Anda di halaman 1dari 4

TANYA- JAWAB BAB V

ASUMSI DAN HIPOTESIS

A. Asumsi

1. Apa yang dimaksud dengan asumsi?


Asumsi merupakan anggapan dasar dalam suatu penelitian yang
diyakini kebenarannya oleh peneliti. Asumsi bisa juga disebut
anggapan dasar, adalah suatu pernyataan yang tidak diragukan lagi
kebenarannya sebagai titik tolak dalam suatu penelitian. Asumsi harus
didasarkan pada keyakinan peneliti, sehingga dapat dijadikan titik
tolak dalam penelitian. Kebenaran asumsi bukan dikira-kira atau
spekulasi, tetapi betul-betul harus didukung oleh teori-teori atau hasil-
hasil penemuan penelitian yang relevan. Merumuskan asumsi bukanlah
hal yang mudah karena memerlukan kajian pustaka yang mendalam
dan analisis yang tajam.

2. Kenapa peneliti harus merumuskan asumsi?


Seorang peneliti harus merumuskan asusmi, karena:
a. Sebagai dasar atau titik tolak dalam memecahkan masalah
penelitian.
b. Sebagai acuan dalam menguraikan variabel-variabel penelitian.
c. Menjadi sumber untuk merumuskan hipotesis.

3. Bagaimana cara menentukan asumsi?


Asumsi atau anggapan dasar harus didasarkan atas kebenaran yang
telah diyakini oleh peneliti. Sebagai bahan pendukung asumsi atau
anggapan dasar, sebaiknya peneliti melakukan studi perpustakaan
untuk mengumpulkan teori-teori dari buku maupun penemuan dari
penelitian.

4. Apa kegunaan asumsi?


Kegunaan asumsi atau anggapan dasar ini untuk memperkuat
permasalahan dan membantu peneliti memperjelas menetapkan objek
penelitian, wilayah pengambilan data, instrument pengumpulan data.

1|Page
5. Berikan contoh judul penelitian dengan asumsinya?
Judul penelitian: Studi tentang Peranan Orang Tua terhadap Pilihan
Profesi Anak SMA di Propinsi Bali
Asumsi/Anggapan dasar yang dapat dirumuskan antara lain:
a. Hubungan antara anak dengan orang tua cukup erat.
b. Anak tahu keadaan orang tuanya (pendidikan, pekerjaan, cita-cita
terhadap dirinya, dan sebagainya).
c. Anak SMA sudah memahami berjenis-jenis profesi yang ada, baik
dalam wilayah yang sempit maupun wilayah yang luas.

B. Hipotesis

1. Apakah hakikat hipotesis?


Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan
penelitian. Dengan demikian ada hubungan antara rumusan masalah
dengan hipotesis, karena rumusan masalah pada hakikatnya adalah
pertanyaan penelitian. Pertanyaan tersebut terjawab pada hipotesis.
Jawaban pada hipotesis tersebut ada karena ada teori atau empiris
yang melandasinya, yang telah dikaji pada kajian teori sebelumnya,
atau lebih jelasnya terlihat pada kerangka konseptual sebelumnya.

2. Ada berapa bentuk hipotesis?


Hipotesis dapat dikelompokkan menjadi dua, antara lain:
a. Hipotesis substansial (substantive hypothesis)
Hipotesis substansial adalah hipotesis yang mengandung pernyataan
mengenai relasi antara dua variabel atau lebih sesuai dengan teori.
Contohnya: Ada pengaruh keterlambatan pengumpulan piutang
terhadap rentabilitas. Hipotesis ini dilakukan untuk menjawab
pertanyaan penelitian sebelum penelitiannya dilaksanakan. Hipotesis
ini disebut juga hipotesis teoritis.
b. Hipotesis statistik
Hipotesis yang diuji melalui analisis statistik ini disebut dengan
hipotesis statistik. Hipotesis substansial tidak dapat diuji, agar dapat
diuji harus terlebih dahulu diterjemahkan menjadi term-term
operasional atau term-terms statistik yang disebut dengan hipotesis
statistik, yang terbagi menjadi 2, yakni:
1) Hipotesis Nol (H0): menyatakan tidak adanya hubungan, atau
tidak adanya pengaruh, atau tidak adanya perbedaan.

2|Page
2) Hipotesis Alternatif (H1): menyatakan adanya hubungan, atau
adanya pengaruh, atau adanya perbedaan.

3. Dalam subbab hipotesis, apa yang perlu dikemukakan, apakah


hipotesis substansial atau hipotesis statistik?
Ketika peneliti ingin menyusun hipotesis karena berdasarkan
teori/empiric, maka peneliti cukup menyajikannya dalam bentuk
hipotesis substansial. Hipotesis statistik dapat ditempatkan pada
subbab “pembahasan”.

4. Apakah subbab hipotesis perlu dinyatakan apabila


penelitiannya bersifat deskriptif?
Jika penelitiannya deskriptif (menjelaskan variabel mandiri), maka
subbab hipotesis tidak perlu dikemukakan. Penelitian deskriptif pada
umumnya tidak perlu mencantumkan hipotesis.

5. Bagaimana merumuskan hipotesis teoritis?


Karena hipotesis adalah jawaban teoritis terhadap pertanyaan
penelitian, maka hipotesis dirumuskan berdasarkan rumusan
masalahnya, dengan menggunakan bahasa yang operasional tanpa
menggunakan istilah teknis sebagaimana yang biasanya dipakai dalam
perumusan tujuan.

Misalnya dalam penelitian yang bertujuan untuk menguji perbandingan


prestasi belajar kelas IV D dengan kelas IV E dalam mata kuliah Metode
Penelitian Terapan, masalahnya dirumuskan dengan kalimat: Apakah
prestasi belajar Metode Penelitian Terapan kelas IV D lebih tinggi (lebih
rendah) dibandingkan dengan mahasiswa kelas IV E pada mahasiswa
D3 Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali? Hipotesis untuk rumusan
masalah tersebut adalah: Prestasi belajar Metode Penelitian Terapan
kelas IV D lebih tinggi (lebih rendah) dibandingkan dengan
mahasiswa kelas IV E pada mahasiswa D3 Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Bali.

6. Apa hubungan antara hipotesis teoritis dan hipotesis


statistik?
3|Page
Hipotesis teoritis yang benar bisa diuji secara statistik. Hipotesis yang
bisa diuji secara statistik ini selalu melibatkan lebih dari satu variabel.
Hubungan antar variabel (kausal atau korelasional) inilah yang akan
diuji secara statistik. Tentunya pengujian hipotesis teoritis ini tidak
dilakukan secara langsung, tetapi harus mengikuti prosedur pengujian
hipotesis, yang menuntut beberapa langkah. Langkah pertama adalah
melakukan transformasi hipotesis teoritis menjadi hipotesis null
(disingkat Ho). Dengan kata lain apabila hipotesis teoritis tidak bisa
ditransformasikan ke dalam Ho, maka hipotesis teoritis tersebut salah.

4|Page

Anda mungkin juga menyukai