Anda di halaman 1dari 16

B HIPOTESIS

PENELITIAN
A
B

9
9.1. Pengertian dan Fungsi Hipotesis

Hipotesis (hypothesis) berasal dari kata hypo yang


artinya sementara dan thesis yang artinya kebenaran. Jadi
hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah yang telah
diajukan. Dengan kata lain hipotesis merupakan penjelasan
atau jawaban sementara tentang prilaku, fenomena dan
gejala masalah yang telah dan atau akan terjadi. Hipotesis
merupakan hasil rumusan dari kerangka pemikiran yang
telah disusun dengan baik (ringkasan hasil kerangka pemi-
kiran). Hipotesis merupakan pernyataan peneliti tentang
hubungan antara variabel-variabel yang terkait dalam suatu
penelitian yang akan dilakukan.
Dengan adanya hipotesis, peneliti berusaha untuk
membuktikannya melalui penelitian. Dari hasil penelitian-
lah akan diketahui benar tidaknya jawaban dari perma-
salahan yang diajukan. Melalui penelitian, mungkin saja
hipotesis tersebut tidak dapat dibuktikan, namun demikian
tidak berarti bahwa dengan tidak terbuktinya atau tidak
terjawabnya masalah penelitian berarti bahwa penelitian
tersebut gagal.
Dengan demikian, hipotesis dapat dijadikan sebagai
alat bantu dalam melaksanakan penelitian, pengumpulan
data dan membuat metode penelitian. Sedangkan fungsi dari
hipotesis yaitu sebagai berikut:
1. Hipotesis dapat digunakan sebagai patokan atau acuan
untuk pengumpulan dan analisis data.
2. Membantu memilih metode-metode penelitian.
3. Mempermudah proses analisis data.
Perlu tidaknya hipotesis dalam suatu penelitian dapat
dilihat dari sifat penelitian itu sendiri. Penelitian yang
bersifat analitis dan penelitian vervikatif sangat memerlukan
hipotesis. Dari sisi pendidikan, maka hipotesis sangat di-
anjurkan. Bagi dunia pendidikan perumusan hipotesis
memaksa peneliti atau mahasiswa yang sedang menyusun
karya ilmiah seperti skripsi, tesis atau disertasi untuk dapat
memfokuskan diri pada masalah utama yang akan diteliti
atau yang akan dicoba untuk dijawab.
Kelemahan dari kebanyakan para peneliti adalah
dalam perumusan hipotesis ini, yaitu mengumpulkan terlalu
banyak data yang kurang relevan, sehingga akhirnya
menjadi bingung dalam memilih data yang paling penting
untuk menjawab masalah dan menyimpulkan hasil peneli-
tian. Kelemahan demikian dapat diatasi dengan cara meru-
muskan hipotesis dengan baik, sehingga sejak awal si
peneliti sudah dipaksa berpikir lebih keras dan lebih terarah
untuk menjawab masalah. Dengan demikian hipotesis
adalah jawaban sementara yang mengarahkan peneliti da-
lam melakukan penelitian dalam rangka mencari kebenaran
jawaban.

9.2. Karesteristik Hipotesis


Penyusunan atau perumusan suatu hipotesis pene-
litian yang baik adalah hipotesis yang didasarkan pada
kerangka pemikiran dan atau kerangka teori yang tepat.
Suatu hipotesis yang baik mempunyai karektistik tertentu.
Karesteristik tersebut diantaranya adalah;
1). Hipotesis bersifat rasional
2). Hipotesis tersebut terukur
3). Hipotesis tersebut dapat diuji secara statistik
4). Hipotesis tersebut konsisten dengan hasil penelitian
sebelumnya atau teori yang berhubungan.

9.2.1. Hipotesis Bersifat Rasional


Hipotesis merupakan jawaban sementara dari perma-
salahan atau pertanyaan penelitian. Karena itu sudah seha-
rusnya suatu hipotesis memberikan penjelasan yang dapat
diterima akal atau rasional. Rasional dalam hal ini berarti
bahwa hipotesis tersebut dibangun atau diformulasikan
berdasarkan kerangka pemikiran yang didukung oleh teoritis
atau pengalaman empiris. Hipotesis yang dibangun berda-
sarkan pemikiran sendiri atau didasarkan hanya pada
perasaan (feeling) saja bukanlah suatu hipotesis yang
rasional.
Misalnya ada masalah penelitian yang akan dicariakn
jawabannya yang berbunyi “mengapa keluarga miskin di
Indonesia pada umumnya merupakan keluarga petani ?”.
Kemudian disusunlah hipotesis yang menyatakan bahwa
“keluarga petani itu miskin karena mereka tidak punya
keluarga di kota”. Hipotesis ini jelas tidak rasional, karena
tidak ada hubungan antara kemiskinan dengan ada
tidaknya keluarga di kota. Kalau hipotesis tersebut menya-
takan bahwa “keluarga petani banyak yang miskin berhu-
bungan dengan banyaknya jumlah keluarga dan rendahnya
tingkat pendidikan” maka hipotesis tersebut dapat dikata-
kan rasional.

9.2.2. Hipotesis Harus Terukur


Suatu hipotesis yang terukur adalah hipotesis yang
dapat diperhitungkaan atau dapat diukur, baik secara
statistik maupun secara kualitatif atau dengan pendekatan
hubungan sebab akibat. Hipotesis yang tidak terukur adalah
hipotesis yang tidak dapat dibuktikan, baik secara statistik
maupun secara teoritis serta dapat dibuktikan hanya
dengan pernyataan kualitatif.
Dikarenakan hipoteisis itu harus terukur, makanya
hipotesis tersebut dikategorikan dalam 2 (dua) bentuk hipo-
tesis. Pertama hipotesis penelitian yang berupa kalimat per-
nyataan, misalnya “jika tingkat inflasi meningkat, maka
tingkat pengangguran akan menurun”. Kedua hipotesis
statis-tik yaitu hipotesis yang dinyatakan dalam bentuk
statistik, misalnya Ho: βi = 0 dan Hi: βi ≠ 0.
9.2.3. Dapat di Uji
Hipotesis harus dapat di uji itu berarti bahwa hipo-
tesis tersebut dapat dibuktikan kebenarannya. Untuk dapat
menguji atau membuktikan kebenaran suatu hipotesis,
maka hipotesis tersebut harus diformulasikan dengan tepat.
Dapat diuji yang dimaksud adalah hipotesis dapat diuji
secara statistik. Namun demikian untuk hipotesis deskriptif
(des-criptive hypothesis) yaitu pernyataan tentang kebera-
daan sebuah variabel tunggal dapat dilakukan dengan
menggu-nakan alat uji sederhana seperti frequensi, median,
tendensi, mean, range dan lain sebagainya.

9.2.4. Konsisten
Hipotesis yang konsisten dengan teori atau dengan
hasil penelitian sebelumnya yang relevan itu berarti bahwa
hipotesis yang disusun tidak bertentangan dengan teori yang
relevan atau hasil penelitian sebelumnya. Misalnya saja
menurut teori bahwa investasi merupakan fungsi menurun
dari suku bunga, maka jika seseorang membuat hipotesis
yang menyatakan bahwa “jika suku bunga naik maka
investasi akan naik”, jelas hipotesis tersebut tidak konsisten.
Atau berdasarkan hasil penelitian sebelumnya diperoleh
kesimpulan bahwa “keluarga miskin cenderung mempunyai
gizi yang buruk”. Kemudian seseorang yang ingin meneliti
tentang gizi keluarga miskin membuat hipotesis bahwa
“keluarga miskin di perkotaan cenderung mempunyai gizi
yang baik”. Hipotesis yang demikian tidak kosisten dengan
hasil penelitian sebelumnya dan hipotesis tersebut bukanlah
hipotesis yang benar.

9.3. Kriteria Hipotesis


Penyusunan suatu hipotesis tidak saja harus meme-
nuhi karekteristik tertentu. Suatu hipotesis dapat dikatakan
baik jika hipotesis tersebut memenuhi beberapa kriteria.
Kriteria hipotesis yang baik adalah sebagai berikut:
1). Hipotesis dikembangkan dari teori yang benar. Artinya
bahwa hipotesis tersebut dihasilkan dari pemikiran yang
matang dan berlandaskan teori, bukan dihasilkan oleh
perasaan atau feeling dan tanpa dasar teori yang jelas.
2). Hipotesis menunjukkan maksud yang jelas, artinya
bahwa hipotesis tersebut menujukkan hubungan antar
variabel yang jelas. Selain itu, dinyatakan dengan tegas
dan sing-kat, tidak bertele-tele atau dalam kalimat yang
panjang.
3). Hipotesis dapat diuji, artinya bahwa hipotesis tersebut
dapat diuji, baik secara statistik atau dengan cara
lainnya. Suatu hipotesis akan dapat diuji jika tersedia
alat analisis untuk mengujinya, misalnya alat uji statistik
seperti F test, t test, uji beda, uji rata-rata dan lain
sebagainya.
4). Hipotesis yang dinyatakan harus lebih baik dari dari
hipotesis kompetisinya (competing hypothesis). Hipotesis
lebih baik dari hipotesis kompetisinya jika dapat
menjelas-kan dan memprediksi lebih baik.

9.4. Bentuk Hipotesis


Penelitian merupakan suatu usaha untuk seseorang
atau sekelompok orang yang ingin memecahkan suatu
perma-salahan. Sebelum menjawab permasalahan tersebut,
maka peneliti mencari jawaban yang menurut teori akan
mendekatii kebenaran. Setelah ditetapkan hipotesis, peneliti
berusaha untuk membuktikannya. Karena itu, dalam suatu
kegiatan penelitian selalu ada hipotesis dan secara umum
terdapat 2 (dua) bentuk hipotesis yaitu:
1). Hipotesis penelitian
2). Hipotesis statistik.
9.4.1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang dinyatakan
dalam bentuk kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan
tersebut merupakan jawaban dari masalah penelitian yang
diper-oleh dari hasil pemikiran peneliti yang didasarkan
pada teori-teori dan atau hasil penelitian sebelumnya. Hasil
pemikiran yang dirumuskan dari kajian teori dan atau hasil-
hasil penelitian sebelumnya disusun sedemikian rupa se-
hingga dapat menjawab permasalahan yang ingin dicariakn
jawabannya oleh peneliti. Hipotesis penelitian ini ditempat-
kan setelah kerangka pemikirana atau kajian teori.
Rumusan hipotesis penelitian dapat dinyatakan dalam
bentuk pernyataan “jika - maka” atau kalimat pernyataan
lainnya seperti contoh di bawah ini.
Contoh Hipotesis Penelitian.
a). “Jika suku bunga perbankan naik, maka tingkat
tabungan masyarakat akan meningkat”.
b). “Jika modal ditingkatkan, maka tingkat produksi akan
meningkat”.
Atau pernyataan yang menyatakan hubungan antara
beberapa variabel atau hubungan sebab akibat antara dua
variabel atau lebih, seperti contoh di bawah ini.
c). “Pengangguran mempunyai hubungan negatif dengan
tingkat inflasi”
d). “Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi adalah investasi, tenaga kerja dan kemajuan
teknologi”.
Hipotesis penelitian ini dapat diklasifikasikan dalam
beberapa klasifikasi yaitu:

1). Hipotesis deskriptif (descriptive hypothesis).


Hipotesis deskriptif (descriptive hypothesis) adalah per-
nyataan tentang keberadaan sebuah variabel tunggal.
Sebagai contoh hipotesis deskriptif adalah sebagai
berikut :

Ha: Manajer yang dikompensasi berdasarkan besarnya


laba akan cenderung menaikkan laba perusahaan.

2). Hipotesis hubungan (relational hypothesis).


Hipotesis hubungan (relational hypothesis) merupakan
pernyataan tentang hubungan dua buah variabel yang
menjadi masalah. Hipotesis hubungan dapat diklasifi-
kasikan kembali menjadi hipotesis korelasi (correlational
hypothesis) dan hipotesis penjelas atau kausal (explana-
tory hypothesis atau causal hypothesis).
3). Hipotesis korelasi (correlational hypothesis)
Hipotesis korelasi merupakan hipotesis yang menyatakan
dua variabel terjadi bersamaan tanpa diketahui mana
yang mempengaruhi yang lainnya. Contoh hipotesis
korelasi adalah sebagai berikut ini.
Ha: Makin besar kompensasi diberikan pada manajer
maka laba perusahaan akan semakin besar pula.

4). Hipotesis penjelas (explanatory hypothesis)


Hipotesis penjelas atau hipotesis kausal (causal
hypothesis) adalah hipotesis yang menyatakan hubungan
satu variabel menyebabkan perubahan variabel yang
lainnya. Contoh dari hipotesis sebab akibat (causal) yaitu
sebagai berikut:
Ha: Ada pengaruh yang positif antara laba perusahaan
(Variable Independent) dengan harga saham
(Variable Dependent).
9.4.2. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang sering juga disebut dengan
hipotesis uji adalah suatu hipotesis yang dinyatakan dalam
bentuk hipotesis nol (null hypothesis) yang disingkat Ho. dan
hipotesis alternatif (alternative hypothesis) yang disingkat
dengan Ha. Secara umum hipotesis nol selalu dicoba untuk
ditolak (rejected atau refuted) sedangkan hipotesis alternatif
selalu dicoba untuk diterima (accepted) atau didukung
(supported).
Hipotesis nol (null hypothesis) merupakan dugaan
yang menyatakan hubungan dua buah variabel atau lebih
adalah jelas dan tidak terdapat perbedaan diantaranya.
Sedangkan hipotesis alternatip (alternative hypothesis)
adalah hipotesis yang berlawanan dengan hipotesis nol yang
menunjukkan terdapatnya perbedaan antara dua variabel
atau lebih. Hipotesis nol (Ho) ditulis dengan arah yang
berlawanan dengan hipotesis alternatif (Ha).
Contoh Hipotesis Statistik
Ho : A tidak lebih besar dari B.
Ha : A lebih besar dari B.

Atau

Ho : βi = 0
Ha : Setidak-tidaknya ada 1 β yang tidak = 0

Hipotesis nol biasanya digunakan untuk penelitian


yang hakiki seperti penelitian fisika, kimia, ekonomi dan
lainnya yang hasilnya sudah pasti. Misalnya, suatu hipotesis
menya-takan “bahwa tidak ada kehidupan manusia di
Mars”. Sedangkan hipotesis alternatip lebih banyak diguna-
kan pada penelitian sosial seperti di penelitian ekonomi,
akuntansi, keuangan dan lainnya.
Hipotesis statistik dalam setiap penelitian harus di uji
secara statistik pula. Pengujian dilakukan untuk membukti-
kan kebenarannya atau ada tidaknya hubungan atau sebab
akibat antara variabel yang diteliti. Apabila telah dilakukan
pengujian dan hasil pengujiannya menunjukkan diterima-
nya hipotesis alternatifnya, maka hipotesis penelitian
mempunyai kebanaran sesuai dengan tingkat kepercayaan
yang dihasilkan dalam pengujian statistik. Suatu hipotesis
akan menjadi teori jika banyak penelitian sejenis yang
mendukung hipotesis alternatipnya dibandingkan dengan
yang tidak mendukungnya.

9.5. Prosedur Pengembangan Hipotesis


Hipotesis perlu dikembangkan. Hipotesis tidak dapat
terjadi begitu saja. Hipotesis dapat disusun dan dikembang-
kan yang dimulai dari masalah penelitian. Dari masalah
penelitian dikembangan dengan menggunakan teori yang
relevan atau dengan logika dan hasil-hasil penelitian sebe-
lumnya dalam rangka menjawab masalah penelitian yang
telah diajukan. Dengan mendiskusikan teori-teori yang
relevan, hasil penelitian sebelumnya dan memadukannya
dengan pemikiran peneliti serta pengetahuan lainnya yang
relevan dirumuskanlah suatu hipotesis yang merupakan
jawaban sementara dari masalah penelitian.
Pengembangan hipotesis dapat dianalogikan sebagai
riset mencari minyak di dasar bumi. Jika lokasi penggalian
ditentukan dengan sistematik sebelum dilakukan penge-
boran, maka kemungkinan ditemukannya minyak akan
semakin besar dibandingkan dengan cara coba-coba. Oleh
karena itu, lokasi penggalian harus ditentukan dengan
sistematik yaitu dengan teori yang ada atau penjelasan-
penjelasan logis tentang kandungan minyak di bumi atau
dengan hasil-hasil pengalaman sebelumnya supaya kemung-
kinan besar kandungan minyak akan ditemukan. Dengan
demikian hipotesis merupakan jawaban dari masalah yang
akan dibuktikan kebenarannya dengan melakukan peneli-
tian. Artinya, hipotesis merupakan jawaban sebelum
penelitian dilakukan.
Setelah hipotesis dirumuskan, maka dilakukanlah
penelitian atau pengumpulan data lapangan yang diarahkan
untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data lapangan
atau bukti-bukti lapangan lainnya, hipotesis diuji secara
statistik. Karena itulah dalam setiap penelitian yang mem-
punyai hipotesis selalu dilengkapi dengan hipotesis statistik.
Prosedur pengembangan hipotesis dapat digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 9.1. Prosedur Pengembangan Hipotesis

TOPIK /
Pokok Permasalahan

PREDIKSI JAWABAN
TEORI/ILMU PEMIKIRAN PENGETAHUAN
HASIL-HASIL
PENGETAHUAN PENELITI LAINNYA
DISKUSI

Hipotesis
Penelitian

Hioptesis Statistik

9.6. Pengujian Hipotesis


Hipotesis penelitian yang telah dirumuskan harus
diuji kebenarannya. Pengujian dapat dilakukan terhadap
hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengujian terha-
dap hipotesis penelitian secara umum dilakukan secara
deskriptif saja, sedangkan pengujian hipotesis statistik
dilakukan dengan pendekatan statistik pula.
Untuk menguji suatu hipotesis, khususnya untuk
hipotesis statistik, maka prosedur pengujian yang harus
ditempuh adalah sebagai berikut:
1). Tentukan parameter yang akan diuji secara tegas
2). Berdasarkan hipotesis penelitian susun hipotesis statis-
tiknya yaitu Ho dan Ha.
3). Tentukan besarnya tingkat keyakinan atau level of signi-
ficance (lihat contoh di bawah ini).

Gambar. 9.2. Interval Keyakinan

/2 /2

- Z/2 Z/2

interval keyakinan

Tabel 9.1. Koefisien Keyakinan


Koefisien Area Statistik-t (Tabel)
keyakinan  dibawah Dua-ekor Satu-ekor
Kurva (two tail) (one tail)

68% 32% 68,27% 1,00 -

90% 10% 90,10% 1,645 1,28

95% 5% 95,00% 1,96 1,645

99% 1% 99,73% 2,58 2,33


4). Kumpulkan data (random/time series) berukuran n
5). Tentukan statistik uji (rumus pengujian yang akan digu-
nakan
6). Tentukan daerah kritisnya (satu arah atau dua arah)
7). Interpretasikan hasilnya.
Sebagai bahan kajian dan contoh, berikut ini diberikan
bagaimana proses melakukan pengujian hipotesis penelitian
dengan pengujian secara statistik. Proses pengujian dimulai dari
permasa-lahan penelitian, hipotesis penelitian metodologi
penelitian yang digunakan hingga hasil pengujian.

Contoh 1
Proses Pengujian Hipotesis Dengan Model Regrersi
1). Permasalahan Penelitian
Bagaimana pengaruh faktor produksi modal, tenaga
kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia ?
2). Hipotesis Penelitian
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ada-
lah modal, tenaga kerja dan teknologi.
3). Metodologi Penelitian
a). Metode Penelitian adalah penelitian verifikatif
b). Data yang digunakan data time seris selama periode
1969 – 1993 dan sumber data adalah Badan Pusat
Statistik
c). Model yang digunakan adalah model Neo Klasik Solow
yaitu:
Y = f ( T, K, L, ) model ini di ubah dalam bentuk
Ln Y = o + 1 Ln K + 2 Ln L + e
d). Alat Analisis adalah Regresi berganda metode OLS/
GLS menggunakan program SSPS 15.
4). Hipotesis Statistik
Ho : i = 0
Ha : Salah satu i tidak sama dengan 0
5). Pengujian Hipotesis
a). Untuk pengujian model digunakan Uji F dengan
kaidah;
- Jika F hitung < F (k, n - k - 1) maka terima Ho
- Jika F hitung > F (k, n - k - 1) maka tolak Ho
b). Untuk pengujian masing-masing variabel dalam
model, maka digunakan uji t dengan kaidah sbb ;
- Jika t hitung > t tabel, maka tolak Ho
- Jika t hitung < t tabel, maka terima Ho
6). Hasil Pengujian
Dari hasil analisis komputer diperoleh hasil sebagai berikut:
Ln Y = 3,152 + 0,321 Ln K + 1,264 Ln L
R2 = 0,98
F hitung = 510.713 dan F tabel = 5,09
t hitung untuk parameter K = 4,945 dan untuk L = 7,210
T tabel 99% = 2,58
Berdasarkan hasil analisis data terlihat bahwa model secara
stattistik signifikan karena F hitung lebih besar dari pada F tabel
(Fh = 510,713 > Ft = 5,09). Selanjutnya dilihat dari t hitung
dibandingkan dengan t tabel untuk kedua parameter ternyata
lebih besar, maka secara statistik kedua variabel K (kapital) dan
T (tenaga kerja) signifikan.
7). Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh besarnya
modal atau investasi dan jumlah tenaga kerja yang bekerja.
Contoh 2.
Proses Pengujian Hipotesis Dengan Uji Rata-Rata
1). Permasalahan Penelitian
Bagaimana beda rata-rata pendapatan masyarakat di
kabupaten “X” sebelum dan sesudah otonomi ?
2). Hipotesis Penelitian
Rata-rata pendapatan masyarakat di kabupaten peme-
karan lebih tinggi setelah otonomi daerah dibandingkan
sebelum otonomi.
3). Metodologi Penelitian
a). Metode Penelitian adalah penelitian verifikatif
b). Data yang digunakan data time series selama periode
sebelum (1993 – 1999) dan sesudah otonomi (2000-
2006) dan sumber data adalah Badan Pusat Statistik
setempat.
c). Model pengujian Uji Beda dua rata-rata dengan
rumus
X1 - X2
t=
√ [(N1 – 1) S12 + (N2 – 1)S22]. [1/ N1 + 1/ N2)
N1 + N2 - 2

t = t hitung
X1 = rata-rata pendapatan sebelum otonomi
X2 = rata-rata pendapatan setelah otonomi
N1 = banyak observasi sebelum otonomi
N2 = banyak observasi setelah otonomi
SD1 = Standard Deviasi pendapatan sebelum otonomi
SD2 = Standard Deviasi pendapatan setelah otonomi

4). Hipotesis Statistik


Ho : i = 0
Ha : i tidak sama dengan 0
5). Hasil analisis
X1 / kapita sebelum otonomi X2 / kapita setelah
otonomi 1993 = 1.439 2000 = 1.332
1994 = 1.623 2001 = 1.683
1995 = 1.733 2002 = 1.638
1996 = 1.531 2003 = 1.626
1997 = 1.609 2004 = 2.009
1998 = 1.341 2005 = 2.197
1999 = 1.444 2006 = 2.153
Rata-rata = 1.531 rata-rata = 1.805

SD X1 = 133,84 SD X2 = 320,38

1.531 – 1.805
t = =
√ [ (7 – 1) (133,84)2
+ (7-1)(320,38)2 . (1/7 + 1/7)
7+7-2
- 274
t = = 2,109
√ (6) (17913,1456) + (6) (102643,3444) . (0.28)
12

t = 2,1091
t tabel (ά = 0,05/2) = 2,179 -- t hitung < t tabel  terima Ho

6). Kesimpulan
Tidak ada perbedaan pendapatan masyarakat sebelum
dan sesudah otonomi. Artinya otonomi gagal
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai