Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan
dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dengan mempunyai rasa keingintahuan tentang
sesuatu, mendorong manusia untuk meneliti dan menghasilkan kebenaran. Untuk
melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan terlebih dahulu, ini
sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah
berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan
terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat
tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama,
Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat
dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai
konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau
tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya
untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari
dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar
atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang
menyusun dan mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik
terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun
hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu
pada kriteria perumusan hipotesis, bagaimana bentuk/ pola hubungan dalam
penelitiannya, bagaimana pola berpikir dalam menyusun hipotesis dan jenis- jenis
hipotesis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas
mengenai hakikat hipotesis hingga pola hubungan variabel yang berkaitan dengan
penarikan hipotesis.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipotesis?
2. Bagaimana hubungan hipotesis dengan penelitian?
3. Apa saja contoh-contoh hipotesis disertai penjelasannya?
4. Apa itu analisis data dan uji hipotesis?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hipotesis dalam penelitian.
2. Untuk mengetahui fungsi hipotesis dalam penelitian.
3. Untuk mengetahui ciri- ciri hipotesis dalam penelitian.
4. Untuk mengetahui penjelasan mengenai hubungan hipotesis dengan
penelitian.
5. Untuk mengetahui contoh-contoh hipotesis disertai penjelasannya.
6. Untuk mengetahui analisis data dan uji hipotesis.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu, Hypo (belum tentu benar) dan tesis
(kesimpulan). Jadi hipotesis adalah hasil atau kesimpulan yang ditentukan dari
sebuah penelitian yang belum tentu kebenarannya, dan baru akan menjadi benar
jika sudah disertai dengan bukti-bukti. Hipotesis juga dapat diartikan sebagai
pernyataan keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya menggunakan data
atau informasi yang dikumpulkan melalui sampel, dan dapat dirumuskan
berdasarkan teori, dugaan, pengalaman pribadi atau orang lain, kesan umum,
kesimpulan yang masih sangt sementara. Atas dasar dua definisi di tasa, maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang
harus diuji lagi kebenarannya (Islamiyati, 2021).
Sebelum melakukan penelitian, biasanya peneliti menentukan masalah yang
akan dikaji. Penelitian melakukan langkah-langkah untuk mendapatkan hasil
penelitian yang berupa kesimpulan yang diambil dari data-data yang telah
diambil. Dalam suatu penelitian setelah menyusun kerangka berpikir maka
diperlukan adanya penarikan hipotesis sebelum mengambil data. Hal ini
diperlukan agar penelitian terarah (Rukin, 2019).
Adapun definisi hipotesis menurut para ahli, yaitu:
1. Menurut sekaran (2005), mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang
diperkirankan secara logis di antara dua atau lebih variable yang diungkap
dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hipotesis merupakan jawaban
sementara atas pertanyaan penelitian. Dalam hal ini hipotesis sangat berkaitan
dengan perumusan masalah, karena perumusan masalah merupakan
pertanyaan penelitian yang harus dijawab pada hipotesis, dan dalam menjawab
rumusan masalah dalam hipotesis haruslah berdasar pada teori dan empiris.
2. Menurut Atmadilaga (1994), penyusunan hipotesis berupa logika berpikir
deduktif dalam rangka mengambil kesimpulan khusus (hipotesis) dari
kesimpulan umum berupa premis-premis. Adapun kebenaran logika deduktif
menganut asas koherensi. Artinya, mengingat bahwa premis-premis itu

3
merupakan sumber informasi yang tidak perlu diuji lagi kebenaran ilmiahnya,
maka dengan sendirinya hipotesis sebagai kesimpulan dari premis-premis itu
mempunyai kepastian kebenaran pula.
3. Fraenkel dan Wallen (1990: 40), berpendapat bahwa hipotesis merupakan
prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian.
4. Dalam Yatim Riyanto (1996: 13), menyetakan bahwa hipotesis merupakan
jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam
penelitian. Hipotesis belum tentu benar. Benar atau tidaknya suatu hipotesis
tergantung pengujian dari dara empiris.
5. Suharsimi Arikunto (1995: 71), mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai
alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang
diajukan dalam penelitiannya.

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan


sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami
permasalahan penelitian dengan seksama dan menetapkan anggapan dasar maka ia
perlu menguji, ini disebut hipotesis (Yesi, 2021).
Hipotesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai keadaan populasi
yang sifatnya masih sementara atau lemah kebenarannya. Hipotesis statistik dapat
berbentuk suatu variabel seperti binomial, poisson, dan normal atau nilai dari
suatu paramter, seperti rata-rata, varians, simpangan baku, dan proporsi. Hipotesis
statistik harus diuji, karena itu harus berbentuk kuantitas untuk dapat diterima atau
ditolak. Hipotesis statistik akan diterima jika hasil pengujian membenarkan
pernyataannya dan akan ditolak jika terjadi penyangkalan dari pernyataannya
(Yesi, 2021).
Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan tujuan
memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis itu. Dalam pengujian
hipotesis, keputusan yang dibuat mengandung ketidakpastian, artinya keputusan
bisa benar atau salah, sehingga menimbulkan risiko. Besar kecilya risiko
dinyatakan dalam bentuk probabilitas. Pengujian hipotesis merupakan bagian
terpenting dari statistik inferensi, karena berdasarkan pengujia tersebut,

4
pembuatan keputusan atau pemecahan persoalan sebagai dasar penelitian lebih
lanjut dapat terselesaikan.

Jadi, hipotesis
merupakan jawaban
sementara terhadap
rumusan
masalah penelitian,
dimana rumusan masalah
penelitian telah
dinyatakan
dalam bentuk kalimat
pernyataan. Dikatakan
sementara, karena
jawaban

5
yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang
relevan belum berdasarkan
fakta-fata empiris yang
diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi
hipotesis
juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan
penelitian,
belum jawaban yang
empiris dengan data.
Penelitian yang
merumuskan
6
hipotesis adalah penelitian
yang menggunakan
pendekatan kuantitatif.
Para
peneliti kuantitatif tidak
merumuskan hipotesis
selanjutnya hipotesis diuji
oleh peneliti dengan
pendekatan kualitatif.
Jadi, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyatan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pngumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teroritis terhadap rumusan penelitian, belum jawaban yang empiris
dengan data. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada peneliti kuantitatif tidak merumuskan
hipotesis selanjutnya hipotesis diuji oleh peneliti dengan pendekatan kualitatif
(Kusnadi, 2016).
Hipotesis seperti ini sangat berguna dalam suatu penelitian. Tanpa hipotesis
atau antisipasi terhadap fenomena yang dihadapi, tidak akan memberikan
kemajuan dalam wawasan atau pengertian ilmiah untuk mengumpulkan fakta

7
empiris. Tanpa ide yang mengarahkan, peneliti sulit mencari fakta yang ingin
dikumpulkan dan sukar menentukan mana yang relevan dan mana yang tidak
(Kusnadi, 2016).
Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian.
2. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai
tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting yang menyeluruh.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta.
Begitu pentingya hipotesis dalam sebuah penelitian, perumusannya pun harus
dibuat sebaik dan secermat mungkin. Hipotesis yang baik hendaknya sederhana,
bisa menerangkan fakta, berkaitan dengan ilmu, serta sesuai dan tumbuh dari hasil
pengkajian, serta dapat diuji.
Secara umum, hipotesis yang baik mempertimbangkan semua fakta yang
relevan, masuk akal, dan tidak bertentangan dengan hukum alam yang telah
ditetapkan oleh Tuhan YME. Hipotesis harus sederhana dalam arti dapat diuji
secara induktif melalui teknik anlisis statistik.
Jika asumsi atau dugaan dikhususkan mengenai parameter populasi, maka
hipotesis itu disebut hipotesis statistik atau hipotesis kerja. Ada dua hipotesis kerja
yang selalu dirumuskan, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol
adalah pernyataan yang menjadi dasar suatu teori yang digunakan 6 dalam
mengembangkan statistik uji, sedangkan hipotesis alternatif dirumuskan sebagai
komplemen atau ingkaran dari hipotesis nol.
Adapun jenis-jenis hipotesis, yaitu:
1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang mengandung pernyataan mengenai
hubungan atau pengaruh, baik secara positif atau secara negatif antara dua
variable atau lebih sesuai dengan teori. Jenis hipotesis ini juga sering disebut
sebagai hipotesis yang dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.

8
Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:
 Hipotesis tentang hubungan, dan
 Hipotesis tentang perbedaan
Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling
hubungan antara dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional.
Hubungan antara variabel tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
 Hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik
 Hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik
 Hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik
Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan
perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis
tentang perbedaan ini mendasari berbagai penelitian komparatif dan
eksperimen.

2. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya (hipotesis statistik)


Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi dua, yaitu (1)
hipotesis nihil (null hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ho, dan (2) hipotesis
alternative (alternative hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ha. Hipotesis
nihil (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara suatu
variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD. Sedangkan hipotesis
alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara suatu
variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Ada hubungan antara tingkat
pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD (Sari et al., 2022).
Hipotesis alternatif ada dua macam, yaitu directional hipotheses (hipotesis
terarah) dan non directional hipotheses (hipotesis tak terarah). Hipotesis terarah
(directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti, di mana
peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel

9
independent memang sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel dependent.
Misalnya: siswa yang diajar dengan metode inkuiri lebih tinggi prestasi belajarnya
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode curah
pendapat (diskusi) (Sari et al., 2022).
Hipotesis tak terarah (non directional hipotheses) adalah hipotesis yang
diajukan dan dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel
independent berpengaruh terhadap variabel dependent. Hipotesis tak terarah
menggambarkan bahwa peneliti tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang
arah hasil penelitian yang akan dilakukan. Misalnya: Ada perbedaan pengaruh
penggunaan metode mengajar inkuiri dan curah pendapat terhadap prestasi belajar
siswa.
3. Jenis hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji
Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, dapat dibedakan menjadi hipotesis
mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup
kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian. Sedangkan hipotesis minor
adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor.
Contoh hipotesis mayor:
Ada hubungan antara keadaan social ekonomi (KSE) orang tua dengan   prestasi
belajar siswa SMA.
Contoh hipotesis minor:
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar
siswa SMA.
2. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa
SMA,
3. Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.

Karakteristik Hipotesis yang Baik:


Nilai atau harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum dilakukan
pengujian empiris. Namun demikian, bukan berarti dalam merumuskan hipotesis
yang akan diuji dapat dilakukan “semau peneliti”. Ada beberapa kriteria tertentu
yang memberikan ciri hipotesis yang baik.

10
Ciri-ciri hipotesis yang baik antara lain:
1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus merupakan
penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya dijelaskan atau
diterangkan.
2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-
variabel. Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua variabel
atau lebih.
3. Hipotesis harus dapat diuji, hipotesis yang diajukan peneliti harus bersifat
testability, artinya terdapat kemampuan untuk diuji.
4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis
hendaknya tidak bertentangan dengan teori atau hukum-hukum yang
sebelumnya sudah mapan.
5. Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.
Sedangkan menurut Sari et al., (2022), bahwa ciri-ciri hipotesis yang baik,
yaitu:
1. Bisa diterima oleh akal sehat
2. Konsisten dengan teori atau fakta yang telah diketahui
3. Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji
4. Dinyatakan dalam perumusan yang sederhana dan jelas.
Adapun menurut Borg dan Gall (1979: 61-62) dalam Yatim Riyanto (1996:
16) dan Suharsimi Arikunto (1995: 64-65) mengatakan bahwa hipotesis yang baik
harus memenuhi empat criteria, yaitu:
1. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua
variabel atau lebih.
2. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar
teoritis dan hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru merupakan
jawaban atau dugaan yang harus diuji kebenarannya, dan dari pengujiannya itu
ada kemungkinan terbukti atau tidak, namun peneliti tidak boleh sembarang
menduga. Pemilihan alternatif dugaan tersebut harus dilakukan secara
professional ilmiah yang disertai dengan argumentasi yang kokoh.

11
3. Hipotesis harus dapat diuji. Berdasarkan criteria ini peneliti dituntut agar
mampu mencari data yang akan digunakan untuk membuktikan hipotesisnya.
4. Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat. Berdasarkan criteria ini
hipotesis tidak boleh menggunakan kiasan kata yang tidak atau kurang
bermakna. 

Hipotesis merupakan pernyataan suatu kebenaran. Agar kebenaran tersebut dapat


dengan cepat dan mudah dipahami maka sudah selayaknya kalau rumusannya
singkat dan padat.
Pendapat lain mengatakan bahwa cirri-ciri hipotesis yang baik, yaitu:
1. Hipotesis harus menyatakan hubungan.
2. Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
3. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuh
kembangnya ilmu pengetahuan.
4. Hipotesis harus dapat diuji.
5. Hipotesis harus sederhana.
6. Hipotesis harus bias menerangkan fakta.

Perumusan Hipotesis
Di dalam hipotesis terkandung suatu ramalan. Ketetapan ramalan itu tentu
tergantung pada penguasaan peneliti itu atas ketetapan landasan teoritis dan
generalisasi yang telah dibacakan pada sumber-sumber acuan ketika melakukan
telaah pustaka. Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri.
peneliti harus sanggup memfokuskan permasalahan sehingga hubungan-hubungan
yang terjadi dapat diterka. Dalam menggali hipotesis, peneliti harus:
1. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan
cara banyak membaca literature-literatur yang ada hubungannya dengan
penelitian yang sedang dilaksanakan.

12
2. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat,
objek-objek, serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam masalah
yang sedang diselidiki.
3. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan
keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang
bersangkutan.

Perumusan hipotesis yang baik dan tepat antara lain dengan


mempertimbangkan criteria kreteria tertentu sebagai acuannya dan penjelasan
sebagai berikut :
1. Berupa pernyataan yang mengarah kepada tujuan penelitian
2. Tujuan penekitian adalah memecahkan masalah atau utuk menjawab
pernyataan penelitian hipotesis dalam penelitian kuantitaf, merupakan
jawaban rasiional yang deduksi dari konsef konsef dan teori teori yang sudah
ada
3. Berupa perfnyatan yang dirumuskan dengan maksud ingin diuji secara
empiris.
4. Tujuan penelitian (penelitian dasar) adalah menguji teoritis dan hipotesis maka
akar dapatt diuji, hiotesis harus menyatakan secara jelas pariabel variabal yang
di teliti atau berupa duaaamn tettentu pada hubungan antar dua variable.
5. Berupa pernyataan peryataan yang dikembangakan berdasarkan teori-teori
lebih kuat jika dibandingkan dengan hipotesis lawannya. Berapa teori
kemungkinan saling bertentangan satu sama lain, atau terdapat teori yang satu
lebih kuat dengan teori lainnya. Hipotesis yang dikembangkan oleh peneliti
harus mempunyai dukungan landasan teoritis lebih kuat, dari pada
alternatif. Dapat terjadi hipotesis lainnya kemungkinan dikembangakan
melalui teori tgeori yang lainnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa, cara orang merumuskan hipotesis itu tidak
ada aturan umumnya. Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
2. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.

13
3. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat.
4. Hipotesis hendaklah dapat diuji.
Pengujian Hipotesis
1. Menarik simpulan tentang konsekuensi yang akan dapat diamati apabila
hipotesis itu benar.
2. Memilih metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan,
eksperimentasi, atau prosedur lain yang diperlukan untuk menunjukkan
apakah akibat-akibat itu benar atau tidak.
3. Mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah
hipotesis tersebut didukung oleh data atau tidak.

Pengujian ini bertujuan sebagai penjajakan (eksplorasi), deskriptif, dan uji


hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan proses yang cukup panjang dan
memerlukan akurasi yang tepat dan sistematis, apalagi data yang diteliti adalah
data sampel yang merupakan bagian dari populasi. Pengujian hipotesis ini adalah
ekspektasi peneliti mengenai karakteristik tertentu suatu populasi yang didukung
dengan landasan konseptual tertentu untuk diuji kebenarannya. Langkah
selanjutnya yaitu membuat keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis
yang diajukan oleh peneliti tersebut.
Suatu uji hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan,
peneliti memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan peneliti
ditolak karena perbedaan hasil variabel yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu
kebetulan namun didukung dengan data yang ada di lapangan. Dan dapat pula
karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung atau diterima sebagai
hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik, antara hipotesis nol
(H0) dan alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka yang lainnya pasti diterima
sehingga dapat dibuat keputusan secara tegas yaitu H0 = ditolak, dan Ha =
diterima (Nurlatipah et al., 2015).
Dan suatu hipotesis dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari
hasil kesimpulan kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima
hipotesis nihil, hal ini berarti bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses

14
pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh kesalahan tidak disengaja waktu
mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah diajukan peneliti
sebagai hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi yang
ada.
Untuk itu, sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam makalah ini bahwa
dalam merumuskan hipotesis terdapat dua pilihan peneliti, yakni menerima
keputusan seadanya saat hipotesis tidak terbukti atau mengganti hipotesis
seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung
terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung) (Nurlatipah et al., 2015).
Penyusunan Kerangka Berpikir
Di dalam pengujian hipotesis hal yang harus dilakukan adalah menyusun
kerangka berpikir untuk merumuskan hipotesis. Kerangka berpikir yang baik
memuat hal-hal berikut ini:
1. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan
2. Diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan
menjelaskan pertautan atau hubungan antar variabel yang diteliti dan teori
yang mendasari.
3. Diskusi juga dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar
variabel positif atau negatif berbentuk simetris, kausal atau interaktif
(timbal balik).
4. Kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk
diagram sehingga pihak lain dapat memahami kerangka berpikir yang
ditemukan dalam penelitian.
Kesalahan dalam pengujian hipotesis
Untuk pengujian hipotesis dalam suatu penelitian yang menggunakan sampel
acak, nilai statistik perlu dihitung kemudian dibandingkan dengan kriteria
berdasarkan hipotesis nol. Jika hasil yang didapat jauh berbeda dari hasil yang
diharapkan terjadi berdasarkan hipotesis nol, hipotesis nol ditolak, dan jika terjadi
sebaliknya, hipotesis nol diterima. Perlu dijelaskan kembali bahwa meskipun
berdasarkan hasil penelitian bahwa kita telah membuktikan benar atau salahnya

15
hipotesis itu. Kita hanyalah dapat menerima atau menolak suatu hipotesis sesuai
dalam empiris yang diperoleh (Mokoagow dan Fuady, 2015).
Dalam situasi pengujian hipotesis, kita tidak pernah meyakini 100% bahwa
kesimpulan yang diambil itu tepat. Dalam situasi pengujian hipotesis, kita tidak
pernah meyakini 100% bahwa kesimpulan yang diambil itu tepat. Kita tetap
menyadari bahwa kesimpulan yang diambil berpeluang untuk keliru.
Kesalahan jenis I dan II sudah diperkenalkan secara luas oleh kalangan
statistikawan. Kesalahan jenis III tidak banyak diperkenalkan, dan ini
mengakibatkan pemecahan masalah yang tidak menyelesaikan masalah.
Sementara masalah sesungguhnya tidak terselesaikan. Misalnya, seorang petani
memiliki kebun sayur-mayur yang subur tetapi kekurangan air sehingga
hasil panennya berkurang. Ia ingin meningkatkan hasil kebunnya dengan menguji
coba beberapa jenis pupuk dengan dosis yang bervariasi. Kesimpulan apapun
yang diperoleh dari hasil eksperimen ini tidak akan menyelesaikan masalah,
karena kesalahan merumuskan hipotesis (Mokoagow dan Fuady, 2015).
Ketika kita melakukan pengujian hipotesis dalam suatu penelitian, peluang
terjadinya kedua jenis kesalahan harus dibuat sekecil mungkin. Peluang terjadin
kesalahan jenis I biasa dinyatakan dengan a (baca; alpha dan peluang terjadinya
jenis kesalahan II dinyatakan dengan ẞ (baca; beta). Dengan demikian, kesalahan
jenis 1 bisa disebut kesalahan alpha dan kesalahan jenis II disebut kesalahan beta.
Besar kecilnya alpha dan beta yang dapat diterima dalam
pengambilankeputusan bergantung kepada risiko yang terjadi atas terjadinya
kesalahan tersebut nilai alpha dan beta adalah bilangan antara 0 dan 1 yang
dinyatakan dengan angka desimal namun banyak orang yang juga
menggunakan angka presentasi misalnya 0,05 dinyatakan dengan 5% kedua cara
ini secara matematis tidak berbeda. Sehinga penggunaan dua cara yaitu dalam
praktik juga tidak menimbulkan masalah. Kesenangan dan selera setiap
penggunaan menentukan.
Suatu uji hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan,
peneliti memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan peneliti
ditolak karena perbedaan hasil variabel yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu

16
kebetulan namun didukung dengan data yang ada di lapangan. Dan dapat pula
karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung atau diterima sebagai
hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik, antara hipotesis nol
(H0) dan alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka yang lainnya pasti diterima
sehingga dapat dibuat keputusan secara tegas yaitu H0 = ditolak, dan Ha =
diterima.
Dan suatu hipotesis dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari
hasil kesimpulan kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima
hipotesis nihil, hal ini berarti bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses
pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh kesalahan tidak disengaja waktu
mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah diajukan peneliti
sebagai hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi yang
ada.
Untuk itu, sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam makalah ini bahwa
dalam merumuskan hipotesis terdapat dua pilihan peneliti, yakni menerima
keputusan seadanya saat hipotesis tidak terbukti atau mengganti hipotesis
seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung
terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan
dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus
dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu
sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu
hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah
merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat
tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama,
Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat
dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai
konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau

17
tidak benar. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan
pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya,
hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara
terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama
peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis.
Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada
criteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian,
maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu
seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar
terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.
2.2 Hubungan Hipotesis dengan Penelitian
1. Pengertian Penelitian
Penelitian ilmiah adalah proses bertanya–menjawab yang memperhatikan
peristiwa peristiwa empiris dalam kerangka berpikir teoritis. Peristiwa–peristiwa
empiris sebagai pusat perhatian data sebab ada gejala–gejala alam dan gejala–
gejala sosial. Gejala alam adalah peristiwa–peristiwa yang berlangsung di alam
bukan karena perbuatan manusia secara langsung, misalnya gempa bumi, gunung
berapi meletus, dan banjir. Fenomena sosial adalah peristiwa–peristiwa yang
terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu maupun secara kelompok.
Sasaran penelitian sosial adalah gejala-gejala sosial yang terdapat di dalam
berbagai relasi sosial. Terhadap gejala-gejala itu akan diteliti apakah ada
keteraturan di dalamnya. Dengan kata lain apakah gejala-gejala tersebut bekerja
menurut aturan atau hukum tertentu. Kalau gejala-gejala itu kita umpakan dengan
seperangkat bilangan, misalnya 2, 4, 8,16, maka segera kita ketahui bahwa di
antara keempat bilangan tersebut ada suatu aturan yang menghubungkannya, yaitu
hukum penggandaan. Bilangan 2 digandakan menjadi 4, bilangan 4 digandakan
menjadi 8, dan seterusnya.
Dengan ditemukannya hukum seperti itu, maka kita dapat memberi penjelasan
tentang sifat hubungan yang bekerja di dalam fenomena tersebut. Selain itu dapat
pula dilakukan prediksi terhadap bilangan yang diperkirakan akan keluar, yaitu

18
32, 64, dan seterusnya. Oleh karena itu, tujuan penelitian yang pertama menurut
Nan Lin adalah untuk menentukan hukum atau keteraturan yang bekerja di dalam
gejala-gejala itu, dan tujuan yang kedua adalah untuk memecahkan masalah yang
terdapat dalam relasi-relasi sosial.
Dengan kata lain, suatu penelitian mempunyai dua macam signifikansi yaitu
signifikansi teoritis dikarenakan dapat mengembangkan teori, dan signifikansi
praktis karena ia dapat memberi bantuan dalam memecahkan masalah. Pada
definisi Nan Lin tersebut tidak ada penjelasan tentang bagaimana penelitian itu
dilakukan secara ilmiah. Definisi tersebut bersifat finalis karena hanya
menggambarkan tujuan dari penelitian itu sendiri.
Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap
permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat
digunakan untuk pemecahan masalah. Pemecahan dan jawaban terhadap
permasalahan itu dapat bersifat abstrak dan umum sebagaimana hanya dalam
penelitian dasar (basic research) dan dapat spesifik seperti biasanya ditemui pada
penelitian terapan (applied research).
Untuk dapat melakukan penelitian dengan baik, peneliti perlu memiliki
pengetahuan tentang berbagai unsur penelitian. Unsur-unsur yang menjadi dasar
penelitian ilmiah ini adalah : konsep, proposisi, teori, variabel, hipotesis dan
definisi operasional. Proses teoritis dan proses empiris suatu penelitian,
perumusan konsep, penyusunan proposisi dan teori, identifikasi variabel dan
perumusan hipotesis merupakan proses teoritis dalam suatu penelitian ilmiah.
Perumusan definisi operasional, pengumpulan data, perumusan dan pengujian
hipotesis statistik merupakan proses empiris.
2. Tujuan Penelitiannya
Dalam beberapa penelitian dimana permasalahannya sangat sederhana terlihat
bahwa tujuan sepertinya merupakan pengulangan dari rumusan masalah, hanya
saja rumusan masalah dinyatakan dengan pertanyaan, sedangkan tujuan
dituangkan dalam bentuk pernyataan yang biasanya diawali dengan kata ingin
mengetahui. Tetapi bila permasalahannya relatif komplek, permasalahan ini

19
menjadi lebih jelas terjawab bila disusun sebuah tujuan penelitian yang lebih tegas
yang memberikan arah bagi pelaksanaan penelitian.
Misalnya rumusan masalah mempertanyakan bagaimanakah penerapan model
pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan pecahan, maka jelas akan banyak
penafsiran tentang jawaban yang diinginkan dari pertanyaan ini, sehingga
perumusan tujuannya harus lebih tegas, misalnya ingin mengetahui langkah-
langkah dalam menerapkan model pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan
pemecahan, atau ingin mengetahui bagaimanakah efek penerapan model
pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan pemecahan terhadap hasil belajar.
Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang ditetapkan dan
jawabannya terletak pada kesimpulan penelitian.
Penelitian pada hakikatnya bertujuan untuk membantu dalam proses pengambilan
keputusan bisnis atau kebijakan organisasi. Namun, dilihat dari kepentingan
peneliti maka sekurang- kurangnya ada empat sebab yang melatarbelakangi
mengapa penelitian itu perlu dilakukan, yaitu kesadaran keterbatasan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, pemenuhan rasa ingin tahu, pemecahan
masalah, dan pemenuhan pengembangan diri.
Penelitian didasarkan atas kesadaran keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan. Manusia tinggal di lingkungan masyarakat yang sangat luas. Dalam
kehidupan yang sangat luas tersebut banyak hal yang kita tidak ketahui, tidak
jelas, tidak paham sehingga menimbulkan kebingungan, karena pengetahuan,
pemahaman dan kemampuan manusia yang sangat terbatas, dibandingkan dengan
lingkungannya yang begitu luas. Bahkan ketidaktahuan, ketidakhadaman, dan
ketidakjelasan terhadap sesuatu dalam kehidupannya, seringkali menimbulkan
kecemasan, rasa takut, dan rasa terancam. Kesadaran atas keterbatasan
pengetahuan, pemahaman, dan atau kemampuan manusia dalam kehidupannya
perlu diatasi agar manusia dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat.
Penelitian dilakukan karena didorong oleh pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu.
Manusia memiliki dorongan atau naluri ingin mengetahui tentang sesuatu di luar
dirinya. Pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu, menimbulkan rasa ingin
tahu baru yang lebih luas, lebih tinggi, lebih menyeluruh. Dorongan ingin tahu

20
disalurkan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman.
Contohnya, manusia selalu bertanya, apa itu, bagaimana itu, mengapa begitu, dan
sebagainya. Bagi kebanyakan orang, jawaban-jawaban sepintas dan sederhana
mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi bagi orang- orang tertentu, para
ilmuwan, peneliti, dan mungkin juga para pemimpin, dibutuhkan jawaban yang
lebih mendalam, lebih rinci dan lebih komprehensif.
Penelitian dilakukan untuk pemecahan masalah. Manusia di dalam kehidupannya
selalu dihadapkan kepada masalah, tantangan, ancaman, dan bahkan kesulitan,
baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitarnya serta di lingkungan
kerjanya. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Selain itu manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapai,
dikuasai, dan dimilikinya. Manusia selalu ingin yang lebih baik, lebih sempurna,
lebih memberikan kemudahan, selalu ingin menambah dan meningkatkan
“kekayaan” dan fasilitas hidupnya. Keinginan manusia yang selalu ingin lebih
baik itu, ada yang dicapai dalam waktu relatif singkat dengan ruang lingkup yang
lebih sempit maupun membutuhkan waktu yang cukup lama dengan ruang
lingkup yang lebih luas dan komplek melalui penelitian. Dengan demikian
pencapaian yang diinginkan manusia melalui penelitian sangat tergantung ruang
lingkup penelitian yang dirancang, baik yang dirancang dan dilaksanakan sendiri,
maupun melibatkan banyak orang.
Selain tujuan utamanya sebagai alat untuk membantu dalam pengambilan
keputusan, penelitian juga diarahkan untuk mencapai lima sasaran berikut;
1. Usaha memberikan suatu catatan atau laporan dari data statistik.
2. Berusaha mencari jawaban atas pertanyaan mengenai siapa, apa, bilamana,
di mana, dan bagaimana (deskripsi).
3. Berusaha menjelaskan fenomena-fenomena dengan menggunakan teori-
teori atau hipotesis untuk menjelaskan kekuatan-kekuatan yang menyebabkan
suatu fenomena tertentu terjadi.
4. Berusaha meramalkan (prediksi) nilai saat ini dan yang akan datang dari
suatu fenomena.

21
5. Usaha pengendalian terhadap fenomena setelah peneliti menjelaskan dan
memprediksi fenomena tersebut.
Pada perkembangannya, hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
maupun lembaga-lembaga penyedia jasa riset lainnya banyak digunakan oleh
pengambil keputusan dalam bisnis dan bahkan lembaga pemerintah untuk
menyusun strategi dan kebijakan organisasi. Namun sebaliknya, tidak sedikit
hasil-hasil penelitian yang dilakukan justru tidak memberikan kontribusi apapun,
baik bagi organisasi tempat / objek penelitian maupun bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Salah satu penyebab dari kondisi yang terakhir ini adalah minimnya
pengetahuan si peneliti menyangkut tata cara atau metodologi penelitian yang
baik dan benar, sehingga hasil dari penelitian tersebut seringkali hanyalah
pengulangan dari penelitian sebelumnya.
Beberapa sifat yang harus dipenuhi sehingga tujuan penelitian dikatakan baik
yaitu: spesifik, terbatas, dapat diukur, dan dapat diperiksa dengan melihat hasil
penelitian. Tujuan terujung suatu penelitian adalah untuk merumuskan
pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan
penelitian tersebut. Tujuan dapat beranak cabang yang mendorong penelitian lebih
lanjut. Tidak satu orang yang mampu mengajukan semua pertanyaan, dan
demikian pula tak seorangpun sanggup menemukan semua jawaban bahkan hanya
untuk satu pertanyaan saja. Maka perlu dibatasi suatu upaya dengan cara
membatasi tujuan penelitian. Terdapat bermacam tujuan penelitian dipandang dari
usaha untuk membatasi yaitu:
1. Eksplorasi
Umumnya, peneliti memilih tujuan eksplorasi karena yaitu: memuaskan
keingintahuan awal dan nantinya ingin lebih memahami, menguji kelayakan
dalam melakukan penelitian atau studi yang lebih mendalam nantinya, dan
mengembangkan metode yang akan dipakai dalam penelitian yang lebih
mendalam hasil penelitian eksplorasi, karena merupakan penelitian penjelajahan,
maka sering dianggap tidak memuaskan. Kekurang-puasan terhadap hasil
penelitian umumnya terkait dengan masalah sampling (representativeness).
2. Deskripsi

22
Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengkajian fenomena secara lebih rinci atau
membedakannya dengan fenomena yang lain.
3. Prediksi
Penelitian prediksi berupaya mengidentifikasi hubungan (keterkaitan) yang
memungkinkan kita berspekulasi (menghitung) tentang sesuatu hal (X) dengan
mengetahui (berdasar) hal yang lain (Y). Prediksi sering kita pakai sehari-hari,
misalnya dalam menerima mahasiswa baru, kita gunakan skor minimal tertentu
yang artinya dengan skor tersebut, mahasiswa mempunyai kemungkinan besar
untuk berhasil dalam studinya (prediksi hubungan antara skor ujian masuk dengan
tingkat keberhasilan studi nantinya).
4. Eksplanasi
Penelitian eksplanasi mengkaji hubungan sebab-akibat diantara dua fenomena
atau lebih. Penelitian seperti ini dipakai untuk menentukan apakah suatu
eksplanasi (keterkaitan sebab-akibat) valid atau tidak, atau menentukan mana
yang lebih valid diantara dua (atau lebih) eksplanasi yang saling bersaing.
Penelitian eksplanasi (menerangkan) juga dapat bertujuan menjelaskan, misalnya,
“mengapa” suatu kota tipe tertentu mempunyai tingkat kejahatan lebih tinggi dari
kota-kota tipe lainnya. Catatan: dalam penelitian deskriptif hanya dijelaskan
bahwa tingkat kejahatan di kota tipe tersebut berbeda dengan di kota-kota tipe
lainnya, tapi tidak dijelaskan “mengapa” (hubungan sebab-akibat) hal tersebut
terjadi.
5. Aksi
Penelitian aksi (tindakan) dapat meneruskan salah satu tujuan di atas dengan
penetapan persyaratan untuk menemukan solusi dengan bertindak sesuatu.
Penelitian ini umumnya dilakukan dengan eksperimen tindakan dan menikmati
hasilnya; berdasar hasil tersebut disusun persyaratan solusi. Misal, diketahui
fenomena bahwa meskipun suhu udara luar sudah lebih dingin dari suhu ruang,
orang tetap memakai AC (tidak mematikannya). Dalam eksperimen penelitian
tindakan dibuat berbagai alat bantu mengingatkan orang bahwa udara luar sudah
lebih dingin dari udara dalam. Ternyata dari beberapa alat bantu,ada satu yang

23
paling dapat diterima. Dari temuan itu disusun persyaratan solusi terhadap
fenomena di atas.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau langkah langkah
dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode penelitian adalah
cara sistematis untuk menyusun ilmu pengetahuan. Sedangkan teknik penelitian
adalah cara untuk melaksanakan metode penelitian. Metode penelitian biasanya
mengacu pada bentuk-bentuk penelitian.
a. Metode Eksperimen (Mengujicobakan), adalah penelitian untuk menguji
apakah variabel-variabel eksperimen efektif atau tidak. Untuk menguji efektif
tidaknya harus digunakan variabel kontrol. Penelitian eksperimen adalah untuk
menguji hipotesis yang dirumuskan secara ketat. Penelitian eksperimen biasanya
dilakukan untuk bidang yang bersifat eksak. Sedangkan untuk bidang sosial
biasanya digunakan metode survey eksplanatori, metode deskriptif, dan historis.
b. Metode Verifikasi (Pengujiaan), yaitu untuk menguji seberapa jauh tujuan
yang sudah digariskan itu tercapai atau sesuai atau cocok dengan harapan atau
teori yang sudah baku. Tujuan dari penelitian verifikasi adalah untuk menguji
teori-teori yang sudah ada guna menyusun teori baru dan menciptakan
pengetahuan-pengetahuan baru. Lebih mutakhirnya, metode verifikasi
berkembang menjadi grounded research, yaitu metode yang menyajikan suatu
pendekatan baru, dengan data sebagai sumber teori (teori berdasarkan data).
c. Metode Deskriptif (mendeskripsikan), yaitu metode yang digunakan
untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini
dimulai dengan mengumpulkan data, mengaanalisis data dan
menginterprestasikannya. Metode deskriptif dalam pelaksanaannya dilakukan
melalui: teknik survey, studi kasus (bedakan dengan suatu kasus), studi
komparatif, studi tentang waktu dan gerak, analisis tingkah laku, dan analisis
dokumenter.
d. Metode Historis (merekonstruksi), yaitu suatu metode penelitian yang
meneliti sesuatu yang terjadi di masa lampau. Dalam penerapannya, metode ini
dapat dilakukan dengan suatu bentuk studi yang bersifat komparatif-historis,

24
yuridis, dan bibliografi. Penelitian historis bertujuan untuk menemukan
generalisasi dan membuat rekonstruksi masa lampau, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta mensintesiskan bukti-bukti
untuk menegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna memperoleh kesimpulan
yang kuat.
A. Mengidentifikasi, Memilih dan merumuskan Masalah
1. Mengidentifikasi Masalah
a. Mengidentifikasi masalah adalah mencari masalah yang paling relevan
dan menarik untuk diteliti.
b. Masalah dapat dicari melalui “Panca Indera”, yaitu pengamatan,
pendengaran, penglihatan, perasaan, dan penciuman.
c. Permasalahan ada kalau ada kesenjangan (gap) antara das sollen dan
dassein , yaitu ada perbedaan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada
dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia, antara
harapan dan kenyataan. Masalah berkaitan dengan suatu kondisi yang
mengancam, mengganggu, menghambat, menyulitkan, yang menunjukkan
adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. “A problem as any situation
where a gap exist between the actual and the desire d ideal state.
2. Sumber Masalah
Masalah dapat diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut:
a. Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan penelitian
b. Seminar, diskusi dan lain-lain pertemuan ilmiah
c. Pernyataan pemegang otoritas
d. Pengamatan sepintas
e. Pengalaman pribadi
f. Perasaan intuitif.
3. Memilih Masalah atau Pembatasan
Dalam mengidentifikasi masalah biasanya dijumpai lebih dari satu masalah, dan
tidak semua masalah dapat/layak diteliti. Oleh sebab itu perlu diadakan
pemilihan/pembatasan masalah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
memilih masalah:

25
a. Masalah tersebut layak atau tidaknya untuk diteliti, tergantung pada ada
atau tidaknya sumbangan terhadap teori dan ada/tidaknya teori yang relevan
dengan itu, serta ada atau tidaknya kegunaan untuk pemecahan masalah-masalah
praktis.
b. Manageability,yaitu Cukup dana, cukup waktu, cukup alat, cukup bekal
kemampuan teoritis, dan cukup penguasaan metode yang diperlukan.
4. Merumuskan Masalah
Setelah masalah diidentifikasi dan dipilih/dibatasi, selanjutnya masalah tersebut
hendaknya Dirumuskan dalam kalimat tanya (?) yang padat dan jelas. Selain itu,
memberikan petunjuk tentang kemungkinan pengumpulan data guna menjawab
pertanyaan dalam rumusan tersebut. Contoh : “apakah diversifikasi usaha lebih
lebih berhasil daripada intensifikasi usaha?”.
B. Penyusunan Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah konstruksi berpikir yang bersifat logis dengan
argumentasi yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil
disusun. Menurut Rusidi (1993), kerangka berfikir berarti menduduk-perkarakan
masalah dalam kerangka teoritis (theoretical framework) atau disebut juga proses
deduktif. Untuk menyusun kerangka pemikiran, perhatikanlah hal-hal berikut ini:
1. Cari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang relevan
untuk dijadikan landasan teoritis dalam penelitian. Teori teori dan konsep-konsep
tersebut berasal dari acuan umum yaitu dari kepustakaan seperti buku teks,
ensiklopedia, monografi dan sejenisnya. Sedangkan generalisasi dapat ditarik dari
laporan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Kriteria sumber bacaan adalah prinsip kemutakhiran (recency) dan relevansi.
Tahap penguraian teori yang menjadi titik tolak berpikir untuk menjawab masalah
kepada konsep-konsep yang mengabstraksikan fenomena, disebut tahap
conceptioning.
2. Dari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi tersebut, lakukan rincian
analisis melalui penalaran deduktif. Sedangkan dari hasil-hasil penelitian yang
terdahulu dilakukan pemaduan (sintesis) dan generalisasi melalui penalaran
induktif. Proses deduksi dan induksi itu dilakukan secara iteratif, sehingga

26
dihasilkan jawaban yang paling mungkin terhadap masalah. Jawaban inilah yang
dijadikan hipotesis penelitian.
C. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
jawabannya harus diuji. Hipotesis dirangkum atau diturunkan dari kerangka
pemikiran/kesimpulan teoritis. Ada dua jenis hipotesis yaitu hipotesis deskriptif,
yaitu hipotesis yang menunjukan pemaknaan suatu konsep dari suatu teori dan
hipotesis verifikatif, yaitu hipotesis yang menghubungkan atau mempetautan dua
variabel atau lebih untuk diuji. Hipotesis verifikatif hendaknya menyatakan
pertautan dua variabel atau lebih. Hipotesis dinyatakan dalam kalimat
deklaratif/pernyataan yang jelas, padat dan spesifik. Selain itu, Hipotesis harus
teruji atau dapat diuji.
D. Menguji Hipotesis Secara Empirik
a. Menguji dengan alat statistik inferensial dan statistik deskriptif, untuk
membuktikan apakah teori-teori tersebut teruji secara meyakinkan (significant)
atau tidak berdasarkan hasil uji fakta-fakta secara empirik (Penelitian
Kuantitatif).
b. Menguji dengan tanpa statistis untuk mencari pemaknaan (Penelitian
Kualitatif).
4. Hubungan Penelitian dengan Hipotesis
Setelah peneliti mengadakan penelaahan yang mendalam terhadap berbagai
sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah
merumuskan hipotesis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sesuatu yang pada
tingkat tertentu dipercaya sebagai sesuatu yang benar, bertitik tolak pada
pertanyaan yang disusun dalam bentuk masalah penelitian. Untuk menjawab
pertanyaan itu, disusun suatu jawaban sementara yang kemudian dibuktikan
melalui penelitian empiris, tetapi pernyataan itu masih bersifat dugaan dan pada
tahap ini kita mengumpulkan data untuk menguji hipotesis kita.Oleh karena itu,
sebelum mencari jawaban secara faktual, terlebih dahulu kita mencoba menjawab
secara teoritis.

27
Hipotesis sangat penting dalam penelitian, khususnya penelitian kuantitatif untuk
membantu dan menuntun dalam memahami kejadian dan peristiwa yang akan
diteliti. Hipotesis yang disusun secara benar, berlandaskan teori yang ada akan
“membimbing” penelitian menjadi lebih terarah dan terfokus, baik ditinjau dari
informasi yang akan dikumpulkan maupun teknik analisis yang akan digunakan
dalam pengolahan data. Hipotesis merupakan jawaban tentatif terhadap masalah
penelitian. Jawaban itu dinyatakan, dalam bentuk hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat.
Hipotesis adalah suatu pernyataan kira-kira atau suatu dugaan sementara
mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis adalah pernyataan
mengenai hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap masalah yang kebenarannya masih harus diuji
secara empiris.
Pengertian penelitian dilihat dari segi prosesnya dalam definisi yang diberikan
oleh Kerlinger sebagai berikut :
Scientific research is systematic, controlled, empirical, and critical inventions of
the propositions about the presumed relations among natural phenomena.
Definisi ini menjelaskan bahwa proses penelitian itu pertama-tama adalah
menyusun hipotesis tentang hubungan-hubungan yang diperkirakan terdapat di
antara fenomena-fenomena itu. Penelitian dilakukan untuk menguji hipotesis
tersebut. Ada empat kriteria yang perlu dalam suatu penelitian ilmiah, yaitu :
1. Penelitian dilakukan secara sistematis.
Prosesnya dilakukan dari suatu ke tahap berikutnya. Setiap tahap harus dilakukan
secara berturut, tidak boleh melangkahi tahap sebelumnya untuk langsung pada
tahap terakhir atau tahap yang jauh di atasnya.
2. Penelitian dilakukan secara terkendali.
Perumusan konsep dan hipotesis secara operasional merupakan kendali dalam
mengarahkan seluruh kegiatan penelitian.
3. Penelitian dilakukan secara empiris.
Masalah-masalah yang bersifat empiris. Semua konsep yang tercakup dalam
penelitian harus terhubung secara operasional dalam dunia nyata.

28
4. Penelitian bersifat kritis.
Kritis di sini berarti ada tolak ukur (kritetria) yang dipakai untuk menentukan
sesuatu yang dapat diterima, baik secara eksplisit. Tolak ukur dalam menetapkan
hipotesis, tolak ukur dalam menetapkan besarnya sampel penelitian, tolak ukur
dalam menetapkan besarnya sampel penelitian, tolak ukur dalam metode
pengumpulan data, tolak ukur dalam memilih alat analisis, dan sebagainya.
Hipotesis digunakan agar penelitian tidak mengambang, dalam arti seorang
peneliti dibimbing atau dituntun oleh hipotesis. Dengan kata lain hipotesis adalah
jawaban awal dari pelaksanaan penelitian yang harus dibuktikan kebenarannya
atau keabsahannya. Oleh karena itu, seorang peneliti hendaknya sejak awal harus
tahu untuk apa hipotesis itu dirumuskan. Teori yang sudah mapan merupakan
sumber inspirasi yang dapat membantu dan mewarnai hipotesis. Teori yang
digunakan harus sudah dipaparkan dalam kajian pustaka dan dapat dibangun
berdasarkan pengamatan-pengamatan yang sistematis melalui penelitian
eksploratif (penyelidikan) atau bahan-bahan eksploratif yang dibuat oleh orang
lain.
Dasar penyusunan hipotesis adalah kerangka berpikir. Hipotesis dalam
penyusunannya secara teknis langkahnya seperti penyusunan rumusan masalah
(identifikasi masalah) dan tujuan penelitian, yakni dimulai dari umum dan khusus
(pengertiannya). Kerangka berpikir adalah alur pikir yang didasarkan pada teori-
teori terdahulu dan juga pengalaman-pengalaman empiris yang berguna untuk
membangun suatu hipotesis. Hipotesis dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang
menghubungkan dua variabel atau lebih. Jadi hipotesis tidak muncul begitu saja
tetapi perlu adanya suatu pendahuluan-pendahuluan (teori).
Kegunaan hipotesis dalam penelitian sebagai berikut.
1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala gejala serta
memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang dapat diuji
langsung dalam penelitian.
3. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.

29
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan hasil
penyidikan.
Hal-hal yang perlu dihadirkan dalam rancangan hipotesis antara lain :
1. Hipotesis harus muncul dan ada hubungannya dengan teori serta masalah
yang diteliti.
2. Setiap hipotesis adalah kemungkinan jawaban terhadap persoalan yang
diteliti.
3. Hipotesis harus dapat diuji atau terukur tersendiri untuk menetapkan
hipotesis paling besar kemungkinannya didukung oleh data empiris. Biasanya
menggunakan alat statistik.
4. Hipotesis harus menyatakan hubungan antar variabel, ini berarti
mengandung dua atau lebih variabel yang dapat diukur atau secara potensial dapat
diukur.
5. Hipotesis harus sesuai dengan fakta dan menerangkan fakta. Artinya
terang, kandungan konsep dan variabel jelas, dapat dimengerti, dan tidak
mengandung hal-hal yang metafisis.
6. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dan tumbuh
dengan ilmu pengetahuan. Jika tidak, bukan lagi sebagai terkaan tetapi suatu
pernyataan yang tidak berfungsi sama sekali.
7. Hipotesis harus sederhana dan terbatas untuk mengurangi timbul
kesalahpahaman pengertian. Mempertimbangkan semua fakta yang relevan, harus
masuk akal dan tidak bertentangan dengan hukum alam yang telah diciptakan
Tuhan.
8. Hipotesis harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga konsekuensi mutlak
yang lahir darinya tidak merupakan sesuatu yang berlawanan atau sesuatu yang
inkonsistensi, maka dituntut suatu formulasi baru dalam bentuk yang sedemikian
rupa sehingga inkonsistensi suatu formulasi yang konsisten.
Dalam berbagai literatur ilmiah tentang penelitian, sering dijumpai aneka ragam
perumusan hipotesis yang disajikan oleh para penulis atau peneliti. Sebagai
contoh berikut ini disajikan beberapa hipotesis : (2
1. Jika lingkungan kita tidak bersih, maka wabah penyakit bertambah banyak

30
2. Siswa kelas satu SMP lebih suka sekolah dari siswa kelas dua, tetapi
kurang dari kelas tiga
3. Lebih baik menempatkan siswa yang berkemampuan kurang dalam kelas
reguler daripada dalam kelas special.
4. Tidak terdapat perbedaan yang berarti antara tingkat mortalitas penduduk
yang tinggal di pedesaan dan penduduk yang tinggal di perkotaan.

2.3 Contoh-Contoh Hipotesis


Fungsi Hipotesis
Ada beberapa fungsi hipotesis yaitu :
1. Memperkenalkan penelitian untuk berpikir dari awal suatu penelitian
2. Menentukan tahap atau prosedur penelitian
3. Membantu menetapkan bentuk untuk penyajian, analisis dan interprestasi
data
Ciri- ciri Hipotesis
Ciri – ciri hipotesis sebagai berikut :
1. Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan
dalam bentuk kalimat tanya.
2. Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti
bahwa hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang
sedang atau akan diteliti.
3. Hipotesis harus dapat diuji, Hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus
mengandung atau terdiri dari variabel-variabel yang diukur dan dapat dibanding-
bandingkan. Hipotesis yang tidak jelas pengukuran variabelnya akan sulit
mencapai hasil yang objektif.
4. Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis yang tidak
menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas sifatnya.
Agar dapat merumuskan hipotesis yang memenuhi kriteria tersebut perlu
dipertimbangkan berbagai hal antara lain yang terpenting adalah teknik yang akan
digunakan dalam menguji rumusan hipotesis yang dibuat. Apabila suatu teknik

31
tertemu dalam rumusan hipotesis ditetapkan, maka bentuk rumusan hipotesis yang
dibuat dapat digunakan dalam penelitian.
Penjelasan Mengenai Hipotesis yang Baik
Beberapa penjelasan mengenai hipotesis yang baik antara lain :
1. Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variable
Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini
harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala
tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang
satu membawa perubahan pada variabel yang lain.
2. Hipotesis harus Dapat Diuji
Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat
dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris.
3. Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan-
Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian,
ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu
pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai
dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu
suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.
4. Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana
Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat
deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam
menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis
tersebut.
Dalam penelitian yang menggunakan analisis statistik inferensial, terdapat dua
hipotesis yang perlu diuji, yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Menguji hipostesis penelitian berarti menguji jawaban yang sementara itu apakah
betul-betul terjadi pada sampel yang diteliti atau tidak. Kalau terjadi berarti
hipotesis penelitian terbukti dan kalau tidak berarti bahwa tidak terbukti.
Selanjutnya menguji hipotesis statistik, berarti menguji apakah hipotesis

32
penelitian yang telah terbukti atau tidak terbukti berdasarkan data sampel itu dapat
diberlakukan pada populasi atau tidak.
Kesimpulan yang diperoleh dari pembuktian atau analisis dari dalam menguji
rumusan jawaban sementara atau hipotesis itulah akhir suatu penelitian. Hasil
akhir penelitian ini disebut juga kesimpulan penelitian, generalisasi atau dalil yang
berlaku umum, walaupun pada taraf tertentu hal tersebut mempunyai perbedaan
tingkatan sesuai dengan tingkat kemaknaan (significantcy) dari hasil analisis
statistik. Hasil pembuktian hipotesis atau hasil akhir penelitian ini juga sering
disebut thesis.
Hipotesis ditarik dari serangkaian fakta yang muncul sehuhubungan dengan
masalah yang diteliti. Dari fakta dirumuskan hubungan antara satu dengan yang
lain dan membentuk suatu konsep yang merupakan abstraksi dari hubungan antara
berbagai fakta.
Hipotesis sangat penting bagi suatu penelitian karena hipotesis ini maka penelitian
diarahkan. Hipotesis dapat membimbing (mengarahkan) dalam pengumpulan
data.
Menguji Hipotesis
Suatu hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa
yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi
empiris yang memberi data yang diperlukan. Setelah kita mengumpulkan data,
selanjutnya kita harus menyimpulkan hipotesis, apakah harus menerima atau
menolak hipotesis. Ada bahayanya seorang peneliti cenderung untuk menerima
atau membenarkan hipotesisnya, karena ia dipengaruhi bias atau perasangka.
Dengan menggunakan data kuantitatif yang diolah menurut ketentuan statistik
dapat ditiadakan bias itu sedapat mungkin, jadi seorang peneliti harus jujur,
jangan memanipulasi data, dan harus menjunjung tinggi penelitian sebagai usaha
untuk mencari kebenaran.
Peranan Hipotesis Dalam Penelitian
Secara garis besar hipotesis dalam penelitian mempunyai peranan sebagai
berikut :
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian.

33
2. Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data.
3. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta atau
data.
4. Membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang
akan diteliti (diamati).
Dari hipotesis peneliti menarik kesimpulan dalam bentuk yang masih sementara
dan harus dibuktikan kebenarannya (hipotesis) sebagai titik tolak atau arah dari
pelaksanaan pen elitian.
Jenis – Jenis Hipotesis
1. Hipotesis Nol (Ho) 
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan
antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya, dalam
rumusan hipotesis,  yang diuji adalah ketidakbenaran variabel (X) mempengaruhi
(Y). Ex: “tidak ada hubungan antara warna baju dengan kecerdasan mahasiswa”.
2. Hipotesis Kerja (H1)
Hipotesis Kerja (H1) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara
variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) yang diteliti. Hasil
perhitungan H1 tersebut, akan digunakan sebagai dasar pencarian data penelitian.
Macam- macam Hipotesis dalam Penelitian yaitu :
1. Hipotesis Deskriptif
Adalah dugaan terhadap nili satu variable dalam satu sampel walaupun di
dalamnya bias terdapat beberapa kategori. Hipotesis deskriptif merupakan
jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yaitu yaitu yang berkenaan
dengan variable mandiri. Contoh hipotesis dekriptif :
Ho : Kecenderungan masyarakat memilih warna mobil gelap.
Ha : Kecenderungan masyarakat memilih warna mobil bukan warna gelap.
2. Hipotesis Komparatif
Adalah dugaan terhadap perbandingan nilai dua sampel atau lebih. Dalam hal
komparasi ini terdapat beberapa macam yaitu :
a. Komparasi berpasangan (related) dalam dua sampel dan lebih dari dua
sampel (k sampel).

34
b. Komparasi independen dalam dua sampel dan lebih dari dua sampel (k
sampel).
Contoh :
- Sampel berpasangan, komparatif dua sampel
Ho : tidak terdapat perbedaan nilaai penjualan sebelum dan sesudah ada iklan.
Ha : terdapat berbedaan nilai penjualan sebelum dan sesudah ada iklan.
- Sampel independen, komparatif tiga sampel
Ho : tidak terdapat perbedaan antara birokrat, akademisi dan pebisnis dalam
memilih partai.
Ha : terdapat perbedaan antara birokrat, akademisi dan pebisnis dalam memilih
partai.
3. Hipotesisi Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah dugaan terhadap hubungan antara dua variable atau
lebih. Hipotesis asosiatif merupakan salah satu dari macam- macam hipotesis.
Contoh :
Ho : tidak terdapat hubungan antara jenis profesi dengan jenis olahraga yang
disenangi.
Ha : terdapat hubungan antara jenis profesi dengan jenis olahraga yang disenangi.

Berdasarkan bentuk rumusannya, hipotesis dapat digolongkan tiga yakni


1. Hipotesis Kerja
Adalah suatu rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang
peristiwa yang rerjadi apabila suatu gejala muncul. Hipotesis ini sering juga
disebut hipotesis kerja. Biasanya makan rumusan pernyataan: Jika…..maka……..
Artinya, jika suatu faktor atau variabel terdapat atau terjadi pada suatu situasi,
maka ada akibat tertentu yang dapat ditimbulkannya.
Contoh sederhana:
a. Jika sanitasi lingkungan suatu daerah buruk, maka penyakit menular di
daerah tersebut tinggi.
b. Jika persalinan dilakukan oleh dukun yang belum dilatih, maka angka
kematian bayi di daerah tersebul tinggi.

35
c. Jika pendapatan perkapita suatu negara rendah, maka status kesehatan
masyarakat di negara tersebut rendah pula.
Meskipun pada umumnya rumusan hipotesis seperti tersebut di atas, tetapi hal
tersebut bukan satu-satunya rumusan hipotesis kerja. Karena dalam rumusan
hipotesis kerja yang paling penting adalah bahwa rumusan hipotesis harus dapat
memberi penjelasan tentang kedudukan masalah yang diteliti, sebagai bentuk
kesimpulan yang akan diuji. Oleh sebab itu penggunaan rumusan lain seperti di
atas masih dapat dibenarkan secara ilmiah
2. Hipotesis Nol atau Hipotesis Statistik
Hipoiesis Nol biasanya dibuat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak
adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kelompok atau lebih mengenai
suatu hal yang dipermasalahkan. Bila dinyatakan adanya perbedaan antara dua
variabel, disebut hipotesis alternatif.
Contoh sederhana hipotesis nol adalah
a. Tidak ada perbedaan tentang angka kematian akibat penyakit jantung
antara penduduk perkotaan dengan penduduk pedesaan.
b. Tidak ada perbedaan antara status gizi anak balita yang tidak mendapat
ASI pada waktu bayi, dengan status gizi anak balita yang mendapat ASI pada
waktu bayi.
c. Tidak ada perbedaan angka penderita sakit diare antara kelompok
penduduk yang menggunakan air minum dari PAM dengan kelompok penduduk
yang menggunakan air minum dari sumur.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok yang bersangkutan
adalah sama, misalnya status gizi dari balita yang mendapatkan ASI sama dengan
status gizi anak balita yang tidak mendapatkan ASI. Bila hal tersebut dirumuskan
dengan “selisih” maka akan menunjukkan hasil dengan nol, maka disebut
hipotesis nol. Bila dirumuskan dengan “persamaan” maka hasilnya sama, atau
tidak ada perbedaan. Oleh sebab itu apabila diuji dengan metode statistika akan
tampak apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat disimpulkan sebagaimana
hipotesisnya.

36
Tetapi bila rumusannya ditolak, maka hipotesis alternatifhya yang diterima. Itulah
sebabnya maka sdperti rumusan hipotesis nol dipertentangkan dengan rumusan
hipotesis altematif. Hipotesis nol biasanya menggunakan rumus Ho (misalnya HO
: x = y) sedangkan hipotesis alternatif menggunakan simbol Ha (misalnya, Ha : x
= > y).
Berdasarkan isinya, suatu hipotesis juga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
pertama, hipotesis mayor, hipotesis induk, atau hipotesis utama, yaitu hipotesis
yang menjadi sumber dari hipotesis-hipotesis yang lain. Kedua, hipotesis minor,
hipotesis penunjang, atau anak hipotesis, yaitu hipotesis yang dijabarkan dari
hipotesis mayor. Di dalam pengujian statisik hipotesis ini sangat penting, sebab
dengan pengujian terhadap tiap hipotesis minor pada hakikatnya adalah menguji
hipotesis mayornya.
Contoh tidak sempurna
Hipotesis mayor: “Sanitasi lingkungan yang buruk mengakibatkan tingginya
penyakit menular”. Dari contoh ini dapat diuraikan adanya dua variabel, yakni
variabel penyebab (sanitasi lingkungan) dan variabel akibat (penyakit menular).
Kita ketahui bahwa penyakit menular itu luas sekali, antara lain mencakup
penyakit-penyakit diare, demam berdarah, malaria, TBC, campak, dan
sebagainya. Sehubungan dengan banyaknya macam penyakit menular tersebut,
kita dapat menyusun hipotesis minor yang banyak sekali, yang masing-masing
memperkuat dugaan kita tentang hubungan antara penyakit-penyakit tersebut
dengan sanitasi lingkungan, misalnya :
a. Adanya korelasi positif antara penyakit diare dengan buruknya sanitasi
lingkungan.
b. Adanya hubungan antara penyakit campak dengan rendahnya sanitasi
lingkungan.
c. Adanya hubungan antara penyakit kulit dengan rendahnya sanitasi
lingkungan.
Apabila dalam pengujian statistik hipotesis-hipotesis tersebut terbukti bermakna
korelasi antara kedua variabel di dalam masing-masing hipotesis minor tersebut,

37
maka berarti hipotesis mayornya juga diterima. Jadi ada korelasi yang positif
antara sanitasi lingkungan dengan penyakit menular.
3. Hipotesis Hubungan dan Hipotesis Perbedaan
Hipotesis dapat juga dibedakan berdasarkan hubungan atau perbedaan 2 variabel
alau lebih. Hipotesis hubungan berisi tentang dugaan adanya hubungan antara dua
variabel. Misalnya, ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan praktek
pemeriksaan hamil. Hipotesis dapat diperjelas lagi menjadi : Makin tinggi
pendidikan ibu, makin sering (teratur) memeriksakan kehamilannya. Sedangkan
hipotesis perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan atau perbedaan di antara
dua variabel; misalnya. praktek pemberian ASI ibu-ibu de Kelurahan X berbeda
dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y. Hipotesis ini lebih
dielaborasi menjadi: praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan X lebih tinggi
bila dibandingkan dengan praktek pemberian ASI ibu-ibu di Kelurahan Y.
2.4 Analisis Data dan Uji Hipotesis
ANALISIS DATA
Pengumpulan data merupakan jantung penelitian kualitatif dan analisis data
merupakan jiwanya. Langkah yang harus ditempuh setelah pengumpulan data
yaitu analisis data. Analisis data merupakan bagian terpenting dalam metode
ilmiah, karena analisis data digunakan untuk memecahkan masalah penelitian.
Data mentah yang telah dikumpulkan peneliti tak akan berguna jika tidak
dianalisis. Data mentah yang telah dikumpulkan perlu ditipologikan ke dalam
kelompok-kelompok, serta disaring sedemikian rupa untuk menjawab masalah
dan untuk menguji hipotesis.
Analisis data dalam penelitian kualitatif berbeda dengan analisis data dalam
penelitian kuantitatif. Analisis data kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan.
Tujuan akhir analisis data kualitatif adalah memperoleh makna, menghasilkan
pengertian-pengertian, konsep-konsep serta mengembangkan hipotesis atau teori
baru. Analisis data kualitatif adalah proses mencari serta menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lainnya sehingga mudah dipahami agar dapat diinformasikan kepada orang
lain.

38
Analisis data penelitian kualitatif dilakukan dengan mengorganisasikan
data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dikaji sehingga dapat
dibuat suatu kesimpulan untuk disampaikan kepada orang lain. Hanurawan (2016)
menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif mencakup di
dalamnya proses interpretasi terhadap data-data yang terkumpul. Proses analisis
data dalam penelitian kualitatif cenderung lebih subjektif ketimbang ukuran-
ukuran terstandar pada pada analisis data dalam penelitian kuantitatif. Proses
analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak sebelum peneliti memasuki
lapangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Cresswell (2016) bahwa analisis data
dalam penelitian kualitatif akan berlangsung bersamaan dengan bagian-bagian
lain dari pengembangan kualitatif, yaitu pengumpulan data dan penulisan temuan.
Analisis data dilanjutkan pada saat peneliti berada di lapangan sampai
peneliti menyelesaikan kegiatan di lapangan. Sebelum peneliti memasuki
lapangan, analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data
sekunder. Analisis data diarahkan untuk menentukan fokus penelitian. Namun
demikian fokus penelitian yang ditentukan sebelum peneliti memasuki lapangan
masih bersifat sementara. Fokus penelitian ada kemungkinan mengalami
perubahan atau berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Ketika peneliti
mulai memasuki kegiatan lapangan untuk mengumpulkan data, peneliti
melanjutkan analisis data. Misalnya, ketika peneliti melakukan wawancara
analisis dilakukan terhadap informasi hasil wawancara. Apabila jawaban tersebut
dirasakan belum memuaskan, peneliti melanjutkan wawancara dengan
mengajukan pertanyaan lanjutan sampai diperoleh data yang memuaskan.
Penelitian kualitatif memiliki ragam analisis data. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Cresswell (2016) mengemukakan bahwa analisis data kualitatif dibagi
menjadi dua tahap. Pertama adalah prosedur yang lebih umum, dan yang kedua
adalah langkah-langkah analisis dalam rancangan kualitatif khusus. Hanurawan
(2016) menyebut prosedur umum ini sebagai teknik analisis data konvensional,
dan prosedur khusus sebagai teknik analisis data sesuai dengan model penelitian.
Teknik analisis konvensional adalah teknik analisis data yang bersifat umum

39
karena teknik ini dapat digunakan untuk berbagai model atau rancangan penelitian
apabila sesuai dengan kebutuhan atau tujuan penelitian. Contoh teknik analisis
data secara umum adalah teknik analisis isi kualitatif. Sementara teknik analisis
dengan rancangan khusus contohnya adalah teknik analisis etnografi dan
fenomenologi. Selanjutnya meskipun terdapat teknik analisis yang bersifat khusus
dan teknik analisis yang bersifat umum, namun teknik analisis dalam penelitian
kualitatif mengikuti prosedur umum. Hanurawan (2013) menguraikan prosedur
teknik analisis data secara umum sebagai berikut.
Prosedur 1
Peneliti melakukan transkipsi data. Transkipsi data adalah proses
transformasi data penelitian kualitatif ke dalam teks tertulis. Apabila sumber data
mentah berupa rekaman audio, maka transformasi adalah melalui tahap:
mendengar rekaman audio dan melakukan pengetikan isi sampai selesai menjadi
file komputer. Apabila data adalah memo, kuesioner terbuka terbatas, atau catatan
lapangan maka data tulisan tangan tersebut dibaca dan kemudian diketik atau
diproses menjadi file komputer. Setelah data tertranskipsi maka untuk keperluan
keamanan data asli, peneliti dapat menyimpan data dalam suatu tempat yang
aman.
Prosedur 2
Peneliti melakukan penelahaan dan penelahaan kembali secara cermat dan
berulang kali terhadap transkip.
Prosedur 3
Peneliti membuat segmentasi. Segmentasi adalah pembuatan klasifikasi
ataukategori data ke dalam unit-unit analisis yang bermakna. Apabila
penelitimelakukan segmentasi teks transkip maka ia akan dituntun oleh
pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah peneliti melihat sebuah segmen dari teks memilikimakna spesifik
yang signifikan bagi penelitian yang dilakukan?
2. Di mana sebuah segmen bermula dan berakhir?
3. Apakah sebuah segmen memiliki perbedaan dengan tekssebelumnya dan teks
sesudahnya? Sebuah segmen sebagai sebuah unit bermakna dalam teks dapat

40
berupa sebuah kata, sebuah frasa, sebuah kalimat, sebuah paragraf atau
bahkan keseluruhan teks.
Prosedur 4
Peneliti melakukan pembuatan kode. Pembuatan kode adalah proses
pemberian tanda segmen data dengan sebuah symbol, kata (kenyamanan), atau
nama kategori (kenyamanan). Tesch (dalam Cresswell, 2016) menyajikan delapan
langkah yang umumnya digunakan dalam membentuk kode (Coding).
1. Berusahalah untuk memperoleh pemahaman umum. Bacalah semua
transkipsi dengan hati-hati. Berusahalah untuk menangkap gagasan-gagasan
inti dari transkipsi tersebut.
2. Pilihlah satu dokumen (seperti, wawancara) yang paling menarik, paling
singkat, dan paling penting. Pelajari baik-baik, lalu tanyakan pada diri Anda
sendiri, “ini tentang apa?” Jangan dulu berpikir mengenai substansi
informasi, tetapi pikirkanlah makna dasarnya. Tulislah gagasan tersebut
dalam bentuk catatan-catatan kecil.
3. Ketika Anda sudah merampungkan tugas ini, buatlah daftar mengenai
semua topik yang Anda peroleh dari perenungan Anda sebelumnya.
Gabungkan topik-topik yang sama.Masukkan topik-topik ini dalam kolom-
kolom khusus, bisa sebagai topik utama, topik unik, atau topik lain.
4. Sekarang bawalah daftar topik tersebut dan kembalilah ke data Anda.
Ringkaslah topik-topik ini menjadi kode-kode, lalu tulislah kode-kode
tersebut dalam segmen-segmen/ kategori-kategori. Amati kembali kategori-
kategori yang sudah anda buat, lalu lihatlah apakah ada kategori-kategori
dan kode-kode lain yang luput dari pengamatan anda.
5. Buatlah satu kalimat/frasa/kata yang paling cocok untuk menggambarkan
topik-topik yang sudah Anda peroleh sebelumnya, lalu masukkanlah topik-
topik ini dalam kategori-kategori khusus. Cobalah meringkas kategori-
kategori yang ada dengan mengelompokkan topik-topik yang saling
berhubungan satu sama lain. Untuk melakukan hal ini, Anda bisa membuat
garis-garis antar kategori untuk menunjukkan keterhubungannya.

41
6. Jika masih dimungkinkan, ringkas kembali kategori-kategoriini, lalu
susunlah kode-kode untuknya.
7. Masukkan materi-materi data ke dalam setiap kategori tersebutdan
bersiaplah untuk melakukan analisis awal.
8. Jika perlu, codinglah kembali data yang sudah ada.
Prosedur 5
Peneliti mengembangkan sistem kategori. Sistem kategori tersebut secara
otomatis kemudian terkait dengan sistem pemberian kode. Pembuatan kode dapat
bersifat induktif atau deduktif. Kode yang bersifat adalah pembuatan kode
kategori oleh peneliti berdasarkan pada data yang dikumpulkan oleh peneliti di
lapangan. Kode yang bersifat indukif adalah proses yang bersifat emik, yaitu kode
berdasarkan hal yang unik pada diri partisipan yang ditemukan di lapangan. Kode
yang bersifat deduktif adalah pembuatan kode berdasarkan skema kode yang
sudah pernah dikembangkan atau pembuatan kode berdasarkan pernyataan-
pernyataan penelitian yang sudah ada.

Prosedur 6
Peneliti membuat master list. Dalam teks apabila telah berhasil diidentifikasi
kode-kode yang menunjukkan klasifikasi-klasifikasi komponen-komponen maka
mereka secara bersama diletakkan dalam sebuah sistem yang disebut dengan
master list. Sebuah master list adalah sebuah daftar yang terdiri dari keseluruhan
kode yang ada dalam setiap segmen data dan deskripsi singkat tentang sebuah
kode atau definisi singkat tentang sebuah kode. Dalam kerangka yang sama,
prosedur umum dalam penelitian kualitatif seperti dijabarkan menurut Miles dan
Huberman. Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-
menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai
dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis
meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), serta
penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification)
 Reduksi Data

42
Reduksi data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan perhatian,
meyederhanakan, mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang muncul
dari catatan-catatan lapangan (Patilima, 2005). Mereduksi data berarti membuat
rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari
tema dan pola, serta membuang yang dianggap tidak perlu. Dengan demikian,
data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari
data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan, jumlah
data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Untuk itulah diperlukan
reduksi data sehingga data tidak bertumpuk dan mempersulit analisis selanjutnya.
 Penyajian (Display) Data
Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian
(display) data. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori,
diagram alur (flow chart), dan lain sejenisnya. Penyajian data dalam bentuk-
bentuk tersebut akan memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan
merencanakan kerja penelitian selanjutnya. Proses ini erat kaitannya dengan
interpretasi data. Yin (2011)menguraikan beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam interpretasi data.
a. Kelengkapan (Apakah interpretasi Anda memiliki awal, tengah, dan akhir?)
b. Keadilan (Mengingat sikap interpretatif Anda, apakah orang lain
memilikisikap yang sama sampai pada interpretasi yang sama?)
c. Akurasi empiris (Apakah interpretasi Anda cukup mewakili data Anda?)
d. Nilai tambah (apakah interpretasinya baru, atau itu hanya pengulangan
dariliteratur topik Anda?)
e. Kredibilitas (Kebebasan dalam kreativitasnya, bagaimana rekan-
rekanmenerima interpretasi Anda?)
Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi
informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat
dilakukan dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena

43
untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti
untuk mencapai tujuan penelitian. Penampilan atau display data yang baik dan
jelas alur pikirnya merupakan hal yang sangat diharapkan oleh setiap peneliti.
Display data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya
analisis kualitatif yang valid dan handal.
 Verifikasi Data (Conclusion Drawing)
Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik
kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan
bukti- bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses
untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data.
UJI HIPOTESIS
Salah satu tujuan dari penelitian adalah menguji hipotesis. Hipotesis yang
dinyatakan dalam sebuah penelitian tentunya berbeda-beda sehingga hasil yang
diperoleh juga akan berbeda. Tujuan dilakukannya pengujian hipotesis adalah
untuk menentukan akurasi dari masing-masing hipotesis penelitian terhadap
kenyataan dari data yang dikumpulkan para peneliti. Pengujian hipotesis
penelitian dapat dikatakan sebagai awal memasuki babak akhir penelitian. Oleh
karena itu, peneliti tentunya mengevaluasi akurasi hipotesis dengan cara melihat
tingkat statistik yang dihasilkan setelah analisis data dilakukan. Untuk
pembahasan lebih lanjut, berikut ini akan dijelaskan secara rinci pendekatan
pengujian maupun tingkat signifikansi yang ditentukan dalam menarik
kesimpulan hipotesis.
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam
penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk
dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas. Borg dan Gall mengajukan adanya
persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas. Harus dinyatakan
secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis harus bersifat
spesifik dan mengacu pada satu makna tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih
dari satu makna. Jika hipotesis dirumuskan secara umum, maka hipotesis tersebut

44
tidak dapat diuji secara empiris. Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya
ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat
dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris.
Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua
atau lebih variabel. Maksudnya dalam merumuskan hipotesis seorang peneliti
harus setidak-tidaknya mempunyai dua variabel yang akan dikaji. Kedua variabel
tersebut adalah variabel bebas dan variabel tergantung. Jika variabel lebih dari
dua, maka biasanya satu variabel tergantung dua variabel bebas.
Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli
atau hasil penelitian yang relevan. Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam
penelitian:
1. Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha.
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau
adanya perbedaan antara dua kelompok. Rumusan hipotesis kerja:
a. Jika……………………maka…………………
Contoh: Jika orang banyak makan, maka berat badannya akan naik.
b. Ada perbedaan antara…....….dan....................
Contoh: Ada perbedaan anatar penduduk kota dan penduduk desa dalam
cara berpakaian.
c. Ada pengaruh………………terhadap…………
Contoh: Ada pengaruh makanan terhadap berat badan.
2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho
Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai
dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan
statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua
variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Pemberian nama “hipotesis nol” atau “hipotesis nihil” dapat dimengerti
dengan mudah karena tidak ada perbedaan antara dua variabel. Dengan kata
lain, selisih verbal pertama dengan variabel kedua adalah nol atau nihil.
Rumusan hipotesis nol:
a. Tidak ada perbedaan antara…………..dengan………..

45
Contoh: Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat I dan mahasiswa
tingkat II dalam disiplin kuliah.
b. Tidak ada pengaruh…………..terhadap…………..
Contoh: Tidak ada pengaruh jarak dari rumah kesekolah terhadap kerajinan
mengikuti kuliah.
Dalam pembuktian hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi Ho, agar
peneliti tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak
terpengaruhi pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan
akhir pengetesan hipotesis.
Pendekatan Pengujian
Ada dua pendekatan terhadap pengujian hipotesis, yaitu:
1) menetapkan pendekatan clasic,
2) pendekatan bisa statistik.
Pendekatan uji Classic banyak ditemukan dalam literatur-literatur statistik
dan digunakan secara luas dalam aplikasi peneliti. Pendekatan ini menghasilkan
suatu tujuan pandangan terhadap probabilitas dalam pengambilan keputusan
secara keseluruhan berdasarkan analisa dan data sampel yang tersedia. Suatu
hipotesis dibentuk; ditolak atau gagal untuk ditolak, didasarkan pada sampel yang
dikumpulkan. Pendekatan Bias Statistik merupakan perluasan dari pendekatan
asumsi classic. Dalam hal ini peneliti menggunakan sampling data untuk
pengambilan keputusan, tetapi harus dikumpulkan seluruh informasi lainnya yang
tersedia. Informasi tambahan ini terdiri dari perkiraan hubungan yang dinyatakan
dengan tingkat kepercayaan. Estimasi hubungan ini di dasarkan pada pengalaman
pengumpulan data. Data diungkapkan sebagai suatu distribusi sebelumnya yang
dapat direvisi setelah informasi sampel dikumpulkan.
Tingkat Signifikansi Statistik
Setelah melakukan analisa dan pengujian data, peneliti selanjutnya dapat
menyimpulkan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Menerima atau menolak
hipotesis tergantung pada temuan statistik yaitu tingkat signifikansinya. Tingkat
signifikansi (the level of ficance) adalah tingkat probabilitas (dilambangkan
dengar a) yang ditentukan oleh peneliti untuk membuat keputusan menolak atau

46
mendukung hipotesis. Kriteria keputusan berdasarkan tingkat signifikansi untuk
ilmu-ilmu sosial termasuk di dalamnya akuntansi pada umumnya "adalah 0.05
atau 0.10". Angka tersebut menunjukkan bahwa keputusan yang dibuat oleh
peneliti untuk menolak atau mendukung suatu hipotesis mempunyai probabilitas
kesalahan sebesar lima persen atau sepuluh persen. Oleh karena itu, tingkat yang
dipilih peneliti dalam menentukan a (alpha) harus ditetapkan berdasarkan
perkiraan tentang pentingnya atau makna praktisnya yang mungkin terkandung
dalam temuan-temuan peneliti.
Pengujian Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif
Terdapat dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian. Yang pertama
adalah hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol digunakan
untuk diuji. Hipotesis nol selalu menyatakan tidak ada hubungan di antara
parameter (alat ukur yang diambil dengan sensus populasi atau alat ukur
sebelumnya dari sampel populasi) dan statistik yang sedang diperbandingkan
terhadap (suatu ukuran yang ditarik dari contoh yang diambil dari populasi).
Umumnya hipotesis ini diformulasikan untuk ditolak. Uji analisis biasanya untuk
menentukan apakah tidak terdapat perubahan dalam kepentingan populasi atau
apakah benar-benar terjadi perubahan. Dengan demikian, pembaca dapat
menggunakan penilaiannya sendiri dalam memutuskan apakah hipotesis nol perlu
ditolak atau tidak. Seorang peneliti mungkin menetapkar tingkat signifikansi
sebesar 0,05 tetapi seorang pembaca boleh jadi tidak mau menerima temuan yang
tidak signifikan pada tingkat 0.01, 0.005 atau 0,001, sementana pembaca lain
mungkin tertarik dengan temuan yang mencapai tingkat 0,07 atau 0.10.
Ada dua tipe kesalahan yang mungkin diperbuat dalam mengambil
kesimpulan tentang Ho. Pertama., kesalahan tipe I, adalah kesalahan menolak Ho
sedangkan pada kenyataannya Ho benar. Kedua, yakni kesalahan tipe II adalah
kesalahan menerima Ho. sedang pada kenyataannya adalah Ho salah.
Kemungkinan melakukan kesalahan Tipe I dinyatakan dalam a. Semakin besar a
nya, maka semakin besar juga kemungkinan Ho akan ditolak secara salah, jadi
semakin besarlah kemungkinan membuat kesalahan Tipe 1. Kesalahan Tipe II
biasanya disimbolkan dalam bentuk B. a dan ẞ dipakai disini untuk

47
memperlihatkan kedua tipe kesalahan, serta kemungkinan terjadinya kesalahan
itu, yakni:
P (kesalahan tipe I) = α
P (kesalahan tipe II) = β
Idealnya, besarnya nilai-nilai α dan β ditetapkan oleh pembuat eksperimen
sebelum memulai penelitiannya. Nilai-nilai itu akan menentukan besar sampel (N)
yang harus diambil oleh peneliti, untuk menghitung tes statistik yang telah
dipilihnya. Tetapi pada praktiknya biasanya α dan N ditetapkan sebelumnya.
Kalau α dan N sudah ditunjuk, maka β pun tertentu. Karena terdapat hubungan
kebalikan antara kecenderungan untuk berbuat kedua tipe kesalahan itu, suatu
penurunan dalam α akan menaikkan β untuk N tertentu. Jika peneliti ingin
mengurangi kemungkinan berbuat kedua tipe kesalahan itu, maka N harus
diperbesar. Berikut ini ditampilkan pada tabel teknik pengambilan keputusan
menolak atau mendukung hipotesis nol.
Keputusan yang Hipotesis (Ho)
Diambil Hipotesis Benar Hipotesis Salah
Menolak Ho Kesalahan Tipe (α) Keputusan Benar
Mendukung Ho Keputusan Benar Kesalahan Tipe (β)

Hipotesis Alternatif
Hipotesis ini merupakan hipotesis tandingan dari hipotesis nol. Hipotesis
alternatif selalu menyatakan terdapat hubungan di antara parameter. Hipotesis ini
merupakan hipotesis penelitian dari si peneliti, yang dinyatakan secara
operasional.
Daerah Penolakan
Dalam pengujian hipotesis terdapat daerah penolakan. Daerah penolakan
merupakan suatu daerah dalam distribusi sampling. Distribusi sampling meliputi
semua harga yang dimiliki uji statitistik Ho. Daerah penolakan terjadi dari bagian
himpunan harga-harga, dan didefinisikan sedemikian rupa sehingga kemungkinan
dibawah Ho. Dengan perkataan lain, daerah penolakan terdiri dari harga-harga
yang mungkin dan begitu ekstrem sehingga bila Ho benar, sangat kecil

48
kemungkinannya sampel yang benar-benar kita hadapi menghasilkan harga yang
merupakan salah satu dari harga-harga tersebut. Kemungkinan yang berkaitan
dengan sembarang harga yang ada di dalam daerah penolakan adalah sama atau
lebih kecil dari pada a
Letak daerah penolakan tersebut dipengaruhi oleh Ha Jika Ha menunjukkan
arah perbedaan yang diprediksikan, maka akan muncul uji one tailed test (uji satu
sisi). Jika Ha tidak menunjukkan arah perbedaan yang diprediksikan, maka
digunakan uji two tailed test (uji dua sisi). Uji one tailed test dan uji two tailed test
berbeda dalam letak daerah penolakan masing-masing. tetapi tidak berbeda dalam
besarnya. Dalam uji one tailed test daerah penolakan sepenuhnya terdapat pada
sisi distribusi samplingnya. Sedangkan dalam uji no tailed test daerah penolakan
terdapat pada kedua sisi distribusi samplingnya.
Luas daerah penolakan dinyatakan dengan bentuk a, yaitu tingkat
signifikansi.
Teknik Pengujian Hipotesis
Kekuatan analisis statistik didasarkan pada fungsi uji statistik yang dipakai
dalam analisis. Disebut uji statistik yang baik apabila terdapat kemungkinan kecil
menolak Ho apabila Ho benar, dan mempunyai kemungkinan besar untuk
menolak Ho pada saat Ho salah. Misalkan kita mendapatkan dua uji statistik, X
dan Y, yang mempunyai kemungkinan yang sama untuk menolak Ho apabila Ho
benar. Uji yang pebaiknya kita pilih adalah yang memiliki kemungkinan lebih
besar untuk menolak Ho ketika Ho salah. Terdapat beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan dalam menguji signifikansi statistik, yaitu:
1. Menyatakan Hipotesis Nol (Ho).
Peneliti dalam hal ini biasanya tertarik dalam menguji perubahan atau
perbedaan hipotesis. Hipotesis nol biasanya selalu digunakan untuk tujuan
pengujian hipotesis.
2. Memilih Uji Statistik yang sesuai.
Untuk menguji suatu hipotesis, yang pertama harus dipilih adalah ketepatan
uji statistik. Terhadap banyak alat uji yang harus di pilih, dan setidaknya
terdapat empat kriteria yang dapat digunakan dalam memilih alat uji.

49
Pertama, kekuatan efisiensi dari alat uji. Kekuatan efisiensi dalam hal ini
semakin sedikit atau semakin lemah anggapan yang membentuk suatu
model tertentu, semakin umumlah kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan
dari penerapan uji statistik yang berhubungan dengan model, namun
semakin berkurang kekuatan uji untuk Ho tersebut. Kedua, Model Statistik.
Apabila populasi telah dijelaskan dan sampel telah ditarik, berarti peneliti
telah menetapkan model statistik. Berkaitan dengan setiap uji statistik
merupakan suatu model dan suatu syarat pengukuran. Uji itu dapat dipakai
dengan persyaratan tertentu, sedangkan model pengukurannya dan perlunya
pengukuran itu, adalah yang menetapkan pensyaratan tadi.
PENGUJIAN SIGNIFIKANSI
Secara umum terdapat dua metode uji signifikansi. Kedua metode pengujian
tersebut adalah uji parametrik dan uji non parametrik. Masing-masing uji tersebut
akan dijelaskan dengan menggunakan teknik uji one sample test, two sample test,
dan kindependent sample test.
Uji Statistik Parametrik
Uji Statistik Parametrik merupakan uji yang modelnya menetapkan adanya syarat-
syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber sampel
penelitiannya. Syarat-syarat itu biasanya tidak diuji dan dianggap sudah dipenuhi.
Seberapa jauh makna hasil suatu uji parametrik bergantung pada validitas
anggapan-anggapan tadi. Uji-uji parametrik juga menuntut bahwa skor-skor yang
dianalisis merupakan hasil suatu pengukuran yang sedikitnya berkekuatan sebagai
skala interval. Dalam uji statistik parametrik terdapat beberapa asumsi yang harus
dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut meliputi:
1. Observasi harus independen, yaitu pemilihan suatu kasus dari populasi
untuk dimasukkan ke dalam sampel tidak boleh bisa terhadap kemungkinan
kasus-kasus lain untuk dimasukkan ke dalam sampel begitu juga dengan
skor pengukurannya juga tidak boleh bisa.
2. Observasi diambil dari populasi yang berdistribusi normal.

50
3. Dalam hal analisis yang berkaitan dengan dua kelompok, maka populasi
masing-masing kelompok harus memiliki variance yang sama (dalam kasus
tertentu mereka harus memiliki ratio variance yang diketahui).
4. Variabel harus diukur paling tidak dalam skala interval, sehingga
memungkinkan melakukan interpretasi terhadap hasilnya.
Uji Statistik Non-parametnik
Uji Statistik Non-parametrik merupakan uji yang modelnya tidak menetapkan
syarat-syarat mengenai parameter-parameter populasi yang merupakan induk
sampel penelitiannya. Anggapan-anggapan tertentu dikaitkan dengan sejumlah
besar uji-uji statistik nonparametrik, yakni bahwa observasi. observasinya
independen dan bahwa variabel yang diteliti pada dasarnya memiliki kotinuitas.
Namun anggapan-anggapan ini lebih sedikit dan jauh lebih lemah dari pada
anggapan-anggapan yang berkaitan dengan uji parametrik. Uji non parametrik
tidak menuntut pengukuran sekuat yang dituntut uji parametrik, sebagian besar uji
nonparametrik dapat diterapkan untuk data dalam skala ordinal, dan beberapa
yang lain juga dapat diterapkan untuk data dalam skala nominal, data tidak
berdistribusi normal dan jumlah sampel kecil (<30). Berikut ini beberapa
keunggulan uji statistik non-parametrik:
1. Jika jumlah sampel terlalu kecil, maka tidak ada alternatif lain menggunakn
uji non-parametrik, kecuali distribusi populasi diketahui dengan pasti.
2. Uji non-parametrik memiliki asumsi yang lebih sedikit berkaitan dengan
data dan mungkin lebih relevan pada situasi tertentu. Hipotesis yang diuji
dengan non-parametrik mungkin lebih sesuai dengan tujuan penelitian.
3. Uji non-parametrik dapat digunakan untuk menganalisis data yang secara
inheren adalah data dalam bentuk rangking. Jadi si peneliti hanya dapat
mengatakan terhadap subyek penelitian bahwa yang satu memiliki lebih
atau kurang karakteristik dibandingkan lainnya, tanpa mengatakan seberapa
besar lebih atau kurang itu.
4. Uji nonparametrik sesuai untuk menguji data yang bersifat klasifikasi atau
kategorikal (skala nominal). Tidak ada uji parametrik yang sesuai untuk
menguji data Seperti ini.

51
5. Ada uji statistik non-parametrik yang sesuai untuk menguji sampel yang
berasal dari observasi yang diambil dari populasi yang berbe. Uji parametrik
sering kesulitan menguji data seperti ini.
6. Uji non parametrik umumnya mudah digunakan dan dipelajari daripada uji
parametrik. Juga interpretasinya lebih langsung dibandingkan uji
parametrik.
Disamping keunggulan-keunggulan yang ada pada uji nonparametrik,
terdapat juga berapa kelemahan-kelemahan dalam uji ini. Adapun beberapa
kelemahan dari uji statistik nonparametrik adalah:
3. Jika data telah memenuhi semua anggapan model statistik parametrik, dan
jika pengukurannya mempunyai kekuatan seperti yang dituntut, maka
penggunaan uji-uji statistik nonparametrik akan merupakan penghamburan
data. Tingkat penghamburan atau penyia-nyian itu dinyatakan oleh kekuatan
efisiensi uji nonparametrik.
4. Belum ada satupun metode nonparametrik untuk menguji interaksi interaksi
dalam model analisis varian, kecuali kita berani membuat anggapan-
anggapan khusus tentang aditivitas (additivity).

52
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani : hypo yang artinya di bawah, thesis
artinya pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa
merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah
yang mengikuti kaidah- kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti dan terarah.
Dalam penggunaannya sehari- hari hipotesa ini sering juga disebut dengan
hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta- fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Oleh karena itu, setiap penelitian yang
dilakukan memiliki suatu hipotesis atau jawaban sementara terhadap penelitian
yang akan dilakukan. Dari hipotesis tersebut akan dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut benar adanya atau tidak benar.
3.2 Saran
Sebaiknya referensi yang digunakan dalam makalah ini lebih banyak lagi agar
makalah ini memberikan banyak informasi kepada pembaca.

53
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:Rineka Cipta.
Basrowi, dkk. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif.
Fattah. 2016. Metode  Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Psikologi. Jakarta:
RajaGrafindo.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakartam
Herlina. Ika. Lehdyane. 2012. Uji Hipotesis. Universitas Brawijaya. [Serial
Online]http://ledhyane.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/PENGUJIAN
HIPOTESIS.pdf (di akses pada tanggal 5 november 2013)
Hermawan, S. dan Amirullah. 2016. Metode Penelitian Bisnis Pendekatan
Kuantitatif Dan Kualitatif.
Islamiyati, D. 2021. Pengaruh Daya Tarik Objek Wisata Dan Ragam Kuliner
Terhadap Kunjungan Wisatawan Di Pantai Balongan Indah
Indramayu (Doctoral dissertation, Hukum Ekonomi Syariah IAIN Syekh
Nurjati Cirebon).
Jakarta: Rineka Cipta.Creswell, John W. 2016. Research Design. London: SAGE
Publication.Hanurawan,
Kusnadi, Y. 2016. Pengaruh Pendaftaran Online Terhadap Jumlah Pendaftar Di
Sekolah Dasar Negeri Jakarta. Paradigma, 18(2), 89-101.
Miles, M.B. and Huberman. 1984. Qualitative Data Analysis. London: SAGE
Publication.Yin, Robert K. 2011. Qualitative Reasearch from Start to
Finish. NY: The Guildford Press.
Mokoagow, S. W., dan Fuady, M. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. EBBANK, 6(1), 33-62.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian Indonesia: Ghalia
Nurdin, I. dan Hartati, S. 2019. Metodologi Penelitian Sosial. Media Sahabat
Cendikia. Surabaya.
Nurlatipah, N., Juanda, A., dan Maryuningsih, Y. 2015. Pengembangan media
pembelajaran komik sains yang disertai foto untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII SMPN 2 SUMBER pada pokok bahasan
ekosistem. Scientiae Educatia: Jurnal Pendidikan Sains, 4(2).
Nuryadi, Astuti, T. D., Utami, E. S., dan Budiantara. 2017. Dasar-Dasar Statistika
Penelitian. Sibuku Media. Yogyakarta.

54
Purwanto, Agus, Erwan & Sulistyastuti, Ratih, Dyah. 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.
Rukin, S. P. 2019. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yayasan Ahmar Cendekia
Indonesia.
Sari, M., Siswati, T., Suparto, A. A., Ambarsari, I. F., Azizah, N., Safitri, W., dan
Hasanah, N. 2022. Metodologi penelitian. Global Eksekutif Teknologi.
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif Dan
Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia.
Suyoto, S. dan Sodik, A. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media
Publishing. Yogyakarta.
Yesi R, R. Y. 2021. Pengaruh Pelatihan Guru Terhadap Peningkatan Kinerja
Guru Di Sma Datok Sulaiman Putri Palopo (Doctoral Dissertation, Institut
Agama Islam Negeri Palopo).

55

Anda mungkin juga menyukai