi............................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Skenario........................................................................................................3
1.2 Learning Objective.......................................................................................3

BAB II : KAJIAN PUSTAKA


2.1 Sistem Stomatognati ......................................................................................4
2.1.1 Sistem Pengunyahan ............................................................................4
2.1.2 Komponen ...........................................................................................11
2.2 Kelainan Sistem Stomagnati..........................................................................18
2.2.1 Pemeriksaan.........................................................................................19
a. Anamnesis....................................................................................19
b. Pemeriksaan Objektif...................................................................19
2.2.2 Rencana Perawatan............................................................................22
a. Prinsip Dasar Perawatan Ortodonti.............................................22
b. Batasan Dokter Gigi Umum Terhadap Perawatan Ortodonti.....23

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan....................................................................................................25
Daftar Pustaka.....................................................................................................27

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Skenario
Ibu M datang ke klinik dokter gigi bersama anaknya R, usia 10 tahun terkait perawatan
behel dan ingin mengetahui tentang memperbaiki gigi yang berjejal. Ibu M mengeluhkan
gigi depan atas R berjejal dan kalau makan jarang mengunyah. Ibu M khawatir terkait
dengan pencernaan anaknya. Selain itu R mengeluh kesulitan mengunyah karena ada
ginginy yang tidak berkontak. Pda pemeriksaan klinis R terlihat interdigitasi yang tidak
baik, crowding anterior RA dan RB, midline atas bergeser ke kanan 3 mm, pada gerak
tutup mulut terjadi deviasi, oklusal ineterferens pada gigi 12 dan 42. Ibu M berharap gigi
dan rahang anaknya bisa diperbaiki menjadi normal dan menanyakan apakah dokter gigi
yang melakukan pemeriksaan dapat merawat kelainan gigi anaknya, karena banyak
teman-temannya yang memasang kawat gigi di tukang gigi.
1.2 Learning Objective
1. Sistem Stomatognati
1.1 Sistem Pengunyahan
1.2 Komponen
2. Kelainan Sistem Stomatognati
2.1 Pemeriksaan
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Objektif
2.2 Rencana Peawatan
a. Prinsip Dasar Perawatan Ortodonti
b. Batasan Dokter Gigi Umum Terhadap Perawatan Ortodonti

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sistem Stomatognati1


Sistem stomatognati, memiliki tiga fungsi utama yaitu pengunyahan, menelan, berbicara.
Fungsi sekundernya adalah untuk membantu dalam pernapasan dan ekspresi emosi. Semua
gerakan fungsional merupakan peristiwa neuromuskuler kompleks yang terkoordinasi. Input
sensorik dari struktur sistem pengunyahan yaitu gigi, ligament periodontal, bibir, lidah, pipi,
dan langit-langit diterima dan diintegrasikan dalam SSP dengan tindakan reflex yang ada dan
otot yang dipelajari untuk mencapai fungsi yang diinginkan. Karena oklusi gigi memainkan
peran utama dalam fungsi sistem pengunyahan, pemahaman yang baik tentang dinamika
aktivitas fungsional utama sangat penting.

2.1.1 Sistem Pengunyahan1


Mastikasi didefinisikan sebagai tindakan mengunyah makanan. Mastikasi merupakan
tahap awal pencernaan, dimana ketika makanan dipecah menjadi partikel-partikel kecil untuk
kemudahan menelan. Mastikasi adalah aktivitas yang paling menyenangkan dengan
memanfaatkan indera perasa, sentuhan, dan aroma/penciuman. Ketika seseorang lapar,
pengunyahan adalah tindakan menyenangkan dan memuaskan. Ketika perut penuh, umpan
balik menghambat perasaan positif ini. Mastikasi mungkin memiliki efek relaksasi dengan
mengurangi tonus otot dan gelisah. Fungsi kompleks yang memanfaatkan tidak hanya otot,
gigi, dan struktur pendukung periodontal, tetapi juga bibir, pipi, lidah, langit-langit, dan
kelenjar ludah. Mastikasi adalah aktivitas fungsional yang secara umum otomatis dan
sebenarnya spontan atau refleks atau tidak terkontrol, namun bila diinginkan, itu dapat
dengan mudah dikendalikan secara sukarela.

Gerak Mengunyah

Mastikasi terdiri dari pemisahan dan penutupan yang berirama dan terkontrol dengan
baik dari gigi rahang atas dan rahang bawah. Aktivitas ini berada di bawah kendali SSP, yang
terletak di batang otak. Setiap gerakan membuka dan menutup mandibula merupakan gerak
mengunyah. Gerak mengunyah yang lengkap memiliki pola gerakan yang digambarkan
sebagai bentuk penghancuran atau penyobekan. Gerak mengunyah terdiri dari dua fase yaitu

4
fase pembukaan dan fase penutupn. Fase penutupan dibagi menjadi dua yaitu fase crushing
dan fase grinding.

Gambar 1. Tampilan depan gerak mengunyah

Selama mastikasi, gerak mengunyah yang sama diulangi berulang kali saat makanan
dipecah/dihancurkan. Ketika mandibula dilihat dari bidang frontal selama satu gerak
mengunyah, urutan berikut yang terjadi. Pada fase pembukaan, turun ke bawah dari posisi
intercuspal ke titik dimana tepi insisal gigi berjarak sekitar 16-18 mm. Kemudian bergerak
lateral 5-6 mm dari garis tengah saat gerakan penutupan dimulai. Fase pertama penutupan
adalah saat dimana makanan terjebak di antara gigi yang disebut fase crushing. Ketika gigi
saling mendekati, perpindahan lateral berkurang sehingga ketika gigi hanya berjarak 3 mm,
rahang menempati posisi hanya 3-4 mm lateral ke posisi awal dari gerak mengunyah. Pada
titik ini, gigi diposisikan sedemikian rupa sehingga cusp bukal gigi geligi maksila pada sisi
dimana mandibular telah digeser. Saat mandibula terus menutup, bolus makanan
terperangkap di antara gigi, dimana fase ini disebut sebagai fase grinding dari gerak
penutupan. Selama fase grinding, mandibular dipandu oleh permukaan oklusal gigi kembali
ke posisi intercuspal, yang menyebabkan inklinasi cusp gigi saling bersilangan yang
memungkinkan pergeseran dan penggilingan bolus makanan. Jika pergerakan gigi insisif
mandibular diikuti dalam bidang sagittal selama gerak pengunyahan yang khas, akan terlihat
bahwa selama fase pembukaan mandibular bergerak sedikit ke depan.

5
Gambar 2. Molar dimulai dengan gerakan anterior selama fase
pembukaan dan gerakan yang lebih posterior selama gerak
penutupan. Kondilus sisi kerja juga bergerak ke posterior selama
gerak penutupan sampai penutupan akhir, ketika bergeser secara
anterior ke posisi intercuspal. (Dimodifikasi dari Lundeen HC,
Gibbs CH. Advances in Occlusion. Boston, John Wright; 1982: 9).

Selama fase penutupan, ini mengikuti jalur sedikit posterior, berakhir pada gerakan
anterior kembali ke posisi intercuspal maskimum. Jumlah gerakan anterior tergantung pada
pola kontak gigi anterior dan tahap pengunyahan. Pada tahap awal, mengiris (insisi) makanan
sering diperlukan. Selama inisisi, mandibular bergerak maju dalam jarak yang signifikan,
bergantung alignment (keselarasan) dan posisi gigi insisif yang berseberanga. Setelah
makanan telah diiris dan ditelan di dalam mulut, gerakan ke depan tidak terlalu digunakan
lagi. Pada akhir tahap pengunyahan, penghancuran bolus makanan terkonsentrasi pada gigi
posterior dan sanat sedikit pergerakan anterior terjadi. Selama tahap akhir pengunyahan, fase
pembukaan lebih awal dari tahap penutupan.

Pergerakan molar pertama mandibular pada bidang sagittal selama gerak mengunyah
yang khas bervariasi sesuai dengan sisi dimana orang tersebut mengunyah. Jika mandibular
bergerak ke sisi kanan, molar pertama kanan bergerak di jalur yang mirip dengan gigi insisif.
Kondilus di sisi kanan juga mengikuti jalur ini, menutup pada posisi sedikit posterior dengan
gerakan anterior menuju interkuspasi.

6
Gambar 3. Gerak mengunyah di bidang sagital pada sisi yang tidak
bekerja. Perhatikan bahwa molar pertama awalnya turun dari posisi
intercuspal (IP) hampir secara vertikal dengan sedikit atau tanpa
gerakan anterior atau posterior. Tahap akhir dari gerak penutup juga
hampir sepenuhnya vertikal. Kondilus pada sisi yang tidak bekerja
bergerak ke depan selama pembukaan dan mengikuti jalur yang hampir
sama saat kembali. Kondilus samping yang tidak bekerja tidak pernah
terletak di belakang posisi intercuspal. (Dimodifikasi dari Lundeen HC,
Gibbs CH. Advances in Occlusion. Boston, John Wright; 1982: 9).

Ketika mandibula bergerak ke sisi kanan, molar pertama mandibular kiri turun hampir
secara vertikal, dengan sedikit gerakan anterior atau posterior sampai fase pembukaan selesai.
Setelah penutupan, mandibular bergerak sedikit ke depan dan gigi kembali hampir langsung
ke interkuspasi. Jumlah gerakan lateral mandibular berhubungan dengan tahap pengunyahan.
Ketika makanan awalnya dimasukkan ke dalam mulut, jumlah gerakan lateral besar,
kemudian berkurang saat makanan dipecah/dihancurkan. Jumlah gerakan lateral juga
bervariasi sesuai konsistensi makanan, semakin keras makanan, semakin ke lateral gerak
penutupan terjadi. Tingkat kerasnya makanan juga berdampak pada jumlah gerak kunyah
yang diperlukan sebelum menelan. Semakin keras makanan, semakin banyak gerak kunyah
yang dilakukan. Dalam beberapa subjek, jumlah gerak kunyah tidak berubah dengan berbagai
tekstur makanan. Meski pengunyahan dapat terjadi secara bilatreral, sekitar 78% dari subjek
yang diamati memiliki sisi yang disukai dimana mayoritas mengunyah terjadi, biasanya sisi
dengan jumlah kontak gigi terbesar selama lateral glide. Mengunyah satu sisi menyebabkan

7
pemuatan sendi TM yang tidak merata. Dalam kondisi normal, tidak menimbulkan masalah
karena efek stabilisasi pterygoid lateral superior pada disk.

Kontak Gigi Selama Pengunyahan

Studi awal menunjukkan, gigi tidak benar-benar berkontak saat selama pengunyahan.
Namun, dalam penilitian lain, kontak gigi terjadi selama mastikasi. Ketika makanan awalnya
dimasukkan ke dalam mulut, beberapa kontak gigi terjadi. Ketika bolus makanan hancur,
frekuensi kontak gigi meningkat. Pada tahap akhir pengunyaha, sesaat sebelum menelan,
kontak gigi terjadi selama setiap gerak, tetapi kekuatan ke gigi minimal. Terdapat dua jenis
kontak gigi saat mastikasi, yang pertama gliding yang terjadi keika cuspal inklinasi melewati
satu sama lain selama fase pembukaan dan grinding pengunyahan, dan yang kedua tunggal
yang terjadi pada posisi intercuspal maksimum. Persentase rata-rata kontak geser yang terjadi
selama pengunyahan 60% selama fase grinding dan 56% selama fase pembukaan.

Gambar 4. Perbatasan dan gerakan mengunyah (tampilan depan)


dengan sisi kiri berfungsi. Perhatikan bahwa kondisi oklusal memiliki
efek yang nyata pada gerak mengunyah. A, Oklusi yang baik. B. Oklusi
pada gigi aus (bruxism). C, Maloklusi. (Dimodifikasi dari Lundeen HC,
Gibbs CH. Advances in Occlusion, Boston, John Wright; 1982: 11).

Kontak-kontak gigi mempengaruhi dan menentukan fase pembukaan dan akhir


grinding dari gerak pengunyahan. Kondisi oklusal juga dapat mempengaruhi seluruh gerakan
dalam mengunyah. Selama pengunyahan, kualitas dan kuantitas kontak gigi terus menerus
menyampaikan informasi sensorik kembali ke SSP mengenai bentuk makanan yang

8
dikunyah. Mekanisme umpan balik ini memungkinkan perubahan pada gerak mengunyah
sesuai makanan tertentu yang dikunyah. Secara umum, cusp yang tinggi dan fossa yang
dalam dapat menyebabkan gerak kunyah yang dominan vertikal. Gigi rata dan aus
mendorong gerak mengunyah yang lebih luas. Ketika gigi posterior berkontak, dengan
gerakan lateral yang tidak diinginkan, maloklusi menghasilkan gerak mengunyah yang tidak
teratur dan kurang berulang.

Ketika gerak mengunyah orang normal dibanding orang yang mengalami nyeri TMJ
terdapat perbedaan yang nyata. Pada individu normal, gerak mengunyahnya biasanya lebih
bulat, lebih berulang, dan dengan batas yang pasti. Sedangkan pada individu yang mengalami
nyeri TMJ, gerak mengunyahnya polanya kurang berulang, gerakan jauh lebih pendek dan
lambat, serta jalur yang tidak teratur. Jalur yang lebih lambat dan tidak teratur ini
berhubungan dengn pergerakan fungsional yang berubah dari kondilus dimana rasa sakit
yang berpusat.

Kekuatan Pengunyahan

Kekuatan menggigit maksimal yang dapat diterapkan pada gigi bervariasi dari
individu ke individu. Secara umum ditemukan bahwa laki-laki dapat menggigit dengan lebih
kuat daripada wanita. Dalam satu penelitian dilaporkan bahwa beban menggigit maksimal
perempuan berkisar antara 79 hingga 99 lb (35,8-44,9 kg), sedangkan beban menggigit laki-
laki bervariasi dari 118 hingga 142 lb (53,6-64,4 kg). Kekuatan gigitan maksimal terbesar
yang dilaporkan adalah 975 lb (443 kg). Juga telah dicatat bahwa jumlah gaya maksimal yang
diterapkan pada molar biasanya beberapa kali lipat dari yang dapat diterapkan pada gigi seri.
Dalam penelitian lain, kisaran gaya maksimal yang diterapkan pada molar pertama adalah 91
hingga 198 lb (41,3-89,8 kg), sedangkan gaya maksimal yang diterapkan pada gigi seri
sentral adalah 29 hingga 51 lb (13,2-23,1 kg).

Kekuatan menggigit maksimal tampaknya meningkat dengan bertambahnya usia


hingga remaja. Juga telah dibuktikan bahwa dengan latihan dan olahraga, individu dapat
meningkatkan kekuatan menggigit maksimal mereka dari waktu ke waktu. Oleh karena itu
seseorang yang dietnya mengandung persentase tinggi makanan kerasakan mengembangkan
kekuatan menggigit yang lebih kuat. Konsep ini dapat menjelaskan mengapa beberapa
penelitian mengungkapkan peningkatan kekuatan gigitan pada populasi Eskimo. Peningkatan
kekuatan menggigit juga dapat dikaitkan dengan hubungan kerangka wajah.

9
Orang-orang dengan divergensi maxilla dan mandibula yang ditandai umumnya tidak
dapat memberikan kekuatan sebanyak mungkin pada gigi dengan mereka yang memiliki
lengkung rahang atas dan rahang bawah yang relatif paralel. Jumlah kekuatan yang
diletakkan pada gigi selama mastikasi sangat bervariasi dari individu ke individu. Sebuah
studi oleh Gibbs dan rekan melaporkan bahwa fase grinding dalam gerak penutupan rata-rata
58,7 lb pada gigi posterior. Ini mewakili 36,2% dari kekuatan gigitan maksimal subjek.
Sebuah studi sebelumnya yang meneliti konsistensi makanan yang berbeda menunjukkan
kekuatan yang jauh lebih kecil. Anderson melaporkan bahwa mengunyah wortel
menghasilkan sekitar 30 lb (14 kg) kekuatan pada gigi, sedangkan daging kunyah hanya
menghasilkan 16 lb (7 kg). Juga telah ditunjukkan bahwa nyeri gigi atau nyeri otot
mengurangi jumlah kekuatan yang digunakan selama mengunyah.

Selama mengunyah, jumlah kekuatan terbesar ditempatkan pada daerah molar


pertama. Dengan makanan yang lebih keras, mengunyah sebagian besar terjadi pada daerah
molar pertama dan kedua. Kekuatan menggigit pada subjek dengan gigi palsu lengkap hanya
seperempat dari subjek dengan gigi asli.

Peran jaringan lunak dalam pengunyahan

Mastikasi tidak dapat dilakukan tanpa bantuan struktur jaringan lunak yang
berdekatan. Saat makanan dimasukkan ke dalam mulut, bibir memandu dan mengontrol
asupan sambil juga menutup rongga mulut. Bibir sangat diperlukan saat cairan dimasukkan.
Lidah memainkan peran utama tidak hanya dalam rasa tetapi juga dalam manuver makanan
di dalam rongga mulut untuk mengunyah yang cukup. Ketika makanan dimasukkan, lidah
sering memulai proses pemecahan dengan menekannya pada palatum durum. Lidah
kemudian mendorong makanan ke permukaan oklusal gigi, di mana ia dapat dihancurkan
selama gerak mengunyah. Selama fase pembukaan dari mengunyah ke gerak berikutnya,
lidah mereposisi makanan yang dihancurkan sebagian ke gigi untuk penghancuran lebih
lanjut. Sementara itu memposisikan ulang makanan dari sisi lingual, otot buccinator (di pipi)
melakukan tugas yang sama dari sisi bukal. Makanan karenanya terus diganti pada
permukaan oklusal gigi sampai partikel cukup kecil untuk ditelan secara efisien. Lidah juga
efektif dalam membagi makanan menjadi bagian-bagian yang membutuhkan lebih banyak
mengunyah dan bagian-bagian yang siap untuk ditelan. Setelah makan, lidah
menyapu/membersihkan gigi untuk menghilangkan sisa makanan yang terperangkap di
rongga mulut.

10
2.1.2 Komponen2
Sistem stogmatognati terdiri dari beberapa komponen antara lain: gigi, otot mastikasi,
dan sendi temporomandibular. Lalu, juga ada mandibula, maxila, otot wajah, serta otot kepala
dan leher.

1. Gigi dan Jaringan Pendukung

Gigi manusia terdiri dari 32 gigi permanen. Gigi dibagi menjadi dua bagian dasar,yaitu:
akar dan mahkota. Akar melekat pada tulang alveolar oleh banyak serat jaringan ikat yang
membentang dari permukaan sementum akar ke tulang. Serat-serat ini dikenal sebagai
Ligamen Periodontal. Gigi tidak hanya melekat pada soket tulangnya tetapi juga membantu
menghilangkan kekuatan yang diberikan pada tulang selama kontak fungsional gigi, atau
biasa dianggap peredam kejut alami.

Gigi anterior rahang atas jauh lebih besar dibandingkan dengan gigi pada rahang bawah.
Gigi permanen di kelompokkan menjadi 4 kelompok, menurut morfologi mahkota. Gigi
seri(insisivus) berbentuk seperti sekop, dan berfungsi sebagai alat pemotong makanan, gigi
seri berjumlah 8, 4 rahang atas dan 4 pada rahang bawah. Gigi taring(kaninus) terletak di
sudut lengkung dan biasanya gigi ini merupakan gigi terpanjang dengan satu cusp dan satu
akar, fungsi gigi taring sebagai alat untuk merobek atau mencabik-cabik makanan, gigi ini
berjumlah 4, 2 rahang atas dan 2 pada rahang bawah. Gigi premolar(bicuspid) gigi ini
berfungsi sebagai alat untuk memotong gigi menjadi zat-zat makanan yang lebih kecil, pada
rongga mulut gigi premolar berjumlah 8. Gigi geraham(molar) gigi ini memiliki 4/5 titik, ini
memberikan permukaan yang lebih luas untuk menggiling makanan menjadi lebih halus
sehingga makanan mudah ditelan, pada rongga mulut gigi geraham berjumlah 12.

Hubungan interarch dan intraarch yang tepat sangat penting dan sangat mempengaruhi
kesehatan dan fungsi sistem pengunyahan.

2. Komponen Skeletal

Komponen skeletal pada manusia terdiri dari tengkorak dan mandibula. Tengkorak terdiri
dari beberapa tulang yang dihubungkan oleh fissure. Komponen utamanya adalah tulang
frontal, tulang parietal, tulang sphenoid, tulang temporal, tulang occipital, tulang zygomatic,
tulang hidung dan rahang atas. Mandibula adalah tulang yang terpisah dari tengkorak,
mandibula terletak dibawah tengkorak yang dihubungkan dengan otot.

11
Tiga komponen kerangka utama yang membentuk sistem pengunyahan adalah maksila
dan mandibula yang menopang gigi dan tulang temporal yang mendukung mandibula pada
artikulasi dengan kranium.

a. Maksila

Secara perkembangan ada dua tulang rahang atas yang menyatu pada midpalatal
suture. Tulang-tulang ini membentuk bagian yang lebih besar dari kerangka wajah
bagian atas. Perbatasan maksila meluas secara superior untuk membentuk lantai
rongga hidung, serta mata. Secara inferior, tulang rahang atas membentuk langit-
langit mulut dan alveolar ridge yang menopang gigi.

b. Mandibula

Tulang mandibula berbentuk U, yang bertugas untuk menopang gigi rahang bawah
dan membentuk kerangka wajah bagian bawah. Mandibula didukung oleh otot,
ligamen, dan jaringan lunak lainnya, yang karenanya memberikan mobilitas yang
diperlukan agar mandibula dapat berfungsi dengan maksila.

c. Tulang Temporal

Kondilus mandibula berartikulasi di dasar tempurung kepala dengan bagian squamosa


tulang temporal.

3. Temporomandibular Joint(TMJ)

Daerah dimana mandibula berartikulasi dengan tulang tengkorak disebut dengan sendi
temporomandibular. TMJ merupakan sendi paling komplek di tubuh. Secara anatomi, TMJ
dibentuk oleh kondilus mandibula dan fossa glenoid/ fossa mandibula dari tulang temporal.
Disk artikular memisahkan kedua tulang ini dan berartikulasi langsung. Secara fungsional,
artikular disk berfungsi sebagai tulang yang tidak diidentifikasikan yang memungkinkan
pergerakan kompleks dari sendi. Disk artikular terdiri dari jaringan ikat fibrosa yang padat
tanpa pembuluh darah dan saraf. Selama gerakan, disk artikular agak fleksibel dan dapat
beradaptasi dengan tuntutan fungsional permukaan artikular.

Inervasi TMJ sama dengan semua sendi yang dimana dipersarafi oleh saraf yang
menyediakan persarafan motorik dan sensorik. Untuk otot-oto yang mengendalikannya(saraf
trigeminal). Cabang-cabang persarafan mandibula memberikan persarafan aferen.

12
Kebanyakan persarafan disediakan oleh saraf auriculotemporal karena saraf mandibula
terdapat dibelakang sendi. Persarafan ditambah oleh saraf temporal dan masseterica.

TMJ diperdarahi oleh banyak pembuluh darah disekitarnya. Pembuluh darah yang
dominan adalah arteri temporal superficial dari posterior, arteri meningeal tengah dari
anterior, dan arteri maksilari internal dari inferior. Arteri penting lainnya adalah deep
auricular, anterior tympanic dan ascending pharyngeal arteri. Kondilus menerima suplai
vaskularnya melalui feeder vessels yang masuk langsung ke kepala kondilus baik secara
anterior maupun posterior dari pembuluh darah yang lebih besar.

4. Ligamen

Seperti yang lainnya ligamen juga memiliki peran penting dalam melindungi. Ligamen
terdiri dari serat jaringan ikat kolagen yang memiliki panjang tertentu. Ligamen tidak
merenggang, namun apabila berkekuatan besar diterapkan pada ligamen baik secara tiba-tiba
ataupun dalam jangka waktu yang lama, ligamen dapat memanjang. Ketika itu terjadi, maka
dapat menngganggu fungsi ligamen, sehingga mengubah fungsi sendi.

Ligamen tidak masuk secara aktif kedalam fungsi bersama. Namun, bertindak sebagai
perangkat penahan pasif untuk membatasi pergerakan. Tiga komponen ligamen fungsional
pendukung TMJ yaitu: ligamen kolateral, ligamen kapsular, dan ligamen temporomandibular.

a. Ligamen kolateral

Ligamen kolateral menempel pada bantaalan medial dan lateral dari disk artikular ke
kutub kondilus mereka disebut dengan ligamen diskal. Ligamen ini bertanggung
jawab untuk membagi sendi secara medilateral kedalam rongga sendi superior &
inferior. Ligamen ini merupakan ligamen sejati, yang terdiri dari serat jaringan ikat
kolagen; oleh karena itu, mereka tidak merenggang. Ligamen ini juga berfungsi untuk
membatasi pergerakan disk dari kondilus saat meluncur kebagian anterior dan
posterior. Ligamen ini memiliki suplai vaskular dan dipersarafi. Ketegangan pada
ligamen ini meninggalkan rasa sakit.

b. Ligamen kapsul

Seluruh TMJ dikelilingi oleh ligamen kapsular. Serat-serat ligamen kapsular melekat
secara superior pada tulang temporal disebatas panjang batas permukaan artikular dari
fossa mandibula dan emenensia artikular. Serat-serat dari kolagen kapsul bekerja

13
untuk menempel pada leher kondilus. Ligamen kapsul bekerja melawan gaya medial,
lateral, atau inferior yang cenderung memisahkan atau melepaskan permukaan
artikular. Fungsi ligamen ini untuk mencakup sendi sehingga mempertahankan cairan
sinovial. Ligamen kapsular dipersarafi dengan baik dan memberikan umpan balik
proprioseptif mengenai posisi dan pergerakan sendi.

c. Ligamen Temporomandibular
Ligamen temporomandibular terdiri dari dua bagian, yaitu :
 Outer Oblique Portion, Letaknya memanjang dari permukaan luar dari
tuberkulum artikular dan prosesus zygomatik postero inferior ke permukaan luar
dari leher condylar.
 Inner Horizontal Portion, Letaknya memanjang dari permukaan luar tuberkulum
artikular dan prosesus zygomatik ke arah posterior dan horizontal ke kutub lateral
kondilus dan bagian posterior diskus artikular.
Bagian oblique Ligamen temporomandibular menahan penurunan kondilus yang
berlebihan, sehingga membatasi pembukaan mulut. Bagian ligamen ini juga
memengaruhi gerakan pembukaan mandibula yang normal. Ligamen
temporomandibular melindungi jaringan retrodiscal dari trauma yang diciptakan oleh
perpindahan ke posterior dari kondilus. Bagian horizontal dalam juga melindungi otot
pterigoid lateral dari pemanjangan atau ekstensi yang berlebihan.

Gambar 5. Ligamen Temporomandibular


d. Ligamen Sphenomandibular
Ligamen ini muncul dari tulang belakang tulang sphenoid dan meluas ke bawah
hingga ke tonjolan tulang kecil pada permukaan medial ramus mandibula yang
disebut lingula.

14
Gambar 6. Ligamen Sphenomandibular
e. Ligamen Stylomandibular
Muncul dari proses styloid dan memanjang ke bawah dan ke depan ke sudut dan batas
posterior ramus mandibula.

Gambar 7. Ligamen Stylomandibular


5. Otot Pengunyahan
a. Masseter
Masseter merupakan otot yang berbentuk persegi panjang yang berasal dari lengkung
zygomatik dan meluas ke bawah ke aspek lateral batasbawah ramus mandibula. Saat
serat-seratdari masseter berkontraksi, mandibula terangkat dan gigi-gigi akan
berkontak.
Masseter terdiri dari dua bagian:
 Superficial Portion / bagian dangkal terdiri dari serat yang berjalan ke bawah dan
sedikit ke belakang
 Deep Portion / bagian dalam terdiri dari serat yang berjalan dalam arah dominan
vertikal.

15
Gambar 8. Otot Masseter
b. Temporalis
Otot temporalis berbentuk kipas besar yang berasal dari fossa temporal dan
permukaan lateral tengkorak. Serabut-serabutnya menyatu ketika memanjang ke
bawah antara lengkung zygomatik dan permukaan lateral tengkorak untuk membentuk
tendon yang menyisipkan prosesus koronoid dan batas anterior ramus asenden.Ketika
otot temporal berkontraksi, ia mengangkat mandibula dan gigi akanberkontak.
Otot temporalis terdiri dari tiga bagian, yaitu :
 Bagian anterior terdiri dari serat yang diarahkan hampir secara vertikal.
 Bagian tengah berisi serat-serat yang berjalan miring melintasi aspek lateral
tengkorak (sedikit ke depan saat melewati ke bawah).
 Bagian posterior terdiri dari serat yang disejajarkan hampir secara horizontal, maju
ke depan di atas telinga untuk bergabung dengan serat temporalis lainnya saat
mereka melewati di bawah lengkung zygomatik.

Gambar 9. Otot Temporalis

16
c. Pterygoid Medial
Otot ini berasal dari fossa pterigoid dan meluas ke bawah, ke belakang, dan ke luar
untuk menyisipkan di sepanjang permukaan medial dari sudut mandibula. Beriringan
dengan masseter, ototini membentuk gendongan otot yang mendukung mandibula
pada sudut mandibula. Ketika serat-seratnya berkontraksi, mandibula terangkat dan
gigi berkontak. Kontraksi unilateral akan membawa pergerakan mediotrusif
mandibula.

Gambar 10. Otot Pterygoid Medial

d. Pterygoid Lateral
Otot pterygoid lateral terdiri dari dua bagian, yaitu ;

 Pterygoid lateral inferior.


Pterygoid lateral inferior berasal dari permukaan luar lempeng pterygoid lateral
dan memanjang ke belakang, ke atas, dan ke luar hingga ke penyisipannya
terutama pada leher kondilus. Ketika pterygoids lateral kanan dan kiri berkontraksi
secara simultan, kondilus ditarik ke depan ke bawah artikular dan mandibula
protrusif.
 Pterygoid lateral superior
Pterygoid lateral superior jauh lebih kecil daripada pterygoid lateral inferior dan
berasal dari permukaan infratemporal sayap sphenoid yang lebih besar, memanjang
hampir horizontal, ke belakang, dan keluar untuk memasukkan kapsul artikular,
diskus, dan leher kondilus.

17
Gambar 11. Otot Pterygoid Lateral

e. Digastric
Meskipun digastrik umumnya tidak dianggap sebagai otot pengunyahan, tapi digastric
juga memiliki pengaruh penting pada fungsi mandibula.
Digastric dibagi menjadi dua bagian dari perut ;
 Perut posterior berasal dari tarikan mastoid, agak medial keprosesus mastoid,
seratnya berjalan ke depan, ke bawah dan ke dalam k earah tendon menengah yang
melekat pada tulang hyoid.
 Perut anterior berasal dari fossa pada permukaan lingual mandibula, tepat di atas
batas bawah dan dekat dengan garis tengah; seratnya memanjang ke bawah dan ke
belakang untuk menyisipkan ke tendon menengah yang sama seperti perut
posterior.
Ketika digastrik kanan dan kiri berkontraksi dan tulang hyoid diikat oleh otot-otot
suprahyoid dan infrahyoid, mandibula tertekan dan ditarik ke belakang dan gigi tidak
berkontak. Ketika mandibula distabilkan, otot digastric,otot suprahyoid dan infrahyoid
mengangkat tulang hyoid, yang merupakan fungsi yang diperlukan untuk menelan.

2.2 Kelainan Sistem Stomatognati


American Dental Association (ADA) menetapkan istilah TMD atau gangguan sendi
temporomandibular sebagai semua gangguan fungsi pada sistem pengunyahan. Gangguan
pada sendi temporomandibular dapat dirasakan sebagai adanya rasa nyeri dari adanya
gangguan pada fungsi normal sistem pengunyahan.

18
2.2.1 Pemeriksaan
a. Anamnesis3
Sejak prevalensi TMD yang sangat tinggi, setiap pasien yang datang ke klinik
diharuskan untuk di cek setiap masalah yang dikeluhkan untuk mengetahui
perawatan yang dibutuhkan. Anamnesis ini harus termasuk beberapa pertanyaan-
pertanyaan singkat yang akan membantu klinisi untuk mengetahui masalah
fungsional dari sistem mastikasi.
1) Apakah anda memiliki kesulitan atau merasa sakit saat membuka mulut,
misalnya saat menguap?
2) Adakah rahang anda seperti macet, terkunci, atau rasanya seperti lepas?
3) Apakah ada rasa sakit saat mengunyah atau berbicara atau kapanpun saat anda
menggunakan rahang?
4) Apakah anda menyadari ada suara-suara yang mungkin ada di sendi anda?
5) Apakah rahang anda biasanya kaku dan sering lelah?
6) Adakah rasa sakit di telinga, pelipis, pipi, atau sekitarnya?
7) Apakah anda sering sakit kepala, sakit leher, atau sakit gigi?
8) Apakah baru-baru ini ada cedera kepala, leher atau rahang?
9) Apakah anda merasa perubahan saat menggigit atau mengunyah baru-baru ini?
10) Apakah sebelumnya pernah dirawat karena sakit pada wajah atau masalah
persendian rahang?

b. Pemeriksaan Objektif4,5,6
Tulang wajah (terutama maksila dan mandibular ) berfungsi sebagai dasar
lengkung gigi, penyimpangan dalam morfologi atau pertumbuhannya dapat
mengubah hubungan dan fungsi oklusal. Banyak maloklusi umumnya adalah hasil
dari ketidakseimbangan kerangka kraniofasial. Prosedur sefalometri dapat
membantu dalam identifikasi disharmoni tulang.
Dalam pemeriksaan keadaan rahang dapat dilihat dari hubungan oklusal molar 1
rahang atas dan rahang bawah. Berdasarkan klasifikasi Angle di bagi menjadi 3
kelas, yaitu:
1. Kelas I : Hubungan rahang atas dan bawah normal
2. Kelas II : Maksiladan /atau gigi prognati dan/atau mandibula atau gigi
retrognati
3. Kelas III : Mandibula prognati dan/atau maksila retrognati
19
Selain itu, dalam pemeriksaan objektif untuk melihat keadaan rahang dapat pula
dengan melihat profil wajah . dalam pemeriksaan dengan profil wajah terdapat 3
jenis profil wajah, yaitu:
1. Profil wajah cembung
Menunjukkan hubungan rahang kelas II yang disebabkan oleh maksila yang
memproyeksikan terlalu jauh ke depan atau mandibular terlalu ke belakang.
2. Profil wajah lurus
Keadaan ini biasanya mencerminkan keadaan rahang yang normal
3. Profil wajah cekung
Menunjukkan hubungan rahang kelas III yang biasa dihasilkan dari rahang atas
yang terlalu jauh ke belakang atau mandibular yang menjulur ke depan
Selain dari pemeriksaan di atas, pemeriksaan objektif lain yang dapat dilakukan
adalah dengan menilai proporsi wajah secara vertikal. Yaitu dengan cara membagi
wajah dalam 3 bagian dalam potongan vertikal yang tujuannya untuk melihat
proporsi wajah. Ini dapat dilakukan untuk melihat bagaimana perkembangan 1/3
muka bawah atau untuk melihat keselarasan pertumbuhan 1/3 muka bawah.
Oklusi adalah kontak antargigi yang merujuk pada waktu dan lokasi kontak dan
hubungannya bukan hanya pada gigi itu sendiri, dapat hubungan statis ataupun
dinamis. Oklusi dinamis merupakan hubungan antara gigi geligi maxilla dan
mandibula pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral dan /
ataupun gerakan posteroanterior.
Oklusi dinamis dapat menggambarkan setiap gerakan mandibula dari posisi
intercuspal yang menghasilkan kontak gigi. Gerakan mandibula ini digerakkan oleh
TMJ, dalam arah pergerakannya TMJ bergerak ke bidang sagittal, horizontal dan
frontal. Dalam pembagiannya, oklusi dinamis terbagi menjadi dua yaitu :
a. Oklusi Fungsional, yaitu kontak gigi yang terjadi pada sisi rahang yang menuju
ke arah pergerakan mandibula.
 Lateral, terjadi kontak Canine dan posterior mandibula – maxilla menuju ke
arah pergerakan maxilla.
1) Canine Guidance, ujung cusp Canine mandibula bergerak dari titik kontak
sentrik di mesial marginal ridge mengikuti ujung cusp Canine mandibula.
Working side : Canine maxilla – Canine mandibula yang berkontak. Not
working side : bagian gigi posterior (premolar – molar).

20
2) Group Function, terdapat kontak pada gigi posterior saat mandibula
digerakkan ke lateral.
 Protrusif, kontak yang terjadi saat mandibula digerakkan ke depan, atau
gerakan ke arah anterior. Idealnya ke enam gigi anterior mandibula berkontak
saat mandibula digerakkan ke anterior, gigi posterior tidak berkontak.
b. Oklusi Non-Fungsional, yaitu kontak gigi yang terjadi pada sisi rahang yang
menjauh dari gerakan mandibula. Contohnya, jika mandibula digerakkan ke
sebelah kiri, maka kontak terjadi pada sisi kanan rahang. Gerakan mandibula
terbagi menjadi 3 yaitu :
 Gerakan Mandibula Protrusif
Terjadi ketika mandibula bergerak ke depan dari posisi intercuspal. Dominan
terjadi pada gigi anterior, antara tepi insisal dan labial dari Insisivus mandibula
terhadap fossa lingual dan tepi Insisivus maxilla yang disebut sebagai guiding
of anterior teeth. Pada gigi posterior, cusp bukal mandibula melintasi
permukaan oklusal gigi posterior maxilla. Kontak protrusive posterior dapat
terjadi antara inklinasi distal dari cusp lingual maxilla dan inklinasi mesial dari
fossa yang bersebrangan dan marginal ridge. Dapat terjadi saat inklinasi mesial
dari cusp bukal mandibula dan inklinasi distal dari fossa yang berlawanan dan
marginal ridge.
 Gerakan Mandibula Laterotrusif
Terjadi selama gerakan mandibula ke lateral, gigi posterior mandibula kiri-
kanan bergerak melintasi gigi yang berlawanan dalam arah yang berbeda.
Contohnya, saat mandibula digerakkan lateral-kiri, gigi posterior mandibula
akan bergerak secara lateral melintasi gigi yang bersebrangan. Namun, posisi
mandibula kanan akan bergerak medial melintasi gigi lawannya. Laterotrusif
terjadi kontak di inner inclined dari bukal maxilla dan outer inclined dari
bukal mandibula serta kontak antara outer inclined lingual cusp maxilla dan
inner inclined cusp lingual mandibula. Mediotrusif terjadi selama gerakan ke
kiri, gigi posterior mandibula kanan melewati dalam arah medial melintasi gigi
lawannya. Daerah kontaknya yaitu antara inner inclined cusp lingual maxilla
dan inner inclined cusp bukal mandibula. Saat mandibula digerakkan lateral –
kanan, maka daeraha postensial (laterotrusif dan mediotrusif) akan sama,

21
namun berkebalikan arah dengan laterotrusif di sisi kanan dan mediotrusif di
sisi kiri.
 Gerakan Mandibula Retrusif
Saat mandibula bergerak posterior dari posisi intercuspal. Gerakan ini cukup
kecil yaitu 1 – 2 mm, dikarenakan adanya batasan dari struktur ligament di
TMJ. Saat gerakan mandibula retrusive, cusp bukal mandibula bergerak secara
distal melintasi permukaan oklusal dari gigi maxilla yang berlawanan dan
marginal ridge. Pada maxilla, kontak retrusive terjadi antara inclined mesial
dari fossa sentral dan marginal ridge.

2.2.2 Rencana Peawatan


a. Prinsip Dasar Perawatan Ortodonti7
 Kesehatan mulut ( oral health )
Bagian pertama dari perawatan orthodontis adalah Membangun dan
memelihara kesehatan mulut yang baik dan penyakit aktif harus
dirawat terlebih dahulu.
 Lengkung bawah ( lower arch )
Disarankan untuk mempertahankan posisi saat ini dari labial bawah,
karena segmen labial bawah berposisi diarea relatif stabil diantara
lidah, bibir, dan pipi. Gerakan berlebihan dari segmen labial bawah
dapat menigkatkan resiko.
 Lengkung atas ( upper arch )
Setelah lower arch direncanakan, kemudian posisi lengkung atas dapat
direncanakan untuk memastikan hubungan kelas yaitu kelas 1.
 Buccal segments
Biasanya bertujuan untuk mendapaktan hubungan kelas 1.
 Perencanaan Anchorage
Anchorage adalah menahan gerakan gigi yang tidak diinginkan, oleh
karena itu ketika merencanakan suatu kasus penting utuk memastikan
atau memutuskan bagaimana pergerakan gigi yang tidak perlu
digerakkan.
 Mekanika perawatan
Tujuan perawatann jelas dan harus ditentukan terlebih dahulu.

22
 Retensi
Tujuan untuk mencegah kambuhnya kembali ke maloklusi
original.Retensi harus dipertimbangkan, direncanakan dan didiskusikan
pada awal rencana perawatan.

b. Batasan Dokter Gigi Umum Terhadap Perawatan Ortodonti8


Ilmu dan teknologi perawatan ortodontik semakin hari semakin
berkembang seiring dengan meningkatnya tuntutan kebutuhan masyarakat
yang semakin menyadari bahwa fungsi gigi tidak hanya sebagai alat untuk
mengunyah makanan tetapi juga mempunyai peranan yang sangat penting
dalam penampilan. Para dokter gigi umum (general practicioner),
spesialis ortodonti (ortodontis) dan spesialis kedokteran gigi anak yang
menerapkan ilmu ortodonsia dalam menjalankan prakteknya hendaknya
menya-dari apa yang menjadi kewenangan masing-masing dalam
melakukan perawatan pada pasien agar terhindar dari tuntutan pasien jika
dikemudian hari terlibat dalam masalah hukum berkaitan dengan
perawatan yang dilakukan.

Acuan Dokter Gigi Umum Dokter Gigi Spesialis


Ortodonti
Standar Kompetensi Kasus dental Kasus dental, skeletal dan
dento skeletal
Kurikulum Selama • Gigi sulung, mixed • Gigi sulung, mixed
Pendidikan dentition, gigi permanen dentition, gigi permanen
• Kasus Maloklusi ringan dan sedang sedang dan parah
• Perawatan preventif, • Perawatan preventif,
interseptif dan kuratif interseptif dan kuratif
(terbatas) (komprehensif)

• Alat lepasan • Alat lepasan


• Alat Perawatan • Alat cekat non braces • Alat cekat non braces
• Partial braces (non • Partial braces (non
sytemized) sytemized)
• Alat kombinasi lepas- • Alat kombinasi cekat-
cekat lepas
• Alat cekat full braces
(sytemized)

23
Standar Kewenangan Standar kewenangan dari Standar kewenangan dari
kolegium dokter gigi kolegium ortodonti
/KKI/PDGI Indonesia

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem stomatognati, memiliki tiga fungsi utama yaitu pengunyahan, menelan, berbicara.
Mastikasi didefinisikan sebagai tindakan mengunyah makanan. Mastikasi merupakan tahap
awal pencernaan, dimana ketika makanan dipecah menjadi partikel-partikel kecil untuk
kemudahan menelan. Mastikasi adalah aktivitas yang paling menyenangkan dengan
memanfaatkan indera perasa, sentuhan, dan aroma/penciuman. Mastikasi terdiri dari
pemisahan dan penutupan yang berirama dan terkontrol dengan baik dari gigi rahang atas dan
rahang bawah. Aktivitas ini berada di bawah kendali SSP, yang terletak di batang otak. Setiap
gerakan membuka dan menutup mandibula merupakan gerak mengunyah. Mastikasi tidak
dapat dilakukan tanpa bantuan struktur jaringan lunak yang berdekatan. Saat makanan
dimasukkan ke dalam mulut, bibir memandu dan mengontrol asupan sambil juga menutup
rongga mulut. Bibir sangat diperlukan saat cairan dimasukkan. Lidah memainkan peran
utama tidak hanya dalam rasa tetapi juga dalam manuver makanan di dalam rongga mulut
untuk mengunyah yang cukup. Sistem stogmatognati terdiri dari beberapa komponen antara
lain: gigi, otot mastikasi, dan sendi temporomandibular. Lalu, juga ada mandibula, maxila,
otot wajah, serta otot kepala dan leher.

Gangguan pada sendi temporomandibular dapat dirasakan sebagai adanya rasa nyeri dari
adanya gangguan pada fungsi normal sistem pengunyahan. Anamnesis ini harus termasuk
beberapa pertanyaan-pertanyaan singkat yang akan membantu klinisi untuk mengetahui
masalah fungsional dari sistem mastikasi. Tulang wajah (terutama maksila dan mandibular )
berfungsi sebagai dasar lengkung gigi, penyimpangan dalam morfologi atau pertumbuhannya
dapat mengubah hubungan dan fungsi oklusal. pemeriksaan objektif lain yang dapat
dilakukan adalah dengan menilai proporsi wajah secara vertikal.

Oklusi adalah kontak antargigi yang merujuk pada waktu dan lokasi kontak dan
hubungannya bukan hanya pada gigi itu sendiri, dapat hubungan statis ataupun dinamis.
Oklusi dinamis merupakan hubungan antara gigi geligi maxilla dan mandibula pada saat
seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral dan / ataupun gerakan
posteroanterior.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Okeson, J.P. Management of Temporomandibular Disorder and Occlusion 7th ed.


Missouri, Mosby. 2013. P. 30-36.
2. Okeson, J.P. Management of Temporomandibular Disorder and Occlusion 7th ed.
Missouri, Mosby. 2013. P. 2-15
3. Okeson, J.P. Management of Temporomandibular Disorder and Occlusion 7th ed.
Missouri, Mosby. 2013. P. 170-171
4. Robert .E.Moyers. HANDBOOK OF ORTHODONTICS 4th edition. P: 150
5. William R. Proffit. Contemporary Orthodontics 6th edition P: 154-155
6. Okeson, J.P. Management of Temporomandibular Disorder and Occlusion 7th ed. Missouri,
Mosby. 2013. P. 57-60.
7. Laura Mitchell. Introduction to orthodontics 4 ed , P : 89-90
8. Ardhana, Wayan. Identifikasi Perawatan Ortodontik Spesialistik dan Umum. Majalah
Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. Juni 2013. 20(1) : 1-8

26

Anda mungkin juga menyukai