Anda di halaman 1dari 24

TUGAS INDIVIDU

Makassar, 12 Desember 2018

MODUL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


MODUL 3
GIGI TIRUAN LONGGAR DAN PATAH

NAMA : NUR RAUDHAH IHSANIYAH BIALANGI


NIM : J111 16 528
KELOMPOK : VII

BLOK GNATOLOGI I
SEMESTER AWAL 2018/2019

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
MODUL 3
GIGI TIRUAN LONGGAR DAN PATAH

A. SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke RSGM UNHAS dengan keluhan gigi tiruan
lengkap rahang atasnya longgar dan gigi tiruan bawahnya patah. Ada riwayat penyakit
sistemik hipertensi dan diabetes mellitus. Pasien tersebut telah menggunakan gigi tiruan
selama 1 tahun. Pemeriksaan intra oral: edentulous totalis dan kondisi jaringan pendukung
normal. Gigi tiruan tampak kotor.

B. KATA KUNCI
1. Gigi tiruan lengkap atas longgar
2. GT RB Patah
3. Edentulous totalis
4. Hipertensi dan DM
5. Kondisi jaringan pendukung normal
6. GT tampak kotor
7. GT sudah digunakan selama 1 tahun
8. Laki – laki 55 tahun

C. PERTANYAAN PENTING
1. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk menentukan perawatan?
2. Apa yang menyebabkan gigi tiruan patah?
3. Apa penyebab gigi tiruan longgar?
4. Bagaimana proses terjadinya resorbsi tulang secara fisiologis?
5. Bagaimana pengaruh dari penyakit sistemik terhadap GT yang longgar?
6. Apa pengaruh dari penyakit sistemik terhadap rencana perawatan?
7. Apa rencana perawatan yang sesuai pada kasus?
8. Apa pengertian dari respirasi reining, rebasing, ? Serta apa perbedaan antara relining
dan rebasing?
9. Apa saja indikasi dan kontraindikasi relining, rebasing, dan reparasi?
10. Jelaskan apa saja bahan yang digunakan dalam prosedur reparasi, relining, dan
rebasing!
11. Bagaimana prosedur dari reparasi?
12. Bagaimana teknik dan prosedur relining dan rebasing?
13. Apa saja keuntungan dan kerugian prosedur perawatan yang dilakukan?
14. Bagaimana surat perintah kerja untuk kasus pada skenario?
15. Bagaimana instruksi yang dilakukan pada pasienpasca perawatan?
D. JAWABAN PENTING
1. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk menentukan perawatan?
Jawab
Ada 3 tahap pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan skenario
1. Pemeriksaan subyektif / anamnesis
a. Identitas pasien, diperlukan bila sewaktu-waktu dokter gigi perlu menghubungi
pasien pasca tindakan,dapat sebagai data ante mortem (dental forensic).
Nama : - (laki-laki)
Umur : 55 tahun
Pekerjaan :-
Alamat : -
b. Keluhan utama (chief complaint), berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh
pasien dan alasan pasien datang ke dokter gigi. Keluhan utama pasien pada skenario
yaitu gigi tiruan lengkap rahang atas longgar dan gigi tiruan rahang bawah patah.
c. Present illness (PI), yaitu mengidentifikasi keluhan utama.
d. Riwayat medik (Medical History/MH), perlu ditanyakan karena hal ini kan
berkaitan dengan diagnosis, treatment, dan prognosis.
- Penyakit yang pernah/ sedang diderita. Pada skenario, pasien ada riwayat
diabetes melitus dan hipertensi
- Obat-obatan yang dikonsumsi
- Kebiasaan pasien mengontrol kesehatannya. Ini untuk melihat motivasi pasien
dalam menjaga kesehatan
e. Riwayat dental, beberapa riwayat dental yang dapat ditanyakan yaitu:
- Riwayat kehilangan gigi, Kapan giginya terakhir dicabut dan apa penyebab
dicabutnya
- Riwayat perawatan gigi dan frekuensi kunjungan ke dokter gigi untuk melihat
motivasi pasien
2. Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan ekstra oral
1) Bentuk muka : persegi (squere), lancip (tapering), lonjong (ovould),
2) Profil wajah : cembung, lurus, cekung
3) Dimensi vertical pasien, jika pasie kehilangan dimensi vertical maka perlu
dilakukan koreksi sebelum pembuatan GT.
4) Lesi ekstraoral, inflamasi atau peradangan pada sudut mulut.
b. Pemeriksaan intra oral
1) Bentuk dan ukuran ridge serta palatum durum
2) Kedalaman dan lebar sulkus, termasuk adanya frenulum yang tinggi
3) Tingkat komprehebilitas mukosa yang menjadi dudukan GT ditentukan dengan
palpasi.
3. Pemeriksaan GT
a. Pemeriksaan ekstra oral GT
- Permukaan Cetakan
1) Ada tidaknya post dam dan palatum relief
2) Lebar batas GT
3) Jumlah dan penyebaran plak, berkaitan dengan denture stomatis
4) Ada tidaknya tanda gigi tiruan perbaikan relining dan rebasing
5) Kekerasan permukaan
- Permukaan Poles
1) Bentuk dan inklinasi
2) Kondisi dan kebersihan GT
3) Lama penggunaan GT
4) Gigi artifisial – akrilik / porselen. Di lihat ukuran, bentuk, dan warnanya.
b. Pemeriksaan intra oral GT
Setiap GT ditempatkan didalam mulut secara terpisah dan memeriksa :
1) Stabilitas
2) Retensi
3) Perluasan tepi
Kemudian GT diperiksa bersamaan untuk melihat:
1) Oklusi
2) Dimensi vertical oklusi
3) Penampilan
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi panoramic sangat efektif dalam mendiagnosis pasien
edentulous. Radiografi panoramic kemungkinan untuk mendapatkan gambaran maxilla,
mandibular, dan kondil.1,2
Sumber:
1. Bakar A. Kedokteran gigi klinis. Ed 2. Yogyakarta : Quanttum Media Sinergika ; 2012.
2. Muraoka H. A color atlas of complete denture fabrication. Tokyo : Quantessence
publishing compny ; 1989.

2. Apa yang menyebabkan gigi tiruan patah?


Jawab
Hal – hal yang dapat menyebabkan gigi tiruan patah yaitu :
1) Impact (Benturan)
2) Meningkatnya deformasi basis GT
3) Adanya bentuk area yang menjadi pusat tekanan seperti frenal notch yang lebar
4) GT dengan sayap tipis dan kurang panjang
5) GT yang tidak pas atau tidak adanya relief yang adekuat
6) GT dengan okluasi yang terjepit atau terkunci
7) Desain GT yang tidak baik
8) GT sebelumnya tidak diperbaiki.1,2
Menutut Soratur SH dalam buku Essentials of prosthodontics mengatakan bahwa beberapa
hal yang dapat menyebabkan GT patah yaitu :
1) Fitting GT yang buruk
2) Resorbsi yang parah pada ridge
3) Melakukan de-flasking saat masih panas
4) Oklusi yang tidak seimbang
5) Proses curing yang salah
6) Pasien yang heavy bite
7) Konsistensi dough yang salah.3
Adapun menurut penyebabnya terbagi atas 3 yaitu :
a. Kesalahan konstruksi:
1) Bila gigi posterior, terutama pada rahang atas, disusun diluar puncak lingir, maka
sebagian besar komponen gaya kunyah akan disalurkan ke bagian tengah geligi
tiruan tersebut. Hal ini merupakan sebab patahnya bagian tengah protesa rahang atas.
2) Kurang tebalnya plat resin akrilik pada depan palatum, akan memperlemah protesa.
Hal ini terjadi terutama pada pemakaian gigi depan yang terbuat dari resin. Bila
bagian dari singulum gigi dibentuk secara anatomis, maka pada waktu pembuatan
plat malam , sering dilakukan penipisan bagian ini untuk mempertahankan bentuk
gigi tadi.
3) Kekuatan dan ketidaktepatan dimensional basis protesa, karena tidak tepatnya
konsistensi adonan pada waktu packing, lama dan suhu polimerisasi yang tak
memadai, dan atau kuvet terlalu cepat di dinginkan setelah proses curing
b. Faktor penyebab dari dalam mulut:
1) Tekanan berlebihan yang terjadi selama proses pengunyahan atau karena mengertak,
atau mengatup-ngatup gigi (clenching atau grinding).
2) Menggigit benda keras, misalnya: tulang atau batu kecil.
3) Resorpsi tulang alveolar yang terjadi sesudah pemasangan geligi tiruan akan
menyebabkan geligi tiruan tidak stabil lagi dengan akibatnya mudah fraktur
4) Frenulum labials yang terlalu tinggi mengharuskan dibuatnya lekukan yang dalam
pada plat gigi tiruan. Lekukan semacam ini biasanya merupakan tempat awal
terjadinya fraktur.
5) Rilif yang tidak memadai pada geligi tiruan rahang atas di bagian tengah palatum
pada penderita – penderita yang perbedaan ketebalan mukosanya menyolok, dapat
menyebabkan geligi truan melengkung pada bagian tengah palatum selama
berfungsi. Proses ini dapat berakhir dengan fraktur.
c. Faktor penyebab dari luar mulut:
1) Tekanan berlebihan selama pembersihan
2) Kecelakaan, seperti gigi tiruan jatuh ke lantai.4,5
Sumber:
1. El – Sheikh AM, Al Zahrani IB. Causes of denture fracture : a survey. Saudi Dental
Journal 2006 : 18(3) ; 149 – 50.
2. Barker RM, Davenpart JC, Tomlin HR. Perawatan prostodontic bagi pasien tidak
bergigi. Ed 3. Jakarta :EGC ; 1994.
3. Soratur SH. Essentials of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers; 2006. H. 75.
4. Makhija P. Problem solving in complete dentures-An overview. Clinical Dentistry,
Mumbai, 2014 : 29.
5. Gunadi H A, dkk. Ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jilid II. Hipokrates;1995. P.414-
420.

3. Apa penyebab gigi tiruan longgar?


Jawab
Hal – hal yang dapat menyebabkan gigi tiruan longgar yaitu :
1) GT melampaui atau melewati zona netral
2) Adaptasi GT dengan jaringan lunak dibawahnya yang buruk, hal ini biasanya ditandai
dengan adanya akumulasi makanan dibawah GT
3) Gagalnya mendapatkan kerapatan tepi
4) Resorbsi residual ridge, yaitu pasien immediate denture dimana pasien kehilangan
berat badan.
5) Pembuatan sayap gigi tiruan yang terlalu pendek
6) Adanya peradangan dan terjadi resorbsi
7) Kesalahan oklusi yang menyebabkan iritasi jaringan
8) Penyakit sistemik
9) Pemakaian GT sebagian lepasan yang lama sehingga terjadi resorbsi procesuss
alveolaris.1,2
Sumber:
1. Lourina L, Soboleva V. Construction faults assented with complete denture wearer’s
complains. Stomitologija Baltic Dental and Maxillofacial Journal 2006 ; 8(2) : 62 – 3.
2. Setiawan R. Penatalaksanaan relining pada gigi tiruan sebagian lepasan. Jurnal ilmiah
Widya. 2013 Mei;1(1): 60-4.
4. Bagaimana proses terjadinya resorbsi tulang secara fisiologis?
Jawab
Jaringan pendukung gigi tiruan berubah seiring dengan resorbsi residual ridge. Residual
ridge adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gambaran klinis alveolar ridge
dari penyembuhan tulang dan jaringan lunak setelah ekstraksi. Residual ridge adalah istilah
digunakan untuk kuantitas dan kualitas residual yang semakin berkurang setelah gigi
diekstraksi yang bersifat kronis, progresif dan proses ireversibel dengan laju tercepat dalam
6 bulan pertama setelah ekstraksi
Struktur elemen tulang adalah:
osteosit, intercellular substance yang terdiri dari fibril dan substansi cementing calcified,
osteoblas, osteoklas.
a. Osteosit: adalah sel yang bertanggung jawab untuk aktivitas metabolisme tulang.
b. Substansi cementing calsified: terdiri dari polimerisasi glikoprotein. Garam mineral
yaitu kalsium karbonat dan fosfat terikat pada zat-zat protein ini.
c. Osteoblas: Osteoblas, berdasarkan fungsinya membentuk dan kalsifikasi substansi
interseluler yang merupakan sel-sel pembentuk tulang aktif. Osteoblas mengelilingi
tulang pada lapisan dalam.
d. Osteoklas: komponen seluler tulang yang bertanggung jawab untuk resorpsi tulang.
Maka, setelah terjadi kehilangan gigi, serangkaian proses inflamasi terinisiasi, biasanya
setelah gigi tersebut dicabut, proses ini menyebabkan penggumpalan daah, gumpalan darah
ini akhirnya menghilang dan akan diganti oleh jaringan granulasi kea rah perifer dan basal
soket alveolar. Setelah selang waktu 7 – 1- hari, mulai Nampak pembentukan tulang baru
oleh osteoblast, Nampak matriks osteoid yang terlihat seperti calafied bone spinalis, serta
mineralisasi dimulai dari basar ke koronal dan akan terisi setelah 5 – 6 minggu.
Pada fase awal pembentukan tulang akan menutupi alveolar socket, namun juga terjadi
resorbsi lebar pad aalveolar ridge, remodeling ini akan terus berlanjut hingga periode 10 –
12 minggu. Sekitar 6 – 12 setelahnya, tulang yang baru akan mengalami resorbsi akibat
berkurangnya suplai nutrisi dan aposisi sehingga tulang akan mengecil.1
Pada kondisi periodontitis kronis yang disertai dengan diabetes terjadi peningkatan
mediator mediator inflamasi seperti peningkatan ekspresi TNFα, Interleukin-1β (IL-1β),
Interleukin-6 (IL-6), RANKL (Receptor Activator of Nuclear Factor κB Ligand) dan OPG
(Osteoprotegerin). TNFα dan IL-1β dapat menyebabkan osteoblas mengekspresikan protein
RANKL, yang selanjutnya akan menstimulasi precursor osteoklas untuk berdiferensiasi dan
secara langsung mengakibatkan resorpsi tulang alveolar. Beberapa studi terpusat pada
faktor-faktor yang berkaitan dengan proses osteoclastogenesis, diantaranya melaporkan
terjadinya peningkatan ekspresi RANKL pada pasien periodontitis kronis dengan diabetes
yang tidak terkontrol dibandingkan dengan pasien diabetes yang terkontrol. Hal ini terjadi
oleh karena hiperglikemia berpengaruh terhadap pengaturan rasio RANKL di jaringan
periodontal, sehingga dapat menyebabkan peningkatan kerusakan tulang alveolar pada
kondisi diabetes. Hiperglikemia pada diabetes menyebabkan beberapa pengaruh.
Hiperglikemia dapat menyebabkan peningkatan pembentukan AGEs (advanced glycation
end products), RAGE dan ROS (reactive oxigen species). Interaksi antara AGEs dan RAGE
dapat menyebabkan terjadinya gangguan system imun serta terjadi peningkatan ekspresi
sitokin proinflamasi. Hiperglikemia berperan terhadap pengaturan RANKL/OPG secara
langsung maupun tidak langsung melalui jalur AGE/RAGE. ROS intraseluler yang
dimediasi oleh stress oksidatif berperan penting pada pembentukan tulang, oleh arena ROS
dapat menyebabkan diferensiasi dan fungsi dari osteoklas yang diperantarai oleh RANKL.
RANKL juga bertanggung jawab terhadap peningkatan prevalensi obesitas, yang merupakan
faktor resiko utama diabetes tipe 2 pada anak anak dan dewasa muda. Penilaian kondisi di
rongga mulut dapat digunakan sebagai indikasi awal pada pasien diabetes yang belum
terdiagnosa. Manifestasi diabetes di rongga mulut antara lain adalah penyakit periodontal,
terutama pada diabetes dengan kontrol yang rendah. 75 % pasien diabetes dengan penyakit
periodontal mengalami peningkatan resorpsi tulang alveolar dan inflamasi gingiva. Pada
pasien DM dengan penyakit periodontal, terjadi peningkatan kerentanan terhadap akumulasi
plak gigi, inflamasi pada gingiva, gingival enlargment, resesi gingiva, kerusakan tulang
alveolar, serta terbentuknya poket periodontal.2
Sumber:
1. Jayaram B, Shenay BK. Analysis of mandibular ridge resorption in completely
edentulous patient curing digital panoramic radiography. IUSR – JDMS 2017 ; 8(1) :
61.
2. Hienz SA, Paliwal S, Ivanovski S. Mechanism of bone resorption in periodontitis-
Review article. Journal of immunology research.2015:1-3
5. Bagaimana pengaruh dari penyakit sistemik terhadap GT yang longgar?
Jawab
Pada skenario diketahui pasien menderita penyakit gangguan metabolik berupa diabetes
mellitus. Diketahui bahwa, diabetes yang tidak terkontrol akan berpengaruh terhadap
jaringan periodontal. Kadar gula darah yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko
timbulnya periodontitis. Diabetes mellitus, dalam hal ini hiperglikemia menyebabkan
meningkatnya kadar biomarker inflamasi sistemik dan lokal sehingga meningkatkan reaksi
inflamasi pada jaringan. Selain meningkatkan reaksi inflamasi, diabetes mellitus juga
mengurangi kemampuan sel imun untuk melawan infeksi sehingga bakteri periodontitis
lebih mudah menginvasi jaringan pendukung gigi. Diabetes mellitus mengganggu
kemotaksis PMN dan juga migrasi leukosit ke daerah infeksi sehingga mengurangi
kemampuan respon imun tubuh. Jika kondisi hiperglikemik sudah berlangsung lama maka
glukosa akan bereaksi dengan protein sehingga membentuk senyawa Advance Glycation
End Products (AGEs). AGE jika terakumulasi dalam jaringan periodontal akan melepaskan
Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga meningkatkan oxidative stress dan perubahan sel
endotel akibat cidera vaskular yang timbul. AGEs juga meningkatkan respiratory bursts
PMN yang berpotensi meningkatkan kerusakan jaringan periodontal secara signifikan
sehingga terjadi periodontitis. Jika berlangsung lebih lama lagi, AGE akan menyebabkan
terganggunya metabolisme tulang alveolar, sehingga formasi dan perbaikan tulang menjadi
terganggu dan juga terjadi pengurangan produksi matriks ekstraseluler. Apoptosis juga
berperan dalam meningkatkan risiko periodontitis pada penderita diabetes mellitus. Pada
penderita diabetes, apoptosis sel yang memproduksi matriks akan mengurangi kemampuan
sel untuk dapat memperbaiki diri sehingga akan menyebabkan kerusakan jaringan yang
lebih lanjut dan bahkan nekrosis. Dapat dicermati dalam skenario dikatakan sisa akar gigi
sudah tidak tertanam di dalam tulang alveolar yang dapat berarti bahwa sudah terjadi
resorpsi tulang alveolar yang cukup parah akibat periodontitis yang diderita, oral hygiene
pasien yang buruk dilihat dari akumulasi kalkulus di berbagai dan adanya karies sampai ke
daerah profunda, dan diperparah oleh kondisi diabetes mellitus. Jika kontrol gula darah tidak
diperbaiki, maka prognosis perawatan jaringan periodontal akan menjadi buruk sehingga
menghalangi pembuatan gigi tiruan pasien.1
Sumber :
1. Preshaw PM, Alba AL, Herrera D, Jepsen S, Konstantindis A, Makrilakis K, et al.
Periodontitis and diabetes: a two-way relationship. Diabetologia 2012;55:21,25-6.

6. Apa pengaruh dari penyakit sistemik terhadap rencana perawatan?


Jawab
Diabetes mellitus menyebabkan gangguan proses penyembuhan perawatan
a. Periodontitis
Periodontitis merupakan radang kronis pada jaringan penyangga gigi yang disebabkan
oleh bakteri. Periodontitis ini juga berhubungan dengan diabetes mellitus. advanced
glycation end products (AGEs) yang berhubungan dengan hiperglikemia, perubahan
kolagen, dan sistem imun yang disebabkan oleh penurunan fungsi leukosit PMN yang
memfasilitasi bakteri merusak jaringan periodontal.
b. Disfungsi Saliva
Beberapa laporan kasus menunjukkan bahwa terjadi disfungsi saliva pada penderita
diabetes mellitus. Gejalanya berupa penurunan rata-rata aliran saliva dan xerostomia
terutama penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol dan mengalami neuropati.
Xerostomia ini menyebabkan iritasi jaringan lunak rongga mulut yang memicu
keradangan dan nyeri
c. Infeksi Jamur
Infeksi jamur pada penderita diabetes dihubungkan dengan penurunan aliran saliva dan
keadaan hiperglikemia. Infeksi jamur pada penderita diabetes mellitus biasanya
disebabkan oleh spesian Candida albicans.
d. Infeksi Bakteri
Penderita diabetes lebih rentan terkena infeksi bakteri oleh karena penurunan
mekanisme pertahanan tubuh. Hiperglikemia memfasilitasi pertumbuhan bakteri pada
rongga mulut dan memicu infeksi bakteri rongga mulut, terutama bakteri Streptococcus
e. Kelainan Neuro-Sensory Rongga Mulut
Oral dysesthesia atau burning mouth syndrome (BMS) merupakan sensasi nyeri pada
rongga mulut (palatum, lidah, tenggorakan dan gingiva). Kelainan yang lain dapat
berupa kesemutan, mati rasa, mulut kering dan nyeri mulut yang terjadi bersamaan
dengan sensasi mulut terbakar.
f. Penderita diabetes mellitus dapat dipertimbangkan untuk dilakukan perawatan
prostodonsia, akan tetapi, dokter gigi tetap memperhatikan kadar glukosa darah dan
pengaruh komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler.1

Pengaruh Hipertensi:
Pada dasarnya secara langsung, tidak ada manifestasi oral hipertensi, namun obat anti
hipertensi sering menyebabkan efek samping pada oral, seperti xerostomia, pertumbuhan
berlebih pada gingiva (Hiperplasia), pembengkakan kelenjar salifa -> rasa sakit, in choroid
drugs reactions, eritema multiform, perubahan indra perasa dan parestesi.2
Sumber:
1. Suci DAW. Management Pasien diabetes mellitus di prosthodonsia. Stomatognatic
(J.K.G Unej 2013; v. 10(3): 125-30
2. Kumar P, Mustam K, Shanmugan. Oral manifestations in hypertensive patient : a
clinical study. J Oral Maxillofacpanon 2012 ; 16(2) : 1.

7. Apa rencana perawatan yang sesuai pada kasus?


Jawab
Untuk rencana perawatan rahang atas pada skenario pasien mengalami kelonggaran pada
gigi tiruan lengkapnya sehingga dibutuhkan perawatan relining pada gigi tiruan lengkapnya
sehingga dibutuhkan perawatan relining atau rebasing untuk membuat gigi tiruan pasien
menjadi pas. Rebasing dilakukan hanya jika pasien mengalami perubahan dimensi vertical
dan mengalami kerusakan jaringan yang berlebihan. Dikarenakan pasien tidak mengalami
perubahan dimensi vertical dan juga kondisi jaringan pendukungnya normal, maka
perawatan yang diberikan yaitu relining. Dikarenakan pasien mempunyai riwayat penyakit
sistemik maka diindikasikan untuk diberikan perawatan relining indirect.1,2
Untuk rencana perawatan rahang bawah pada skenario pasien mengalami patah pada gigi
tiruan lengkapnya sehingga dibutuhkan perawatan Reparasi untuk menyatukan kembali gigi
tiruan yang fraktur.2
Sumber:
3. Setiawan R. Penatalaksanaan relining pada gigi tiruan sebagian lepasan. Jurnal ilmiah
Widya. 2013 Mei;1(1): 60-4.
4. Nallaswany D. Textbook of prosthodontics. New Delhi : Jaypee Brothers Medical
Publishers ; 2003.

8. Apa pengertian dari respirasi reining, rebasing, ? Serta apa perbedaan antara relining
dan rebasing?
Jawab
A. Reparasi
Reparasi merupakan proses perbaikan Gigi Tiruan yang retak, penyatuan kembali
bagian dasar/plat yang patah baik terrbuat dari resin maupun logam, penggantian bagian
yang rusak/hilang, perluasan Gigi Tiruan, penambahan gigi, dan perbaikan dan
penambahan cengkram.1 Reparasi juga merupakan proses menggabungkan kembali
bagian-bagian gigi tiruan yang patah/retak, biasanya menggunakan resin basis gigi
tiruan polimetilmetakrilat dengan polimerisasi dingin, yang umumnya dilakukan pada
laboratorium gigi.2
B. Relining
Relining adalah suatu prosedur untuk menambahkan bahan baru pada sisi protesa yang
menghadap jaringan pendukung untuk mencekatkan kembali gigi tiruan. Prosedur
relining merupakan suatu proses yang dilakukan dengan maksud memperbaiki gigi
tiruan agar dapat berfungsi dengan baik tanpa membuat protesa baru.3
Relining adalah proses menambahkan bahan baru secukupnya pada permukaan gigi
tiruan yang menghadap jaringan pendukung untuk mengisi ruangan yang ada antara
basis gigi tiruan dengan permukaan jaringan yang telah berubah.
Relining merupakan salah satu prosedur yang digunakan untuk menanggulangi
permasalahan dengan cara melapisi kembali fitting surface gigi tiruan yang sudah tidak
sesuai lagi atau longgar dengan bahan dasar baru, menghasilkan lapisan baru yang
beradaptasi secara akurat ke area landasan gigi tiruan.4
Relining merupakan prosedur yang dilakukan untuk resurface gigi tiruan dengan bahan
material baru menghasilkan lapisan baru yang beradaptasi secara akurat ke area
landasan gigi tiruan.
Relining Adalah proses mengkoreksi adaptasi permukaan cetakan gigi tiruan (basis gigi
tiruan) terhadap mukosa pendukungnya dengan cara menambah resin akrilik baru
pada permukaan tersebut tanpa mengubah relasi oklusal gigi geliginya.
C. Rebasing
Rebasing adalah proses laboratorium beertujuan menggantikan basis gigi tiruan yang
ada pada suatu protesa.
Rebasing Adalah proses penggantian seluruh basis gigi tiruan dengan basis gigi tiruan
yang baru, dengan tetap menggunakan anasir gigi tiruan yang lama dan tanpa merubah
posisi gigi serta oklusi gigi tiruan.5
Sumber:
1. Ireland R. Kamus kedokteran gigi. Jakarta: EGC, 2014. P. 171, 464,468.
2. Setiawan R. Penatalaksanaan relining pada gigi tiruan sebagian lepasan. Jurnal ilmiah
Widya. 2013 Mei;1(1): 60-4.
3. Steward, K. dkk. Clinic Removable Partial Prosthodontics. Edisi 2. Tokyo: St. Louis,
Ishiyaku Euro 4 merica.1993.
4. Bolender Z. Prosthodontics treatment for edentulous patient. Ed.12. Mosby.2010
5. Itjingningsih. 1996. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan. EGC : Jakarta.

9. Apa saja indikasi dan kontraindikasi relining, rebasing, dan reparasi?


Jawab
A. RELINING
1) Indikasi Relining :
a. Ketika GT kehilangan atau kekurangan adaptasinya terhadap mukosa
pendukungnya sedangkan semua faktor oklusi, estetik, relasi sentrik, DVO, dan
material basis GT baik.
b. Hilangnya retensi GT
c. Ketidakstabilan GT
d. Food under denture
e. GT longgar sedikit
f. Sayap GT underextended
g. Dimensi vertikal masih baik
h. Relasi sentrik sama dengan oklusi sentrik
i. Tepi posterior GT rahang atas baik
j. Tepi-tepi perluasan basis cukup
k. Tepi-tepi sesuai dengan gaya otot kunyah
l. Pengucapan/ susunan gigi baik
m. Kondisi jaringan tulang dan mukosa sehat
2) Kontra indikasi Relining :
a. Terjadi banyak resorbsi
b. Luka pada jaringan mukosa
c. Kelainan pada sendi rahang
d. Estetik GT sangat jelek
e. Hubungan relasi RA dan RB tidak baik.1

B. REBASING
1) Indikasi Rebasing :
a. Adaptasi dari basis gigi tiruan dengan ridge buruk karena resorbsi dari residual
ridge alveolar
b. Pasien dengan keluhan gigi tiruan longgar dan tidak stabil, sehingga pasien
tidak nyaman dan puas dengan gigi tiruan yang dipakainya
c. Ketika pasien tidak mampu membayar gigi tiruan yang baru
d. Poroitas dan perubahan warna pada basis gigi tiruan
2) Kontraindikasi Rebasing :
a. Resorbsi tulang alveolar yang parah (dibuatkan gigi tiruan baru)
b. Terdapat kelainan jaringan lunak ( Rebasing tidak di indikasikan hingga
jaringan lunak pulih dan kembali ke bentuk jaringan normal)
c. Terdapat masalah pada TMJ
d. Gigi tiruan dengan estetik yang buruk.2

C. REPARASI
1) Indikasi Reparasi:
a. GT masih dapat dikembalikan kedalam mulut dengan baik
b. Basis akrilik GT retak atau patah
c. Terdapat gigi yang hilang / lepas dari gigi tiruan
d. Komponen GT yang patah masih ada dan dapat dikembalikan dengan akurat.
2) Kontra Indikasi Reparasi:
a. Fraktur yang disebabkan oleh kesalahan desain atau akibat dari resorbsi tulang
alveolar
b. Fraktur yang disebabkan oleh beban mastikasi yang sangat tinggi.3
Sumber:
1. Itjingningsih. 1996. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan. EGC : Jakarta.
2. Rangarajan V, Padmanabhan TV. Textbook of Prosthodontics. 2nd ed. India: Elsevier;
2017.
3. Zarb, Hobkirk, Eckert, Jacob. Prosthodontics treatment for edentulous patient. St
Louise, misscuri : Elsevier Morsby ; 2013.

10. Jelaskan apa saja bahan yang digunakan dalam prosedur reparasi, relining, dan
rebasing!
Jawab
A. Bahan relining terdiri dari :
1) hard reline material yaitu reliner dengan resin akrilik heat cured dan reliner dengan
resin akrilik self cured.
2) tissue conditoners dan soft liners. Macam soft liners terbagi menjadi plasticized
acrylic resin dan silicon rubber.
Tissue Conditioner, Mengurangi / menyerap kekuatan tekanan akibat mastikasi.
Soft Liner  Silicon elastomer, soft acrylic
Komposisi :
- Pasta : hydroxyl terminated poy dimetil xiloxone
- Liquid : tetraethyl silicate
Pada prosedur relining ataupun rebasing, ini menggunakan jenis – jenis bahan yang
tidak berbeda, karena prosedur rebasing sama dengan prosedur relining.
Bahan yang dipakai :
1) Jelly ptioleum
2) Zinc oxide eugenol pasta
3) Cold curing acrylic
4) Heat curing acrylic
5) Pumice
B. Bahan Reparasi terdiri dari :
Bahan utama yang digunakan adalah self-curing resin akrilik (autopolimerizing acrylic
resin) atau cold cure.
Bahan lain seperti :
1) Sticky wax
2) Denture wax
3) Bur
4) Pisau malam (wax carver)
5) Pumice
6) Anti – ekspansion solution2

Sumber:
1. Setiawan R. Penatalaksanaan relining pada gigi tiruan sebagian lepasan. Jurnal ilmiah Widya.
2013 Mei;1(1): 60-4.
2. Johnson T, Patrick DG, Stokes CW. Basics of dental technology : A step by step approach. 2 nd
ED. UK : Wiley Balckwell ; 2015. Pp. 57 – 8.

11. Bagaimana prosedur dari reparasi?


Jawab
Prosedur perbaikan- dengan menggunakan cold cure acrilyc resin.
1. Kedua bagian gigi palsu yang rusak tersebut ditata ulang dalam posisi yang benar dan
diperbaiki sementara dengan menggunakan sticky wax pada permukaan yang dipoles.
2. Campurkan dental stone dengan air.
3. Tuangkan campuran stone pada permukaan pas gigitiruan sepenuhnya dan selesaikan
hingga ke dasar yang datar.
4. Biarkan stone hinga setting.
5. Pisahkan cast dari gigi tiruan. Hilangkan sticky wax.
6. Trim lokasi fraktur dari kedua bagian gigi palsu yang rusak untuk membuat ruang untuk
bahan perbaikan.
7. Buat sedikit Zig-Zag di tepi garis yang patah di kedua sisi. Jika perlu buat ketentuan
untuk penempatan penguat seperti sepotong kawat di sisi fraktur.
8. Hapus semua debu yang dihasilkan selama pemangkasan.
9. Ganti bagian-bagian yang dipangkas pada gips dan pastikan apakah ruang yang dibuat
cukup atau tidak.
10. Hapus Bagian-bagian dari Cast
11. Terapkan media pemisah untuk seluruh cast di permukaan yang pas. Ganti bagian gigi
tiruan pada gips. Bahan perbaikan cold cure (resin akrilik) sekarang ditambahkan ke
daerah yang rusak-baik dengan metode (a) sprinkler atau dengan (b) mengalirkan
campuran cairan ke daerah tersebut.
12. Celah Sedikit Terisi. Jika bahan perbaikan sulit, lepaskan gigi tiruan dari gips.
13. Finishing and polishing. Rendam dalam air dingin hingga siap digunakan.
Sumber:
1. Soratur SH. Essentials of prosthodontics. New Delhi: Jaypee brothers.2006.p 75-7

12. Bagaimana teknik dan prosedur relining dan rebasing?


Jawab
A. Prosedur Relining
a) Chairside / Direct :
1. Bersihkan gigi tiruan dengan alat ultrasonic beberapa menit
2. Dokter menggunakan bur akrilik untuk mengasarkan permukaan yang
berkontak dengan jaringan pada gigi tiruan.
3. Campurkan bahan relining sesuai dengan petunjuk pabrik lalu letakkan pada
gigi tiruan yang bersih, menutupi seluruh permukaan jaringan.
4. Pasien diminta berkumur dengan obat kumur untuk membersihkan saliva dan
debris dari jaringan
5. Gigi triuan diinsersikan ke mulut pasien dan pasien diminta untuk mengigit
sampai bahan mencapai tahap inicial set. Jelaskan pada pasien bahwa
mungkin akan terasa sensasi terbakar yang ringan pada jaringan selama
menunggu waktu setting
6. Gigi tiruan dikeluarkan untuk menyelesaikan proses setting
7. Kelebihan bahan dipotong kemudian gigi tiruan di polish
b) Laboratorium / Indirect :
Persiapan yang dilakukan sama seperti relining direct, diikuti oleh pencetakan dan
proses laboratorium
1. Bahan cetak dicampur sesuai dengan petunjuk pabrik kemudian diletakkan
pada gigi tiruan (bertindak sebagai tray). Bahan harus menutupi seluruh
permukaan jaringan pada gigi tiruan dengan baik dan tanpa adanya kelebihan.
2. Gigi tiruan diinsersikan ke dalam mulut pasien dan diposisikan dengan baik
dan kuat. Pasien harus beroklusi sampai bahan setting.
3. Setelah bahan setting, gigi tiruan dikeluarkan dari dalam mulut pasien,
didesinfeksi, kemudian disipakan untuk dikirm ke laboratorium dental.
4. Laboratorium gigi memproses bahan cetak menjadi basis resin akrilik yang
digabungkan/disatukan ke gigi tiruan.
5. Pasien kembali ke klinik segera setelah proses dilaboratorium selesai, interval
waktunya bervariasi mulai dari jam hingga hari.
6. Ketika pasien datang ke klinik, gigi tiruan dicobakan dan diseduaikan sesuai
kebutuhan
7. Instruksi post-operative : menghubungi dokter apabila ada pertanyaan atau
masalah dan menjaga kebersihan gigi tiruannya.1
B. Prosedur Rebasing
1. Bagian perifer sayap gigi tiruan dikasarkan dahulu
2. Membuat cetakan rahang pasien dengan menggunakan gigi tiruan lama sebagai
sendok cetaknya dan gunakan bahan cetak mukostatik yaitu Zinc Oxide Eugenol
pasta
3. Membuat model kerja dengan stone/gips dengan cara boxing, dasar model kerjanya
dibuat takikan sebagai indeks penempatan kembali
4. Meletakkan gigi tiruan dan model kerja pada bagian atas articulator dan diberi
indeks oklusal pada bagian bawahnya dari gips. Jika gips sudah keras, articulator
dibuka
5. Gigi tiruan dilepas dari model kerja. Bahan cetak dibuang dan di trim landasan
akrilik gigi tiruannya dan disisakan secukupnya untuk menahan geliginya
6. Membuat landasan gigi tiruan baru dari malam dan lakukan waxing
7. Uji coba dalam mulut pasien dan permeriksaan estetik, fonetik, ukur dimensi
vertical
8. Setelah sesuai, lakukan flasking, packing, curing, deflasking, dan remounting
9. Gigi tiruan di poles dan pasang dalam mulut pasien
10. Pasien instruksikan kembali setelah 3 hari, kecuali bila terdapat luka boleh kembali
sebelum waktunya.2

Sumber:
1. Phinney DJ, Halstead JH. Dental assisting : A comprehensive ach. 5th Ed. Boston :
Cengage Learning ; 2017. Pp. 853 – 54.
2. Itjiningsih WH. geligi tiruan lengkap lepas. Jakarta:EGC. 2012. h.202-7

13. Apa saja keuntungan dan kerugian prosedur perawatan yang dilakukan?
Jawab
A. RELINING
1) Keuntungan Relining :
a. Mengurangi frekuensi dan kunjungan pasien
b. Ekonomis bagi pasien
c. Meperbaiki kecekatan/pas dari gigi tiruan
d. Bof liner dapat tergabung didalam gigi tiruan jika perlu
2) Kerugian Relining :
a. Kemungkinan dari proses relining akan terjadi perubahan pada hubungan
rahang
b. Tidak dapat memperlihatkan estetika yang benar
c. Tidak dapat memperlihatkan dengan benar posisi oklusal assagment
d. Tidak dapat digunakan ketika terjadi resorbsi yang berlebihan karena nanti
tidak digantikan dengan GT yang baru

B. REBASING
1) Keunrungan Rebasing :
a. Tidak ada perbedaan warna antara dua resin, yang tua dan yang baru
b. Masalah dari melepaskan adanya renggangan dari proses pada basis karena hal
tersebut sangat dihindari
c. Ketebalan dari basis sebaiknya di kontrol
2) Kontraindikasi Rebasing :
a. Memiliki tambahan kerangka pada laboratorium
b. Terdapat peluang dari perubahan tempat pada RM ketika waxing-up.1

C. REPARASI
1) Keuntungan Reparasi:
a. GT masih dapat dikembalikan kedalam mulut dengan baik
b. Basis akrilik GT retak atau patah
c. Terdapat gigi yang hilang / lepas dari gigi tiruan
d. Komponen GT yang patah masih ada dan dapat dikembalikan dengan akurat.
2) Kerugian Reparasi:
a. Fraktur yang disebabkan oleh kesalahan desain atau akibat dari resorbsi tulang
alveolar
b. Fraktur yang disebabkan oleh beban mastikasi yang sangat tinggi.1
Sumber:
1. Mallaswanny D. Textbook of prostodontic. New Delhi : Jaypee ; 2006.

14. Bagaimana surat perintah kerja untuk kasus pada skenario?


Jawab
Hubungan antara dokter gigi dengan teknisi gigi dalam pembuatan gigi tiruan lepasan
merupakan suatu hubungan kerja sama sebagai sebuah tim. Dokter gigi harus
mengkomunikasikan desain gigi tiruan lepasan kepada teknisi gigi, kemudian teknisi gigi
akan membuat restorasi gigi tiruan lepasan sesuai desain dan bahan yang sudah ditentukan.
Kerja sama antara dokter gigi dengan tekniker
Seorang dokter gigi biasanya melakukan proses diagnosis dan rencana perawatan yang
kemudiaan diteruskan dengan langkah-langkah awal perawatan, seperti preparasi mulut,
prosedur bedah dan seterusnya. Pekerjaan kemudian dianjurkan tekniker setelah model kerja
dari cetakan kedua. Pada saat pemasangan dalam mulut, proses dianjurkan dilakukan oleh
dokter gigi.
Proses pembuatan restorasi dental lebih banyak dilaksankan dalam laboratorium, dan
seorang tekniker tidak pernah tahu keadaan mulut pasien. Selanjutnya, kesempatan untuk
mengadakan kontak langsung antara dokter dan tekniker juga terbatas. Pada hal, pekerjaan
pembuatan resobsi ini sebetulnya merupakan hasil kerja sama antara dokter gigi dan
tekniker. Mengingat keterbatasan-keterbatasan ini, untuk mencapai hasil optimal mutlak
diperlukan suatu sarana perhubungan antara kedua pihak. Sarana ini dikenal sebagai Surat
Perintah Kerja dari seorang dokter gigi kepada terkniker dilaboratorium.
Surat perintah surat (work authorization) dengan demikian merupakan sebuah surat
permintaan dari dokter gigi kepada laboratorium terknik gigi untuk melaksanakan
pembuatan restorasi dental, berisi petunjuk lengkap dan rini, sesuai dengan kebutuhan
penderita.
Dalam hal ini dokter gigi hendak mengetahui dengan pasti seluk beluk laboratorium yang
bekerja saqma dengannya, antara lain mengenal alamat, keadaan peralatan, jumlah staf dan
jam kerjanya, latar belakang pimpinan, lama waktu penyelesaian ssebuah restorasi dan biaya
pembuatan, serta syarat-syarat hubungan kerja lain. Sebaliknya, pihak laboratorium juga
mengenai dengan baik segala aspek dokter gigi yang masih relevan dengan hubungan kerja
ini.
BENTUK SURAT PERINTAH KERJA
Memuat :
1. Nama dan alamat laboratorium teknik gigi
2. Nama dan alamat dokter gigi
3. Tanggal pengiriman
4. Tanggal selesai pekerjaan yang di inginkan
5. Kolom untuk ciri-ciri pasien
6. Kolom untuk instruksi khusus
7. Gambar gigi serta lengkung gigi rahan atas dan bawah
8. Tanda tangan doketr
Surat perintah kerja ini biasa berupa formulir yang dibuat sendiri oleh dokter gigi, tetapi
pada umumnya disediakan oleh laboratorium teknik gigi yang kemudian dibagikan kepada
para diokter.
Sumber:
1. Virarovika N. Hubungan antara dokter gigi dengan teknisi gigi dalam pembuatan gigi
tiruan lepasan di laboratorium gigi. Universitas Airlangga: 2016: 1-2
2. Gunadi H A, dkk. Ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jilid II. Hipokrates;1995. P. 427-
431

15. Bagaimana instruksi yang dilakukan pada pasienpasca perawatan?


Jawab
1. Instruksikan pasien untuk memakai protesa selama 24 jam agar pasien dapat beradaptasi
dengan pemakaian protesa.
2. Sebelum protesa ingin digunakan harus dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu
3. Jika protesa tidak dipakai maka lepas dan rendam dengan air dingin
4. Jangan makan makanan keras dan lengket
5. Jika terdapat keluhan setelah pemasangan, anjurkan pasien untuk datang memeriksakan
Gigi Tiruan tersebut
6. Kontrol seminggu setelah pemasangan pertama kali.

Sumber:
1. Basker RM. Prostetic treatment for edentulous patients. 5TH Ed. Mustsusk Milley :
Gladewell ; 2011.

Anda mungkin juga menyukai