Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bioteknologi saat ini bukan hanya terbatas pada suatu kata saja, tetapi telah
menjadi salah satu simbol perkembangan mutakhir dari ilmu pengetahuan dan
teknologi. Penerimaan terhadap bioteknologi juga bersifat mendunia. Tidak
diragukan lagi bahwa negara-negara di dunia telah menyandilfkan banyak harapan
dari bioteknologi. Perkembangan yang pesat dapat dilihat dari tumbuhnya berbagai
perusahaan kecil sampai raksasa yang berdasarkan bioteknologi sejalan dengan
pembentukan komite-komite bioteknologi dalam berbagai sistem pemerintahan.
Selain itu juga dapat diamati penyebaran dan pengenalan mata kuliah bioteknologi di
berbagai universitas.
Pemerintah dari negara-negara maju maupun yang sedang berkembang telah
mengalokasikan sejumlah dana untuk mempercepat perkembangan bioteknologi di
negaranya, meskipun ada perbedaan dalam hal jumlah dana dan efisiensi
pemakaiannya. Pada umumnya mereka mengharapkan agar kesejahteraan masyarakat
dapat dipercepat dan ditingkatkan dengan bantuan bioteknologi. Banyak aspek
bioteknologi yang telah membuahkan hasil berupa produk yang mempunyai nilai
komersial tinggi.
Dalam bidang kedokteran, bioteknologi akan membawa cara-cara bam untuk
diagnosis, pengobatan, dan pencegahan penyakit. Dalam bidang pertanian, setiap
aspeknya mulai dari penempatan benih di dalam tanah sampai makanan siap di meja
makan akan terpengaruh oleh teknologi ini. Selain itu, bioteknologi juga menjadi
sandaran untuk penyelamat lingkungan karena menawarkan berbagai alternatif untuk
membersihkan Iingkungan dari pencemaran yang sulit dibersihkan dengan cara-cara
lain.
Meskipun banyak dari kita yakin bahwa bioteknologi itu penting, tetapi
kebanyakan dari kita tidak mengetahui dengan tepat apa yang dimaksud dengan
bioteknologi. Hal yang membingungkan terse but dapat dimengerti kar-ena istilah

1
bioteknologi sering kali didefinisikan berbeda oleh orang yang berbeda. Apakah
bioteknologi itu sebenarnya? Dalam makalah ini akan membahas tentang sejarah
perkembangan dan peranan bioteknologi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang dihadapi
yaitu :
1. Bagaimana perkembangan bioteknologi dari jaman dulu hingga sekarang ?
2. Bagaimana peranan bioteknologi bagi kehidupan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan bioteknologi dari jaman dulu
hingga sekarang.
2. Untuk mengetahui bagaimana peranan bioteknologi bagi kehidupan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan Bioteknologi

Istilah bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur
Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar
dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya (Suwanto,1998). Beragam
batasan dan pengertian dikemukakan oleh berbagai lembaga untuk menjelaskan
tentang bioteknologi. Bioteknologi berasal dari kata Bios (hidup), Teuchos (alat),
Logos (ilmu), sehingga bioteknologi dapat diartikan sebagai cabang ilmu yang
mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun
produk dari makhluk hidup (protein bioaktif, enzim, vitamin, asam basa organik,
alkohol, dan lain lain) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Menurut Smith, JE. (2009), bioteknologi memiliki beberapa defenisi sebagai berikut :
1. Sebuah kata benda yang mewakili aplikasi biologi, sistem organisme atau
proses untuk industri manufaktur dan jasa.
2. Penggabungan ilmu biokimia, mikrobiologi dan rekayasa terpadu dalam
rangka meningkatkan aplikasi teknologi (industri) dari mikroorganisme,
kultur jaringan sel-sel dan bagian-bagiannya.
3. Sebuah teknologi menggunakan fenomena biologis untuk menyalin dan
membuat berbagai jenis zat atau senyawa yang berguna.
4. Penerapan prinsip-prinsip ilmiah dan rekayasa untuk pengolahan bahan oleh
agen biologi untuk menyediakan barang dan jasa.
5. Ilmu tentang proses produksi berdasarkan aktifitas mikroorganisme dan
komponen aktifnya dan proses produksi yang melibatkan penggunaan sel dan
jaringan dari organisme yang lebih tinggi.
6. Tidak lebih dari nama yang diberikan untuk sebuah set teknik dan proses-
prosesnya.

3
7. Penggunaan organisme hidup dan komponen-komponennya dalam bidang
pertanian, pangan, dan proses industri lainnya.
8. Penguaraian dan penggunaan pengetahuan biologi dan kimia.
9. Aplikasi pengetahuan dan pemahaman kita tentang biologi untuk memenuhi
kebutuhan praktis.
Menurut EFB (European Federation of Biotechnology), bioteknologi sebagai
perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan untuk
meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau
analog molekuler untuk menghasilkan barang dan jasa. Definisi EFB ini berlaku
untuk kedua bioteknologi 'tradisional atau tua' dan bioteknologi 'baru atau modern'.
Bioteknologi tradisional mengacu pada teknik konvensional yang telah digunakan
selama berabad-abad untuk menghasilkan bir, anggur, keju dan makanan lainnya
sejak zaman Yunani dan Mesir kuno, sedangkan bioteknologi 'baru atau modern'
mencakup semua metode modifikasi genetik oleh DNA rekombinan dan teknik fusi
sel dengan perkembangan proses bioteknologi modern dari bioteknologi 'tradisional'.
Menurut But et al, (1982) bioteknologi merupakan penerapan asas-asas sains (ilmu
pengetahuan alam) dan rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu bahan dengan
melibatkan aktivitas jasad hidup untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.
Sedangkan Primrose (1987), bioteknologi merupakan eksploitasi komersial
organisme hidup atau komponennya seperti: sel, enzim dan senyawa organik lainnya.
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) (1982),
mendefinisikan bahwa bioteknologi merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan dan kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan
bantuan agen biologis untuk menghasilkan bahan dan jasa yang mendukung
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan definisi dan pengertian di atas, maka
bioteknologi secara holistik adalah suatu proses yang unsur-unsurnya sebagai berikut:
1. Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti; beras, anggur,
susu, dan sebagainya.

4
2. Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses penguraian atau
penyusunan oleh agen hayati.
3. Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti; alkohol, enzim,
antibiotika, hormon, dan pengolahan limbah (Nurcahyo, 2011).
Banyak batasan yang diberikan oleh para ahli akan tetapi komponen utama proses
bioteknologi terdiri atas tiga bagian pokok, yaitu bagian berkaitan dengan katalis
biologis (enzim) yang terbaik untuk fungsi tertentu atau proses (agen biologis
mikroba; enzim, sel tanaman, sel hewan), bagian kedua menciptakan (dengan
konstruksi dan operasi teknis) kondisi terbaik untuk proses katalis (pendayagunaan
secara teknologis dan industrial), dan bagian ketiga (pengolahan downstream)
berkaitan dengan pemisahan dan pemurnian produk esensial atau produk dari proses
fermentasi (produk dan jasa yang diperoleh).
Dahulu bioteknologi dianalogikan dengan industri mikrobiologi (industri yang
berbasis pada peran agen-agen mikroba). Tetapi perkembangan selanjutnya, tanaman
dan hewan juga dieksploitasi secara komersial seperti; hortikultura dan agrikultura.
Dengan demikian, “payung” bioteknologi sangatlah luas mencakup semua teknik
untuk menghasilkan barang dan jasa dengan memanfaatkan sistem biologi atau sel
hidup.
Produk-produk bioteknologi sangat erat dengan perkembangan bioteknologi pada
zamannya. Adapun era bioteknologi dapat dibagi atas (Suharto, 1995) :
1. Era Pra Pasteur (sebelum 1865), perbaikan teknik fermentasi oleh
mikroorganisme misalnya minuman beralkohol.
2. Era Pasteur (1865-1940), pengembangan industri fermentasi pembuatan
etanol, butanol dan asam organik, perlakuan air buangan.
3. Era Antibiotika (1940-1960), pembuatan penisilin yang mulai digunakan pada
saat pendaratan tentara Amerika di Normandy selama perang dunia kedua,
vaksin virus, teknologi kultur sel hewan.

5
4. Era Pasca Antibiotika (1960-1975), asam-asam amino, eluidasi struktur DNA,
protein sel tunggal, enzim untuk deterjen, gasohol, biogas, dan teknologi
rekombinan DNA.
5. Era Bioteknologi Modern (1975 - sampai saat ini), rekayasa genetika, zat
antibodi monoklonal, hormon insulin, dan hormon pertumbuhan ikan tuna,
dan lain-lain.
Kemajuan dan perkembangan bioteknologi tidak dapat terlepas dari kemajuan dan
dukungan ilmu-ilmu dasar seperti: mikrobiologi, biokimia, biologi molekuler, dan
genetika. Bioteknologi modern lahir pada awal tahun 70-an diawali dengan inovasi
para ilmuwan Amerika Serikat (AS) mengembangkan teknologi DNA rekombinan.
Berkat penemuan ini lahirlah perusahaan bioteknologi pertama di dunia, yaitu
Genentech di AS yang berhasil memproduksi protein hormon insulin recombinant
yang dibutuhkan penderita diabetes, dalam sel bakteri E.coli. Selama ini insulin
hanya bisa didapatkan dalam jumlah sangat terbatas dari organ pankreas sapi atau
babi (Witarto, 2003). Perkembangan bioteknologi modern tidak lepas dari
perkembangan bioteknologi molekuler yang didorong oleh pengetahuan tentang
biologi sel dan molekular. Bioteknologi molekular ditujukan untuk memanipulasi
suatu organisme pada taraf selular dan molekular (rekayasa genetika dan biologi
molekular). Tahapan perkembangan bioteknologi yang dimulai dari bioteknologi
konvensional sampai bioteknologi modern dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sejarah Perkembangan Bioteknologi
No Tahun Kejadian/Penemuan
1 1917 Karl Ereky memperkenalkan istilah bioteknologi
2 1943 Produksi penisilin dalam skala industri
Avery, Mac Leod dan McMarty menemukan DNA sebagai materi
3 1944
genetika
4 1953 Watson dan Crick menemukan struktur ganda heliks DNA
5 1961 Jurnal bioteknologi dan bioengineering pertama diterbitkan
6 1966 Kode genetika berhasil diuraikan
7 1970 Enzim restriksi endonuklease berhasil diisolasi
8 1972 Khorona dkk. mensintesis gen tRNA
9 1973 Boyer dan Cohen memantapkan teknologi DNA rekombinan

6
10 1975 Kohler dan Milstein memproduksi antibodi monoklonal
11 1976 Buku petunjuk DNA rekombinan diluncurkan pertama kali
Perusahaan Genetech memproduksi insulin manusia dalam bakteri
12 1978
E. coli
Mahkamah Agung AS memutuskan mikroba transgenik dapat
13 1980
dipatenkan
14 1981 Mesin sintesis DNA otomatis pertama kali dijual secara komersial
Antibodi monoklonal berbasis kit diagnostik digunakan pertama
15 1981
kali di AS
16 1982 Vaksin dari hewan transgenik diproduksi pertama kali
17 1982 Hormon insulin rekombinan mulai dijual secara komersial
18 1983 Mesin plasmid Ti digunakan untuk transformasi gen tanaman
Metode PCR untuk amplifikasi DNA secara in vitro diperkenalkan
19 1983
oleh Mullis
20 1990 Proyek pemetaan genom manusia mulai dilakukan
Kloning sel inti pada mamalia dengan menggunakan sel epitel
21 1997
domba
22 2002 Padi transgenik yang mengandung β-karoten mulai diproduksi
23 2003 Proyek pemetaan genom manusia telah rampung
Sumber : Modifikasi dari Glick dan Pasternak (2003).
Bioteknologi memiliki beberapa jenis atau cabang ilmu seperti diantaranya
diasosiasikan dengan beberapa jenis warna, yaitu :
1. Bioteknologi merah (red biotechnology) adalah cabang ilmu bioteknologi
yang mempelajari aplikasi bioteknologi di bidang medis. Cakupannya
meliputi seluruh spektrum pengobatan manusia, mulai dari tahap preventif,
diagnosis, dan pengobatan. Contoh penerapannya adalah pemanfaatan
organisme untuk menghasilkan obat dan vaksin, penggunaan sel induk untuk
pengobatan regeneratif, serta terapi gen untuk mengobati penyakit genetik
dengan cara menyisipkan atau menggantikan gen abnomal dengan gen yang
normal.
2. Bioteknologi putih/abu-abu (white/gray biotechnology) adalah bioteknologi
yang diaplikasikan dalam industri seperti pengembangan dan produksi
senyawa baru serta pembuatan sumber energi terbarukan. Dengan
memanipulasi mikroorganisme seperti bakteri dan khamir/ragi, enzim-enzim

7
juga organisme-organisme yang lebih baik telah tercipta untuk memudahkan
proses produksi dan pengolahan limbah industri. Pelindian (bleaching)
minyak dan mineral dari tanah untuk meningkatkan efisiensi pertambangan,
dan pembuatan bir dengan khamir.
3. Bioteknologi hijau (green biotechnology) mempelajari aplikasi bioteknologi
di bidang pertanian dan peternakan. Di bidang pertanian, bioteknologi telah
berperan dalam menghasilkan tanaman tahan hama, bahan pangan dengan
kandungan gizi lebih tinggi dan tanaman yang menghasilkan obat atau
senyawa yang bermanfaat. Sementara itu, di bidang peternakan, binatang-
binatang telah digunakan sebagai "bioreaktor" untuk menghasilkan produk
penting contohnya kambing, sapi, domba, dan ayam telah digunakan sebagai
penghasil antibodi-protein protektif yang membantu sel tubuh mengenali dan
melawan senyawa asing (antigen).
4. Bioteknologi biru (blue biotechnology) disebut juga bioteknologi
akuatik/perairan yang mengendalikan proses-proses yang terjadi di
lingkungan akuatik. Salah satu contoh yang paling tua adalah akuakultura,
menumbuhkan ikan bersirip atau kerangkerangan dalam kondisi terkontrol
sebagai sumber makanan, (diperkirakan 30% ikan yang dikonsumsi di seluruh
dunia dihasilkan oleh akuakultura). Perkembangan bioteknologi akuatik
termasuk rekayasa genetika untuk menghasilkan tiram tahan penyakit dan
vaksin untuk melawan virus yang menyerang salmon dan ikan lainnya.
Contoh yang lain adalah salmon transgenik yang memiliki hormon
pertumbuhan secara berlebihan sehingga menghasilkan tingkat pertumbuhan
sangat tinggi dalam waktu yang singkat.

8
2.2 Peranan Bioteknologi Bagi Kehidupan
1. Bioteknologi dalam Mengatasi Kelangkaan BBM
Fenomena krisis energi saat ini marak diperbincangkan di masyarakat. Bagaimana
tidak, jika semua sumber energi yang menjadi bahan utama seluruh aktivitas produksi
itu sudah mengalami kelangkaan, apakah bisa manusia modern yang sudah terlanjur
dimanjakan dengan adanya kemudahan ini dapat bertahan hidup? Hal ini patut kita
renungkan, mengingat besarnya peranan sumber energy dalam kehidupan manusia.
Bahan bakar minyak (BBM) merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbaharui lagi. Dewasa ini saja, hampir sebagian wilayah Indonesia mengalami
kelangkaan BBM dan minyak tanah sehingga harganya turun naik. Padahal kedua
energi tersebut sangat vital bagi kehidupan manusia modern. Sedangkan hal itu tidak
pernah diimbangi oleh jumlah kendaraan yang beroperasi setiap hari. Belum lagi
susahnya masyarakat mendapatkan minyak tanah yang merupakan sumber energi
untuk memasak. Masyarakat rela antri berjam-jam hanya untuk mendapatkan satu
jirigen minyak tanah demi memenuhi kebutuhan dapur mereka.
Jika bicara alternatif pengganti BBM, solusinya bisa dari proses Bioteknologi,
dan disinilah Bioteknologi akan berperan. Salah satu aplikasi dari Bioteknologi ialah
bioenergi. Terdapat dua bentuk bioenergi, yaitu ada yang tradisional dan ada yang
modern. Bioenergi yang sifatnya tradisional berupa kayu bakar yang masih sering
kita temui sedangkan untuk yang lebih modern diantaranya bioetanol, biogas, dan
biodiesel. Semuanya ini diharapkan dapat menghasilkan suatu energi alternatif yang
bersifat ramah lingkungan, dapat diperbaharui, serta mampu mengeliminasi emisi gas
buang dan efek rumah kaca . Indonesia memiliki banyak sumber daya alam hayati
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi dan juga didukung oleh
ketersediaan lahan yang mencukupi untuk membudidayakan tanaman penghasil
bioenergi. Maka sudah saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap bahan
bakar fosil dengan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan.
Pengembangan bioenergi sebagai sumber energi alternatif di Indonesia dinilai sangat
prospektif untuk dikembangkan. Hal ini selain karena harga minyak bumi dunia yang

9
sering melonjak naik, tetapi juga karena terbatasnya produksi minyak bumi atau
kondisi perenergian Indonesia saat ini sehingga pengembangan bioenergi menjadi
semakin mendesak untuk segera dilaksanakan dalam rangka usaha untuk menjaga
sustainability atau kesinambungan energi Indonesia pada masa yang akan datang.
2. Bioteknologi, Bagi Dunia Kesehatan
Infeksi yang menyebar ke seluruh dunia bagaikan bom yang sedang meledak.
Ketika kerusakan sosial dan lingkungan membuat sistem sanitasi yang memburuk,
ketika kesenjangan ekonomi membuat satu ‘pihak’ mengalami asupan gizi yang
kurang dan satu ‘pihak’ mengalami asupan gizi yang berlebihan serta ketika
pendidikan yang mahal mendidik masyarakat menjadi kurang sadar akan pola
hidupnya yang sehat. Semua ini memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan
manusia, kurangnya kekebalan seseorang ketika bersentuhan dengan pembawa
penyakit dan bahkan tidak menutup kemungkinan munculnya penyakitpenyakit baru
yang sering terjadi ini mungkin diakibatkan oleh beberapa penyebab tadi. Infeksi
yang telah lama pergi dari suatu populasi dapat segera menyebar kembali. Hal inilah
penting adanya suatu zat yang dapat membantu menguatkan sistem kekebalan untuk
menghancurkan penyakit tertentu yang disebabkan agen atau patogen, sebelum
patogen tersebut membuat penggandaan yang dapat menimbulkan gejala suatu
penyakit.
Seiring dengan waktu berjalan dan semakin pelik permasalahan ternyata teknologi
pun semakin berkembang dan akan terus berkembang dalam memuaskan dan
membuat kenyamanan bagi manusia. Hal ini senada dengan semakin banyaknya
penyakit-penyakit asing yang sulit terdeteksi penyebabnya namun diimbangi dengan
kecepatan kemajuan ilmu di bidang Bioteknologi. Revolusi di bidang Bioteknologi
memang sudah maju selangkah lagi. Banyak peran Bioteknologi pada umumnya dan
pengembangan baru teknik rekayasa genetik yang diterapkan di bidang kesehatan dan
produksi obat-obatan untuk kesehatan masyarakat. Aplikasi Bioteknologi di bidang
medis mengalami kemajuan yang mengagumkan dan berkembang dengan kecepatan
yang mengagumkan pula. Berbagai aspek Bioteknologi telah dijadikan landasan

10
untuk memerangi penyakit, terutama dalam usaha menemukan jenisjenis mikroba
baru yang ada di alam atau diciptakan melalui rekayasa genetik, yang dapat
digunakan untuk memproduksi berbagai obat, hormon, enzim, dan pembuatan vaksin.
Beberapa tahun yang lalu, banyak teknik yang dilakukan sekarang ini hanya
merupakan angan-angan ilmiah, dan banyak lagi yang akan menjadi kenyataan hanya
dalam waktu beberapa tahun mendatang.
Sekarang telah diketahui bahwa banyak penyakit umum yang disebabkan oleh
bakteri, virus, dan cendawan, serta penyakit yang dapat menular dari seorang ke
orang lain dengan cara langsung maupun tidak langsung. Dengan datangnya
Bioteknologi, hubungan manusia dengan mikroba memasuki fase baru, beberapa
mikroba telah dimanfaatkan secara positif dalam dunia pengobatan, terutama dalam
produksi antibiotika.
Jadi, banyak permasalahan-permasalahan yang sebenarnya telah terjadi sebelum
lahirnya Bioteknologi secara pasti. Dengan teknologi ini rasanya tidak berlebihan jika
ada harapan pengobatan yang lebih efektif akan bisa diwujudkan. Sepertihalnya
vaksin, berkat vaksin penyakit cacar kini telah menjadi sejarah. Vaksin-vaksin yang
telah ditemukan dan sedang dilakukan saat ini berguna untuk melindungi manusia
terhadap penyakitpenyakit yang disebabkan oleh virus seperti polio, hepatitis,
influenza, dan sebagainya (Roberts et al. 1995). Kelak, orang tua tak perlu lagi repot
membujuk anak untuk diimunisasi. Mereka juga tak harus antri dan membayar mahal
dokter. Vaksinasi bisa dilakukan semudah kita memberi makanan kegemaran anak.
Dalam mendeteksi kehadiran organisme asing dalam suatu vaksin, sistem kekebalan
bersikap seolaholah tubuh berada dalam serangan lawan yang sangat potensial. Hal
itu menyebabkan virus menekan dan menghancurkan penyusup yang ditargetkan pada
antigen tertentu (protein yang dikenal sebagai makhluk asing). Beberapa vaksin
menyediakan penjagaan seumur hidup, seperti kolera dan tetanus, sementara yang
lain harus secara periodik dimasukkan ke
dalam tubuh.

11
Para ahli biologi tanaman telah mencari cara untuk memperkenalkan gen tertentu
yang menghasilkan tanaman transgenik untuk membangun protein. Jadi, tanaman
dapat secara genetik dibuat untuk menghasilkan vaksin dalam bentuk yang dapat
dimakan, yang kemudian dapat dimakan ketika dibutuhkan. Dari sinilah gagasan
pembuatan vaksin edibel dimulai. Secara teori vaksin edibel akan mengaktifkan baik
mukosal maupun sistem kekebalan. Dua efek tersebut akan membantu menjaga dan
melawan mikroorganisme berbahaya, termasuk yang dapat menyebabkan diare.
Sarana baru, seperti antibodi monoklonal dapat membantu diagnosis dan terapi
sedangkan fusi sel dapat menyediakan antibiotika baru yang berkemampuan tinggi.
Penemuan metode yang lebih baik terhadap pemasangan organ untuk transplantasi
dapat memberikan harapan hidup penderita akibat tidak berfungsinya organ atau
karena kehilangan organ tubuhnya. Dan sekarang ada pula teknik memperbaiki
kimiawi tubuh untuk mengobati penyakit keturunan seperti hemofilia, diabetes
mellitus, penyakit sistem pernafasan cystic fibrosis, dan sebagainya. Pengobatan
medis untuk penyakit-penyakit yang berhubungan dengan keturunan, yang
sebelumnya tak mungkin disembuhkan seperti diabetes, kanker, dan sebagainya bakal
akan ada rujukan ke arah penyembuhannya.
Setiap kelainan genetik yang disebabkan alel tunggal yang rusak, secara teoritis
mungkin untuk diganti dengan alel yang masih berfungsi normal menggunakan
teknik DNA rekombinan. Alel baru tersebut disisipkan ke dalam sel somatik jaringan
yang dipengaruhi kelainan dalam diri pasien atau bahkan mungkin juga ke dalam sel
germinal atau sel embrionik.
Sel yang menerima alel normal harus senantiasa memperbanyak diri di sepanjang
hidup si pasien agar terapi gen sel somatik bersifat permanen, sehingga alel
pencangkokan akan bereplikasi dan terus diekspresikan. Dari percobaan terapi gen
yang sedang dilakukan pada manusia, terapi yang paling menjanjikan adalah terapi
yang melibatkan sel sumsum tulang. Sel sumsum tulang, termasuk stem cell yang
menghasilkan semua sel darah dan sistem imun, merupakan kandidat utama sel yang
menerima alel normal.

12
Contoh-contoh tadi hanyalah sebagian kecil dari perkembangan Bioteknologi dan
aplikasinya di bidang kesehatan. Namun kalau kita telaah lebih jauh lagi dari penyakit
yang muncul dan peranan Bioteknologi dalam mengatasinya, di sini sebetulnya masih
banyak yang belum terungkapkan dan mungkin akan terus meningkat atau
berkembang seiring dengan berkembangnya jaman dan munculnya penyakit-penyakit
baru yang belum terdeteksi.
Dari sini dapat terlihat bahwa Bioteknologi banyak memberikan sumbangan yang
berarti bagi dunia kesehatan dalam mencegah, melakukan diagnosis, dan mengobati
tiga jenis penyakit yaitu penyakit yang disebabkan oleh serangan virus, serangan
bakteri dan mikroorganisme lainnya terhadap tubuh; penyakit yang diakibatkan oleh
ketidakseimbangan dalam kimiawi alamiah tubuh; dan penyakit baru yang belum
diketahui penyebabnya, termasuk 3 penyakit pembunuh utama seperti penyakit
jantung dan pembuluh darah, kanker serta penyakit diabetes.
Banyak tanda-tanda yang menggembirakan sekarang telah bermunculan.
Interferon nampaknya bermanfaat bagi pasien kanker kulit, tulang, payudara, dan
darah dengan adanya deretan publikasi ilmiah yang mengemukakan tentang hasil
pengujian beberapa jenis interferon pada pasien berbagai jenis kanker. Hanya apabila
informasi yang terinci ini telah terkumpul, kita akan mungkin menyatakan peranan
apakah yang dimainkan oleh interferon di dalam pengobatan kanker di masa depan.
Sekarang ini dugaan terbalik adalah memang interferon memainkan peranan tertentu,
bukan sebagai obat ajaib, tetapi sebagai peralatan tambahan dalam deretan obat-
obatan klinis. Banyaknya kejadian berbagai penyakit kanker di jaman modern seperti
saat ini, dapat diatasi dengan cara Bioteknologi salah satunya dengan teknologi
kloning, karena teknologi kloning memungkinkan para ilmuwan medis untuk
menghidupkan dan mematikan sel-sel (Zamroni 2007).
Lain halnya dengan Siklosporin A. Siklosporin A baru tersedia selama kira-kira
tujuh tahun atau lebih, namun cukup mengagumkan betapa banyaknya manfaat yang
telah ditemukan, diantaranya dengan memperbaiki ‚sel T’ pada sistem kekebalan dan
tidak hanya pada transplantasi organ. Terdapat banyak penyakit yang disebabkan oleh

13
serangan sistem kekebalan tubuh sendiri seperti salah satunya penyakit uveitis, suatu
radang mata yang dapat mengakibatkan kebutaan, telah berhasil diobati dengan
siklosporin. Obat ini juga telah memperlihatkan cukup banyak harapan dalam
membunuh skistosomiasis dan parasit malaria (Prentio 1984). Siklosporin A jelas
merupakan satu diantara persembahan Bioteknologi yang terbesar.
Dari beberapa kemajuan yang terjadi dalam beberapa aspek ini memberikan
harapan bahwa pada dasawarsa mendatang kita akan melihat perbaikan nyata dalam
kemampuan kita untuk memerangi penyakitpenyakit tersebut, yang sekarang
membunuh lebih dari setengah populasi di negara-negara berkembang sehingga tidak
perlu diragukan lagi, bahwa kemajuan di bidang teknologi dapat meningkatkan upaya
pemeliharaan kesehatan masyarakat. Karena, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi penyakit dapat diketahui secara dini dan tepat. Pengobatan yang lebih
spesifik dapat dilakukan dan produksi bahan obat pun dapat dilakukan dengan lebih
efisien sehingga bahan-bahan obat yang semula sukar diproduksi dapat kemudian
dengan mudah diproduksi.
3. Manfaat Bioteknologi Pangan
Para pendukung makanan rekayasa genetik melihat peningkatan ketersediaan pangan
sepanjang tahun, peningkatan kualitas gizi dan perpanjangan umur makanan dipilih
sebagai alasan mengapa mereka mendukung ilmu baru yang akan menguntungkan
konsumen, petani dan lingkungan. Selain itu, mereka percaya bahwa hal ini akan
mengarah pada peningkatan secara umum dalam pertanian dan pangan, dan juga
memberikan kesehatan, harga murah, lebih stabil, bernutrisi, rasa lebih enak dan
aman dikonsumsi. Aplikasi masa depan ilmu ini akan meningkatkan resistensi
tanaman terhadap hama, serangga, herbisida, cuaca dan tekanan lingkungan. Banyak
tanaman rekayasa genetik dan hewan tumbuh dan berkembang biak lebih cepat.
Karena para ilmuwan mampu memperkenalkan sifat genetik dalam organisme dengan
ketepatan yang lebih baik sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan sangat kecil
(Schardt, 1994).

14
Tanaman yang memiliki sifat baru dengan beberapa manfaat tertentu akan
diproduksi secara genetik. Pendukung makanan rekayasa genetik percaya bahwa
potensi risiko teknologi reakayasa genetik makanan adalah hipotesa saja, meskipun
juga terlalu dini untuk menyatakan jika teknologi rekayasa genetik bermanfaat di
semua jenis tanaman. Potensi manfaat makanan rekayasa genetik antara lain : (1)
Peningkatan ketersediaan pangan (Rudnitsky, 1996; Schardt, 1994), (2) Peningkatan
umur simpan dan kualitas organoleptik makanan (BIO, 1998; Thayer, 1994), (3)
Peningkatan kualitas gizi dan manfaat kesehatan (BIO, 1998; Clinton, 1998), (4)
Peningkatan kualitas protein (BIO, 1998), (5) Peningkatan kandungan karbohidrat
makanan (BIO, 1998; Liu, 1999), (6) Peningkatan kuantitas dan kualitas daging dan
susu (Wilmut et l., 1997), (7) Peningkatan yield tanaman pertanian (BIO, 1998;
Wood, 1995), (8) Pembuatan vaksin dan obat-obatan yang edible atau dapat dimakan
(Lesney, 1999; Sloan, 1999), (9) Ketahanan biologis terhadap penyakit, hama, gulma,
herbisida dan virus (Losey et al., 1999; Wilkinson, 1997; Wood, 1995), (10)
Bioremidiasi (Gray, 1998), (11) Efek positif pada produk pertanian/makanan (Thayer,
1999), (12) Perlindungan lingkungan (BIO, 1998), (13) Tanaman rekayasa genetik
berfungsi sebagai biofactories dan sumber dari bahan baku industri (Sloan 1999), (14)
Terciptanya lapangan kerja (Alliance For Better Foods, 1999; Thayer, 1999).
Potensi Risiko Bioteknologi Pangan Kritikus dari rekayasa genetik makanan
tidak hanya menyoroti keamanan, efek alergi, karsinogenitas, dan kualitas gizi
makanan berubah, tetapi juga masalah lingkungan. Mereka mengkhawatirkan
terjadinya kesalahan dari teknik transfer gen ini. Menurut Phillips (1994), materi
genetik yang baru terkadang tidak berhasil dipindahkan ke sel target, atau mungkin
dipindahkan ke tempat yang salah pada rantai DNA dari organisme sasaran, atau gen
baru kemungkinan secara tidak sengaja mengaktifkan gen didekatnya yang biasanya
tidak aktif, atau mungkin mengubah atau menghambat fungsi gen yang lain dan
menyebabkan mutasi yang tidak terduga sehingga membuat tanaman yang dihasilkan
beracun, tidak subur dan tidak layak. Berikut ini beberapa potensi risiko atau
permasalahan yang mungkin terjadi : (1) Perubahan kualitas gizi makanan (Phillips,

15
1994), (2) Resistensi antibiotik (Philpis, 1994), (3) Potensi racun dari makanan
rekayasa genetik (Phillips, 1994); (4) Potensi alergi dari makanan rekayasa genetik
(Coleman, 1996), (5) Transfer gen yang tidak disengaja pada tanaman liar (Phillips,
1994), (6) Kemungkinan pembentukan virus dan racun baru (Phillips, 1994), (7)
Keterbatasan akses terhadap benih dengan adanya paten dari tanaman hasil rekayasa
genetik (Koch, 1998), (8) Ancaman terhadap keragaman genetik tanaman (Koch,
1998; Phillips, 1994), (9) Kekhawatiran agama/budaya/etika (Crist, 1996; Robinson,
1997), (10) Kekhawatiran karena tidak ada pelabelan pada makanan rekayasa genetik
(Hoef et al., 1998).

2.3 Ilmu dan Teknologi Pendukung Bioteknologi


Para ahli menerjemahkan fenomena-fenomena alam dengan berbagai metode
ilmiah dan dirangkum menjadi suatu ilmu. Ilmu selanjutnya dikembangkan dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan bentuk teknologi. Beberapa ilmu
dan teknologi yang mendukung bioteknologi adalah sebagai berikut :
1. Mikrobiologi Mikrobiologi merupakan cabang biologi yang mempelajari
tentang mikroba atau jasad renik. Pengetahuan tentang sifat-sifat dan struktur
mikroba mendukung kemajuan bioteknologi. Misalnya, mikroba berupa
bakteri dapat tumbuh pada kisaran suhu tertentu. Pengetahuan mengenai
bakteri ini dapat digunakan untuk membuat yoghurt, yang menggunakan
bakteri Lactobacillus bulgaricus, pada kisaran suhu tertentu.
2. Biologi Sel Biologi sel merupakan cabang biologi yang mempelajari tentang
sifatsifat dan struktur sel. Pengetahuan mengenai sifat protoplasma suatu sel
yang dapat berfusi atau bergabung dengan protoplasma sel lain pada spesies
yang sama maupun berbeda, bermanfaat bagi aplikasi fusi sel untuk
meningkatkan keragaman hayati. Fusi sel tersebut dapat dilakukan pada sel
tanaman kedelai dengan jagung, serta sel tanaman kedelai dengan kacang
kapri. Contoh lainnya, pengetahuan mengenai sifat totipotensi pada sel-sel
tanaman bermanfaat untuk kultur jaringan. Totipotensi merupakan

16
kemampuan sel-sel tanaman untuk berdiferensiasi dan tumbuh menjadi
berbagai organ dan membentuk tanaman yang baru.
3. Genetika Genetika merupakan cabang biologi yang mempelajari pewarisan
sifatsifat genetik makhluk hidup dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Pemahaman mengenai bentuk dan karakteristik materi pewaris sifat, yaitu
DNA (gen) akan membantu percepatan kemajuan bioteknologi. Tanaman
transgenik tomat yang tahan disimpan lama, insulin manusia yang disintesis
dari bakteri Escherichia coli dan lainnya merupakan penerapan ilmu genetika
dalam bioteknologi.
4. Biokimia Biokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari makhluk
hidup dari aspek kimianya. Biokimia menganggap hidup adalah kimia, gejala
hidup adalah gejala kimia dan proses-proses hidup diselenggarakan atas dasar
reaksi dan peristiwa kimia. Dengan biokimia maka ahli bioteknologi
memperlakukan makhluk hidup sebagai bahan kimia yang dapat dipadukan
dan direkayasa.
5. Imunologi Imunologi mempelajari semua aspek sistem imun (kekebalan
tubuh) dalam merespons atau melawan mikroorganisme atau unsur asing
penyebab penyakit (seperti virus, bakteri, dan racun dari bakteri), termasuk
struktur dan fungsi sistem imun, kegagalan pada sistem imun, imunisasi, dan
transplantasi organ tubuh. Semenjak Edward Jenner memperkenalkan vaksin
dalam mencegah penyakit cacar di tahun 1796, pemahaman kita tentang
imunologi berkembang pesat, antara lain tentang peranan mikroba dalam
menimbulkan penyakit, interaksi sel pembentuk antibodi dan antigen, serta
implikasi dari sistem imun mulai disadari. Antigen, seperti bakteri berikut
racunnya, memicu pembentukan antibodi dalam darah setelah adanya
serangan penyakit infeksi. Riset terhadap AIDS sangat intensif dilakukan
untuk mengetahui mekanisme defisiensi sistem imun, serta penyakit-penyakit
yang timbul karena autoimun, seperti rheumatoid, arthritis, lupus

17
erythematosis, yang terjadi karena reaksi pertahanan tubuh yang berlebihan
terhadap komponen miliknya sendiri.
6. Teknologi Bioinformatika dan Biologi Komputasi Teknologi bioinformatika
mengembangkan algoritma, teknik komputasi dan statistika untuk mengelola
dan menganalisis data biologi dalam menghasilkan sebuah informasi,
sedangkan biologi komputasi melakukan simulasi data biologi berdasarkan
asumsi-asumsi dalam mengembangkan pengetahuan biologi untuk
menghasilkan sebuah hipotesis. Dengan teknologi ini kita dapat menganalisis
atau mengetahui komposisi molekul pada untai DNA maupun sistem biologi
suatu organisme yang berhubungan dengan materi genetik. Kita juga dapat
mengetahui apakah gen yang baru diidentifikasi mirip dengan gen-gen
terdahulu yang telah kita teliti sebelumnya, atau yang ada di dalam database,
seperti GenBank, EMBL, dan SWISS-PROT. Dengan demikian, riset-riset
bioteknologi dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan akurat. Teknologi
bioinformatika sangat berjasa dalam proyek genom manusia, yang berhasil
membukukan tiga miliar pasangan basa nukleotida dalam sistem DNA
manusia. Beberapa penelitian yang memanfaatkan teknologi bioinformatika
antara lain adalah pencarian gen target, perkiraan struktur protein, merakit
genom dan struktur protein, perkiraan ekspresi suatu gen, model evolusi suatu
organisme, pengukuran keragaman hayati pada spesies, serta analisis sel yang
bermutasi dalam sel kanker.
7. Teknologi Antibodi Monoklonal Teknologi antibodi monoklonal
menggunakan sel-sel sistem imunitas yang membuat protein yang disebut
antibodi. Sistem kekebalan kita tersusun dari sejumlah tipe sel yang bekerja
sama untuk melokalisir dan menghancurkan substansi yang dapat memasuki
tubuh kita. Tiap tipe sel mempunyai tugas khusus. Beberapa dari sel tersebut
dapat membedakan komponen dari sel tubuh sendiri (self) dan sel-sel asing
(nonself). Salah satu dari sel-sel yang cerdik ini adalah sel limfosit B yang
mampu menanggapi masuknya substansi asing dengan cara menghasilkan

18
antibodi. Antibodi akhirnya akan mengikat substansi asing dengan keakuratan
yang luar biasa. Dengan mengetahui cara kerja antibodi maka kita dapat
memanfaatkannya untuk keperluan deteksi, kuantitasi dan lokalisasi.
Pengukuran dengan pendeteksian menggunakan teknologi ini relatif cepat,
lebih akurat, dan lebih peka karena ketepatannya yang tinggi. Teknologi
antibodi monoklonal saat ini telah digunakan untuk deteksi kehamilan, alat
diagnosis berbagai penyakit infeksi, dan deteksi sel-sel kanker. Pada akhirnya
juga diharapkan agar teknologi ini tidak hanya dapat digunakan untuk deteksi
kanker, tetapi juga untuk mengobati berbagai jenis kanker dengan
menggandengkan radioisotop atau senyawa sitotoksik pada antibodi khusus
yang mengenali sel-sel kanker. Oleh karena ketepatannya yang tinggi maka
teknologi ini dapat digunakan untuk membunuh sel kanker tanpa
mempengaruhi sel-sel yang sehat di sekitarnya. Selain kegunaannya untuk
sistem diagnosis pada manusia, teknologi ini juga banyak dipakai untuk
mendeteksi penyakit-penyakit pada tanaman dan hewan, kontaminasi pangan
dan polutan lingkungan.
8. Teknologi Sel dan Kultur Jaringan Teknologi sel dan kultur jaringan adalah
teknologi yang memungkinkan kita menumbuhkan sel atau jaringan dalam
nutrien yang sesuai di laboratorium.
a. Kultur sel tanaman Kultur sel dan jaringan tanaman merupakan aspek
yang sangat penting dalam bioteknologi tanaman. Teknologi ini
berlandaskan pada kemampuan unik sel-sel atau jaringan tanaman
untuk menghasilkan tanaman multiselular dari satu sel tunggal yang
dapat berdiferensiasi (totipotensi). Rekayasa genetika tanaman pada
umumnya dilakukan di taraf satu sel tunggal. Jika satu sel daun
direkayasa agar membawa sifat yang menguntungkan, misalnya
membawa sifat resisten pada serangga maka sel tersebut harus dapat
berkembang menjadi tanaman utuh sehingga dapat bermanfaat bagi
petani. Meskipun belum diterapkan pada semua spesies tanaman,

19
proses regenerasi tersebut dapat dilakukan melalui teknologi sel dan
kultur jaringan.
b. Kultur sel hewan Dengan menggunakan kultur sel insekta (serangga)
untuk menumbuhkan virus-virus yang dapat menginfeksi serangga
memungkinkan kita untuk memperluas pemakaian virus dan
baculovirus sebagai agen biokontrol. Selsel mamalia juga telah
digunakan untuk pemuliaan hewan-hewan ternak tertentu. Masyarakat
medis menggunakan kultur sel untuk mempelajari aspek keamanan
dan efektivitas senyawa biofarmasi, mekanisme molekuler infeksi
virus dan replikasinya, sifat toksisitas suatu senyawa, serta dasar-dasar
biokimia sel. Kombinasi antara kultur sel mamalia dan teknologi
rekayasa biokimia akan memberikan harapan untuk memproduksi
senyawa seluler tertentu dalam jumlah banyak. Studi lanjut dalam
kultur sel mamalia saat ini memungkinkan para pakar untuk
menumbuhkan berbagai jenis sel manusia. Pada akhirnya dapat
digunakan untuk memproduksi jaringan tertentu untuk mengganti
suatu jaringan yang rusak atau hilang, misalnya karena penyakit atau
kecelakaan.
9. Teknologi Rekayasa Biokimia Teknologi rekayasa biokimia adalah
pengembangan disain dan konstruksi unit proses yang berkaitan dengan
fungsi selular dan biokimia suatu molekul maupun organisme. Awalnya
teknologi rekayasa biokimia bergerak dalam optimasi pertumbuhan
mikroorganisme di dalam bioreaktor (fermentor) pada kondisi aerob, dari
skala laboratorium hingga skala ribuan liter, yang bertujuan untuk
memproduksi metabolit, biomassa, biokimia atau protein. Teknologi rekayasa
biokimia yang paling kuno dan paling dikenal adalah fermentasi melalui
mikroba. Pada mulanya produk fermentasi asal mikroba diperoleh dari
serangkaian reaksi yang dikatalisis enzim untuk menguraikan glukosa. Dalam
proses penguraian glukosa untuk mendapatkan energi, mikroba melakukan

20
reaksi sintesis senyawa sampingan yang dapat digunakan untuk keperluan
manusia, seperti karbon dioksida untuk mengembangkan roti, etanol untuk
produksi minuman anggur dan bir, asam laktat untuk produksi yoghurt dan
susu fermentasi lainnya, serta asam asetat untuk berbagai jenis-jenis cuka dan
acar. Kultur mikroba dan sel tetap memegang peranan penting dalam
teknologi rekayasa biokimia, termasuk sel tanaman, mamalia maupun sel hasil
rekayasa genetika. Dengan perkembangan teknologi, rekayasa biokimia kini
berperan luas pada berbagai industri bioteknologi, meliputi pertanian, pangan,
enzim, limbah, dan energi. Produk jagung, misalnya dengan teknologi ini kita
dapat mengubahnya menjadi berbagai macam produk baru yang berdaya
guna, seperti bioetanol, pemanis minuman, polimer murah untuk industri,
pakan ternak, produk plastik, kain dan lainnya. Bahkan kini teknologi ini
terlibat langsung dalam pengembangan produk-produk kesehatan, termasuk
antibiotik, asam amino, hormon, vitamin, pelarut-pelarut organik, pestisida,
bahan-bahan pembantu proses pengolahan pangan, pigmen, enzim, inhibitor
enzim, dan berbagai bahan biofarmasi.
10. Teknologi Rekayasa Genetika Rekayasa genetika yang sering kali sinonim
dengan teknologi DNA rekombinan merupakan tulang punggung dan pemicu
lahirnya bioteknologi molekuler. DNA rekombinan dikonstruksi dengan
menggabungkan materi genetik dari dua atau lebih sumber yang berbeda atau
melakukan perubahan secara terarah pada suatu materi genetik tertentu. Di
alam, materi genetik melakukan rekombinasi secara konstan. Berikut ini
merupakan beberapa contoh rekombinasi dari dua sumber atau lebih.
a. Rekombinasi yang terjadi saat pindah silang dalam pembentukan gamet
pada proses meiosis.
b. Saat sperma dan ovum melebur pada proses fertilisasi. c. Saat bakteri
melakukan transaksi bahan genetik melalui konjugasi transformasi atau
transduksi.

21
Dalam tiap contoh rekombinasi tersebut dapat dimengerti bahwa rekombinasi
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan terjadinya keragaman hayati
di alam. Materi genetik yang ada di alam menyajikan suatu bahan mentah
evolusi yang dilakukan oleh seleksi alam atau seleksi buatan yang dilakukan
oleh manusia. Istilah teknologi DNA atau rekayasa genetika secara ringkas
dapat diartikan sebagai teknik molekuler yang tepat dan mampu
menggabungkan molekul DNA tertentu dari sumber-sumber berbeda.
Rekombinasi DNA dilakukan dengan enzim (enzim restriksi dan enzim
ligase) yang dapat melakukan pemotongan dan penyambungan molekul DNA
dengan tepat dan dapat diperkirakan. DNA rekombinan, selanjutnya
dimasukkan ke dalam makhluk sasaran dengan introduksi langsung
(transformasi) melalui virus atau bakteri. Oleh karena itu, dalam melakukan
rekombinasi genetik, seorang pemulia selain dapat melakukannya melalui
penggabungan sel telur dan sperma (atau serbuk sari dan putik pada tanaman)
pada metode pemuliaan selektif, dia dapat pula melakukan rekombinasi bahan
genetik dengan ketepatan yang lebih tinggi dengan melakukan pada taraf
molekuler.
11. Teknologi Rekayasa Protein Teknologi rekayasa protein sering digunakan
bersamaan dengan rekayasa genetika untuk meningkatkan profil atau kinerja
suatu protein dan untuk mengkonstruksi protein baru yang secara alami tidak
ada. Secara teoretis, kita akhirnya akan dapat mengkonstruksi setiap jenis
protein dari bahan dasarnya. Meskipun demikian, penelitian rekayasa protein
saat ini masih dipusatkan pada modifikasi protein yang sudah ada. Dengan
teknologi rekayasa protein kita dapat meningkatkan daya katalis suatu enzim
sehingga dapat lebih produktif pada kondisi proses industri. Misalnya saja
ketahanannya terhadap temperatur dan pH yang ekstrim. Selain itu, kemajuan
dalam rekayasa protein juga memungkinkan kita membuat enzim baru dengan
dasar antibodi, yang disebut abzyme. Abzyme membuka cakrawala baru

22
dalam enzymologi yang menjanjikan berbagai kemungkinan penerapannya
yang menakjubkan.
12. Teknologi Biofisika Teknologi Biofisika merupakan perpaduan antara fisika
dan biologi, yang memanfaatkan metode aplikasi dan mekanisme fisika dalam
mempelajari struktur makhluk hidup dan proses kehidupan. Teknologi
biofisika erat kaitannya dengan fungsi biologis yang berhubungan dengan
agen fisika, seperti medan listrik dan tenaga mekanik maupun interaksi antara
makhluk hidup dengan cahaya, suara, dan radiasi ion. Selain interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya seperti daya penggerak, navigasi dan
komunikasi, juga untuk mengetahui transmisi impuls syaraf, mekanisme
konstraksi otot atau mekanisme penglihatan. Subjek kajian biofisika, meliputi
analisis sekuen suatu genom hingga jaringan syaraf, termasuk tulang, otot dan
molekul organik pada sel membran. Pembentukan teknologi biofisika
molekuler sebagai bidang studi yang terpisah relatif masih baru. Penemuan
peralatan fisika, seperti mikroskop elektron, ultra-sentrifuse, amplifier
elektronik yang banyak membantu risetriset biofisika, turut mencetuskan
pembentukan bidang studi ini. Dengan alat sinar-X kristalografi, misalnya kita
dapat menentukan struktur molekul yang rumit, seperti protein, mengukur
interaksi kinetik suatu molekul maupun kajian pada bidang kesehatan, seperti
penyakit kanker, jantung, dan lainnya.
13. Teknologi Biosensor Teknologi biosensor merupakan gabungan antara biologi
molekuler dan mikroelektronika. Biosensor adalah suatu alat pendeteksi yang
terdiri dari suatu substansi biologi yang digandengkan dengan transduser
elektronika. Substansi biologis dapat berupa mikroba, sel tunggal dari hewan
multiseluler, atau komponen seluler, seperti enzim atau antibodi. Biosensor
memungkinkan kita untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa yang hanya
terdapat dalam konsentrasi yang sangat rendah. Bagaimana cara kerja
biosensor? Apabila senyawa kimia yang diukur konsentrasinya bertumbukan
dengan detektor biologis maka transduser akan menghasilkan suatu arus listrik

23
kecil. Besar kecilnya sinyal listrik ini sebanding dengan konsentrasi senyawa
kimia yang terdapat di lingkungan tersebut. Teknologi biosensor dapat
digunakan dalam berbagai bidang, seperti pengukuran derajat kesegaran suatu
bahan pangan, memonitor suatu proses industri atau mendeteksi senyawa
yang terdapat dalam jumlah kecil di dalam darah. Dengan menggabungkan
biosensor glukosa pada pompa infus insulin maka kadar gula darah dapat
dipertahankan dengan stabil setiap waktu pada penderita diabetes.
14. Bioteknologi Pangan Teknologi pangan yang terkait dengan bioteknologi
adalah proses perekayasaan suatu gen atau DNA tertentu dari produk pangan.
Tujuan dari bioteknologi pangan adalah mengembangkan produk pertanian
yang tahan terhadap hama dan penyakit, transportasi, serta memperbaiki
penampilan fisik, tekstur dan rasa. Selain itu juga tahan terhadap kondisi
cuaca ekstrim, seperti kekeringan dan suhu dingin sehingga dapat
meningkatkan produktivitas pangan yang sebelumnya terkendala oleh kondisi
tanah dan iklim. Aplikasi bioteknologi pangan, meliputi peningkatan
kandungan nutrisi, misalnya zat besi dan beta-karoten (provitamin A) pada
wortel dan beras, penghapusan atau penon-aktifan gen penyebab alergi
sehingga tidak terekspresi pada biji-bijian dan kacang-kacangan, serta
penundaan proses pematangan pada buah-buah tropis, agar tetap segar.
Rockefeller Foundation telah mengembangkan “Golden Rice”, sebagai
pangan dengan sumber vitamin A bagi anak-anak di negara ketiga, untuk
mengurangi risiko rabun senja dan kebutaan. Kentang hasil rekayasa dengan
kandungan pati tinggi menambah potensinya dalam mengurangi kandungan
lemak setelah digoreng. Hal ini karena pati menggantikan kandungan air di
dalam kentang sehingga lemak yang terserap saat digoreng menjadi
berkurang. Vaksin yang digunakan dewasa ini membutuhkan biaya produksi
yang tinggi serta ruang simpan khusus dengan pendingin saat transportasi.
Riset pengembangan vaksin berbasis protein, yang merancang agar vaksin
diproduksi oleh tanaman pangan sehingga dengan hanya memakan produk

24
pertanian tersebut, vaksinasi pun dapat kita laksanakan secara bersamaan.
Teknologi ini memungkinkan negara ketiga mampu memproduksi vaksin
lokal sendiri, mengurangi biaya produksi dan meningkatkan program
vaksinasi global dalam mencegah berbagai penyakit menular. Dalam usaha
mengantisipasi akan membludaknya populasi penduduk dunia, metode ini
juga memungkinkan meningkatkan produksi pangan berkualitas yang lestari.
15. Bioteknologi Lingkungan Bioteknologi lingkungan adalah perpaduan
berbagai bidang ilmu yang memanfaatkan potensi biokimia dari suatu
mikroorganisme, tanaman atau bagian-bagiannya untuk konservasi dan
perbaikan suatu lingkungan yang tercemar (tanah, air, dan udara). Dengan
teknologi ini kita juga mengembangkan, dan mengatur sistem biologi untuk
menghasilkan teknologi proses dan produksi yang ramah lingkungan serta
melakukan perlindungan sumber daya alam secara lestari. Mikroba dengan
enzim yang digunakannya untuk menguraikan molekulmolekul organik dapat
membantu kita untuk membersihkan atau memecahkan sejumlah masalah
lingkungan tertentu, seperti tumpahan minyak, tempat-tempat pembuangan
bahan toksik, dan residu pestisida. Pemanfaatan populasi mikroba untuk
membersihkan polusi lingkungan dikenal dengan sebutan bioremediasi. Salah
satu contoh yang paling terkenal dalam bioremediasi dalam pemakaian bakteri
pemakan minyak untuk membersihkan tumpahan minyak Exxon Valdez di
Prince William Sound, Alaska pada tahun 1989, dan tumpahan minyak di Irak
setelah Perang Teluk tahun 1991. Di masa mendatang kita akan dapat
menggunakan limbah rumah tangga dan pertanian untuk memproduksi energi
melalui bantuan mikroba. Saat ini sudah mulai dilakukan banyak uji coba di
berbagai negara mengenai pemanfaatan mikroba untuk tujuan tersebut.
Berbagai jenis mikroba juga sangat berperan untuk mencegah terjadinya
wabah penyakit, baik dalam bidang pertanian, perikanan, maupun peternakan.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan jumlah penduduk dunia selalu diiringi dengan meningkatnya
kebutuhan pangan dunia. Bioteknologi pangan yang secara umum memafaatkan
sistem biologi untuk menghasilkan produk yang diinginkan, sangat bermanfaat bagi
untuk memenuhi kebutuhan pangan. Bioteknologi pangan tradisional memanfaatkan
teknologi fermentasi menggunakan yeast sedangkan bioteknologi pangan modern
dengan rekayasa genetik. Rekayasa genetik memiliki potensi untuk meningkatkan
kualitas, nilai nutrisi dan jenis makanan yang tersedia dan meningkatkan efisiensi
produksi makanan, distribusi makanan dan pengolahan limbah. Gen yang dimasukkan
ke tanaman dapat memberikan pertahanan biologis terhadap penyakit dan hama,
sehingga mengurangi kebutuhan pestisida kimia yang mahal, dan memberikan sifat
pada tanaman yaitu tahan kekeringan, pH, salju dan kondisi garam. Penggunaan
benih tahan herbisida memungkinkan petani untuk selektif dalam memberantas gulma
dengan herbisida, tanpa merusak tanaman pertanian (Thayer, 1999). Penerimaan
masyarakat terhadap makanan hasil rekayasa genetik dipengaruhi oleh dua hal yaitu,
integrasi proses bioteknologi dan kebijakan atau peraturan terhadap makanan
rekayasa genetik yang dikeluarkan oleh pemerintah (Sager, 2001). Risiko produksi
dan konsumsi dari makanan rekayasa genetik baru harus dipertimbangkan terhadap
manfaat yang bisa didapatkan, ketika manfaatnya lebih besar maka jenis makanan ini
harus dikembangkan lebih lanjut.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, Rina. (2010). Peranan Bioteknologi Dalam Mengatasi Multikrisis. Jurnal


Ilmiah Faktor Exacta, Vol. 3 No 2. Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Indraprasta PGRI.
Ahmad, Ahyar. (2014). Laporan Hibah Penulisan Buku Ajar. Laporan Mata Kuliah
Bioteknologi. Program Studi Kimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin.
Roberts JA, Fraser, Pambrey, Marcus E. 1995. Genetika Kedokteran. Suatu
Pengantar. Edisi kedelapan Cetakan Pertama. Jakarta:EGC.
TriWibowo Y. 2006. Bioteknologi Pertanian. Seri Pertanian. Yogyakarta:Gadjah
Mada University Press.
Zamroni. 2007. Rekayasa Genetika dalam Perspektif Islam. MUZAHIB Vol.IV,
No.1. Samarinda.
Herman M. 2003. Kekhawatiran terhadap Tanaman Hasil Rekayasa Genetik.
Disampaikan dalam Seminar Technology of Genetic Manipulation and Book
Launching. Bogor:Institut Pertanian Bogor.
Muladno MSA. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor:Pustaka
Wirausaha Muda.
Muladno. 2010. Teknologi Rekayasa Genetika (Edisi Kedua). Bogor:IPB Press.

27

Anda mungkin juga menyukai