J011171541
TUGAS INDIVIDU
1. Kata/Kalimat Kunci
a. Sistem pembelajaran
2. Pertanyaan-pertanyaan penting
a. Apa yang dimaksud dengan TCL, SCL, dan PBL?
b. Apa perbedaan antara TCL dan SCL ?
c. Mengapa sistem pembelajaran diubah dari TCL ke SCL?
d. Bagaimana penerapan SCL di FKG Unhas?
e. Bagaimana penerapan PBL di FKG Unhas?
f. Mengapa hasil belajar mahasiswa kurang memuaskan?
g. Bagaimana cara mengubah mindset belajar mahasiswa?
h. Bagaimana cara mengubah pola belajar atau beradaptasi dari TCL ke SCL?
i. Apa yang dimaksud dengan blok mata kuliah?
j. Apa saja bentuk pembelajaran lain di FKG Unhas?
k. Bagaimana strategi belajar yang efektif dan spesifik bagi mahasiswa?
l. Bagaimana cara mengakses referensi yang valid melalui teknologi informasi?
3. Tujuan pembelajaran
a. Mengetahui konsep SCL
b. Mengetahui konsep PBL
c. Mengetahui konsep pergeseran dari TCL ke SCL
d. Mengetahui konsep learning skill pada proses pembelajaran (mindset belajar dan
strategi belajar)
e. Mengetahui konsep blok mata kuliah
f. Mengetahui cara mengakses referensi yang valid melalui teknologi informasi
4. Jawaban pertanyaan
a. Konsep SCL
1
Student Centered Learning (SCL) merupakan metode pendekatan belajar yang
menempatkan pengajar sebagai fasilitator dan peserta didik sebagai subjek dan objek
pembelajaran yang berperan aktif dalam proses experiental learning (pengalaman
belajar). SCL berpusat pada aktivitas belajar mahasiswa, bukan hanya pada aktivitas
dosen mengajar.
Penerapan SCL di perguruan tinggi diartikan sebagai kegiatan terprogram
yang desain untuk mahasiswa agar dapat belajar secara aktif dan menekankan pada
sumber belajar. (Kurdi, 2014)
Penerapan SCL dapat ditandai dengan situasi pembelajaran yang bercirikan:
1) Mahasiswa belajar secara individu ataupun kelompok untuk mengkontruksi
pengetahuan, yakni dengan mencari informasi secara aktif melalui teknologi
informasi.
2) Dosen berperan sebagai fasilitator, bukan sebagai pengajar, yakni membantu
mahasiswa dalam mengakses, menata dan mentransfer informasi.
3) Mahasiswa berkompeten dalam menguasai mata kuliah ataupun dalam
mengetahui bagaimana cara belajar (learn how to learn) yang baik melalui proses
discovery, inquiry, dan problem solving.
4) Pembelajaran menjadi kegiatan komunitas yang berorientasi pada mahasiswa
dengan difasilitasi oleh dosen.
5) Pembelajaran dimaknai sebagai life long learning atau belajar sepanjang masa,
untuk menunjang dan melatih keterampilan yang dibutuhkan di dunia profesi.
6) Pembelajaran memanfaatkan teknologi yang tersedia untuk mengakses informasi
pembelajaran ataupun untuk melatih mahasiswa dalam mencapai skill intelektual,
emosional, dan psikomotor yang dibutuhkan. (Kurdi, 2014; Hadi, 2007)
Menurut Hadi (2007:5) Perguruan tinggi yang menerapkan sistem SCL perlu
memenuhi kualifikasi sebagai berikut:
1) Adanya aktivitas dan tempat belajar
2) Adanya display atau pameran atau presentasi hasil karya siswa
3) Ketersediaan materi dan fasilitas pembelajaran
4) Ketersediaan lokasi atau tempat atau kelas belajar yang nyaman untuk berdiskusi
5) Adanya kelompok-kelompok dan interaksi antaranggota kelompok
6) Jam buka perpustakaan yang fleksibel
Penerapan SCL di perguruan tinggi dapat dilakukan dengan beberapa metode
pembelajaran yang dapat dikategorikan sebagai pendekatan pembelajaran SCL ,
yakni: Small Group Discussion, Role-Play Simulation, Case Study, Discovery
Learning (DL), Self Directed Learning (SDL), Cooperative Learning (CL),
Collaborative Learning (CbL), Contextual lnstruction (CI), Project Based Learning
(PjBL), dan Problem Based Learning (PBL) (Dikti, 2005).
b. Konsep PBL
2
Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu ragam dari SCL.
Menurut Arends (1997) yang dikutip dalam Putra (2014:23). PBL atau pembelajaran
berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk
dapat memecahkan masalah otentik dari skenario yang diberikan dan mampu
mempelajari pengetahuan-pengetahuan yang terkait dengan masalah,
mengembangkan keterampilan berpikir, kemandirian dan percaya diri.
Stepien dan Gallagher (Putra, 2014:23) menyatakan bahwa PBL bertujuan
membantu peserta didik, dalam konteks ini mahasiswa, untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. PBL menggugah mahasiswa untuk
berpikir kritis, mampu menganalisis masalah, dan mencari sumber pembelajaran
yang sesuai melalui teknologi informasi. (Surjono, 2013:181)
Dalam penerapannya, PBL memilki karakteristik sebagai berikut :
1) Pembelajaran ditandai dengan pemberian skenario masalah otentik yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
2) Skenario masalah dipilh sesuai dengan tujuan pembelajaran
3) Peserta didik atau mahasiswa menyelesaikan masalah dengan analisis dan berpikir
kritis
4) Solusi penyelesaian masalah dipecahkan secara bersama-sama dalam kelompok
kecil
5) Guru atau dosen berperan sebagai tutor dan fasilitator
6) Mahasiswa berperan aktif dalam memperoleh informasi yang bervariasi dari
berbagai sumber (Surjono, 2013:181-182)
Penerapan PBL di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin disebut
kegiatan tutorial yang dilakukan dengan metode seven jumps yang dikembangkan
oleh Schmidt dan Bouhuijs (2007) dalam Mukminan (2013:260). Langkah-langkah
dari metode seven jumps, yakni:
1) Mengidentifikasi dan mengklarifikasi terminologi yang belum dipahami
2) Mendefiniskan permasalahan
3) Menganalisis permasalahan
4) Menginventarisis berbagai penjelasan yang dibutuhkan
5) Memformulasi tujuan belajar
6) Mengumpulkan informasi melalui belajar mandiri
7) Mensintesis informasi baru, menguji dan mengevaluasi permasalahan yang
diberikan, serta melakukan refleksi penguatan belajar
TCL SCL
Mahasiswa secara aktif mengembangkan
Pengetahuan ditransfer dari dosen ke pengetahuan dan keterampilan yang
a.
mahasiswa dipelaiarinva
g. Hanya mahasiswa yang dianggap Mahasiswa dan dosen atau tutor dapat
melakukan proses pembelajaran melakukan proses pengembangan konsep
pembelajaran dan keterampilan bersama
Sumber : Ditjen Dikti Depdiknas. Tanya Jawab Seputar Unit dan Proses Pembelajaran
di Perguruan Tinggi. 2015; hal.24-25
4
Sistem pembelajaran di Indonesia cenderung masih menganut sistem
pembelajaran satu arah yang merujuk pada sistem Teacher Centered Learning (TCL),
dengan prinsip bahwa guru atau dosen adalah pengajar yang bertugas untuk
mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Model pembelajaran dari TCL pun
juga sudah banyak dimodifikasi sedemikian rupa hingga menghasilkan sistem
lecturing (ceramah) dengan tanya-jawab serta pemberian tugas. Namun, seiring
berjalannya waktu, pengajar mulai menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari sistem
ini tidak begitu optimal. Metode pengajar dalam transfer pengetahuan dianggap
terlalu monoton, sebab bahan pembelajaran yang diberikan kurang berkembang.
Pengajar mulai terpikir untuk mengembangkan bahan ajaran dari berbagai jurnal
ataupun artikel-artikel ilmiah dari internet dan mulai menggugah kreativitas dan
keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dengan tanya-jawab dan diskusi.
(Kurdi, 2014)
Sistem pembelajaran SCL memiliki keunggulan tersendiri yang kemudian menjadi
salah satu alasan penting pergeseran sistem pembelajaran dari TCL ke SCL.
Keunggulan SCL menurut Ramdhani (2007) antara lain:
1) Pembelajaran yang lebih fleksibel, karena peserta didik diberikan kesempatan
yang besar untuk berpartisipasi aktif.
2) Peserta didik terpacu atau termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran secara
aktif.
3) Munculnya sikap demokratis yang berasal dari diskusi atau dialog dengan anggota
tim atau kelompok dalam proses konstruksi pengetahuan.
4) Cakupan informasi yang dapat diakses oleh peserta didik lebih luas dalam
mengembangkan informasi dan pengetahuan.
5) Selain peserta didik, fasilitator juga dapat mengembangkan pengetahuan melalui
teknologi informasi dan proses diskusi dengan peserta didik.
5
b) Memanfaatkan kegiatan perubahan sebagai ajang peningkatan kualitas dengan
memberdayaan sarana yang tersedia untuk memenuhi syarat minimum suatu
pembelajaran.
c) Senantiasa mengembangkan dan menguji coba ide baru, serta secara kontinu
menyebarluaskan ke lingkungan internal. (Dikti, 2005:51-52)
6
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Dikti Depdiknas. 2005. Tanya Jawab Seputar Unit dan Proses Pembelajaran di
Perguruan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Mukminan, Nursya’ban, M., dan Suparmini. 2013. Penggunaan Teknik Seven Jumps untuk
Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa. Jurnal Cakrawala Pendidikan 32(2):260
Putra, R.K. 2014 Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI pada Mata Pelajaran
Menggambar Teknik Mesin Di SMK Piri Sleman. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta
Surjono, H.D. 2013. Pengaruh Problem-Based Learning terhadap Hasil Belajar Ditinjau
dari Motivasi Belajar PLC Di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi 3(2):181-182