PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang
insinyur Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam
skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya
(Suwanto,1998). Beragam batasan dan pengertian dikemukakan oleh berbagai
lembaga untuk menjelaskan tentang bioteknologi.
Bioteknologi berasal dari kata: Bios: hidup; Teuchos: alat; Logos: ilmu;
sehingga bioteknologi dapat diartikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari
pemanfaatan makhlukn hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk
dari makhluk hidup (protein bioaktif, enzim, vitamin, asam basa organik, alkohol,
dan lain lain) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa
(Ahmad, 2014).
Menurut Bull et al. (1982), bioteknologi merupakan penerapan asas-asas
sains (ilmu pengetahuan alam) dan rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu
bahan dengan melibatkan aktivitas jasad hidup untuk menghasilkan barang
dan/atau jasa. Secara umum, bioteknologi dapat diklafikasikan menjadi dua arah
yaitu: bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern.
Perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata,
tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biologi molekuler,
mikrobiologi, biokimia, imunologi, genetika, dan biologi sel. Dengan kata lain,
bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu
yang dapat dikelompokkan dalam dua cabang ilmu, yaitu ilmu biologi, kimia, dan
ilmu teknik dalam proses produksi barang dan jasa (Ahmad, 2014).
Banyak batasan yang diberikan oleh para ahli akan tetapi komponen utama
proses bioteknologi terdiri atas tiga bagian pokok, yaitu bagian berkaitan dengan
katalis biologis (enzim) yang terbaik untuk fungsi tertentu atau proses (agen
biologis mikroba; enzim, sel tanaman, sel hewan), bagian kedua menciptakan
(dengan konstruksi dan operasi teknis) kondisi terbaik untuk proses katalis
(pendayagunaan secara teknologis dan industrial), dan bagian ketiga (pengolahan
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana Perbedaan antara Bioteknologi Konvensional dengan
Bioteknologi Moderen?
2. Bagaimana ciri-ciri dan contoh dari Bioteknologi Konvensional?
3. Bagaimana ciri-ciri dan contoh dari Bioteknologi Bioteknologi Moderen?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah belakang diatas, tujuan dari penyusunan
makalah sebagai berikut.
1. Mengetahui cara membedakan antara Bioteknologi Konvensional dengan
Bioteknologi Moderen.
2. Mengetahui ciri-ciri dan contoh dari Bioteknologi Konvensional.
3. Mengetahui ciri-ciri dan contoh dari Bioteknologi Bioteknologi
Moderen.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
satu dengan lain sehingga didapatkan massa yang kompak. Selama waktu
inkubasi, Rhizopus sp yang digunakan adalah yang terdapat pada tempe yang
sudah jadi atau pada bekas pembungkusnya. Spora kapang ini juga dapat
diawetkan pada daun waru (Hibiscustiliaceus).
Proses fermentasi pada kedelai dapat menyebabkan perubahan kimia
protein karena adanya enzim proteolitik, menyebabkan degradasi protein kedelai
menjadi asam amino. Sehingga nitrogen terlarut meningkat dari 0,5 menjadi 2,5%,
degradasi protein ini juga menyebabkan peningkatan PH. Nilai PH tempe yang
baik berkisar antara 6,3-6,5. Aktivitas protease terdeteksi setelah fermentasi 12
jam ketika pertumbuhan hifa kapang masih relatif sedikit. Hanya 5% dari
hidrolisis protein yang digunakan sebagai sumber karbon dan energi . Sisanya
terakumulasi dalam bentuk peptida dan asam amino. Asam amino mengalami
perubahan dari 1,02 menjadi 50,95 setelah fermentasi 48jam. Proses perendaman
dan pemasakan juga mempengaruhi hilangnya protein, selama perendaman
protein turun sebanyak 1,4%. Selama fermentasi protein kasar hanya sedikit yang
berubah tetapi kelarutannya meningkat menjadi kira-kira 50% (Nurcahyo, 1997).
Suhu meningkat selama fermentasi dan akan akan menurun jika
pertumbuhan jamur terhenti. PH meningkat, disebabkan oleh penurunan protein.
Fermentasi juga meningkatkan padatan terlarut, peningkatan total solid ternyata
dapat meningkatkan daya cerna tempe dibandingkan kedelai rebus. Selama
fermentasi terjadi peningkatan Ph secara bertahap 5,0-7,5 disebabkan
terbentuknya NH3 pada tahap fermentasi. Pada proses fermentasi tempe juga
terjadi perubahan kimia lemak, kapang akan menguraikan sebagian besar lemak
dalam kedelai selama fermentasi. Pembebasan asam lemak ditandai dengan
meningkatnya angka asam 50-70 kali sebelum fermentasi. Lemak dalam tempe
tidak mengandung kolesterol, lemak dalam tempe juga tahan terhadap ketengikan
karena adanya antioksidan alami yang dihasilakn oleh kapang. Adanya enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe maka protein, lemak, dan
karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna didalam tubuh dibandingkan
yang terdapat dalam kedelai.
Fermentasi pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang
disebabkan oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase. Jamur yang berperanan dalam
proses fermentasi tersebut adalah Rhizopus oligosporus. Beberapa sifat penting
6
(a) (b)
9
(c)
Gambar 2.3: Proses pembuatan keju. (a) Bakteri Lactobacili dan enzim rennin
ditambahkan untuk pasturisasi susu. Bakteri membuat rasa masam pada keju dan
rennin menggumpalkan proterin kasein susu. (b) susu berubah menjadi curd atau
dadih (bagian yang mengeras) dan whey atau air dadih (bagian yang lunak). (c) keju
yang ditekan dipindah dari tempat seperti tong atau bak dan diapungkan dalam
sebuan tangki berisi air garam.
Ragi
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka kesimpulan yang diambil adalah:
1. Bioteknologi modern adalah bioteknologi yang menggunakan teknik rekayasa
genetika, seperti DNA rekombinan. Sedangkan bioteknologi konvensional
adalah bioteknologi yang menggunakan mikroorganisme sebagai alat untuk
menghasilkan produk dan jasa, misalnya jamur dan bakteri yang
menghasilkan enzim-enzim tertentu untuk melakukan metabolisme sehingga
diperoleh produk yang diinginkan.
2. Ciri-ciri bioteknologi konvensional yaitu: 1) Memakai makhluk hidup secara
langsung, 2) Tanpa didasari prinsip ilmiah, 3) Berdasarkan keterampilan yg
diwariskan turun-temurun, 4) Dapat diproduksi secara masal. Contoh
bioteknologi konvensional yaitu dalam pembuatan tempe, tape singkong,
yoghurt, keju, dan nata de coco.
3. Ciri-ciri bioteknologi modern yaitu: 1) Memakai makhluk hidup dan
komponennya secara langsung, 2) Menggunakan prinsip-prinsip ilmiah, 3)
Hasil pengkajian berbagi disiplin ilmu yang mendalam, 4) Tidak dapat
diproduksi secara masal.
B. Saran
Sebaiknya dalam membuat makalah ini tidak terburu-buru dan lebih
banyak mencari sumber atau kajian teori yang lebih banyak lagi. Lebih baik lagi
apabila diberi batasan untuk isi makalah yang akan digunakan
14
15
DAFTAR RUJUKAN