Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TUTORIAL SKENARIO 1 BLOK 2

“KENAPA RAHANGKU BISA BERGERAK?”

Tutor :
drg. Debby Saputera, Sp.Pros

KELOMPOK 6 :

Ahda Annisa 1911111320016


Amalia Putri 1911111120019
Dini Maulani 1911111320042
Eta Maulida Shalehah 1911111320038
Gama Putra Pamungkas 1911111210029
Gusti Erysa Nur Tsaniya 1911111120013
Muhammad Dinil Fajr 1911111310038
Muhammad Hafly Fariz A 1911111210008
Natasya Nurul Izzati 1911111220003
Naura Hanifa 1911111220025
Niluh Made Marshella D. A 1911111120018
Yajma Kamiila Rahman 1911111320022

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya kami selaku kelompok 6 dapat menyelesaikan makalah hasil
dari tutorial pertama dan kedua pada skenario satu blok 3 Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Lambung Mangkurat dengan judul “Kenapa Rahangku bisa
Bergerak?”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan dapat
dijadikan sebagai bahan untuk pembelajaran selanjutnya.

Kami selaku kelompok 6 mengucapkan terima kasih banyak kepada


pembimbing tutorial kami, drg. Debby Saputera, Sp.Pros yang telah membimbing
serta mengarahkan kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari
bahwa pada penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami mohon kritik, saran serta pesan dari semua yang membaca makalah ini
terutama dosen yang kami harapkan agar dapat menjadi bahan koreksi kami ke
depannya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Banjarmasin, 26 maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................. 2
BAB II ISI TUTORIAL ...................................................................................... 3
2.1 Skenario ................................................................................................. 3
2.2 Identifikasi Istilah Asing ....................................................................... 3
2.3 Identifikasi Masalah............................................................................... 3
2.4 Problem Tree ......................................................................................... 4
2.5 Sasaran Belajar ...................................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 5
3.1 Pengertian mastikasi .............................................................................. 5
3.2 Anatomi Otot, Sendi, Saraf, dan Tulang ............................................... 6
3.3 Enzim ..................................................................................................... 9
3.4 Proses mastikasi ..................................................................................... 9
3.5 Kelainan dan pengobatan ....................................................................... 10
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 12
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses mastikasi merupakan suatu proses yang sangat berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari. Proses ini dapat terjadi karena adanya kolaborasi
beberapa organ, seperti bibir, geligi, lidah, palatum keras dan lunak, sendi
temporomandibula, faring, dan banyak otot. Koordinasi optimal organ-organ ini
menghaluskan makanan menjadi bolus. Proses mastikasi berkaitan erat dengan
proses pengecapan dan proses penelanan. Pengecapan dilakukan oleh papilla
pengecap yang berada pada lidah dan palatum. Penelanan berhubungan dengan
beberapa organ dan otot, serta kontrol nervus secara sadar ataupun tidak sadar.
Menelan dibagi menjadi fase persiapan, oral, faring, dan fase esophageal.
Keseimbangan antara semua organ mastikasi, pengecapan, dan penelanan
memungkinkan individu untuk mendapatkan asupan nutrisi yang baik.
Ketidakseimbangan kerja organ-organ ini dapat menyebabkan gangguannpada
proses mastikasi, pengecapan, ataupun penelanan. Mastikasi merupakan tahap awal
dalam proses pencernaan. Potongan - potongan besar makanan dikurangi
ukurannya menjadi kecil untuk proses penelanan, makanan menjadi terpisah, dan
luas permukaannya meningkat, aktivitas yang efisien dari enzim pencernaan
memfasilitasi solubilisasi zat makanan dalam air liur untuk merangsang reseptor
rasa. Pada proses mastikasi terjadi penghancuran partikel makanan di dalam mulut
dibantu dengan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar ludah sehingga mengubah
ukuran dan konsistensi makanan yang akhirnya membentuk bolus yang mudah
untuk ditelan. Penghancuran makanan dilakukan oleh geligi dangan bantuan otot-
otot pengunyahan dan pergerakan kondilus mandibula melalui artikulasi
temporomandibula.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa definisi mastikasi?
2. Apa saja otot dan tulang yang berperan dalam membuka dan menutup
mulut?
3. Apa saja enzim yang berperan dalam proses pengunyahan?
4. Bagaimana proses mastikasi berlangsung?
5. Apa saja kelainan pada sistem pengunyahan dan bagaimana
pengobatannya?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui definisi mastikasi.
2. Untuk mengetahui otot dan tulang yang berperan dalam membuka dan
menutup mulut.
3. Untuk mengetahui enzim-enzim yang berperan dalam proses
pengunyahan.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses mastikasi berlangsung.
5. Untuk mengetahui apa saja kelainan pada sistem pengunyahan serta
pengobatan yang dapat dilakukan.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis
Manfaat makalah bagi penulis adalah dapat meningkatkan keterampilan
dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis,
dan dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil
sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
b. Bagi pembaca
Manfaat penulisan makalah ini bagi pembaca adalah dapat dijadikan
sebagai sumber referensi, informasi, dan dapat menambah wawasan untuk pembaca
makalah ini mengenai manajemen waktu.

2
BAB II

ISI TUTORIAL

2.1 Skenario
Iwan, seorang pelajar SMA, sambil melamun, dengan tangan kirinya
menopang dagunya, ia makan buah apel di kantin sekolah. Tangan kiri iwan
merasakan adanya gerakan otot saat mengunyah buah tersebut. Iwan bertanya
dalam hati, bagaimana proses mengunyah itu bisa terjadi?
2.2 Identifikasi Istilah Asing
1. Otot : jaringan dalam tubuh dan untuk alat gerak. Bertemunya tahang atas
dan rahang bawah untuk menghancurkan makanan.
2. Mengunyah : menghancurkan makanan secara mekanis. Memecah
molekul makanan yang besar menjadi partikel yang kecil.
3. Rahang : tempat melekatnya gigi untuk proses mengunyah. Tulang yang
berada di daerah mulut rahang bawah dan atas.
2.3 Identifikasi Masalah
1. Otot apa saja yang berperan dalam mastikasi?
Jawab: M. Masseter, M. Temporalis, M. Pterigodeus lateralis, dan M.
Pterigodeus medialis.
2. Mengapa Iwan merasa ada pergerakan otot pada rahang bawahnya saat
memegang tangan sambil mengunyah?
Jawab: Karena otot berkontraksi jadi tangan merasakan kontraksi otot dan
juga di tangan ada reseptor saraf jadi dapat merasakan kontraksi otot
rahang.
3. Komponen lain apa yang berperan pada proses mastikasi?
Jawab: Gigi, rahang bawah dan atas, lidah dan otot pengunyah.
4. Apa saja tahapan dalam mastikasi?
Jawab: Pembukaan, penutupan, dan oklusi.
5. Enzim apa yang terlibat dalam proses mastikasi?
Jawab: Enzim saliva amylase.

3
2.4 Problem Tree

Pengobatan Definisi

Kelainan Anatomi

Mastikasi

Proses Enzim yang


berperan

2.5 Sasaran Belajar


1. Definisi mastikasi.
2. Otot dan tulang yang berperan dalam proses mastikasi.
3. Enzim yang berperan dalam proses mastikasi.
4. Proses mastikasi.
5. Kelainan dalam proses mastikasi dan pengobatannya.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian mastikasi


Mastikasi atau pengunyahan merupakan suatu kompleksitas dari
neuron muscular dengan bantuan rahang atas tempora, mandibular, lidah dan otot-
otot mastikasi. Mastikasi juga merupakan proses penghancuran makanan untuk
diubah menjadi lebih sederhana lagi dengan bantuan saliva dan menjadi bolus.
Gerakan mengunyah atau mengerus adalah gerakan dari mastikasi, yaitu yang
terjadi saat gerak sendir temporomandibularis pada suatu sisi dikoordinasikan
dengan serangkaian gerak timbal balik pada sisi sendi yang lain, pencampuran
makanan, penggilingan, serta pengirisan terjadi saat mastikasi ini berlangsung.1,2,3
Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang
mempunyai komponen terdiri dari gigi – geligi, sendi temporomandibula (STM),
otot kunyah, dan sistem syaraf. Otot digerakkan oleh sistem impuls syaraf karena
ada tekanan yang timbul dari gigi bawah berkontak dengan gigi atas sehingga
mandibula dapat melaksanakan aktifitas fungsional dari sistem mastikasi.
Keharmonisan antara komponen – komponen ini sangat penting dipelihara
kesehatan dan kapasitas fungsionalnya. Pengunyahan merupakan tahap awal dari
pencernaan, dimana makanan dihancurkan menjadi partikel-partikel kecil sehingga
memudahkan penelanan. Gerakan mengunyah meliputi kegiatan kegiatan otot saraf
yang sangat kompleks dan terkoordinasi, yang selain melibatkan gerakan
mandibula juga melibatkan gigi geligi dengan kekuatan menggigit yang tepat.
Gerakan mandibula pada pengunyahan merupakan kontraksi serangkaian otot yang
melekat pada tulang mandibula, dan sifatnya terkoordinasi. Otot-otot wajah, lidah
dan bibir juga berperan penting dalam mempertahankan bolus makanan di antara
gigi geligi. Otot-otot membuka mulut (otot depressor) adalah mylohyoid,
digastrikus, dan pterigoideus lateralis, berfungsi menstabilkan condylus dan
menggerakkan ke arah anterior atau posterior selama membuka mulut, menutup dan
gerakan protusif. Sedangkan otot-otot menutup mulut (otot elevator) adalah
temporalis, masseter dan pterigoideus medialis.2,3,4

5
3.2 Anatomi Otot, Sendi, Saraf, dan Tulang
Musculi utama yang menghasilkan gerakan mengunyah ada 4 musculus
masticator, yaitu musculus masseter, temporalis, pterygoideus medialis, dan
pterygoideus lateralis.1,6
1. Musculus Masseter
- Origo
a. Pars Superficialis: Processus maxillaris tulang zygomaticum dan
bagian 2/3 anterior processus zygomaticus tulang maxilla.
b. Pars Profundus: Aspectus medialis arcus zygomaticus dan bagian
posterior margo inferiornya.
- Insersi
a. Pars superficialis: Angulus mandibulae dan bagian posterior yang
terkait facies lateralis ramus mandibulae.
b. Pars profundus: Bagian tengah dan atas ramus mandibulae setinggi
processus coronoideus.
- Fungsi: Mengangkat mandibula untuk mengatupkan gigi sewaktu
mengunyah.
2. Musculus Temporalis
- Origo: Tulang fossa temporalis dan fascia temporalis.
- Insersi: processus coronoideus mandibula dan margo anterior ramus
mandibulae hamper sejauh dentes molares terakhir.
- Fungsi: Serabut anterior dan superior mengangkat mandibular, serabut
posterior menarik mandibula.
3. Musculus Pterygoideus Medialis
- Origo
a. Caput Profundus: Facies medialis lamina lateralis processus
pterygoidei dan processus pyramidalis tulang palatinum.
b. Caput Superficialis: Tuberositas maxillae dan processus pyramidalis
tulang palatinum.
- Insersi: Permukaan medial mandibular dekat angulus mandibulae.
- Fungsi: Elevasi dan gerak dari sisi ke sisi mandibular.
4. Musculus Pterygoideus Lateralis

6
- Origo
a. Caput Superior: Atap fossa infratemporalis.
b. Caput Inferior: Facies lateralis lamina lateralis processus pterygoide.
- Insersi: Capsula sendi temporomandibularis pada daerah perlekatan
discus articularis dan fovea pterygoidea pada collum mandibulae.
- Fungsi: protrusi dan gerak dari sisi ke sisi mandibular.

Selain otot-otot utama mastikasi, terdapat otot-otot pendukung


pengunyahan yaitu musculus mylohyoideus, musculus digastricus, musculus
geniohyoideus, musculus stylohyoideus, musculus infrahyoideus, musculus
buksinator, dan labium oris. Gerakan membuka mandibular dapat dilakukan akibat
kontraksi dari musculus pterygoideus lateralis dan gerakan menutup merupakan
akibat dari kontraksi musculus temporalis, musculus masseter, dan musculus
pterygoideus medialis.1
1. Musculus Mylohyoideus
- Origo: Linea mylohyoidea mandibulae.
- Insersi: Raphe fibrosum mediana dan bagian yang berdekatan dari
tulang hyoideum.
- Fungsi: menyokong dan mengelevasi dasar cavitas oris, elevasi dan
menarik ke depan tulang hyoideum dan kemudian melekat pada larynx
selama fase awal menelan serta depresi mandibula ketika hyoideum
terfiksasi.
2. Musculus Digastricus
- Origo
a. Venter Anterior: Fossa digastricus pada permukaan dalam bagian
bawah mandibula.
b. Venter Posterior: Incisura mastoidea pada sisi medial processus
mastoideus tulang temporale.
- Insersi: Perlekatan tendo di antara dua venter menuju corpus tulang
hyoideum.

7
- Fungsi: membuka mulut dengan menurunkan mandibula, mengangkat
tulang hyoideum, dan menarik tulang hyoideum ke atas dan ke
belakang.
3. Musculus Geniohyoideus
- Origo: Spina mentalis inferior mandibulae.
- Insersi: Corpus tulang hyoideum.
- Fungsi: Depresi mandibula ketika hyoideum tidak bergerak, elevasi dan
menarik hyoideum ke depan ketika mandibular terfixasi.
4. Musculus Stylohyoideus
- Origo: Basis processus styloideus.
- Insersi: daerah lateral corpus tulang hyoideum.
- Fungsi: Menarik tulang hyoideum ke atas dalam arah posterosuperior.
5. Musculus Infrahyoideus
Terdiri dari omohyoideus, sternohyoideus, thyrohyoideus, sternohyoideus.
6. Musculus Buksinator
- Origo: Bagian posterior maxilla dan mandibular (raphe
pterygomandibularis).
- Insersi: Menyatu dengan orbicularis oris dan ke dalam labii.
- Fungsi: Menekan bucca terhadap dentes, mengkompresi bucca ayng
distensi.

Sendi yang berperan dalam proses pengunyahan yaitu sendi


temporomandibularis. Sendi temporomandibularis, satu pada tiap sisinya,
memungkinkan mulut membuka dan menutup dan gerak kompleks mengunyah atau
gerak dari sisi ke sisi rahang bawah. Setiap sendi merupakan sendi synovialis dan
dibentuk antara capitulum mandibulae dan fossa articulare/mandibularis dan
tuberculum articulare tulang temporale.1

Otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik saraf kranial kelima,


dan proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak. Perangsangan
daerah retikularis spesifik pada pusat pengecapan di batang otak akan menimbulkan
gerakan mengunyah yang ritmis. Perangsangan area di hipotalamus, amigdala, dan

8
bahkan di korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecapan sering kali dapat
menimbulkan gerakan mengunyah.2

Tulang-tulang yang berperan dalam proses pengunyahan adalah os.


mandibularis atau rahang bawah, os. maxillaris (rahang atas), palatum/ os.
palatinum dan os. Temporal.6
3.3 Enzim
Enzim yang berperan dalam proses mastikasi adalah saliva. Saliva
mengandung 2 enzim pencernaan: lipase lingual, disekresi oleh kelenjar pada
lidah,dan α-amilase saliva, disekresi oleh kelenjar-kelenjar saliva. Saliva juga
mengandung musin yaitu glikoprotein yang membasahi makanan dan melindungi
mukosa mulut. Saliva juga mengandung IgA, pertahanan imunologik pertama
terhadap kuman dan virus; lisozim, yang menyerang dinding bakteri; laktoferin,
yang mengikat besi dan bersifat bakteriostatik; danprotein kaya-prolin yang
melindungi email gigi dan mengikat tannin toksik.5
3.4 Proses mastikasi
Proses mengunyah atau mastikasi adalah proses penggabungan gerak
antara dua rahang yang terpisah, terdapat tiga proses yang terjadi ketika mengunyah
yaitu membuka mandibula, menutup mandibula, dan berkontaknya gigi-geligi
terhadap antagonisnya. Mengunyah bersifat volunter, tetapi sebagian besar
mengunyah selama makan adalah refleks ritmik yang dihasilkan oleh pengaktifkan
otot rangka, rahang bibir, pipi, dan lidah sebagai respon terhadap tekanan makanan
pada jaringan. Proses mengunyah disebabkan oleh suatu reflex mengunyah. Adanya
bolus makanan di dalam mulut pada awalnya menimbulkan inhibisi refleks otot-
otot pengunyahan, yang menyebabkan rahang bawah turun ke bawah. Penurunan
ini kemudian menimbulkan refleks regang pada otot-otot rahang bawah yang
menimbulkan kontraksi rebound. Keadaan ini secara otomatis mengangkat rahang
bawah yang menimbulkan pengatupan gigi geligi, tetapi juga menekan bolus pada
mukosa mulut, yang menghambat otot-otot rahang bawah sekali lagi, menyebabkan
rahang bawah turun dan kembali rebound pada saat yang lain, dan ini terjadi
berulang-ulang. Pada proses mastikasi terjadi beberapa stadium antara lain stadium
volunter dimana makanan diletakkan diatas lidah kemudian didorong ke atas dan

9
belakang pada palatum lalu masuk ke pharynx, di mana hal ini dapat dipengaruhi
oleh kemauan. Selanjutnya pada stadium pharyngeal bolus pada mulut masuk ke
pharynx dan merangsang reseptor sehingga timbul refleks-refleks antara lain terjadi
gelombang peristaltik dari otot-otot konstriktor pharynx sehingga nafas berhenti
sejenak. Kemudian pada stadium oesophangeal terjadi gelombang peristaltik primer
yang merupakan lanjutan dari gelombang peristaltik pharynx dan gelombang
peristaltik sekunder yang berasal dari dinding oesophagus sendiri. Proses ini sekitar
5 – 10 detik dan tidak dipengaruhi oleh kemauan. Setelah melalui proses ini
makanan siap untuk ditelan. Makanan digigit oleh gigi depan (incisura), kemudian
gigi taring (kanina) memecah makanan menjadi bagian kecil. Selanjutnya, makanan
dipotong menjadi bagian lebih kecil lagi oleh gigi premolar. Setelah itu, gigi molar
menggiling makanan sebagai akhir dari proses digesti mekanis di rongga mulut.2,7,8
3.5 Kelainan dan pengobatan
1. Bruxism : menyebabkan TMJ linu dan atrisi pada gigi geligi sehingga
pengunyahan tidak sempurna. Pengobatannya: psikoterapi menghilangkan
trauma oklusi, menggunakan night guard/mouth guard/ bite splint.12
2. Overclosure : penutupan mandibula yang berlebihan. Pengobatannya:
splin oklusal selama tiga bulan untuk meningkatkan vertikal dimensi dan
memperbaiki posisi mandibular.13
3. Trismus : keterbatasan dari pergerakan rahang yang berhubungan dengan
TMJ dan otot mastikasi. Pengobatannya: dapat melakukan operasi struktur
sendi.13
4. Sendi temporomandibula (gangguan STM) merupakan suatu kumpulan
gejala yang melibatkan sendi rahang dan otot di daerah orofasial dan
menyebabkan pengaruh yang besar terhadap kualitas hidup suatu individu.
Pada dasarnya dicirikan dengan tanda dan gejala seperti nyeri atau
sensitifitas pada area otot pengunyahan atau sendi, bunyi abnormal ketika
pergerakan rahang, sakit kepala, dan nyeri leher, keterbatasan atau
ketidaksesuaian pergerakan mandibula, dan hubungan rahang yang tidak
sesuai. Bunyi sendi merupakan gejala yang paling sering terdapat pada
seseorang dengan adanya gangguan sendi temporomandibula. Bunyi yang
dihasilkan dapat bervariasi, mulai dari lemah yang hanya terasa oleh

10
penderita hingga bunyi yang keras sehingga dapat didengar orang lain.
Keluhan lain yang paling sering diungkapkan oleh pasien adalah rasa sakit
pada otot (mialgia) ketika melakukan aktivitas fungsional seperti
mengunyah, menelan, dan berbicara. Keluhan lain berupa keterbatasan
pergerakan mandibula juga umum terjadi. Penyebab terjadi gangguan
sendi temporomandibula sangat kompleks dan multifaktor yaitu meliputi
perubahan morfologi atau fungsi permukaan artikulasi sendi rahang dan
perubahan fungsi sistem neuromuscular.9,10

5. Keadaan TMJ yang normal yakni posisi kondilus mandibularis berada


pada sentral fossa mandibularis dan menunjukkan oklusi sentrik yang
memengaruhi fungsi fisiologis dari TMJ. Kebiasaan buruk seperti
mengunyah satu sisi, bruksism (kondisi dimana seseorang seringkali
menggemeretakkan, menekan, atau menggesekkan giginya ke atas dan ke
bawah maupun ke kanan dan ke kiri secara tidak sadar. Terjadi malam hari
pd saat tidur), dan stres juga memungkinkan terjadinya kelainan TMJ.
(ginting R, Napitupulu FM) Penatalaksanaan dislokasi sendi
temporomandibular umumnya dapat dilakukan dengan reposisi secara
manual dengan atau tanpa bantuan obat anastesi ataupun muscle
relaxant.11

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Mastikasi secara umum merupakan proses penghancuran makanan oleh
kompleksitas dari neuron muscular dengan bantuan rahang atas temporal,
mandibular, lidah dan otot-otot mastikasi, untuk diubah menjadi lebih sederhana
lagi dengan bantuan saliva dan menjadi bolus. Musculi utama yang menghasilkan
gerakan mengunyah ada 4 musculus masticator, yaitu musculus masseter,
temporalis, pterygoideus medialis, dan pterygoideus lateralis. m. masetter, m.
temporalis, dan m. pterygoideus medialis dibantu oleh m. digastricus berkerja sama
dalam fungsi mengangkat dan menarik mandibula ke atas (gerakan menutup
mandibula). Sedangkan m. pterygoideus lateralis berfungsi dalam menarik
mendibula ke arah bawah (gerakan membuka mandibula). Otot-otot pengunyah
dipersarafi oleh cabang motorik saraf kranial kelima (N. Trigeminus) dan proses
mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak. Sendi yang berperan dalam
proses pengunyahan yaitu sendi temporomandibularis. Tulang-tulang yang
berperan dalam proses pengunyahan adalah os. mandibularis atau rahang bawah,
os. maxillaris (rahang atas), palatum/ os. palatinum dan os. temporal.
Proses mengunyah atau mastikasi adalah proses penggabungan gerak
antara dua rahang yang terpisah, terdapat tiga proses yang terjadi ketika mengunyah
yaitu membuka mandibula, menutup mandibula, dan berkontaknya gigi-geligi
terhadap antagonisnya. Pada proses mastikasi, saliva berperan sebagai penceraan
kimiawi pertama. Saliva mengandung 2 enzim pencernaan: lipase lingual, disekresi
oleh kelenjar pada lidah,dan α-amilase saliva, disekresi oleh kelenjar-kelenjar
saliva. Saliva juga mengandung mukus dan lisozim.
Terdapat berbagai jenis kelainan pada proses mastikasi yang membuat
proaes mastikasi tidak normal. Pertama, gangguan sendi temporomandibula
(gangguan STM) merupakan suatu kumpulan gejala yang melibatkan sendi rahang
dan otot di daerah orofasial dan menyebabkan pengaruh yang besar terhadap
kualitas hidup suatu individu. Terapi untuk gangguan STM ini antara lain,

12
Accupuncture/acupressure, TMJ Exercises (senam TMJ), Terapi dengan teknologi
(Laser, TENS, terapi sinar), Terapi medikasi intravena, intra muscular, intra
capsular, Pembuatan TMD Devices, Pembuatan protesa dental dan maksilofasial,
dan Bedah TMJ. Kedua, kehilangan gigi. Kehilangan gigi yang dibiarkan tanpa
segera disertai pembuatan protesa, dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola
oklusi. Terapi pada gangguan ini yaitu remodelling yaitu proses adaptasi biologis
dengan mengubah morfologi jaringan terkait.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Drake RL, Vogl W, Mitchel AWM. Gray’s Basic Anatomy. Philadelphia:


Elsavier; 2012. p499-502.
2. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta:
EGC; 2012.
3. Ganong F. Fisiologi Kedokteran Ganong. 24th Ed. New York: McGraw Hill
Medical; 2012. p511.
4. Dorland N. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi ke 28. Mahode AA,
editor. Jakarta: EGC; 2011. p653.
5. Una Soboļeva, Lija Lauriņa, Anda Slaidiņa. The masticatory system - an
overview. Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal. 2005; 7:
77-80.
6. Snell, RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. 9th Ed. Jakarta: EGC. 2012.
7. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.
2014.
8. Juffrie M, et al. Saluran Cerna yang Sehat: Anatomi dan Fisiologi.
Jogjakarta: UGM. 2018.
9. Hasanah U, Chairunnisa R. Hubungan Jumlah dan Kuadran Kehilangan Gigi
dengan Tingkat Keparahan Gangguan Sendi Temporomandibula Pasien
RSGM USU. Jurnal Ilmiah PANNMED. 2018; 12(3): 232-237.
10. Windriyatna, Sugiatno E, Tjahjanti M. Pengaruh Kehilangan Gigi Posterior
Rahang Atas dan Rahang Bawah terhadap Gangguan Sendi
Temporomandibula (Tinjauan Klinis Radiografi Sudut Inklinasi Eminensia
Artikularis). J Ked Gigi. 2015; 6(3): 315-320.
11. Ning NA, Syamsudin E, Fathurachman. Penatalaksanaan dislokasi sendi
temporomandibula anterior bilateral. MKGK. 2016; 2(3): 120-125.
12. Wetselaar P, et al. The prevalence of awake bruxism and sleep bruxism in the
Dutch adult population. Journal of Oral Rehabilitation. 2019; 7: 15-2.
13. Chaitanya, et al. A new Intraoral Appliance for Trismus in Oral Submucous
Fibrosis. Case Report. 2018; 2018: 1-5.

Anda mungkin juga menyukai