Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari jawaban dari sebuah
persoalan melalui pengumpulan data berdasarkan hasil analisa dalam proses
penelitian. Penelitian dipandang sebagai upaya menjawab pemasalahan secara
sistematik dengan metode-metode tertentu melalui pengmpulan data empiris,
mengolah, dan menarik kesimpulan atas jawaban suatu masalah.
Dalam melakukan penelitian seseorang dihadapkan pada permasalahan
dan harus mencari jalan keluarnya, dengan cara mengumpulkan data dan
informasi yang relevan. Dugaan atau perkiraan semacam ini biasanya disebut
dengan hipotesis. Hipotesis ini sangat berguna untuk mengerucutkan suatu
permasalahan, sehingga permasalahan yang akan diteliti tidak meluas.
Sesuai dengan prosedur penelitian seorang peneliti setelah mengadakan
penelaahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan
anggapan dasar, maka langkah selanjutnya yaitu merumuskan hipotesis. Namun,
penelitian tidak selalu harus menggunakan hipotesis. Penelitian yang tipe risetnya
pengujian hipotesis menggunakan hipotesis karena hipotesisnya sudah dapat
ditentukan di awal riset. Penelitian eksplanatori tidak menggunakan hipotesis
karena hipotesisnya belum dapat ditentukan di awal riset (Sangadji, 2010). Oleh
karena itu penulis akan mendeskripsikan Cara Merumuskan Hipotesis yang
diharapkan dengan penulisan tersebut dapat menjadi dasar untuk dapat
merumuskan hipotesis dengan baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

bagaimana ciri-ciri hipotesis?


apa kegunaan hipotesis?
apa jenis hipotesis?
bagaimana cara menggali dan merumuskan hipotesis?
apa kekeliruan dalam pengujian hipotesis?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
yaitu:
1

1.
2.
3.
4.
5.

untuk mengetahui ciri-ciri hipotesis,


untuk mengetahui kegunaan hipotesis,
untuk mengetahui jenis hipotesis,
untuk mengetahui cara menggali dan merumuskan hipotesis, dan
untuk mengetahui kekeliruan dalam pengujian hipotesis.

BAB II
PEMBAHASAN
Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian,
yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan
apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang
diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat
fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi.
Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang
kompleks.
Trelease (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan
sementara dari suatu fakta yang dapat diamati. Sedangkan Good dan Scates
(1954) menyatakan bahwa Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang
dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta
yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai
petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya. Hipotesis adalah
pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel
(Kerlinger, 1973).
Agar lebih mudah memahami pengertian hipotesis, ada beberapa sumber
yang menyebutkan pengertian hipotesis adalah:
1. F.M., Andrews, et al. L. (2001) dalam Sangadji (2010) menyebutkan bahwa
hipotesis adalah suatu jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
2. J.W, Buckley et al. M.H. (2006) dalam Sangadji (2010) mendefinisikan bahwa
hipotesis adalah suatu bentuk pernyataan yang sederhana mengenai harapan
peneliti akan hubungan antara variabel-variabel dalam suatu masalah untuk
diuji dalam penelitian.
3. Kerlinger (2006) dalam Sangadji (2010) mendefinisikan hipotesis adalah
pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap masalah yang diajukan dan masih memerlukan suatu
pembuktian atau pengujian.

Teori adalah kumpulan konsep, definisi, dan proposisi sistematis yang


digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta. Teori dan
hipotesis merupakan dua hal berbeda, namun berhubungan. Untuk riset yang
bersifat pengujian teori, teori digunakan untuk membangun hipotesis. Fakta
menurut J.W Buckley,. et al. (2006) dalam Sangadji (2010) adalah keadaan atau
kejadian yang dapat diamati di dunia nyata. Sebaiknya untuk riset yang akan
membangun teori, hipotesis yang sudah diuji, terbukti, dan konsisten dari waktu
ke waktu maupun dari pengujian ke pengujian akan menjadi teori yang baru.
Hubungan antara teori, fakta, dan hipotesis dapat digambarkan sebagai berikut:

Fenomena

Gambar 1 Hubungan antara teori, fakta, dan hipotesis


A. Ciri-Ciri Hipotesis
Hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri berikut.
a. Hipotesis harus menyatakan hubungan.
b. Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
c. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya
ilmu pengetahuan.
d. Hipotesis harus dapat diuji.
e. Hipotesis harus sederhana.
f. Hipotesis harus bisa menerangkan fakta.
Hipotesis harus merupakan pernyataan terkaan tentang hubunganhubungan antarvariabel. Ini berarti bahwa hipotesis mengandung dua atau lebih
variabel-variabel yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat diukur.

Hipotesis menspesifikkan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan.


Hipotesis yang tidak mempunyai ciri di atas, sama sekali bukan hipotesis dalam
pengertian metode ilmiah.
Hipotesis harus cocok dengan fakta. Artinya, hipotesis harus terang.
Kandungan konsep dan variabel harus jelas. Hipotesis harus dapat dimengerti, dan
tidak mengandung hal-hal yang metafisik. Sesuai dengan fakta, bukan berarti
hipotesis baru diterima jika hubungan yang dinyatakannya harus cocok dengan
fakta.
Hipotesis juga harus tumbuh dari dan ada hubungannya dengan ilmu
pengetahuan dan berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan. Jika
tidak, maka hipotesis bukan lagi terkaan, tetapi merupakan suatu pertanyaan yang
tidak berfungsi sama sekali.
Hipotesis harus dapat diuji, baik dengan nalar dan kekuatan memberi
alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat statistika. Alasan yang diberikan
biasanya bersifat deduktif. Sehubungan dengan ini, maka supaya dapat diuji,
hipotesis harus spesifik. Pernyataan hubungan antarvariabel yang terlalu umum
biasanya akan memperoleh banyak kesulitan pengujian kelak.
Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang sederhana dan terbatas
untuk mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian. Semakin spesifik atau
khas sebuah hipotesis dirumuskan, semakin kecil pula kemungkinan terdapat
salah pengertian dan semakin kecil pula kemungkinan memasukkan hal yang
tidak relevan ke dalam hipotesis.
Hipotesis juga harus dinyatakan dalam bentuk yang dapat menerangkan
hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian yang
dapat dikuasai. Hipotesis harus dirumuskan sesuai dengan kemampuan teknologi
serta kemampuan menguji dari si peneliti.
Menurut Sangadji (2010) hipotesis yang baik memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. dikembangkan dengan menggunakan teori yang sudah ada, penjelasan logis,
atau hasil penelitian sebelumnya. Untuk mengkonfirmasi teori, hipotesis
dikembangkan dengan teori yang ada. Arah dari hubungan variabel hipotesis
dikembangkan melalui hasil penelitan sebelumnya. Jika hipotesis merupakan

hal baru yang belum ada teorinya, penjelasan logis digunakan untuk
membangun hipotesis ini,
2. hipotesis menunjukkan maksudnya dengan jelas,
3. hipotesis dapat diuji jika tersedia alat analisis untuk mengujnya,
4. hipotesis ini lebih baik dari hipotesis kompetisinya jika dapat menjelaskan dan
memprediksi lebih baik.
B. Kegunaan Hipotesis
Hipotesis amat berguna dalam penelitian. Tanpa antisipasi terhadap alam
ataupun tanpa hipotesis, tidak akan ada progress dalam wawasan atau pengertian
ilmiah dalam mengumpulkan fakta empiris. Tanpa ide yang membimbing, maka
sulit dicari fakta-fakta yang ingin dikumpulkan dan sukar menentukan mana yang
relevan mana yang tidak (Cohen, 1956).
Hasan (2004) dalam Sangadji (2010) mengemukakan empat fungsi
hipotesis, yaitu:
1. memberikan penjelasan sementara mengenai fenomena sehingga pengetahuan
kita bertambah luas dalam salah satu bidang ilmu,
2. suatu pernyataan tentang hubungan yang langsung dapat diuji melalui
penelitian,
3. menggambarkan tujuan yang spesifik, sehingga peneliti mengetahui data yang
diperlukan untuk menguji proporsi, dan
4. kerangka kerja untuk membuat kesimpulan.
Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut.
a. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian.
b. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antarfakta, yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
c. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai
tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
d. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan
antarfakta.
Tinggi rendahnya kegunaan hipotesis sangat bergantung dari hal berikut.
a.
b.
c.
d.

Pengamatan yang tajam dari peneliti.


Imajinasi serta pemikiran kreatif dari si peneliti.
Kerangka analisis yang digunakan oleh si peneliti.
Metode serta desain penelitian yang dipilih oleh si peneliti.
Hipotesis adalah alat yang penting dan mutlak perlu dalam penelitian

ilmiah. Ada tiga alasan uama yang menopang pandangan demikian, yaitu:

1. hipotesis dapat dikatakan sebagai peranti kerja teori, hipotesis dapat diruntut
atau dijabarkan dari teori dan dari hipotesis lain,
2. hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan betul salahnya, fakta yang
terisolasi tidak diuji yang diuji hanyalah hubungan karena hipotesis adalah
proposisi relasional,
3. hipotesis adalah alat yang memiliki daya besar untuk memajukan pengetahuan
karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri (Sangadji, 2010).
C. Jenis Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan yang penting kedudukannya dalam
penelitian. Oleh karena itu, peneliti perlu mengerahkan kemampuannya untuk
merumuskan hipotesis dengan jelas. Jadi hipotesis harus memiliki persyaratan,
J.W. Buckley, (2006) dalam Sangadji (2010) mengajukan adanya persyaratan
sebagai berikut:
1. hipotesis harus singkat, tapi jelas,
2. hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau
lebih variabel,
3. hipotesis harus didukung oleh teori yang dikemukakan oleh para ahli atau
hasil penelitian yang relevan.
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. Hipotesis kerja, atau disebut hipotesis alternatif, disingkat Ha.
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y atau
adanya perbedaan antara dua kelompok.
2. Hipotesis Nol disingkat Ho.
Hipotesis nol merupakan dugaan yang menyatakan hubungan dua variabel
adalah jelas dan tidak memiliki perbedaan. Hipotesis alternatif yang
berlawanan dengan hipotesis nol menunjukkan adanya perbedaan antara dua
variabel. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua
variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap Y. Pemberian nama
hipotesis nol atau hipotesis nihil dapat dimengerti dengan mudah karena
tidak ada perbedaan antara dua variabel. dengan kata lain, selisih variabel
pertama dengan variabel kedua adalah nol atau nihil.
Hipotesis juga dapat dibedakan menjadi berikut:
1. Hipotesis deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah pernyataan tentang keberadaan variabel tunggal.
2. Hipotesis gabungan
Hipotesis gabungan merupakan pernyataan tentang hubungan dua variabel.
Hipotesis gabubgan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

a. Hipotesis Korelasi
Hipotesis korelasi merupakan hipotesis yang mengatakan dua variabel
terjadi bersamaan tanpa diketahui mana yang mempengaruhi lainnya.
b. Hipotesis penjelas atau kausal
Hipotesis penjelas atau hipotesis kausal adalah hipotesis yang menyatakan
hubungan satu variabel menyebabkan perubahan variabel yang lainnya.
Arah hubungan kausal pada hipotesis ditentukan oleh hubungan pada
pengalaman masa lalu (Sangadji, 2010).
D. Menggali Dan Merumuskan Hipotesis
Perumusan masalah dan hipotesis hendaknya tepat, dalam arti tidak terlalu
umum serta tidak terlalu khusus atau sempit. Perumusan yang terlalu umum
membuat hipotesis menjadi samar-samar dan tidak dapat diuji. Hal ini terjadi bla
hipotesis yang dirumuskan terdiri atas konstruksi dan konsep abstrak. Masalah
dan hipotesis yang dirumuskan terlalu khusus dan kehilangan arti. Ketepatan
dalam merumuskan hipotesis banyak bergantung pada pengalaman dan studi yang
kritis terhadap masalah.

Gambar 2 Proses perumusan hipotesis


Hipotesis berasal dari dua sumber yaitu; (a) pengalaman, pengamatan, dan
dugaan peneliti sendiri; serta (b) hasil penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya dan teori yang sudah terbentuk. Sumber pertama berhubungan dengan
hasil penemuan yang relevan dengan sumber-sumber acuan khusus (proses

induksi). Sumber kedua berhubungan dengan teori atau konsep tertentu yang
relevan dengan sumber acuan umum (proses deduksi). Berdasarkan dua proses
tersebut, hipotesis dapat disusun secara deduktif dan induktif.
Hipotesis induktif dilakukan melalui pengamatan terhadap tingkah laku,
memperhatikan kecenderungan atau kemungkinan hubungan, dan selanjutnya
megajukan hipotesis yang menjelaskan tingkah laku yang diamati. Pada hipotesis
ini, peneliti membuat generalisasi dari hubungan yang diamati. Prosedur kegiatan
terdiri atas pengamatan, memikirkan masalah, meninjau kepustakaan untuk
mendapatkan petunjuk, melakukan observasi tambahan, dan merumuskan
hipotesis untuk diuji.
Penelitian dan pengujian hipotesis induktif bersifat praktis, yaitu masalah
diambil dari kehidupan sehari-hari. Namun, ruang hipotesis ini terbatas.
Kemudian, hasil pengujiannya merupakan himpunan penemuan yang layak, tetapi
terpisah satu dengan lainnya sehingga ruang lingkup kekuatan penjelasannya
terbatas.
Hipotesis deduktif adalah hipotesis yang dideduksi dari teori. Hipotesis
ini dapat memperkaya teori karena pengetahuan yang dihasilkan berkaitan dengan
teori dari mana hipotesis deduksi. Penemuan yang dihasilakan menjadi kerangka
kerja untuk digabungkan ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah ada dalam
teori. pengujian empiris terhadap hipotesis deduktif dilakukan melalui
pengumpulan data. Apabila data mendukung hipotesis, penemuan digabungkan
dalam teori (Sangadji, 2010).
Dalam menggali hipotesis, si peneliti harus:
a. mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan
jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan
penelitian yang sedang dilaksanakan;
b. mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat,
objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena
yang sedang diselidiki;
c. mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan
keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang
bersangkutan.
Good dan Scates (1954) memberikan beberapa sumber untuk menggali
hipotesis, berikut ini.
a. Ilmu pengetahuan dan pengertian mendalam tentang ilmu.

10

b.
c.
d.
e.

Wawasan serta pengertian yang mendalam tentang suatu wawasan.


Imajinasi atau angan-angan.
Materi bacaan dan literatur.
Pengetahuan tentang kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang sedang

diselidiki.
f. Data yang tersedia.
g. Analogi atau kesamaan.

E. Kekeliruan Dalam Pengujian Hipotesis


Merumuskan hipotesis bukanlah hal yang mudah. Perumusan hipotesis
dilakukan secara hati-hati setelah peneliti memperoleh bahan lengkap berdasarkan
landasan teori yang kuat. Namun demikian, perumusan hipotesis tidak selamanya
benar. Benar tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan
tidaknya hipotesis. Mungkin seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isinya
benar, tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata hipotesis ditolak atau
sebaliknya. Dalam hal lain, perumusan hipotesis mungkin benar, tetapi ada
kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Apabila terjadi hal demikian, kita tidak
boleh menyalahkan hipotesisnya. Kesalahan penarikan kesimpulan barangkali
disebabkan oleh kesalahan sampel (Sangadji, 2010).
Ada tiga penyebab kesukaran dalam memformulasikan hipotesis, yaitu:
1) tidak adanya kerangka teori atau pengetahuan tentang kerangka teori yang
terang;
2) kurangnya kemampuan untuk menggunakan kerangka teori yang sudah ada,
dan
3) gagal berkenalan dengan teknik-teknik penelitian yang ada untuk dapat
merangkaikan kata-kata dalam membuat hipotesis secara benar (Sangadji,
2010).

11

BAB III
PENUTUP

12

12

DAFTAR RUJUKAN
Cohen, M. 1956. A preface To Logic. New York: Meridien House.
Good, C.V. & D.E. Scates. 1954. Methods of Research, Educational,
Psychological, Sociological. London: Appleton-Century-Crofts.
Kerlinger, F.N. 1973. Foundation of Behavioral Research. 2nd ed. New York:
Holt, Rinehart and Winsto Inc.
Sangadji, Etta Mamang & Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
ANDI.
Trelease, S.F. 1958. How to Write Scientific and Technical Papers. Baltimore: The
Williams & Wikins Co.

13

Anda mungkin juga menyukai